Anda di halaman 1dari 23

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH KEPERAWATAN DUNIA DAN INDONESIA


Mempelajari sejarah keperawatan akan memberikan kebanggaan
tersendiri, karena bisa mengingatkan kita pada perawat di masa lalu yang telah
bekerja keras, hingga akhirnya kita bisa merasakan hasilnya seperti sekarang ini.
Sejarah keperawatan akan membuka mata kita tentang bagaimana perkembangan
keperawatan, bagaimana tantangan yang dihadapi dan apa yang akan dicapai oleh
keperawatan di masa datang. Mengetahui masa lalu dan memahami keperawatan
terdahulu akan memberzikan suatu kesempatan untuk menggunakan pengalaman
dan pelajaran yang dapat digunakan di masa kini dan masa depan.
Lahirnya keperawatan dapat dikatakan bersamaan dengan penciptaan
manusia, yaitu penciptaan Adam dan Hawa. Keperawatan lahir sebagai bentuk
keinginan untuk menjaga seseorang tetap sehat dan memberikan rasa nyaman,
pelayanan dan keamanan bagi orang yang sakit. Walaupun secara umum tujuan
keperawatan relatif sama dari tahun ke tahun, praktik keperawatan dipengaruhi
oleh perubahan kebutuhan masyarakat, sehingga keperawatan berkembang secara
bertahap. Keperawatan yang kita ketahui saat ini tidak dapat dipisahkan dan
sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan peradapan
manusia.
Kepercayaan terhadap animisme, penyebaran agama besar di dunia serta
kondisi sosial ekonomi masyarakat, seperti terjadinya perang, renaissance serta
gerakan revolusi Luther turut mewarnai perkembangan keperawatan di dunia.
Pada awal sejarahnya, keperawatan dikenal sebagai bentuk pelayanan komunitas
dan pembentukannya berkaitan erat dengan dorongan alami untuk melayani dan
melindungi keluarga (Donahue, 1995). Umur keperawatan sama tuanya dengan
kedokteran. Sepanjang sejarah, profesi keperawatan dan kedokteran saling
bergantung satu sama lain. Selama era Hipokrates, kedokteran bekerja tanpa
perawat dan selama abad pertengahan, keperawatan bekerja tanpa dukungan
medis (Donahue, 1995; Deloughery, 1995). Menurut sejarah, laki-laki dan
perempuan telah memegang peran perawat, masuknya perempuan dalam
keperawatan dimulai sekitar 300 M (Shryock, 1959; Donahue,1995). Pada abad
keenam jumlah laki-laki yang memasuki dunia keperawatan semakin meningkat.
2.1.1 Keperawatan Zaman Purba
Menggambarkan keperawatan pada zaman primitive merupakan hal yang
sulit, juga sulit untuk membedakan peran dokter dan perawat. Pada masa itu,
perawatan dan penyembuhan penyakit diperoleh dari penyebaran dari mulut ke
mulut. Peran wanita tradisional sebagai istri, ibu, anak perempuan dan saudara
perempuan selalu mencakup perawatan dan pengasuhan anggota keluarga yang
lainnya. Istilah perawat (nurse) berasal dari perawatan yang diberikan ibu kepada
bayinya yang tidak berdaya.
Pada zaman purba (primitive culture), manusia percaya bahwa apa yang
ada di bumi mempunyai kekuatan mistik/spiritual yang dapat mempengaruhi
kehidupan manusia. Kepercayaan ini disebut animisme. Mereka meyakini bahwa
sakitnya seseorang disebabkan oleh kekuatan alam atau pengaruh kekuatan gaib
seperti batu-batu besar, gunung-gunung yang tinggi, pohon-pohon yang besar,
sungai-sungai yang besar, dll. Pada saat itu peran perawat tidak berkembang,
masyarakat pada masa itu lebih senang pergi ke dukun untuk mengobatkan
anggota keluarganya yang sakit. Masyarakat menganggap bahwa dukun lebih
mampu mencari, mengetahui dan mengatasi roh yang masuk ketubuh orang yang
sakit.Fenomena animisme terlihat pada sejarah Bangsa Mesir dan Cina. Pada
masa itu bangsa Mesir menyembah Dewa Isis, Dewa yang diyakini bisa
menyembuhkan penyakit. Masyarakat Cina menganggap penyakit disebabkan
oleh syetan atau makhluk halus dan akan bertambah parah jika orang lain
memegang orang yang sakit, akibatnya perawat tidak diperkenankan untuk
merawat orang yang sakit.
2.1.2 Zaman Peradaban Kuno
Pada masa ini, keyakinan mengenai penyebab penyakit masih mirip
dengan zaman primitif, yaitu didasarkan pada takhayul dan magis, sehingga
penyembuhan membutuhkan penyembuhan magis. Pendeta atau dokter penyihir
menikmati status dalam masyarakat kuno. Sejalan dengan perkembangan
peradapan, teori praktis perawatan medis yang muncul sebagai penyebab penyakit
non-medis mulai terobservasi. Catatan tertua mengenai praktik penyembuhan ada
pada lembaran tanah liat berusia 4000 tahun yang dihubungkan dengan peradapan
Sumeria. Lembaran ini berisi tentang resep obat, tetapi tidak dituliskan untuk
mengatasi penyakit apa.Lontar Eber merupakan temuan kebudayaan Mesir.
Lontar ini tertanggal sekitar tahun 1550 SM, dan dipercayai sebagai teks medis
tertua di dunia.
Lontar ini berisi uraian tentang banyak penyakit yang diketahui saat ini
dan mengidentifikasi gejala spesifik. lontar Eber juga berisi 700 zat yang
digunakan untuk obat-obatan disertai cara penyiapan dan penggunaannya.
Mumifikasi atau pembalseman juga muncul pada masa ini, mumifikasi berasal
dari keyakinan bahwa ada kehidupan setelah kematian. Dibutuhkan ilmu dan
pengetahuan untuk membuat larutan yang bisa digunakan untuk mengawetkan
mayat. Hal ini menunjukkan bahwa pada masa itu sudah mengenal ilmu fisiologi,
anatomi dan patofisiologi.
Bangsa Yahudi kuno menyumbangkan Mosaic Health Code. Kode ini
dianggap sebagai legislasi sanitari pertama dan berisi catatan pertama mengenai
syarat kesehatan masyarakat. Kode ini mencakup aspek individu,keluarga, dan
kesehatan komunitas, termasuk di dalamnya membedakan antarayang bersih
dengan tidak bersih.
Budaya Afrika kuno, fungsi pengasuhan yang dimiliki oleh perawat
termasuk peran sebagai bidan, herbalis, ibu susu, dan pemberi perawatan untuk
anak dan lansia (Dolan, Fitzpatrick, dan Herrmann, 1983). Budaya India
kuno,sudah mengenal adanya perawat laki-laki yang memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1. Pengetahuan mengenai cara mempersiapkan obat yang akan diberikan
2. Pintar
3. Mampu mencurahkan kasih sayang ke pasien
4. Kemurnian pikiran dan tubuh
Adapun perawat wanita India bertindak sebagai bidan dan merawat anggota
keluarga yang sakit. Peran perawat dalam budaya Cina kurang disebutkan,
namun peran Cina kuno lebih banyak pada penemuan obat herbal, pemakaian
akupunktur sebagai metode pengobatan, dan publikasi Nei Ching (canon
ofmedicine), yang merinci empat langkah pemeriksaan: melihat, mendengar,
bertanya dan merasakan.
Sejarah Yunani dan Romawi kuno, perawatan orang sakit lebih maju
dalam mitologi dan realitas. Dewa mitos Yunani yang dinggap sebagai dewa
penyembuh adalah Asklepios, istrinya Epigone adalah dewi penenang, Hygenia
anak perempuan Asklepios adalah dewi kesehatan dan diyakini sebagai
perwujudan perawat. Kuil yang dibangun untuk menghormati Asklepios menjadi
pusat penyembuhan, pendeta kuil Asklepios memberikan penyembuhan melalui
pengobatan natural dan supranatural (Donahue, 1996). Seorang dokter Yunani
kuno, Hipocrates, mempercayai bahwa penyakit memiliki penyebab alami.
Pernyataan Hipocrates ini sangat bertentangan dengan pendapat tabib pendeta di
kuil yang mengatakan bahwa penyebab penyakit adalah magis dan mistik.
Sedangkan kontribusi Romawi terhadap perawatan kesehatan adalah sanitasi
umum, pengeringan rawa, dan pembangunan saluran air, tempat pemandian
umum dan pribadi, sistem drainase, dan pemanasan sentral.
2.1.3 Zaman Keagamaan
Kemajuan peradapan manusia dimulai ketika manusia mengenal agama.
Penyebaran agama sangat mempengaruhi perkembangan peradaban manusia
sehingga berdampak positif terhadap perkembangan keperawatan. Pada
permulaan Masehi, agama kristen mulai berkembang. Agama kristen cukup besar
mempengaruhi profesi keperawatan. Salah satu catatan di awal sejarah
digambarkan bahwa keperawatan merupakan bentuk perintah dari Diakonia, suatu
kelompok kerja seperti perawat kesehatan masyarakat atau yang mengunjungi
orang sakit. Dalam awal kehidupan gereja, Diakonia dijalankan oleh perempuan
yang ditunjuk oleh pimpinan gereja. Peran mereka adalah mengunjungi orang
yang sedang sakit. Penunjukan dilakukan pada wanita yang memiliki status sosial
yang tinggi. Pada masa ini, keperawatan mengalami kemajuan yang berarti seiring
dengan kepesatan perkembangan agama kristen.
Kemajuan terlihat jelas, pada masa pemerintahan Lord Constantine, ia
mendirikan xenodhoecim atau hospes dalam bahasa latin yaitu tempat
penampungan orang yang membutuhkan pertolongan, terutama bagi orang- orang
sakit yang memerlukan pertolongan dan perawatan. Kemajuan profesi
keperawatan pada masa ini juga terlihat jelas dengan berdirinya Rumah sakit
terkenal di Roma yang bernama Monastic Hospital . Rumah Sakit ini dilengkapi
dengan fasilitas perawatan berupa bangsal perawatan, bangsal untuk orang cacat,
miskin dan yatim piatu. Sejak abad pertengahan institusi yang bergerak dalam
bidang sosial (1100 M sampai 1200 M) mulai bergerak merawat lansia, orang
sakit dan orang miskin (Deloughery, 1995).
Seperti di Eropa, pada pertengahan Abad VI Masehi, keperawatan juga
berkembang di benua Asia. Tepatnya di Asia Barat Daya yaitu Timur Tengah
seiring dengan perkembangan agama Islam. Pengaruh agama Islam terhadap
perkembangan keperawatan tidak lepas dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW
dalam menyebarkan agama Islam. Kegiatan pelayanan keperawatan berkualiatas
telah dimulai sejak seorang perawat muslim pertama yaitu Siti Rufaidah pada
jaman Nabi Muhammad S.A.W, yang selalu berusaha memberikan pelayanan
terbaiknya bagi yang membutuhkan tanpa membedakan apakah kliennya kaya
atau miskin(Elly Nurahmah, 2001).Sementara sejarah perawat di Eropa dan
Amerika mengenal Florence Nightingale sebagai pelopor keperawatan modern,
Negara di timur tengah memberikan status ini kepada Rufaidah, seorang perawat
muslim. Talenta perjuangan dan kepahlawanan Rufaidah secara verbal diteruskan
turun temurun dari generasi ke generasi di perawat Islam khususnya di Arab Saudi
dan diteruskan ke generasi modern perawat di Saudi dan Timur Tengah(Miller
Rosser, 2006).
Prof. Dr. Omar Hasan Kasule, Sr, 1998 dalam studi Paper Presented at the
3rd International Nursing Conference "Empowerment and Health: An Agenda for
Nurses in the 21st Century" yang diselenggarakan di Brunei Darussalam 1-4
Nopember 1998, menggambarkan Rufaidah adalah perawat profesional pertama
dimasa sejarah islam. Dia tidak hanya melaksanakan peran perawat dalam aspek
klinikal semata, namun juga melaksanakan peran komunitas dan memecahkan
masalah sosial yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai
macam penyakit. Saat kota Madinah berkembang, Rufaidah mengabdikan diri
merawat kaum muslim yang sakit, dan membangun tenda di luar Masjid Nabawi
saat damai.Dan saat perang Badr, Uhud, Khandaq dan Perang Khaibar dia
menjadi sukarelawan dan merawat korban yang terluka akibat perang. Dan
mendirikan Rumah sakit lapangan sehingga terkenal saat perang dan Nabi
Muhammad SAW sendiri memerintahkan korban yang terluka dirawat olehnya.
Konstribusi Rufaidah tidak hanya merawat mereka yang terluka akibat
perang. Namun juga terlibat dalam aktifitas sosial di komuniti. Dia memberikan
perhatian kepada setiap muslim, miskin, anak yatim, atau penderita cacat mental.
Dia merawat anak yatim dan memberikan bekal pendidikan. Rufaidah
digambarkan memiliki kepribadian yang luhur dan empati sehingga memberikan
pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasiennya dengan baik pula.
Sentuhan sisi kemanusiaan adalah hal yang penting bagi perawat, sehingga
perkembangan sisi tehnologi dan sisi kemanusiaan (human touch) mesti
seimbang. Rufaidah juga digambarkan sebagai pemimpin dan pencetus Sekolah
Keperawatan pertama di dunia Isalam, meskipun lokasinya tidak dapat dilaporkan
(Jan, 1996), dia juga merupakan penyokong advokasi pencegahan penyakit
(preventif care) dan menyebarkan pentingnya penyuluhan kesehatan (health
education).
Memasuki abad VII Masehi, agama Islam tersebar ke berbagai pelosok
negara dari Afrika, Asia Tenggara sampai Asia Barat dan Eropa (Turki dan
Spanyol). Pada masa itu di jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan
seperti ilmu pasti, ilmu kimia, hygiene, dan obat-obatan. Prinsip-prinsip dasar
perawatan kesehatan seperti menjaga kebersihan diri (personal hygiene),
kebersihan makanan, air dan lingkungan berkembang pesat. Masa Late to Middle
Ages (1000 – 1500 M),negara-negara Arab membangun RS dengan baik, dan
mengenalkan perawatan orang sakit. Ada gambaran unik di RS yang tersebar
dalam peradaban Islam dan banyak dianut RS modern saat ini hingga sekarang,
yaitu pemisahan anatar ruang pasien laki-laki dan wanita, serta perawat wanita
merawat pasien wanita dan perawat laki-laki, hanya merawat pasien laki-laki
(Donahue, 1985, Al Osimy, 2004).
2.2 KEPERAWATAN ABAD PERTENGAHAN
Permulaan abad XVI, struktur dan orientasi masyarakat mengalami
perubahan, dari orientasi kepada agama berubah menjadi orientasi kekuasaan,
yaitu perang, eksplorasi kekayaan alam serta semangat kolonialisme. Akibat dari
hal tersebut adalah banyak tempat ibadah (termasuk gereja) yang ditutup, padahal
tempat ini dijadikan tempat untuk merawat orang sakit.
Di satu sisi, kenyataan ini berdampak negatif. Penutupan tempat ibadah
menyebabkan kekurangan tenaga perawat karena sebelumnya, tindakan perawatan
dilakukan oleh kelompok agama. Untuk memenuhi kebutuhan perawat, bekas
wanita jalanan (wanita tuna susila) atau wanita yang bertobat setelah melakukan
kejahatan diterima sebagai perawat. Kejadian ini melatarbelakangi asumsi negatif
terhadap perawat, masyarakat beranggapan bahwa wanita terhormat tidak bekerja
di luar rumah. Akibat reputasi ini perawat diupah dengan gaji rendah dengan jam
kerja lama pada kondisi kerja yang buruk (Taylor. C.,dkk, 1989)
Di sisi yang lain, adanya perang seperti perang Salib berdampak positif
terhadap perkembangan keperawatan. Untuk menolong korban perang dibutuhkan
banyak tenaga sukarela yang dipekerjakan sebagai perawat. Mereka terdiri dari
kelompok agama, wanita-wanita yang mengikuti suaminya ke medan perang turut
merawat orang sakit jika diperlukan dan tentara (pria) yang bertugas rangkap
sebagai perawat. Pengaruh perang salib terhadap keperawatan adalah mulainya
dikenal istilah P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan), pada masa itu
keberadaan perawat mulai dibutuhkan dalam ketentaraan dan timbul peluang kerja
bagi perawat di bidang sosial. Setelah perang Salib, kota-kota besar mulai berdiri
dan berkembang dengan menurunkan faktor feodalisme. Perkembangan populasi
penduduk yang luas di kota-kota tersebut menyebabkan munculnya masalah
kesehatan, yang secara otomatis akan membutuhkan peran tenaga kesehatan
(termasuk di dalamnya perawat). Kurangnya pemeliharaan kesehatan dan sanitasi
serta meningkatnya kemiskinan di daerah pedesaan mengakibatkan munculnya
masalah kesehatan yang serius pada abad kelima belas sampai abad tuju belas.
Faktor-faktor sosial,seperti hukum yang menekan orang miskin dan pajak
terhadap jendela rumah,menyebabkan menurunnya ventilasi karena pemilik
rumah menutup jendela guna menghindari membayar pajak. Hal tersebut
melahirkan suatu kondisi kesehatan yang memerlukan respon dari perawat.
Pada tahun 1633 dibentuklah kelompok biarawati oleh St. Vincent de paul.
Kelompok ini merawat orang-orang di rumah sakit, orang terlantar dan kaum
miskin. Selanjutnya kelompok ini terkenal luas sebagai perawat keliling karena
mereka merawat orang sakit di rumah-rumah. Pada masa ini juga mulai dirintis
pendidikan keperawatan yang dipelopori oleh Louise de Gras. Program
pendidikan yang diberikan saat itu adalah pengalaman merawat orang sakit di
rumah sakit, dan juga melakukan kunjungan rumah. (Donahue, 1995).
Peran rumah sakit terhadap perkembangan keperawatan tidak dapat
diabaikan. Setidaknya ada tiga rumah sakit yang berperan besar terhadap
perkembangan perawat pada zaman pertengahan. Pertama Hotel Dieu di Lion,
meskipun pada awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh para mantan Wanita
Tuna Susila (WTS) yang telah bertobat, namun rumah sakit ini berperan besar
dalam kemajuan keperawatan. Hal ini disebabkan karena tidak lama kemudian
pekerjaan perawat digantikan oleh perawat yang terdidik melalui pendidikan
keperawatan di rumah sakit tersebut. Kedua, Hotel Dieu di Paris, dirumah sakit ini
pekerjaan keperawatan dilakukan oleh kelompok agama, namun sesudah revolusi
Perancis, kelompok agama dihapuskan dan pekerjaan diganti oleh orang-orang
bebas yang tidak terikat agama. Ketiga, St. Thomas Hospital, didirikan tahun
1123 M, di rumah sakit inilah tokoh keperawatan Florence Nightingale memulai
karirnya memperbarui keperawatan. Abad XVIII, pengembangan kota yang lebih
besar membawa penambahan jumlah rumah sakit dan memperbesar peran
perawat.
Pada pertengahan abad XVIII dan memasuki abad XIX reformasi sosial
masyarakat meruba peran perawat dan wanita secara umum. Pada masa ini
keperawatan mulai dipercaya orang dan pada saat ini juga nama Florence
Nightingale. Florence Nightingale lahir pada tahun 1820 dari keluarga kaya dan
terhormat. Ia tumbuh dan berkembang di Inggris dengan pendidikan yang cukup.
Meskipun ditentang keras oleh keluarganya, ia diterima mengikuti kursus
pendidikan perawat pada usia 31 tahun. Pecahnya perang Krim (Crimean War),
dan penunjukan dirinya oleh Inggris untuk menata asuhan keperawatan pada
sebuah rumah sakit Militer milik Turki memberi peluang baginya untuk meraih
prestasi (Taylor. C., 1989). Hal ini disebabkan karena ia berhasil mengatasi
kesulitan atau masalah yang dihadapi dan berhasil menepis anggapan negatif
terhadap wanita dan meningkatkan status perawat.
Seusai perang krim, Florence Nightingale kembali ke Inggris. Sejarah
perkembangan keperawatan di Inggris sangat penting dipahami karena Inggris
membuka jalan bagi kemajuan dan perkembangan perawat di mana kepeloporan
Florence Nightngale diikuti oleh Negara-negara lain. Tahun 1860, Nightingale
menulis Notes on Nursing: What it is and What it is not untuk masyarakat umum.
Filosofinya terhadap praktik keperawatan merupakan refleksi dari perubahan
kebutuhan masyarakat. Ia melihat peran perawat sebagai seseorang yang bertugas
menjaga kesehatan seseorang berdasarkan pengetahuan tentang bagaimana
menempatkan tubuh dalam suatu status yang bebas dari penyakit (Nightingale,
1860; Schuyler, 1992). Pada tahun yang sama, ia mengembangkan program
pelatihan untuk perawat pertama kali, sekolah pelatihan Nightingale untuk
perawat di St. Thomas’ Hospital di London. Konsep pendidikan inilah yang
mempengaruhi pendidikan keperawatan di dunia dewasa ini.
Kontribusi Florence Nightingale bagi perkembangan keperawatan
adalah menegaskan bahwa nutrisi merupakan satu bagian penting dari asuhan
keperawatan, meyakinkan bahwa okupasional dan rekreasi merupakan suatu
terapi bagi orang sakit, mengidentifikasi kebutuhan personal pasien dan peran
perawat untuk memenuhinya, menetapkan standar manajemen rumah sakit,
mengembangkan standar okupasi bagi pasien wanita, mengembangkan pendidikan
keperawatan, menetapkan dua komponen keperawatan yaitu kesehatan dan
penyakit, meyakinkan bahwa keperawatan berdiri sendiri dan berbeda dengan
profesi kedokteran, dan menekankan kebutuhan pendidikan berlanjut bagi perawat
(Taylor, C. 1989).
Perang sipil (1860-1865) menstimulasi perkembangan keperawatan di
Amerika Serikat.Clara Burton, pendiri palang merah Amerika merawat pejuang di
medan pertempuran, membersihkan luka, memenuhi kebutuhan dasar, dan
menenangkan para pejuang dalam menghadapi kematian. (Donahue, 1995).
Setelah perang sipil, sekolah keperawatan di Amerika dan Kanada mulai
membentuk kurikulum sendiri mengikuti sekolah Nightngale. Sekolah pelatihan
yang pertama di Kanada, St. Catherina di Ontario didirikan tahun 1874. Tahun
1908, Mary Agnes Snively membantu terbentuknya The Canadian National
Association of Trained Nurses, selanjutnya nama tersebut berubah menjadi The
Canadian Nurses Association (CNA) pada tahun 1924. (Donahue, 1995). Tahun
1899 afiliasi Amerika dan Kanada berhenti, organisasi baru dibentuk dengan
nama American Nurses Association (ANA) pada tahun 1911.
Keperawatan di rumah sakit berkembang pada akhir abad XIX, tetapi di
komunitas, keperawatan tidak menunjukkan peningkatan yang berarti sampai
tahun 1893 ketika Lilian Wald dan Mary Brewster membuka The Henry Street
Settlement, yang berfokus pada kebutuhan kesehatan orang miskin yang tinggal di
rumah penampungan New York. Perawat yang bekerja di tempat ini memiliki
tanggung jawab yang lebih besar terhadap klien daripada mereka yang bekerja di
rumah sakit, karena mereka seringkali menghadapi situasi yang membutuhkan
tindakan mandiri dari perintah dokter. Selain itu, dalam mengobati penyakit,
orang miskin mmebutuhkan terapi keperawatan yang ditujukan untuk
memperbaiki nutrisi, memberikan penginapan, dan mempertahankan kebersihan.
Kemajuan terlihat di rumah sakit, kesehatan masyarakat, dan pendidikan terjadi
pada awal abad keduapuluhan. Pada masa itu mulai dirintis pendidikan
keperawatan di tingkat universitas. Dengan berkembangnya pendidikan
keperawatan maka praktik keperawatan juga mengalami perluasan. Pada tahun
1901 didirika The Army Nurses Corps, diikuti dengan berdirinya The Navy
Nurses Corps pada tahun 1908. Spesialisi keperawatan juga mulai dikembangkan.
Sekitar tahun 1920-an, dibentuk organisasi perawat spesialis, seperti Assosiation
of Operating Room Nurses(1949),American Assosiation of Critical-Care Nurses
(1969) dan Oncology Nursing Society (1975).
2.3 PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DI INDONESIA
Tidak banyak literatur yang mengungkapkan perkembangan keperawatan
di Indonesia. Seperti perkembangan keperawatan di dunia pada umumnya,
perkembangan keperawatan di Indinesia juga dipengaruhi kondisi sosial ekonomi
yaitu penjajahan pemerintah kolonial Belanda, Inggris dan Jepang serta situasi
pemerintahan Indonesia setelah Indonesia merdeka. Perkembangan keperawatan
di Indonesia pada dasarnya dibedakan atas masa sebelum kemerdekaan dan masa
setelah kemerdekaan (orde lama dan orde baru).
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda perawat berasal dari penduduk
pribumi yang disebut velpleger dengan dibantu zieken oppaser sebagai penjaga
orang sakit. Mereka bekerja pada Rumah Sakit Binnen Hospital di Jakarta yang
didirikan tahun 1799 untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda. Usaha
pemerintah kolonial Belanda di bidang kesehatan pada masa itu antara lain: Dinas
Kesehatan Tentara yang dalam bahasa Belanda disebut Militiary Gezondherds
Dienst dan Dinas Kesehatan Rakyat atau Burgerlijke Gezondherds Dienst.
Pendirian rumah sakit ini termasuk usaha Daendels mendirikan rumah sakit di
Jakarta, Surabaya dan Semarang, ternyata tidak diikuti perkembangan profesi
keperawatan yang berarti karena tujuannya semata-mata untuk kepentingan
tentara Belanda.
Ketika VOC berkuasa, Gubernur Jendral Inggris Raffles (1812-1816)
sangat memperhatikan kesehatan rakyat. Berangkat dari semboyannya “Kesehatan
adalah milik manusia”, ia melakukan berbagai upaya memperbaiki derajat
kesehatan penduduk pribumi. Tindakan yang dilakukan antara lain: pencacaran
umum, membenahi cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa serta
memperhatikan kesehatan dan perawatan para tahanan.
Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda, usaha-usaha
peningkatan kesehatan penduduk mengalami kemajuan. Di Jakarta tahun 1819
didirikan beberapa rumah sakit, salah satu diantaranya adalah Rumah Sakit
Stadsverband berlokasi di Glodok (Jakarta Barat). Pada tahun 1919 rumah sakit
ini dipindahkan di Salemba dan sekarang bernama Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM). Saat ini RSCM menjadi pusat rujukan nasional dan
pendidikan nasional. Dalam kurun waktu ini (1816-1942), berdiri pula beberapa
rumah sakit swasta milik katolik dan protestan, misalnya: RS Persatuan Gereja
Indonesia (PGI) Cikini-Jakarta Pusat, RS St. Carolus Salemba-Jakarta Pusat, RS
St. Boromeus di Bandung dan RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan dengan
berdirinya rumah sakitdi atas, didirikan sekolah perawat. RS PGI Cikini tahun
1906 menyelanggarakan juru rawat, kemudian RSCM menyelenggarakan
pendidikan juru rawat tahun 1912.
Kekalahan tentara sekutu dan kedatangan Jepang (1942-1945)
menyebabkan perkembangan keperawatan mengalami kemunduran. Bila
renaissance berakibat buruk pada perkembangan keperawatan Inggris, maka
penjajaan Jepang merupakan masa kegelapan dunia keperawatan di Indonesia.
Pekerjaan perawat pada masa Belanda dan Inggris sudah dikerjakan oleh perawat
yang terdidik, sedangkan pada masa Jepang yang melakukan tugas perawat bukan
dari orang yang sudah dididik untuk menjadi perawat. Pemimpin rumah sakit juga
diambil alih dari orang Belanda ke orang Jepang. Pada saat itu obat-obatan sangat
minim, sehingga wabah penyakit muncul dimana-mana. Bahan balutan juga
terbatas, sehingga daun pisang dan pelepah pisang digunakan sebagai bahan
balutan.
Pembangunan bidang kesehatan dimulai tahun 1949. Rumah sakit dan
balai pengobatan mulai dibangun. Tahun 1952, sekolah perawat mulai didirikan,
yaitu Sekolah Guru Perawat dan Sekolah Perawat tingkat SMP. Pendidikan
keperawatan profesional mulai didirikan mulai tahun 1962 dengan didirikannya
Akademi Keperawatan milik Departemen Kesehatan di Jakarta untuk
menghasilkan perawat profesional pemula. Hampir bersamaan dengan itu
didirikan pula Amper milik Depkes di Ujung Pandang, Bandung dan Palembang.
Di Indonesia,keperawatan telah mencapai kemajuan yang sangat bermakna
bahkan merupakan suatu lompatan yang jauh kedepan. Hal ini bermula dari
dicapainya kesepakatan bersama pada Lokakarya Nasional Keperawatan pada
bulan Januari 1983 yang menerima keperawatan sebagai pelayanan profesional
(profesional service) dan pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi
(professional education). Dalam Lokakarya Keperawatan tahun 1983, telah
dirumuskan dan disusun dasar-dasar pengembangan Pendidikan Tinggi
Keperawatan. Sebagai realisasinya disusun kurikulum program pendidikan D-III
Keperawatan, dan dilanjutkan dengan penyusunan kurikulum pendidikan Sarjana
(S1) Keperawatan.
Pengembangan pelayanan keperawatan profesional tidak dapat dipisahkan
dengan pendidikan profesional keperawatan. Pendidikan keperawatan bukan lagi
merupakan pendidikan vokasional/kejuruan akan tetapi bertujuan untuk
menghasilkan tenaga keperawatan yang menguasai ilmu keperawatan yang siap
dan mampu melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan profesional kepada
masyarakat. Jenjang pendidikan keperawatan bahkan telah mencapai tingkat
Doktoral. Pendidikan tinggi keperawatan diharapkan menghasilkan tenaga
keperawatan profesional yang mampu mengadakan pembaruan dan perbaikan
mutu pelayanan/asuhan keperawatan, serta penataan perkembangan kehidupan
profesi keperawatan. Perkembangan keperawatan bukan saja karena adanya
pergeseran masalah kesehatan di masyarakat, akan tetapi juga adanya tekanan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan serta perkembangan
profesi keperawatan dalam menghadapi era globalisasi.
Pendirian Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) pada tahun 1985
merupakan momentum kebangkitan profesi keperawatan di Indonesia. Sebagai
embrio Fakultas Ilmu Keperawatan, institusi ini dipelopori oleh tokoh
keperawatan Indonesia, antara lain Achir Yani S, Hamid, DN.Sc; mendiang Dra.
Christin S Ibrahim, MN, Phd; Tien Gartinah, MN dan Dewi Irawaty, MA, dibantu
beberapa pakar dari Konsorsium Ilmu Kesehatan dan sembilan pakar keperawatan
dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). Pada tahun 2000 mulai muncul Program
Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) diberbagai Universitas di Indonesia (Universitas
Airlangga, Universitas Gajah Mada, Universitas Hasanudin, Universitas Andalas
dan Universitas Sumatra Utara).
Tahun 1974 tepatnya tanggal 17 Maret didirikan Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (PPNI). Sebagai fusi dari beberapa organisasi keperawatan
yang ada sebelumnya, PPNI mengalami beberapa kali perubahan bentuk dan
nama organisasi. Embrio PPNI adalah Perkumpulan Kaum Verpleger
Boemibatera (PKVB) tahun 1921. Pada saat itu profesi perawat Sangat dihormati
oleh masyarakat berkenaan denga tugas mulia yang dilakukan dalam merawat
orang sakit. Lahirnya sumpah pemuda 1928, mendorong perubahan nama PKVB
menjadi Perkumpulan Kaum Verpleger Indonesia (PKVI). Pergantian nama ini
berkaitan dengan semangat nasionalisme . PKVI bertahan sampai tahun 1942
berhubungan dengan kemenangan Jepang atas sekutu.
Bersamaan dengan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, tumbuh
organisasi profesi keperawatan. Tiga organisasi profesi yang ada antara tahun
1945-1954 adalah Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI), Persatuan Djuru
Rawat Islam (Perjurais) dan Serikat Buruh Kesehatan (SBK). Pada tahun 1951
terjadi pembaharuan organisasi profesi keperawatan yaitu terjadi fusi organisasi
yang ada menjadi Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI) sebagai upaya
konsolidasi organisasi profesi tanpa mengikutsertakan SBK karena terlibat pada
pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Kurun waktu 1951-1958 diadakan kongres di Bandung dan mengubah
nama PDKI menjadi Persatuan Pegawai Dalam Kesehatan (PPDK) dengan
keanggotaan bukan hanya dari perawat. Tahun 1959-1974 terjadi pengelompokan
organisasi keperawatan antara lain Ikatan Perawat Wanita Indonesia (IPWI),
Ikatan Guru Perawat Indonesia (IGPI) dan Ikatan Perawat Indonesia (IPI) tahun
1969. Akhirnya tanggal 17 Maret 1974 seluruh organisasi keperawatan kecuali
Serikat Buruh Kesehatan bergabung menjadi satu organisasi profesi tingkat
nasional dengan nama Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Nama inilah
yang secara resmi dipakai sebagai nama organisasi profesi keperawatan Indonesia
hingga kini.

2.4 Teori dan Model Keperawatan


2.4.1 VIRGINIA HENDERSON
Keperawatan adalah suatu fungsi yang unik dari perawat untuk menolong
klien yang sakit atau sehat dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan
meningkatkan kemampuan, kekuatan, pengetahuan dan kemandirian pasien secara
rasional, sehingga pasien dapat sembuh atau meninggal dengan tenang.Definisi ini
merupakan awal terpisahnya ilmu keperawatan dan medik dasar. Dari definisi
tersebut adalah asumsi tentang individu yaitu Individu perlu untuk
mempertahankan keseimbangan fisiologis dan emosional.
Individu memerlukan bantuan untuk memperoleh kesehatan dan
kemandirian atau meninggal dengan damai. Individu membutuhkan kekuatan
yang diperlukan, keinginan atau pengetahuan untuk mencapai atau
mempertahankan kesehatan.Henderson berpendapat peranan perawat membantu
individu sehat sakit dengan suatu cara penambah atau pelengkap (supplementary
atau emplementary). Perawat sebagai partner penolong pasien dan kalau perlu
sebagai pengganti bagi pasien.Focus perawat adalah menolong pasien dan
keluarga untuk memperoleh kebebasan dalam hal memenuhi 14 kebutuhan
Eliminasi Makan dan minum adekuat Bernapas normaldasar yaitu : Tidur
Bergerak dan mempertahankan posisi yang diinginkansampah tubuh
Mempertahankan temperature Memilih baju yang cocokdan istirahat tubuh
dalam rentang normal dengan mengatur pakaian dan memodifikasi Menjaga
tubuhlingkungan.

2.4.2 DOROTHEA OREM 1978

Keperawatan adalah sebuah pertolongan atas pelayanan yang diberikan


untuk menolong orang secara keseluruhan ketika mereka atau orang yang
bertanggung jawab atas perawatan mereka tidak mampu memberikan perawatan
kepada mereka. Keperawatan merupakan salah satu daya atau usaha manusia
untuk membantu manusia lain dengan melakukan atau memberikan pelayanan
yang professional dan tindakan untuk membawa manusia pada situasi yang saling
menyayangi antara manusia dengan bentuk pelayanan yang berfokus kepada
manusia seutuhnya yang tidak terlepas dari lingkungannya.Menurut OREM
asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang
memperlajari kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu
individu memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraan.

Teori ini dikenal dengan TEORI SELF CARE (Perawatan Diri )Orang
dewasa dapat merawat diri mereka sendiri, sedangkan bayi, lansia dan orang sakit
membutuhkan bantuan untuk memenuhi aktivitas self care mereka. Orem
mengklasifikasikan self care dalam 3 syarat 😮 Syarat universal : fisiologi dan
psikososial termasuk kebutuhan udara, air, makanan, eliminasi, aktivitas dan
istirahat, sosial, pencegahan bahaya. Syarat pengembangan : untuk meningkatkan
proses perkembangan sepanjang siklus hidup. Penyimpangan kesehatan
berhubungan dengan kerusakan atau penyimpangan cara, struktur norma dan
integritas yang dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk melakukan self
care.

Asuhan keperawatan mandiri dilakukan dengan memperhatikan tingkat


ketergantungan atau kebutuhan pasien dan kemampuan pasien. Oleh karena itu
ada tiga tingkatan dalam asuhan keperawatan mandiri. Perawat memberi
keperawatan total ketika pertama kali asuhan keperawatan dilakukan karena
tingkat ketergantungan pasien yang tinggi (system pengganti keseluruhan).
Perawat dan pasien saling berkolaborasi dalam tindakan keperawatan ( system
pengganti sebagian) Pasien merawat diri sendiri dengan bimbingan perawat(
system dukungan/pendidikan ).

2.4.3. IMOGE KING 1971

Keperawatan adalah suatu profesi yang memberikan bantuan pada


individu dan kelompok untuk mencapai, memelihara dan mempertahankan derajat
kesehatan dengan memperhatikan, memikirkan, menghubungkan, menentukan
dan melakukan tindakan perawatan sehingga individu atau kelompok berprilaku
yang sesuai dengan kondisi keperawatan.Keperawatan berhubungan langsung
dengan lingkungan, tempat atau ruang dan waktu untuk membentuk suatu
hubungan menanggulangi status kesehatan dalam proses interpersonal reaksi
interaksi dan transaksi dimana perawat dank lien berbagi informasi mengenai
persepsinya dalam keperawatan.Kerangka ini dikenal dengan system kerangka
terbuka. Asumsi yang mendasari kerangka ini adalah 😮 Asuhan keperawatan
berfokus pada manusia termasuk berbagai hal yang mempengaruhi kesehatan
seseorango Tujuan asuhan keperawatan adalah kesehatan bagi individu, kelompok
dan masyarakat.

Manusia selalu berinteraksi secara konstan terhadap lingkungan dalam


kerangka Keperibadian (konsep ini. Tiga system yang saling berinteraksi :
personal system) setiap individu mempunyai system kepribadian System
interpersonal terbentuk karena hasil interaksitertentu. manusia, dapat berbentuk
interaksi, komunikasi, perjanjian, stress dan System sosial meliputi keluarga,
kelompok, keagamaan, systemperan. pendidikan, system pekerjaan dan
kelompok sebaya.Menurut King, tujuan pemberian asuhan keperawatan dapat
dicapai jika perawat dan pasien saling bekerja sama dalam mengidentifikasi
masalah serta menetapkan tujuan bersama yang hendak dicapai.
2.4.4. BETTY NEWMAN, 1989

Keperawatan adalah suatu profesi yang unik dengan memperhatikan


seluruh factor-faktor yang mempengaruhi respon individu terhadap penyebab
stress, tekanan intra, inter dan ekstra personal.Perawatan berfokus kepada
mencegah serangan stress dalam melindungi klien untuk mendapatkan atau
meningkatkan derajat kesehatan yang paling baik.Perawatan menolong pasien
untuk menempatkan primary, secondary dan tertiary. Metode pencegahan untuk
mencegah stress yang disebabkan factor lingkungan dan meningkatkan system
pertahanan pasien. Menurut Newman, asuhan keperawatan dilakukan untuk
mencegah atau mengurangi reaksi tubuh akibat adanya stressor. Peran ini disebut
pencegahan penyakit yang terdiri dari pencegahan primer, sekunder dan tertier.
Primer meliputi tindakan keperawatan untuk mengidentifikasi adanya stressor,
mencegah terjadinya reaksi tubuh karena adanya stressor. Sekunder tindakan
keperawatan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala penyakit atau reaksi
tubuh lainnya karena adanya stressor. Tersier meliputi pengobatan rutin dan
teratur serta pencegahan kerusakan lebih lanjut atau komplikasi dari suatu
penyakit.

2.4.5. CALISTA ROY

Keperawatan adalah sebagai ilmu pengetahuan melalui proses analisa dan


tindakan yang berhubungan untuk merawat klien yang sakit atau yang kurang
sehat.Sebagai ilmu pengetahuan keperawatan Metode yang digunakan adalah
terapeutik, scientik dan knowledge dalam memberikan pelayanan yang esensial
untuk meningkatkan dan mempengaruhi derajat kesehatan. Roy menggambarkan
metode adaptasi dalam keperawatan Individu adalah makhluk biospikososial
sebagai satu kesatuan yang utuh. Seseorang dikatakan sehat jika mampu berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan biologis, psikologis dan sosial. Setiap orang selalu
menggunakan koping baik yang bersifat positif maupun yang negatif untuk dapat
beradaptasi.

Kemampuan beradaptasi seseorang dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu


: Factor kondisi dan situasi yang Penyebab utama terjadi perubahan Keyakinan
dan pengalaman dalam beradaptasi. Setiap individu berbeda berespon terhadap
kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan konsep diri yang positif, kemampuan untuk
hidup mandiri/kemandirian, serta kebutuhan akan kemampuan melalui peran dan
fungsi secara optimal untuk memelihara integritas diri. Posisi individu pada
rentang sehat sakit terus berubah, berhubungan erat dengan keefektifan koping
yang dilakukan untuk memelihara kemampuan beradaptasi. Roy berpendapat ada
2 metode koping yaitu : Regulator memproses input secar sistematis melalui jalur
saraf, kimia dan endokrin Cagnator memproses input melalui cara kognitif seperti
persepsi, proses informasi, belajar, keputusan dan emosi. Individu adalah makhluk
biopsikososial sebagai satu kesatuan yang utuh yang meiliki mekanisme koping
untuk dapat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Individu selalu
berinteraksi secara konstan atau selalu beradaptif terhadap perubahan lingkungan.
Lingkungan adalah semua yang ada disekeliling kita dan berpengaruh terhadap
perkembangan manusia. Sehat adalah suatu keadaan proses dalam menjaga
integritas dirio Peran perawat adalah membantu pasien beradaptasi terhadap
perubahan yang ada.

Menurut Roy, tindakan keperawatan ditujukan untuk meningkatkan


adaptasi individu terhadap sehat dan penyakit. Keempat model adaptasi itu adalah
Model fisiologi : cairan dan elektrolit, sirkulasi dan oksigenasi, nutrisi dan
eliminasi, proteksi, neurology dan endokrin. Model konsep diri : gambaran diri,
ideal diri, moral diri. Model fungsi peran : kebutuhan akan integritaso Model
interdependen (kemandirian) : hubungan seseorang dengan yang lain dan sumber
system yang memberikan bantuan, kasih sayang dan perhatian.

2.4.6 MARTHA ROGERS 1970


Keperawatan adalah pengetahuan yang ditujukan untuk mengurangi
kecemasan terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan , pencegahan
penyakit, perawatan rehabilitasi penderita sakit serta penyandang cacat.Teori
Rogers berfokus pada proses kehidupan manusia. Menurutnya kehidupan
seseorang dipengaruhi alam sebagai lingkungan hidup manusia dan pola
pertumbuhan dan perkembangan seseorang.
Asumsi dasar teori rogers tentang manusia adalah Manusia adalah
kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain.
Kehidupan setiap manusia adalah sesuatu yang unik tidak ada dua hal didalam
kehidupan ini yang dapat diulang dengan cara yang sama dibawah keadaan yang
sama . jalan hidup seseorang berbeda dengan yang lain.o Perkembangan manusia
dapat dinilai dari tingkah lakunya. Manusia diciptakan dengan karakteristik dan
keunikan tersendiri misalnya dalam hal sifat dan emosi.Rogers menggambarkan
individu dan lingkungan sebagai medan energi, terbuka, berpola dan

2.4.7. ABDELLAH FAYE

Keperawatan adalah seni ilmu dalam memberikan pelayanan kepada


individu, keluarga dan masyarakat. Untuk membentuk sikap dalam meningkatkan
kemampuandan keterampilan setiap individu perawat untuk mencapai tujuan
membantu manusia yang sakit maupun sehat, menanggulangi atau memenuhi
kebutuhan-kebutuhan kesehatannya, baik dasar maupun

2.4.8. PEPLAU
Keperawatan adalah suatu hasil proses kerja sama manusia dengan
manusia lainnya supaya menjadi sehat atau tetap sehat (hubungan antar manusia)
Pendidikan atau pematangan tujuan yang dimaksud untuk meningkatkan gerakan
yang progresif dan kepribadian seseorang dalam berkreasi, membangun,
menghasilkan pribadi dan cara hidup bermasyarakat.Hubungan interpersonal yang
merupakan factor utama model keperawatan menurut Peplau mempunyai asumsi
terhadap 4 konsep utama yaitu Manusia individu dipandang sebagai suatu
organisme yang berjuang dengan caranya sendiri untuk mengurangi ketegangan
yang disebabkan oleh kebutuhan. Tiap individu merupakan makhluk yang unik,
mempunyai persepsi yang dipelajari dan ide yang telah terbentuk dan penting
untuk proses interpersonal. Masyarakat/lingkungan budaya dan adapt istiadat
merupakan factor yang perlu dipertimbangkan dalam menghadapi kehidupan.
Kesehatan didefinisikan sebagai perkembangan kepribadian dan proses
kemanusiaan yang berkesinambungan kea rah kehidupan yang kreatif, konstruktif
dan produktif.Keperawatan dipandang sebagai proses interpersonal yang
bermakna. Proses interpersonal merupakan materina force dan alat edukatif yang
baik bagi perawat maupun klien. Pengetahuan diri dalam konteks interaksi
interpersonal merupakan hal yang penting untuk memahami klien dan mencapai
resolusi masalah.Suatu model dapat diuraikan secara rinci kebutuhan
utama/primer Tujuan asuhan keperawatan Kepribadian yang berkembang melalui
hubungan interpersonal mendidik dalam pemenuhan kebutuhan klien.o
KlienSystem dari yang berkembang terdiri dari karakteristik biokimia, fisiologis,
interpersonal dan kebutuhan serta selalu berupaya memenuhi kebutuhannya dan
mengintegrasikan belajar pengalaman. Peran Nurse berperan mengatur tujuan dan
proses interaksi interpersonal dengan pasien yang bersifat partisipatif, sedangkan
pasien mengendalikan isi yang menjadi tujuan. Dalam hubungannya dengan
pasien, perawat berperan sebagai orang asing, pendidik, narasumber, pengasuh
pengganti, pemimpin dan konselor sesuai dengan fase proses interpersonal.o
Sumber kesulitanAnsietas berat yang disebabkan oleh kesulitan mengintegrasikan
pengalaman interpersonal yang lalu dengan yang sekarang ansietas terjadi apabila
komunikasi dengan orang lain mengancam keamanan psikologik dan biologic
individu. Focus intervensiAnsietas yang disebabkan oleh hubungan interpersonal
yang mempengaruhi perkembangan kepribadian .

Empat komponen sentral yaitu proses interpersonal, perawat, pasien dan


ansietas. orientasiLebih difokuskan untuk membantu pasien menyadari
ketersediaan bantuan dan rasa percaya terhadap kemampuan perawat untuk
berperan Faseserta secara efektif falam pemberian askep pada klien.
identifikasiTerjadi ketika perawat memfasilitasi ekspresi perilaku pasien dan
memberikan askep yang tanpa penolakan diri perawat memungkinkan
pengalaman menderita sakit sebagai suatu kesempatan untuk mengorientasi
kembali perasaan dan menguatkan bagian yang positif dan kepribadian pasien.
Respon pasien pada fase identifikasi dapat berupa Individu Pasrtisipan mandiri
dalam hubungannya dengan perawat: Individu yang tak berdaya dan sangat
mandiri terpisah dari perawat Fase eksplorasiMemungkinkan suatu
situasitergantung pada perawat. dimana pasien dapat merasakan nilai hubungan
sesuai pandangan/persepsinya terhadap situasi. Fase ini merupakan inti Fase
resolusi Secara bertahap hubungan dalam proses interpersonal. pasien melepaskan
diri dari perawat. Resolusi ini memungkinkan penguatan kemampuan untuk
memenuhi kebutuhannya sendiri dan menyalurkan energi kea rah realisasi
potensi.Keempat fase tersebut merupakan rangkaian proses pengembangan
dimana perawat membimbing pasien dari rasa ketergantungan yang tinggi
menjadi interaksi yang saling tergantung dalam lingkungan sosial.Perawat
mempunyai 6 peran sebagai Orang asing ( stranger ) berbagi rasa hormat dan
minat yang berikut : positif pada pasien. Perawat menghadapi klien seperti tamu
yang Nara sumber ( resources person) dikenalkan pada situasi baru. memberikan
jawaban yang spesifik terhadap pertanyaan tentang masalah yang lebih luas dan
selanjutnya mengarah pada area permasalahan yang Pendidik (teacher)
merupakan kombinasi dari memerlukan bantuan. Kepemimpinan (leadership)
mengembangkan semua peran yang lain hubungan yang demokratis sehingga
merangsang individu untuk berperan Perngasuh pengganti (surrogate ) membantu
individu belajar tentang keunikan tiap manusia sehingga dapat mengatasi konflik
interpersonal. Konselor (consellor) meninhgkatkan pengalaman individu menuju
keadaan sehat yaitu kehidupan yang kreatif, konstruktif dan produktif.

2.4.9 FLORENCE NIGHTINGALE


Keperawatan adalah suatu proses menempatkan pasien dalam kondisi
paling baik untuk beraktivitas yaitu lingkungan yang sehat dan udara yang bersih.
Ia melihat penyakit sebagai proses pergantian atau perbaikan. Upaya membantu
proses perbaikan atau pergantian tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan
manipulasi lingkungan eksternal. Manusia mempunyai kemampuan alamiah
terhadap proses penyembuhan.

2.4.10. LEVINE
Keperawatan adalah bagian budaya yang direfleksikan dengan ide-ide dan
nilai-nilai , dimana perawat memandang manusia itu sama, merupakan suatu
rangkaian disiplin dalam menguasai organisasi atau kumpulan yang dimiliki
individu dalam menjalin hubungan manusia sekitarnya.Intisari dari keperawatan
adalah manusia. Asumsinya bahwa definisi teori tersebut adalah sebagai berikut
KondisiKlien memasuki system pelayanan kesehatan dalam bagian penyakit atau
perubahan kesehatan. Responsibilitas tanggung jawabPerawat bertanggung jawab
dalam mengenal respon (perubahan tingkah laku atau tingkat fungsi tubuh)
sebagai adaptasi klien atau usaha untuk beradaptasi terhadap lingkungan.4
Sensorion Inflamasi Stress Rasa takut respon antara lain : Fungsi perawat
memasukkan intervensi untuk meningkatkan adaptasi terhadap penyakit dan
evaluasi intervensi sebagai support (dorongan) atau terapeutik koping. Intervensi
membantu mempertahankan status kesehatan dan mencegah penyakit lebih lanjut.
Intervensi terapeutik meningkatkan penyembuhan dan pemulihan kesehatan.4
prinsip perlindungan yang mendorong tujuan perawatan untuk mempertahankan
atau memulihkan Perlindungan terhadap seseorang ke status kesehatan :
energiKeseimbangan intake dan output energi untuk mencegah kelelahan
Perlindungan terhadap integritas struktura. Mempertahankan atau pemulihan
Perlindungan terhadap integritas struktur tubuh (penyembuhan) personal
Mempertahankan atau pemulihan rasa identitas dan harga diri Perlindungan
terhadap integritas (mengenali kualitas diri) sosialMemperkenalkan klien sebagai
suatu makhluk sosial khususnya dengan orang lain.Teori Levine berfokus pada
satu orang klien, teori ini mempunyai implikasi utama dalam pengaturan
perawatan akut, dimana intervensi dapat bersifat mendorong atau terapeutik.

2.4.11 JEAN ORLANDO 1961


Keperawatan berlandaskan teori hubungan interpersonal yang
menitikberatkan pada sifat unik individu atau klien dalam ekspresi verbal yang
mengisyaratkan adanya kebutuhan dan cara-cara memenuhi kebutuhan.Teori Jean
Orlando mengandung konsep kerangka kerja untuk perawat professional yang
mengandung 3 elemen yaitu : perilaku klien, reaksi dan tindakan keperawatan ,
mengubah situasi perawat setelah perawat memperkirakan kebutuhan klien ,
perawat mengetahui penyebab yang mempengaruhi derajat kesehatan , lalu
bertindak secara spontan atau berkolaborasi untuk memberikan pelayanan
kesehatan.
2.4.12. JEAN WATSON 1979

Keperawatan adalah filsafat dalam usaha merawat untuk memberi definisi


hasil tindakan keperawatan dengan memperhatikan aspek humanistic dalam
kehidupan.Tindakan keperawatan diarahkan pada pemeliharaan hubungan timbal
balik dalam kesehatan. Sakit dan perilaku. Perawat berkonsentrasi pada
peningkatan kesehatan mempertahankan suatu kesehatan dalam pencegahan
penyakit.Model Jean Watson ini bentuk proses perawatannya menolong klien
untuk mencapai atau memelihara kesehatan atau mati dengan tenang. Tindakan
berhubungan dengan proses perawatan manusia, penguasaan ilmu pengetahuan
adalah utama dalam memberikan tindakan perawatan megenai perilaku manusia
dan respon menusia untuk menentukan masalah yang nyata atau potensial
kebutuhan klien. NILAI DAN NILAI Perawatan mempunyai faktor yang uniko
Perawatan KEYAKINAN adalah pelayanan yang diberikan secara langsung
terhadap orang sakit atau sehat, kelompok, keluarga dan masyarakato Perawatan
menggunakan proses untuk melakukan rencana perawatano Perawatan meliputi
hubungan interpersonal yang berkelanjutan, hubungan perawat dan klien
merupakan KEYAKINAN Persyaratan dasar pikiran hubungan yang sangat
penting. atau anggapan terhadap konsep mengenai keperawatano Setiap keyakinan
model keperawatan merupakan inti dari keperawatano Keyakinan ditransfer dari
teori scientik atau praktek dan salah satu hasil dari penelitian. Keyakinan sebagian
besar adalah satu model dengan model yang lainnya. Contoh : keyakinan
mengenai manusia atau klien sangat berbeda.Henderson melihat klien mempunyai
kebutuhan dasar sedangkan Roy TUJUAN Meningkatkan kemampuan klien
menjadikan 4 model penyesuaian. untuk berperan aktif dalam mencapai kesehatan
yang optimalo Membantu klien dalam perawatan untuk menuju kesehatan yang
optimal atau meninggal dengan tenang.

Anda mungkin juga menyukai