net/publication/360064249
CITATIONS READS
0 720
2 authors, including:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Qorinah Estiningtyas Sakilah Adnani on 20 April 2022.
Disusun oleh:
Dewi Susanti, SST, M.Keb.
Qorinah Estiningtyas Sakilah Adnani, SST, M.Keb, Ph.D
BUKU SAKU
KESEHATAN REPRODUKSI
CALON PENGANTIN
Penulis:
Dewi Susanti, SST, M.Keb.
Qorinah Estiningtyas Sakilah Adnani, SST, M.Keb, Ph.D
Editor:
Diajeng Ragil Pangestuti, S.S.
Desain Sampul:
Daffa Farras Shidiq
Penata Letak:
Rachmat Fitriadi Caesar
ISBN: 978-623-5877-13-6
Diterbitkan Oleh:
CV Penulis Cerdas Indonesia
Anggota IKAPI No. 280/JTI/2021
Jalan Selat Karimata E6/No. 1
Kota Malang
E-mail: Idbookstore.ofcial@gmail.com
Website: Idbookstore.id
Malang 2022
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I KONSEP PERNIKAHAN 1
A. Pengertian Pernikahan 1
B. Pengertian Keluarga 4
BAB II KESEHATAN REPRODUKSI 6
A. Kesehatan Reproduksi 6
B. Hak Reproduksi dan Seksual 6
C. Peran Suami dan Istri 7
BAB III PERSIAPAN PRANIKAH 8
A. Pemeriksaan Fisik 8
B. Persiapan Gizi 9
C. Imunisasi TT 10
D. Menjaga Kesehatan Organ Reproduksi 10
E. Waspada Tindakan Kekerasan Dalam Pernikahan 11
BAB IV ORGAN REPRODUKSI 14
A. Mengenal Organ Reproduksi Perempuan 15
B. Mengenal Organ Reproduksi Laki-laki 17
BAB V METODE KONTRASEPSI 19
A. Kontrasepsi Hormonal 20
B. Kontrasepsi Non Hormonal 21
BAB VI MASA KEHAMILAN 23
A. Proses Kehamilan 23
B. Pemeriksaan Kehamilan 24
C. Menjaga Kehamilan 24
ii
D. Kondisi Emosional Ibu Hamil 26
E. Kehamilan dan Persalinan Berisiko 26
BAB VII PERSALINAN DAN NIFAS 28
A. Persalinan 28
B. Nifas (Pascapersalinan) 29
BAB VIII PENYAKIT ORGAN REPRODUKSI 31
A. Penyakit Menular Seksual 31
B. Kanker 33
C. Perilaku Seksual Menyimpang 35
iii
BAB I
KONSEP PERNIKAHAN
A. Pengertian Pernikahan
1
Allah SWT juga menjanjikan keberkahan bagi orang-orang
yang menikah, sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nur
ayat 32.
2
Adapun kriteria ideal yang mungkin diinginkan sebagai
pasangan adalah sebagai berikut .
• Saleh • Setia
• Supportif/mendukung
• Pekerja keras
pasangan
3
B. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan satuan kelompok sosial yang terdiri
atas dua orang atau lebih dengan keterkaitan dengan interaksi
interpersonal, hubungan darah, pernikahan, atau adopsi.
Keluarga menjadi lingkungan sosial pertama bagi seorang
individu, dan menjadi tempat pertama seorang anak belajar
mengenai sesuatu. Secara fungsi, keluarga memiliki fungsi
keagamaan, sosial, cinta dan kasih sayang, perlindungan,
reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan pembinaan
lingkungan. Keluarga yang ideal adalah keluarga yang memiliki:
1) Ketenangan
2) Kedamaian
3) Harmonis
4) Kecukupan sandang, pangan dan papan.
4
Hal ini harus betul-betul direncanakan sebelum melakukan
pernikahan, agar kehidupan rumah tangga memiliki dasar
yang kuat dan kokoh, tidak hanya sekadar status saja. Sebagai
sepasang suami istri sudah sepatutnya membicarakan rencana
kehidupan rumah tangga secara dewasa, memikirkan tujuan
yang ingin dicapai bersama, dan merencanakan pendidikan
atau pola asuh untuk anak di masa depan.
5
BAB II
KESEHATAN REPRODUKSI
A. Kesehatan Reproduksi
Sebelum menikah, calon pengantin harus memperhatikan
kesehatan reproduksinya. Keadaan yang sehat secara
menyeluruh meliputi aspek fisik, mental, dan sosial. Reproduksi
yang sehat berarti merupakan kondisi dimana tubuh sehat,
normal, dan bebas dari penyakit. Seseorang yang dikatakan
sehat reproduksi adalah ia yang tidak memiliki kelainan
anatomis fisiologi pada organ reproduksi dan fungsi kelenjar
endokrin yang baik. Selain itu, reproduksi yang sehat berarti
terbebas dari penyakit infeksi menular yang mungkin merugikan
pasangan. Kesehatan reprodukti tidak hanya sekadar tidak ada
gangguan di sistem dan fungsi, tapi juga bagaimana individu
dapat menikmati kehidupan seks yang aman, nyaman, dan
menyenangkan.
6
4) Memiliki hak memperoleh pelayanan KB yang aman dan
efektif (tanpa dipaksakan).
5) Perempuan memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan reproduksi yang dibutuhkan selama proses
kehamilan, persalinan, nifas, dan pelayanan kesehatan
untuk bayinya.
6) Memiliki hak untuk dihargai dan dihormati oleh pasangan
berkaitan dengan kehiduapan seks yang tanpa unsur
pemaksaan, ancaman, dan kekerasan.
7
BAB III
PERSIAPAN PRANIKAH
A. Pemeriksaan Fisik
Untuk memastikan kesehatan diri dan pasangan perlu
dilakukan pemeriksaan fisik sebelum melakukan pernikahan.
Tindakan ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada penyakit
menular berbahaya yang mungkin diderita, jika memang ada
maka kedua belah pihak (calon pengantin) dapat mendiskusikan
solusi terbaik. Terdapat tujuh pemeriksaan fisik yang perlu
dilakukan sebelum menikah, yaitu:
1) Pemeriksaan darah. Untuk mengetahui kesehatan secara
umum dan mendeteksi kondisi anemia, leukimia, reaksi
inflamasi dan infeksi, penanda sel darah tepi, tingkat hidrasi
dan dehidrasi, dan polisitemia.
8
2) Pemeriksaan golongan darah dan rhesus. Untuk mengetahui
kecocokan rhesus dan efeknya saat ibu hamil. Rhesus yang
berbeda dapat menimbulkan bahaya pada janin, seperti
anemia.
3) Pemeriksaan gula darah. Untuk mencegah dan melakukan
penanganan dini dari komplikasi diabetes saat hamil.
4) Pemeriksaan urin. Untuk mendeteksi penyakit metabolik
atau sistemik, gangguan ginjal, sedimen mikroskopis, dan
makroskopik.
5) Deteksi infeksi menular seksual. Melakukan uji VDRL atau
RPR menggunakan sampel darah untuk mendeteksi bakteri
penyakit sifilis, treponema pollidum, dan HIV.
6) Deteksi hepatitis B. Untuk mencegah transmisi hepatitis B
kepada pasangan melalui hubungan seksual.
7) Deteksi penyakit penyebab kelainan pada masa kehamilan.
Untuk mendeteksi kuman yang mengganggu dan menginfeksi
ibu saat hamil yang dapat menyebabkan keguguran, bayi
lahir prematur, dan kelainan janin.
B. Persiapan Gizi
Persiapan gizi bagi calon pengantin sangat diperlukan, baik
untuk laki-laki maupun perempuan. Hal ini berkaitan dengan
kesehatan reproduksi jangka panjang. Untuk meningkatkan
gizi calon pengantin terutama perempuan dapat melalui
program penanggulangan kekurangan energi kronis (KEK).
Perempuan dianjurkan untuk meminum obat penambah
darah yang mengandung zat besi untuk mengurangi risiko
terjadinya anemia, dan meminum asam folat untuk mencegah
terjadinya defiensi asam folat. Tindakan tersebut dilakukan
untuk mengurangi risiko tinggi gangguan kehamilan di masa
mendatang.
9
Persiapan gizi tidak hanya untuk pengantin perempuan
yang mempersiapkan kehamilan, pihak laki-laki pun harus
mengonsumsi vitamin yang mendukung untuk meningkatkan
daya tahan tubuh. Calon suami juga harus mengetahui dengan
betul mengenai gizi yang tepat untuk istrinya, jika sudah
menikah maka ia bertanggung jawab dengan penuh atas
pemenuhan gizi keluarganya.
C. Imunisasi TT
Untuk mencapai kekebalan Status TT Interval (Selang Waktu) Lama
Minimal Perlindungan
tubuh yang maksimal, perlu
melakukan imunisasi TT TT I - 0
10
Dengan menjaga kebersihan tentu saja risiko terjangkit
penyakit berbahaya yang menyerang organ reproduksi
akan berkurang. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk
menjaga kebersihan dan kesehatan organ reproduksi
antara lain:
1) Mencuci organ reproduksi bagian luar sehabis buang
air kecil atau buang air besar
2) Membasuh dengan air bersih
3) Memakai celana dalam dengan bahan yang dapat
menyerap keringat
4) Tidak menggunakan pembersih bagian kewanitaan
secara berlebihan
5) Ganti celana dalam yang sudah basah atau lembab
untuk menghindari jamur
6) Keringkan dengan handuk atau tisu setelah BAB/
BAK
11
Kekerasan tidak hanya terpaku pada kekerasan fisik
(memukul, menampar, dll), adapun berbagai kekerasan yang
mungkin terjadi dan mengganggu pernikahan adalah sebagai
berikut.
1) Kekerasan fisik (memukul, menendang, menampar,
menjambak rambut, dan melukai).
2) Kekerasan psikis (menghina dengan berkomentar yang
merendahkan, mengancam, menakut-nakuti, dsb)
3) Kekerasan seksual (memaksa dan menuntut hubungan
seksual)
4) Penelantaran (tidak memberi nafkah istri dan melarang
istri bekerja)
5) Eksploitasi (memanfaatkan, memperdagangkan dan
memperbudak)
12
Segera laporkan ke pihak berwajib (kepolisian) jika
kekerasan dalam rumah tangga mulai tidak terkendali dan
sangat merugikan.
13
BAB IV
ORGAN REPRODUKSI
14
A. Mengenal Organ Reproduksi Perempuan
1. Ovarium (Indung Telur)
Ovarium terletak di sebelah kiri dan kanan rahim,
berfungsi untuk mengeluarkan sel telur (ovum). Dalam
waktu satu bulan sekali, ovarium akan bergiliran (kanan
dan kiri) mengeluarkan sel telur. Jika selama proses
pengeluaran tersebut sel telur tidak dibuahi oleh sperma,
maka sel telur akan keluar bersama dengan darah saat
masa menstruasi.
2. Tuba Falopii (Saluran Telur)
Saluran telur berada di kiri dan kanan rahim. Saluran
tersebut berfungsi sebagai jalannya sel telur dari ovarium
ke rahim.
3. Fimbrae (Umbai-umbai)
Fimbrae dianalogikan sebagai jari tangan yang berfungsi
untuk menangkap/menjadi tempat singgah sel telur yang
dikeluarkan oleh ovarium.
4. Uterus (Rahim)
Rahim adalah tempat dimana sel telur dibuahi oleh
sperma yang kemudian mengalami pertumbuhan hingga
menjadi janin. Bentuk dari rahim serupa dengan buah pir
dengan berat normal 30-50 gram. Adapun bagian-bagian
dari rahim adalah sebagai berikut.
• Lapisan parametrium (lapisan terluar bersentuhan
dengan rongga perut)
• Lapisan miometrium (berfungsi untuk mendorong
bayi keluar/kontraksi).
• Lapisan endometrium (tempat menempelnya sel telur
yang dibuahi)
15
5. Serviks (Leher Rahim)
Serviks merupakan bagian dari uterus (rahim) yang
berbatasan langsung dengan vagina. Serviks disebut juga
sebagai leher rahim, pada proses persalinan leher rahim
akan terbuka dan memudahkan bayi keluar.
6. Vagina (Liang Kemaluan)
Vagina merupakan aluran dengan bentuk silinder dengan
dinding depan berdiameter +6,5 cm dan dinding belakang
+9 cm, vagina memiliki sifat elastis dan memiliki beberapa
lipatan. Fungsi dari vagina adalah sebagai tempat untuk
penis (organ reproduksi laki-laki) saat melakukan hubungan
seks, jalur menstruasi, dan pintu untuk bayi menuju dunia
nyata.
7. Klitoris (Kelentit)
Klitoris berada pada bagian luar vagina dan merupakan
organ kecil yang memiliki kepekaan lebih besar dibandingkan
bagian lain. Klitoris memiliki banyak pembuluh darah dan
saraf yang membuatnya cukup sensitif.
8. Labia (bibir kemaluan)
Labia merupakan bibir kemaluan yang terdiri atas bibir
besar (mayor) dan bibir kecil (minor).
16
B. Mengenal Organ Reproduksi Laki-Laki
1. Testis (Buah Zakar)
Testis merupakan tempat untuk memproduksi sperma
yang terdiri atas dua buah yang berada dalam skrotum di
luar rongga panggul. Sperma merupakan sel telur dengan
bentuk seperti berudu (kecebong) berekor yang akan keluar
pada saat ejakulasi bersama dengan cairan mani.
2. Skrotum (Buah Zakar)
Skrotum merupakan kantong kulit yang memiliki
warna gelap dan tekstur berlipat. Skrotum berfungsi
untuk melindungi testis dan tempat bergantungnya testis
ke dinding perut yang membuat testis memiliki suhu yang
relatif tetap.
3. Vas Deferens (Saluran Sperma)
Vas deferens merupakan saluran yang berfungsi untuk
menyalurkan sperma dari testis-epididimis menuju uretra/
saluran kencing pars prostatika, memiliki panjang + 4,5 cm
dan berdiameter + 2,5 cm. Vas Deferens memiliki saluran
muara yang berbentuk seperti topi.
17
4. Prostat, Vesikula Seminalis dan Kelenjar Lainnya
Merupakan kelenjar yang menghasilkan cairan mani
(semen) yang berfungsi sebagai makanan sperma.
5. Penis
Penis merupakan alat kelamin laki-laki yang memiliki
fungsi sebagai alat untuk melakukan hubungan seksual,
menjadi saluran air seni, dan saluran keluarnya sperma.
Saat terangsang secara seksual darah akan dipompa ke penis
membuat ukurannya lebih besar dan tegang, kondisi ini
disebut dengan ereksi. Bagian glands pada penis memiliki
lebih banyak pembuluh darah dan saraf, bagian kulit yang
menutupi glands disebut dengan foreskin (preputium). Baik
secara medis maupun agama, laki-laki dianjurkan untuk
melakukan sunat (membuang bagian foreskin/preputium).
Sunat dapat mengurangi risiko terkena infeksi, radang,
hingga kanker.
18
BAB V
METODE KONTRASEPSI
19
A. Kontrasepsi Hormonal
Alat kontrasepsi yang termasuk ke dalam kontrasepsi
hormonal adalah Pil KB, IUD (Intra-Uterine Device), dan Suntik
KB. Sesuai dengan golongannya, alat kontrasepsi ini berkerja
dengan menekan hormon di dalam tubuh perempuan. Tingkat
efektivitas dari jenis kontrasepsi ini mencapai angka 98%, dengan
tetap memperhatikan aturan minum/pakai/suntik yang benar.
20
KB Suntik merupakan pemberian suntikan hormon progestin
ke dalam aliran darah dan cukup efektif dalam mencegah
kehamilan. Terdapat dua jenis KB Suntik, yaitu Suntikan KB 1
bulan dan 3 bulan. Sama dengan dua alat kontrasepsi hormonal
lainnya, kedisiplinan dalam menggunakan kontrasepsi jenis
ini sangat diperlukan, karena melewatkan jadwal suntik dapat
meningkatkan risiko kehamilan.
21
Sangat dianjurkan untuk konsultasi pada dokter atau bidan
sebelum memilih alat kontrasepsi. Pertimbangan mengenai
alat kontrasepsi yang cocok dan efektif akan diputuskan
berdasarkan pada tinjauan medis, sehingga mengurangi risiko
dan efek samping yang mungkin terjadi.
22
BAB VI
MASA KEHAMILAN
A. Proses Kehamilan
Kehamilan merupakan masa yang paling ditunggu oleh
pasangan yang telah menikah dan merencanakan untuk
memiliki anak. Proses awal kehamilan terjadi saat sel telur yang
matang dibuahi oleh sperma yang terjadi di dalam aluran telur.
Sel telur tersebut akan mengalami perkembangan kemudian
menempel pada dinding rahim. Embrio akan berkembang
mengikuti tahap kehidupan sel pada 120 hari pertama, dan
terus mengalami perkembangan hingga menjadi janin/bayi.
Usia normal kehamilan adalah 9 bulan 10 hari, meskipun
terdapat beberapa kasus yang kurang atau bahkan lebih dari
jangka waktu tersebut.
23
pihak profesional (dokter atau bidan) sangat dianjurkan untuk
pengambilan keputusan yang tepat.
B. Pemeriksaan Kehamilan
Untuk menjaga kesehatan ibu dan janin perlu dilakukan
perawatan dan pemeriksaan selama masa kehamilan.
Pemeriksaan kehamilan meliputi menimbang berat dan
tinggi badan, pengukuran tekanan darah, menilai status
gizi, mengukur janin dan tinggi fundus uteri, menentukan
presentasi janin dan denyut janin, menilai status imunisasi
TT, memberikan tablet tambah darah untuk mengurangi risiko
anemia, melakukan tes laboratorium, melakukan tata laksana
kasus, dan konsultasi kehamilan secara rutin.
C. Menjaga Kehamilan
Kehamilan dapat menjadi sangat rentan dan berisiko
jika perempuan hamil tidak menjaga dan memperhatikan
kehamilannya. Perempuan akan mengalami perubahan yang
signifikan selama masa kehamilan, baik secara fisik maupun
24
kondisi psikologisnya. Hal ini menyebabkan perempuan yang
sedang hamil perlu perhatian yang lebih. Adapun langkah yang
dapat menjaga kehamilan adalah sebagai berikut.
1) Mengurangi aktivitas berlebihan agar tidak kelelahan
2) Tidur yang cukup (9-10 jam) dan berbaring selama 1
jam di siang hari
3) Berpakaian yang nyaman (tidak terlalu ketat)
4) Atur posisi saat melakukan hubungan seksual (tidak
menekan bagian perut)
5) Melakukan aktivitas fisik berupa jalan kaki atau olahraga
ringan (senam hamil)
6) Menghindari kontak dengan orang sakit dan asap rokok
7) Makan seimbang dan bergizi
8) Mengonsumsi vitamin pendukung untuk menjaga daya
tahan tubuh
25
Ibu dan keluarga harus memantau kehamilan secara
berkala, jika mengalami tanda-tanda bahaya segera periksakan
diri ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan
tindakan medis yang tepat.
26
Faktor 4 terlalu terdiri atas: 1) terlalu muda untuk hamil
(usia di bawah 20 tahun); 2) terlalu tua untuk hamil (usia di atas
35 tahun); 3) terlalu sering hamil (lebih dari 3 anak); dan 4)
terlalu dekat jarak kehamilan (kurang dari 2 tahun). Sementara
faktor 3 terlambat, yaitu: 1) terlambat mengambil keputusan
dalam kedaruratan; 2) terlambat tiba di fasilitas kesehatan; dan
3) terlambat mendapat pertolongan medis.
27
BAB VII
PERSALINAN DAN NIFAS
A. Persalinan
Saat melakukan konsultasi dengan dokter atau bidan,
biasanya ibu hamil akan diberitahu perkiraan kapan ia akan
melakukan persalinan (melahirkan). Namun, perkiraan tersebut
bisa saja meleset lebih cepat atau lebih lambat. Tidak ada
perkiraan yang pasti kapan seorang ibu hamil akan melahirkan
bayinya. Adapun tanda-tanda ibu hendak melahirkan adalah
sebagai berikut.
1) Merasa mulas. Intensitas mulas ini dapat berlangsung
sering dan lama.
2) Keluar lendir bercampur darah dari vagina.
3) Keluargnya air ketuban.
28
keputusan mengenai persalinan normal ataupun operasi caesar
pun akan didiskusikan dan ditinjau berdasarkan catatan medis
yang akurat.
B. Nifas (Pascapersalinan)
Masa setelah persalinan disebut dengan masa nifas.
Perasaan haru dan bahagia tentu saja menyelimuti keluarga
begitu kehadiran bayi yang baru lahir. Namun, masa ini juga
sangat penting, terutama untuk ibu dan bayi. Pemantauan
dan perawatan pascapersalinan tidak bisa dianggap sepele,
terutama mengenai pemenuhan nutrisi bagi ibu dan bayi. Ibu
nifas harus melakukan pemeriksaan kesehatan sesuai dengan
standar, mengonsumsi vitamin A, dan memenuhi imunisasi
bayinya di fasilitas kesehatan. Tenaga kesehatan bertugas
untuk memberikan sosialisasi dan penyuluhan mengenai:
1) Perawatan tali pusar (menggunakan kain kasa bersih,
kering dan steril setiap hari hingga tali pusat lepas
dengan sendirinya)
2) Wajib imunisasi hepatitis B, BCG dan polio bagi bayi.
3) Konsultasi ibu dan bayi harus dilakukan 4 kali di bulan
pertama kelahiran
4) Pentingnya meminum kapsul vitamin A (satu setelah
melahirkan dan satu setelah selang 24 jam)
5) Penggunaan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan
tidak diinginkan setelah melahirkan.
6) IMD (Inisiasi Menyusu Dini) dimana ibu harus menyusui
bayinya segera setelah lahir untuk menumbuhkan
bonding antara ibu dan anak serta mencegah terbuangnya
air susu pertama ibu (kolostrum).
7) ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi.
29
8) Pemberian ASI (bersama makanan pendamping) hingga
usia dua tahun.
Secara umum tentu saja kita tahu bahwa ASI (Air Susu Ibu)
merupakan asupan terbaik untuk bayi baru lahir. Pemberian
ASI ternyata tidak hanya berdampak positif bagi bayi, tapi
juga bagi ibu. Dengan memberikan ASI pada bayinya, ibu juga
akan mendapatkan manfaat berupa berkurangnya pendarahan
pada bagian rahim yang akan membantu mempercepat
pengencangan rahim. Selain itu, pemberian ASI eksklusif juga
dapat mencegah kehamilan dalam waktu dekat.
30
BAB VIII
PENYAKIT ORGAN REPRODUKSI
31
2) Sifilis (Raja Singa). Sifilis merupakan penyakit menular
seksual yang ditandai dengan adanya luka berbentuk bulat/
lonjong, kenyal, tidak nyeri, dan adanya kelenjar getah
bening di lipat paha bagian dalam.
3) Herpes Genitalis. Herpes genitalis merupakan penyakit
menular seksual yang ditandai dengan bintil berkelompok
kemerahan, terasa nyeri, pembesaran kelenjar lipat paha,
dan disertai gejala sistemik. Herpes dapat kambuh sewaktu-
waktu, hal ini didorong dengan beberapa faktor seperti
stress atau seks berlebihan.
4) Infeksi HIV. Infeksi HIV merupakan penyakit menular
seksual yang dapat penyebar melalui hubungan seks tanpa
pelindung (kondom), penggunaan alat suntik bersamaan,
transfusi darah, atau saat persalinan. HIV disebabkan oleh
Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia.
5) Clamydia. Penyakit ini menyerang perempuan di bagian leher
rahim, dan laki-laki pada saluran keluarnya urin. Clamydia
disebabkan oleh bakteri Chlamydia Trachomatis dan dapat
menular melalui luka pada area organ reproduksi luar.
6) Trikomoniasis. Disebabkan oleh parasit Trichomonas Vaginalis
yang menimbulkan keputihan atau bahkan tanpa gejala.
7) Hepatitis B dan Hepatitis C. Disebabkan oleh virus hepatitis
yang mengakibatkan terjadinya gangguan hati kronis hingga
kanker. Virus tersebut dapat ditemukan dalam darah dan
cairan, menular melalui hubungan seksual dan jarum suntik.
8) Tinea Cruris. Penyakit ini menyerang kulit alat kelamin
hingga paha bagian dalam dan bokong. Berupa ruam merah
yang disertai rasa gatal, penularannya dapat melalui kontak
langsung.
32
9) Candidiasis. Penyakit ini menyerang kulit ditandai dengan
ruam atau luka lepuh yang muncul di area kulit terutama
area lipatan.
10) Granuloma Inguinale. Disebabkan oleh bakteri Klebsiella
granulomatis yang ditandai dengan munculnya benjolan serta
luka pada bagian selangkangan, penis, anus, atau skrotum.
B. Kanker
Kanker menjadi penyakit utama yang menyebabkan kematian
di seluruh dunia. Terdapat beberapa faktor penyebab penyakit
kanker, yaitu faktor genetik (keturunan), faktor karsinogen (zat
kimia, radiasi, virus, hormon, atau iritasi kronis), dan faktor
gaya hidup (merokok, pola makan tidak sehat, mengonsumsi
minuman berakholol, dan kurang aktivitas fisik).
33
3) Kanker Uterus (Rahim). Ditandai dengan nyeri pinggul,
rasa sakit saat melakukan aktivitas seksual, dan
menstruasi tidak teratur (tidak lancar atau berlebihan).
4) Kanker Ovarium. Menyerang indung telur, tidak
menyebabkan gejala spesifik namun dapat ditandai
dengan berkurangnya nafsu makan dan perut terasa
kembung.
5) Kanker Vulva. Kanker jenis ini menyerang bibir vagina
(labia), ditandai dengan benjolan yang menimbulkan
nyeri atau gatal.
6) Kanker Prostat. Kanker ini menyerang bagian prostat
dan sering terjadi pada laki-laki berusia lanjut.
Gejalanya berupa frekuensi buang air kecil meningkat
disertai rasa tidak nyaman dan urin yang tertahan.
7) Kanker Testis. Menyerang testis sebagai penghasil
hormon testoteron dan sperma. Ditandai dengan
benjolan, pembengkakan, dan rasa nyeri pada testis/
skrotum.
8) Kanker Penis. Ditandai dengan rasa nyeri di bagian
penis, muncul darah dan cairan berbau dari kulit
penis, penebalan dan perubahan warna kulit, dan
ruam merah. Risiko lebih tinggi pada penis yang tidak
disunat.
34
C. Perilaku Seksual Menyimpang
Perilaku seksual yang menyimpang dapat terjadi dikarenakan
beberapa faktor seperti trauma masa kecil, pelecehan seksual,
dan kondisi kelainan saraf pada otak. Di zaman sekarang
ini perilaku seksual menyimpang sudah ramai menjadi
perbincangan seiring banyak pihak yang mulai membuka diri
mengenai orientasi seksualnya. Adapun jenis perilaku seksual
yang menyimpang adalah sebagai berikut.
1) Ekshibisionisme. Merasa nikmat saat melihat seseorang
ketakutan saat ia memperlihatkan alat kelaminnya atau
melakukan mastrubasi di tempat umum.
2) Voyeurisme. Merasa puas saat mengintip orang mandi,
berganti pakaian, atau beraktivitas seksual.
3) Froteurisme. Merasa puas saat menempel atau
menggesekan alat kelamin pada orang yang tidak
dikenal.
4) Paedofilia. Memiliki ketertarikan (secara seksual)
kepada anak di bawah usia 13 tahun.
5) Sadomasokis. Merasa puas saat merasakan sakit akibat
kekerasan verbal maupun non verbal yang dilakukan
pasangan.
6) Sadisme. Merasa puas ketika menyiksa (secara fisik dan
psikologis) pasangan saat melakukan aktivitas seksual.
7) Transvetitisme. Pria yang menyukai perempuan
(heteroseksual) namun menikmati dan mendapat
kepuasan saat berdandan sebagai perempuan.
8) Nekrofilia. Merasa puas saat melakukan hubungan
seksual dengan mayat.
9) Zoofilia dan Beastiality. Merasa puas saat melakukan
hubungan seksual dengan binatang.
35
Lalu bagaimana jika penyimpangan seksual ini terjadi di
kehidupan rumah tangga? Hal pertama yang harus dilakukan
sebelum menikah adalah melihat dan mencermati dengan
baik perilaku dari pasangan (calon suami/istri), jika memang
memungkinkan komunikasikan secara baik-baik apa yang
menjadi masalah dan temukan solusi terbaik bagi dua belah
pihak.
36
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F.G., Leveno, K.J., Bloom, S.L., Hauth, J.C., Rouse, D.J.,
Spong, C.Y. 2018. Williams Obstetric, 25th ed. Mc Graw Hill
Companies Inc, New York.
Dieny F, Rahadiyanti, A, Kurniawati, M, 2019. Gizi Prakonsepsi,
Jakarta : Bumi Medika.
Fransen MP, Mirriam H, Laxsini M, Rosman AN, Smith SK. Precon-
ception Counselling For Low Health Literate Women : An
Exploration of Determinants in the Netherlands. Reproduc-
tive Helath. 2018;15:192
Kemenkes RI. Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pen-
gantin. Jakarta2015.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Lembar Balik Kesehatan Repro-
duksi bagi Calon Pengantin.
Kementerian Kesehatan RI. 2021. Peraturan Mentri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2021 1–184.
Kementrian Kesehatan RI, 2015. Kesehatan Reproduksi dan Seksu-
al bagi Calon Pengantin, Bina Kesehatan Masyarakat Jakarta.
Khan, N, Boyle J, Lang AY, 2019. Preconseption Health Attitudes
and Behaviors of Women : A Qualitative Investigation. Aus-
tralia: Nutriens Articles.
Manuaba, I.A.C., Fajar, I.B.G., Manuaba, I.B.G. 2013. Ilmu Kebidanan,
Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan, 2nd
ed. EGC, Jakarta.
Opray N, Grivell RM, Deusen AR, Directed Preconception health
programs and Interventions for Improving Pregnancy
Outcomes for Women who are overwihte or obese (review),
Cochrane Database of Systematic Review, 2015.
Priya B, Mangione CM, Change E. 2017. A cluster Randomized
Controlled Trial of the Myfamily plan Online Preconception
Helath Education Tool. American journal of Health Promo-
tion.
37
38