Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA REMAJA DAN PRANIKAH


DENGAN KEK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik


Asuhan Kebidanan Holistik pada Remaja dan Pranikah BD. 7001

Oleh:
CANDRA RIZKI HAKIKI
NIM. P07124523053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan

“Asuhan Kebidanan Holistik pada Remaja dan Pranikah dengan KEK”

Oleh:
Candra Rizki Hakiki
NIM. P07124523053

Menyetujui,

Pembimbing Klinik
Sri Rumiyati, S.ST, Bdn
NIP. 196810281993112001 (………………………………..)

Pembimbing Akademik
Yuliantisari R., S.SiT, M.Keb (……………………………….)
NIP. 198107272005012003

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Munica Rita H., S.SiT, Bdn, M.Kes


NIP. 198005142002122001
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
bimbinganNya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini, dengan judul “Asuhan
Kebidanan Holistik pada Remaja dan Pranikah dengan KEK”. Penulisan Laporan
Pendahuluan ini disusun untuk memenuhi tugas Praktik Asuhan Kebidanan Holistik
pada Remaja dan Pranikah. Laporan Pendahuluan ini terwujud atas bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu
dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Munica Rita H., S.SiT, Bdn, M.Kes selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Profesi Bidan yang telah memberikan kesempatan dalam penyusunan Laporan
Pendahuluan ini.
2. Yuliantisari R., S.SiT, M.Keb selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan arahan dan kebijakan dalam penyusunan Laporan Pendahuluan ini.
3. Sri Rumiyati, S.ST, Bdn selaku Pembimbing Klinik yang telah memberi
bimbingan dan arahan selama menjalankan praktik klinik di Puskesmas Berbah.
4. Orangtua dan Kakak yang telah banyak memberikan dukungan, doa dan
semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna, akan tetapi besar harapan
semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 1 September 2023


Penulis

Candra Rizki Hakiki


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................1
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................................................iii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iv

BAB I TINJAUAN TEORI.......................................................................................1


A. Remaja.................................................................................................................1
B. Calon Pengantin...................................................................................................2
C. Definisi KEK.......................................................................................................6
D. Etiologi................................................................................................................6
E. Patofisiologi.........................................................................................................7
F. Tanda dan Gejala..................................................................................................8
G. Penatalaksanaan...................................................................................................8
H. Kewenangan Bidan..............................................................................................8

BAB II TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN........................................10


A. Pengkajian Data Subyektif................................................................................10
B. Pengkajian Data Obyektif..................................................................................10
C. Analisa...............................................................................................................13
D. Rencana Tindakan.............................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................15
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Remaja
1. Definisi
Remaja atau adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang
berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah
bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan
psikologis. Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya
perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja adalah suatu periode masa
pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa peralihan.
Masa remaja merupakan periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa.1

Usia remaja merupakan periode transisi perkembangan dari masa anak


ke masa dewasa, usia antara 10-24 tahun. Secara etimiologi, remaja berarti
tumbuh menjadi dewasa. Definisi remaja (adolescence) menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO) adalah periode usia antara 10 sampai 16 tahun,
sedangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut kaum muda (youth)
untuk usia antara 15-24 tahun. Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya,
masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap, yaitu: masa remaja awal (10-12
tahun), masa remaja tengah (13-15 tahun), dan masa remaja akhir (16-19
tahun). Definisi ini kemudian disatukan dalam terminology kaum muda
(young people) yang mencakup usia 10-24 tahun.1

2. Tahap Perkembangan Remaja:


Berdasarkan sifat atau masa (rentang waktu), remaja dibagi menjadi tiga
tahapan, yaitu:1
a. Remaja awal (10-12 tahun): merasa lebih dekat dengan teman sebaya,
merasa ingin bebas, merasa lebih banyak memperhatikan keadaan
tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak).
b. Masa remaja tengah (13-15 tahun): tampak dan merasa ingin mencari

1
identitas diri, ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada
lawan jenis, timbul perasaan cinta yang mendalam, kemampuan berpikir
abstrak (berkhayal) makin berkembang, dan berkhayal mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan seksual.
c. Masa remaja akhir (16-19 tahun) : menampakkan pengungkapan
kebebasan diri, dalam mencari teman sebaya lebih selektif, memiliki
citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya, dapat mewujudkan
perasaan cinta dan memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak.1
B. Calon Pengantin
1. Definisi
Calon pengantin adalah pasangan yang akan melangsungkan
pernikahan. Calon pengantin dapat dikatakan sebagai pasangan yang belum
mempunyai ikatan, baik secara hukum Agama ataupun Negara dan pasangan
tersebut berproses menuju pernikahan serta proses memenuhi persyaratan
dalam melengkapi datadata yang diperlukan untuk pernikahan. CATIN atau
Calon Pengantin merupakan istilah yang digunakan pada wanita usia subur
yang mempunyai kondisi sehat sebelum hamil agar dapat melahirkan bayi
yang normal dan sehat serta Calon Pengantin laki-laki yang akan
diperkenalkan dengan permasalahan kesehatan reproduksi dirinya serta
pasangan yang akan dinikahinya.2
Calon Pengantin adalah terdiri dari dua kata yaitu calon dan
pengantin, yang memiliki arti sebagai berikut, “Calon adalah orang yang akan
menjadi pengantin”. Sedangkan “Pengantin adalah orang yang sedang
melangsungkan pernikahannya”. Jadi calon pengantin adalah seorang lakilaki
dan seorang perempuan yang ingin atau berkehendak untuk melaksanakan
pernikahan. Dengan kata lain calon pengantin ini adalah peserta yang akan
mengikuti bimbingan pranikah yang diadakan oleh Kantor Urusan Agama
(KUA) sebelum calon pengantin ini akan melangsungkan akad nikah.2
2. Pemeriksaan Kesehatan Bagi Calon Pengantin
Pemeriksaan kesehatan Pranikah (Premarital Check Up) merupakan
pemeriksaan untuk memastikan status kesehatan dari kedua calon mempelai
laki-laki dan perempuan yang hendak menikah. Hal ini diperuntukan untuk
mendeteksi dini adanya penyakit menular, menahun dan kesuburan maupun
kesehatan jiwa seseorang. Pemeriksaan ini bermanfaat untuk melakukan
tindakan terhadap permasalahan kesehatan terkait kesuburan dan penyakit
yang diturunkan secara genetik. Calon pengantin perlu mendapatkan
pemeriksaan kesehatan untuk menentukan status keehatan agar dapat
merencanakan dan mempersiapkan kehamilan yang sehat dan aman.
Pemeriksaan kesehatan yang diperlukan oleh calon pengantin berpedoman
pada buku saku calon pengantin KemenKes RI, (2018) yaitu meliputi:2
a. Pemeriksaan Fisik
Pertumbuhan jasmani dalam fase kehidupan manusia akan mengalami
perkembangan yang sangat signifikan ketika memasuki usia remaja,
karena pada usia remaja sudah mulai tumbuh dan berfungsi organ
reproduksinya. Pertumbuhan fisik akan semakin kuat saat mengakhiri
usia remaja, demikian pula dengan fungsi organ reproduksi akan berjalan
dengan baik saat berakhir usia remaja dan semakin matang ketika
memasuki fase dewasa. Menurut ilmu kesehatan, fase terbaik untuk
melahirkan adalah usia 20-30 tahun. Pemeriksaan fisik termasuk status
gizi yang diperlukan oleh catin antara lain adalah:
1) Pemeriksaan fisik, dilakukan untuk mengetahui dan mengidentifikasi
status kesehatan melalui pengukuran dan pemeriksaan (denyut nadi,
frekuensi nafas, suhu tubuh dan seluruh tubuh).
2) Pemeriksaan status gizi, dilakukan untuk mengetahui dan
mengidentifikasi status gizi dan deteksi awal anemia, melalui
pengukuran atau pemeriksaan (berat badan, tinggi badan, LILA dan
tanda-tanda anemia).
b. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Haemoglobin (Hb)
Pemeriksaan hemoglobin yaitu pemeriksaan molekul protein pada sel
darah merah yang berfungsi sebagai media transportasi oksigen dari
paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida
dari jaringan tubuh ke paru-paru. Calon pengantin biasanya juga
diminta untuk melakukan pemeriksaan darah Anti Cardiolipin
Antibody (ACA). Penyakit yang berkaitan dengan hal itu bisa
mengakibatkan aliran darah mengental sehingga darah si ibu sulit
mengirimkan makanan kepada janin yang berada di dalam rahimnya.
Selain itu jika salah satu calon pengantin memiliki catatan Down
Syndrome karena kromosom dalam keluarganya, maka perlu
dilakukan pemeriksaan lebih intensif lagi. Sebab riwayat itu bisa
mengakibatkan bayi lahir idiot.
2) Pemeriksaan Gula Darah
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mengatahui adanya penyakit
kencing manis (Diabetes Melitus) dan juga penyakit penyakit
metabolik tertentu. Ibu hamil yang menderita Diabetes tidak
terkontrol dapat mengalami beberapa masalah seperti : janin yang
tidak sempurna/cacat, Hipertensi, Hydramnions (meningkatnya cairan
ketuban), meningkatkan resiko kelahiran prematur, serta Macrosomia
(bayi menerima kadar glukosa yang tinggi dari Ibu saat kehamilan
sehingga janin tumbuh sangat besar). Pemantauan hasil dapat
dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler
dengan glukometer.
3) Pemeriksaan Hepatitis B Surface Antigen (HbSAg)
Hepatitis B merupakan infeksi menular serius yang terjadi
pada hati disebabkan oleh virus hepatitis B. Hepatitis B bisa menjadi
kronis setelah beberapa bulan seja terinfeksi pertama kali.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi
virus hepatitis B, diagnosis hepatitis B, screening pravaksinasi dan
memantau Clearence Virus. Selain itu pemeriksaan ini juga
bermanfaat jika ditemukan salah satu pasangan menderita Hepatitis B
maka dapat diambil langkah antisipasi dan pengobatan secepatnya.3
HbSAg merupakan suatu protein antigen dimana antigen
tersebut dapat menjadi indikator awal dari hepatitis B akut dan sering
kali digunakan untuk mengidentifikasi orang-orang yang terinfeksi
sebelum gejalagejala muncul. HbSAg dapat dideteksi pada cairan
tubuh yang terinfeksi dan menghilang dari darah selama masa
pemulihan. Pada beberapa orang (khususnya mereka yang terinfeksi
adalah anakanak atau mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh
yang lemah, seperti pada penderita AIDS), infeksi kronis dengan
VHB dapat terjadi dan HbSAg tetap positif.3
4) Pemeriksaan TORCH
TORCH adalah singkatan dari Toksoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus, dan Herpes Simpleks. Keempat penyakit tersebut
merupakan infeksi yang bisa menular dari ibu hamil terhadap janin
yang dikandungnya. Jika seorang ibu hamil menularkan infeksi
tersebut ke janinnya, maka hal fatal bahkan risiko cacat lahir bisa
terjadi pada kesehatan janin.
c. Skrinning dan Imunisasi Tetanus
Imunisasi Tetanus Toxsoid calon pengantin ditekankan untuk di
seluruh Indonesia melaksanakan, memantau serta melaporkan secara
berkala hasil dari pelaksanaan bimbingan dan pelayanan Imunisasi
Tetanus Toxsoid calon pengantin sesuai dengan pedoman pelaksanaan.
Peraturan tersebut masih berjalan sampai sekarang yaitu merupakan
kewajiban untuk calon pengantin melaksanakan Imunisasi Tetanus
Toxsoid dan menunjukkan surat/kartu bukti imunisasi TT1 sebagai
administrasi pernikahan yang bisa dilakukan di pelayanan kesehatan
terdekat Puskesmas atau Rumah sakit.2
Calon pengantin wanita harus melakukan imunisasi Tenanus
Toxoid untuk mencegah dan melindungi diri terhadap penyakit tetanus,
sehingga akan memiliki kekebalan seumur hidup untuk melindungi ibu
dan bayi terhadap penyakit tetanus. Setiap perempuan usia subur (15-49
tahun) diharapkan sudah mendapatkan 5 kali Imunisasi Tetanus Toxsoid
lengkap, jika status Imunisasi Tetanus Toxsoid belum lengkap, maka
calon pengantin perempuan harus melengkapi status Imunisasi Tetanus
Toxsoid di Puskesmas.2

C. Definisi KEK
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana seseorang
menderita keadaan kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis)
yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada wanita. KEK
merupakan gambaran status gizi di masa lalu, kekurangan gizi kronis pada masa
anak-anak baik disertai sakit yang berulang, akan menyebabkan bentuk tubuh
yang kuntet (stunting) atau kurus (wasting) pada saat dewasa. Seseorang yang
memiliki postur tubuh seperti ini berisiko mengalami gangguan pada masa
kehamilan dan melahirkan bayi BBLR.2

Kekurangan energi kronis biasa saja terjadi pada masa remaja dan akan
berlanjut ke masa sebelum hamil dan saat hamil jika tidak ditangani, KEK pada
calon pengantin wanita atau calon ibu akan menyebabkan masalah pada masa
selanjutnya saat wanita tersebut hamil dan menyusui. Untuk mencegah risiko
KEK pada ibu hamil sebelum kehamilan wanita usia subur harus mempunyai
gizi yang baik dengan LILA tidak kurang dari 23,5 cm. apabila LILA ibu
sebelum hamil kurang dari angka tersebut, sebaiknya kehamilan ditunda
sehingga tidak beresiko melahirkan BBLR.4

D. Etiologi
Terjadinya KEK merupakan akibat dari faktor lingkungan dan faktor
manusia yang didukung oleh kekurangan asupan zat-zat gizi 12 sehingga
simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Apabila
keadaan ini berlangsung lama maka simpan zat gizi akan habis dan akhirnya
terjadi kemerosotan jaringan. Keadaan KEK terjadi karena tubuh kekurangan
satu atau beberapa jenis zat gizi yang dibutuhkan. Hal yang dapat menyebabkan
tubuh kekurangan zat gizi adalah jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang,
mutunya rendah atau kombinasi keduanya. Zat gizi yang dikonsumsi juga
mungkin gagal untuk diserap dan digunakan untuk tubuh.5
Secara umum KEK pada remaja disebabkan karena makanan yang terlalu
sedikit. Makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan protein
termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi dan kentang setiap hari serta makanan
yang mengandung protein seperti daging, ikan telur, kacang-kacangan, atau susu
perlu dikonsumsi oleh para remaja tersebut sekurang-kurangnya sehari sekali.
Calon pengantin wanita tergolong wanita usia subur yang rentang mengalami
KEK. Faktor penyebab KEK, antara lain keadaan sosial ekonomi yang
menyebabkan rendahnya pendidikan yang akan mempengaruhi pekerjaan dan
penghasilan. Selain itu, rendahnya asupan baik secara kualitas dan kuantitas juga
mempengaruhi kejadian KEK.6

E. Patofisiologi
Patofisiologi penyakit gizi kurang terjadi melalui lima tahapan yaitu:
pertama, ketidakcukupan zat gizi. Apabila ketidakcukupan zat gizi ini
berlangsung lama maka persediaan/ cadangan jaringan akan digunakan untuk
memenuhi ketidakcukupan itu. Kedua, apabila ini berlangsung lama, maka akan
terjadi kemerosotan jaringan, yang ditandai dengan penurunan berat badan.
Ketiga, terjadi perubahan biokimia yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan
laboratorium. Keempat, terjadi perubahan fungsi yang ditandai dengan tanda
yang khas. Kelima, terjadi perubahan anatomi yang dapat dilihat dari munculnya
tanda klasik.5

KEK biasanya terjadi pada masa remaja dan akan berlanjut ke masa
sebelumnya jika tidak ditangani. KEK pada calon pengantin wanita akan
menyebabkan masalah pada masa selanjutnya saat wanita tersebut hamil dan
menyusui. Proses terjadinya KEK merupakan akibat dari faktor lingkungan dan
faktor manusia yang didukung oleh kekurangan asupan zat-zat gizi, maka
simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Apabila
keadaan ini berlangsung lama maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya
terjadi kemerosotan jaringan. Remaja yang menderita gizi kurang akan
berpengaruh pada kemampuan dan juga konsentrasi belajar, menghambat
perkembangan dan kecerdasan otak serta meningkatkan risiko menderita
penyakit infeksi karena daya tahan tubuh menurun. Akibat kekurangan gizi
remaja putri menjadi kurus, pendek, dan pertumbuhan tulang menjadi tidak
proposional khususnya dibagian panggul dan pelvis.7

F. Tanda dan Gejala


KEK memberikan tanda dan gejala yang dapat dilihat dan diukur. Tanda dan
gejala KEK yaitu lingkar lengan atas (LILA) kurang dari 23,5 cm. Pengukuran
lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara untuk mengetahui resiko
Kekurangan Energi Kronis (KEK) wanita usia subur termasuk remaja putri.
Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi
dalam jangka pendek.7

G. Penatalaksanaan
Hasil pemeriksaan disampaikan pada pasien. Pasien diberikan edukasi
untuk pemenuhan gizi dilihat dari penyebab kekurangan gizi pada pasien. Oleh
karena itu tahap anamnesa terkait pola pemenuhan nutrisi pasien harus jelas.
Pasien diberi motivasi untuk memenuhi zat gizi baik secara variasi makanan
yang berkaitan dengan mutu makanan serta keteraturan pola makan. Kolaborasi
dengan gizi dapat dilakukan untuk menilai pola pemenuhan gizi pasien dengan
metode penilaian seperti recall 24 jam sehingga dapat diberikan edukasi
pemenuhan gizi yang sesuai. 14 Prinsipnya edukasi pemenuhan gizi seimbang
meliputi anjuran variasi makanan, minum air putih yang cukup dan aman,
perbanyak sayur dan buah, melakukan aktivitas fisik serta pola hidup bersih dan
sehat.5

Calon pengantin perlu diberikan konseling mengenai risiko yang ada dan
ditawarkan intervensi yang mungkin memperbaiki prognosis kehamilan.
Konseling berupa kesehatan reproduksi, usia, lifestyle yang beresiko, diet,
olahraga, kekerasan dalam rumah tangga, konseling kondisi medis spesifik;
seperti diabetes, penyakit ginjal, hipertensi dan, epilepsi, serta kondisi kejiwaan
dan masalah psikis yang mungkin berpengaruh.6
H. Kewenangan Bidan
Bidan bertugas memberikan pelayanan dalam penyelenggaraan praktik
kebidanan yang meliputi pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak,
pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana serta
pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang dan/atau pelaksanaan
tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu menurut pasal 46 ayat 1, UU
Kebidanan No. 4 tahun 2019. Dalam menyelenggarakan praktik kebidanan
sesuai pasal 47 ayat 1 UU Kebidanan No. 4 tahun 2019 bidan dapat berperan
sebagai pemberi pelayanan kebidanan, pengelola pelayanan kebidanan, penyuluh
dan konselor, pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik, penggerak peran
serta masyarakat dan pemberdayaan perempuan, dan/atau peneliti.8

Penyelenggaraan praktik kebidanan bidan berhak melakukan kegiatan


secara mandiri, kolaborasi, dan/atau rujukan sesuai tingkat kasus yang dihadapi.
Pada kasus amenorea, bidan memberikan pelayanan kesehatan reproduksi pada
perempuan. Bidan berperan untuk melakukan deteksi kasus yang kemudian
dilakukan kolaborasi dan/atau rujukan karena pemeriksaan penunjang untuk
penegakan diagnosa lanjut tidak dapat dilakukan secara mandiri. Pasal 21 UU
PMK No. 28 tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
menyebutkan bahwa bidan berwenang dalam penyuluhan dan pemberian
konseling dalam pelayanan kesehatan reproduksi.9

1. Penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga


berencana;
2. Pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan;
3. Pemberian pelayanan alat kontrasepsi dalam rahim dan alat kontrasepsi
bawah kulit; dan
4. Melaksanakan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan terhadap
Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyakit
lainnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

A. Pengkajian Data Subyektif


Pengkajian data subjektif bertujuan untuk penilaian risiko dan mendapatkan
riwayat kesehatan secara menyeluruh meliputi:
1. Biodata
a. Nama: Sebagai identitas agar kita lebih mudah dalam memanggil dengan
nama panggilan sehingga hubungan komunikasi antara bidan dan pasien
menjadi lebih akrab.
b. Usia/ tanggal lahir: Pada kasus KEK ini biasanya tidak memandang usia
pasien.
c. Agama: Untuk memberikan motivasi dan dorongan moril sesuai apa yang
dialami.
d. Pendidikan terakhir: Untuk mengetahui latar belakang, tingkat pendidikan
dan pengetahuan. Data pendidikan terakhir digunakan sebagai dasar untuk
menentukan metode yang paling tepat dalam penyampaian informasi dan
edukasi kepada remaja. Tingkat pendidikan ini akan sangat
mempengaruhi daya tanggap pasien terhadap informasi yang diberikan.
e. Pekerjaan: Pekerjaan dapat menggambarkan tingkat sosial ekonomi, pola
sosialisasi dan data pendukung dalam menentukan pola komunikasi yang
akan dipilih selama asuhan.
f. Suku/Bangsa: Berhubungan dengan sosial budaya yang dianut oleh pasien
dan keluarga yang berkaitan dengan pasien.
g. Alamat: Mengetahui lingkungan, tempat tinggal dan karakteristik
masyarakat.
2. Alasan Datang
Alasan wanita tersebut mengunjungi tenaga kesehatan.
3. Keluhan Utama
Pada kasus KEK biasanya pasien tidak mengalami keluhan apapun.
4. Riwayat Menstruasi
Data dapat digunakan untuk memperoleh gambaran tentang keadaan dasar
dari organ reproduksinya. Data riwayat menstruasi meliputi umur menarche,
frekuensi menstruasi, lama menstruasi, banyaknya darah yang keluar,
gangguan sewaktu menstruasi.
5. Riwayat Kesehatan
Data yang perlu dikaji adalah untuk mengetahui apakah mempunyai penyakit
jantung, ginjal, hepatitis, kanker, tumor, DM, dan hipertensi. Obat-obatan
yang pernah/ sedang dipakai dan alergi obat-obatan.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat keluarga memberi informasi tentang keluarga dekat pasien, termasuk
orangtua dan saudara kandung. Hal ini membantu mengidentifikasi gangguan
genetik atau familial dan kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi status
kesehatan wanita. Data yang perlu dikaji adalah pernah atau sedang menderita
kanker, penyakit jantung, hipertensi dan diabetes mellitus.
7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Untuk mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi pada pasien dengan
mengamati adakah penurunan berat badan atau tidak pada pasien.
b. Pola Eliminasi
Dikaji untuk mengetahui berapa kali remaja BAK dan BAB.10
c. Personal Hygiene
Untuk mengetahui kebersihan tubuh yang meliputi frekuensi mandi,
gosok gigi, ganti baju atau pakaian dalam, keramas, dan cara
membersihkan alat genetalianya.
B. Pengkajian Data Obyektif
Data objektif didapatkan melalui pemeriksaan terhadap kondisi pasien.
Pemeriksaan keadaan umum serta tanda vital merupakan dasar setiap
pemeriksaan pasien. Pemeriksaan fisik untuk menunjang diagnosa pada kasus
KEK adalah pemerikssan lingkar lengan atas, lingkar perut, tinggi badan dan
berat badan. Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan penunjang meliputi tes
kehamilan dan pemeriksaan laboratorium yaitu kadar hemoglobin darah (Hb)
dan konfirmasi ulang IMT terkait pemeriksaan lebih lanjut dengan status
gizinya.11

Ada beberapa pemeriksaan fisik yang harus dikaji, antara lain:


1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum
Data ini dapat mengamati keadaan pasien secara keseluruhan.12
1) Baik
Jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan
dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami
ketergantungan dalam berjalan.
2) Lemah
Pasien kurang atau tidak memberikan respon yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain dan pasien sudah tidak mampu berjalan
sendiri.
b. Kesadaran
Normalnya kesadaran composmentis (sadar penuh).10
c. Tanda Vital
Untuk mengenali dan mendeteksi kelainan dan penyulit atau komplikasi
yang berhubungan dengan tanda-tanda vital pasien.
1) Tekanan Darah
Kenaikan atau penurunan tekanan darah merupakan indikasi adanya
hipertensi atau syok. Peningkatan tekanan darah sistole dan diastole
dalam batas normal dapat mengindikasikan ansietas/nyeri.
2) Nadi
Peningkatan denyut nadi dapat menunjukkan adanya infeksi, syok,
ansietas atau dehidrasi. Denyut nadi normal dalam 1 menit adalah
60-100x/ menit.13
3) Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali
per menit. Peningkatan frekuensi pernafasan dapat menunjukkan
ansietas atau syok.
4) Suhu
Untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan atau tidak.
Suhu tubuh normal 36,5o C sampai 37,6o C. Peningkatan suhu
menunjukkan adanya proses infeksi atau dehidrasi.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Mata
Keadaan konjungtiva merah muda atau pucat yang mengindikasikan
terjadinya anemia pada pasien dan adanya sklera warna putih atau
ikterik.
b. Leher
Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan
pembesaran kelenjar getah bening.
c. Dada
Untuk mengetahui apakah ada retraksi dada kanan, kiri saat bernafas
sama. Mamae, dikaji untuk mengetahui simetris atau tidak, konsistensi,
ada pembengkakan atau tidak, ada tumor atau tidak, puting menonjol
atau tidak.14
d. Abdomen
Apakah ada jaringan parut atau bekas operasi, dan adanya nyeri tekan.15
e. Ekstremitas
Apakah ada varices atau tidak. Apakah ada oedema atau tidak.
3. Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa, apabila diperlukan
misalnya pemeriksaan laboratorium.10
C. Analisa
Pada langkah ini dilakukan identifikasi diagnosa dan/atau masalah berdasar
intrepretasi data yang didapat. Diagnosa potensial dan masalah potensial dapat
ditentukan untuk menentukan kebutuhan tindakan antisipasi segera. Kebutuhan
tindakan segera yang ditentukan dapat menunjukkan situasi yang memerlukan
tindakan segera secara mandiri oleh bidan maupun perlunya intervensi dari
tenaga kesehatan lain dengan tindakan berupa konsultasi dan kolaborasi.16

D. Rencana Tindakan
Penatalaksanaan dilakukan sesuai kewenangan bidan yang berlaku. Bidan
melakukan kolaborasi dengan dokter maupun tenaga kesehatan lain seperti analis
laboratorium medik untuk melakukan pemeriksaan lanjut yaitu pemeriksaan
penunjang. Pada tingkat Puskesmas pada kasus KEK dapat dirujuk internal dari
Poli KIA ke Poli Gizi untuk mendapat tata laksana yang lebih sesuai.16

Rencana tindakan pada asuhan kebidanan harus dibuat secara rasional


dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang terkini serta sesuai
dengan evidence based. Rencana tindakan asuhan kebidanan pada KEK antara
lain:
1. Menjelaskan pada klien tentang kondisinya.
2. Memberikan konseling, informasi dan edukasi tentang pentingnya menjaga
pola makan sehat bergizi dan gaya hidup. Edukasi tersebut meliputi:
a. Menjaga pola makan sehat bergizi dengan banyak mengonsumsi sayur
hijau dan buah-buahan berwarna
b. Meningkatkan konsumsi protein hewani
c. Mengurangi konsumsi the dan kopi
d. Mengurangi konsumsi makanan instant siap saji
e. Menjaga pola istirahat yang cukup
DAFTAR PUSTAKA

1. Kusmiran E. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba


Medika; 2019.
2. Kemenkes RI. Buku Saku Kesehatan Reproduksi dan Calon Pengantin. 2018.
3. Thedja MD. Genetic Diversity of Hepatitis B Virus in Indonesia :
Epidemiological and Clinical Significance. 2016.
4. Diantoko V. Buku Pegangan Petugas KUA Sebagai Konselor 1000 HPK
Dalam Mengedukasi Calon Pengantin Menuju Bengkulu Bebas Stunting.
Yogyakarta: CV Budi Utama; 2019.
5. Helena F. Sipahutar, Evawany Y. Aritonang AS. Gambaran Pengetahuan Gizi
Ibu Hamil Trimester Pertama dan Pola Makan dalam Pemenuhan Gizi di
Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan Kecamatan Habinsaran Kabupaten
Toba Samosir Tahun 2013. 2013.
6. Dieny FF, Jauharany FF, Fitranti DY, Tsani AFA, Rahadiyanti A, Kurniawati
DM, et al. Kualitas diet, kurang energi kronis (KEK), dan anemia pada
pengantin wanita di Kabupaten Semarang. J Gizi Indones. 2020.
7. Susilowati & Kuspriyanto. Gizi dalam Daur Kehidupan. PT Refika Aditama;
2016.
8. Pemerintah Pusat. Undang-undang (UU) Nomor 4 Tahun 2019 tentang
Kebidanan. 2019.
9. Permenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 tentang
Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. 2017.
10. Varney H, King TL, Brucker MC, Kriebs JM, Fahey JO GC. Varney’s
Midwifery Fifth Edition. Burlington: Jones and Bartlett Learning; 2019.
11. Surya, N. H. W., Manuaba, G. F., Budiana, N. G., Mahendra NB&, Sudirman
J. Obstetrik dan Ginekologi [Internet]. Udayana University Press; 2019.
12. Sulistyawati A NE. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba
Medika; 2019.
13. AB S. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2019.
14. Ambarwati ER, Wulandari D SA. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta:
Nuha Medika; 2020.
15. H W. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2019.
16. Estiwidani D. Konsep Dasar Kebidanan. Fitramaya; 2016.

Anda mungkin juga menyukai