Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PENDAHULUAN

Asuhan Pada Wanita Prakonsepsi

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik 7002 Asuhan Kebidanan Holistik
pada Masa Prakonsepsi dan Perencanaan Kehamilan

Oleh:
ETI HIDAYATI
NIM: P07124523114

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan

“ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA MASA


REMAJA DAN PRANIKAH”

Oleh:
ETI HIDAYATI
NIM. P07124523114

Menyetujui,
Pembimbing Klinik
Merry Juita,S.ST,M.Keb
NIP.197005271990032003 (.............................................)

Pembimbing Akademik
Isna Dyah Utami,Str.Keb.Bdn
(.............................................)

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Munica Rita Hernayanti,SsiT,Bdn,M.Kes


NIP. 198005142002122001

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan laporan pendahuluan praktik
asuhan kebidanan holistik remaja dan pranikah. Tersusunnya laporan pendahuluan
ini tentunya tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu:
1. Dr. Iswanto, S.Pd., M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta.
2. Dr.Heni Puji Wahyuningsih, S.SiT., M.Keb, selaku Ketua Jurusan
Kebidanan yang telah memberikan kesempatan untuk belajar di Poltekkes
Kemenkes Yogayakarta.
3. Munica Rita Hernayanti,SsiT,Bdn,M.Kes, selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Profesi Bidan dan pembimbing akademik yang telah
memberikan kesempatan juga arahan dalam membuat laporan.
4. Isna Dyah Utami,Str.Keb,Bdn, selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing dan memberikan arahan dalam penyusunan laporan.
5. Merry Juita,S.ST,M.Keb, selaku Pembimbing Klinik yang telah
membimbing saya dalam melakukan praktik.
6. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara moril maupun
material yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan laporan pendahuluan ini. Oleh sebab itu, menerima segala kritik dan
saran yang membangun dari pembaca. Demikian yang bisa penulis sampaikan,
semoga laporan pendahuluan ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan
dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas.
Yogyakarta, September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LAPORAN PENDAHULUAN................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
TINJAUAN TEORI.................................................................................................1
A. Tinjauan Teori Medis........................................................................................1
1. Pernikahan..........................................................................................................1
2. Standar Pelaksanaan Prakonsepsi di Indonesia...................................................3
3. Informasi Pranikah.............................................................................................4
4. Persiapan Pranikah...........................................................................................10
5. Informasi Nutrisi Pranikah...............................................................................27
6. Informasi Kehamilan, Pencegahan atau Penundaan Kehamilan.......................32
BAB II....................................................................................................................34
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN.....................................................34
A. Pengkajian Data Subjektif...............................................................................34
B. Pengkajian Data Objektif................................................................................40
C. Analisa dan Rencana Tindakan / Penatalaksanaan.........................................43
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................46

iii
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Medis

1. Pernikahan
Pernikahan merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan
manusia, dimana manusia memulai kehidupan pada jenjang dan peran
baru yaitu perempuan sebagai istri dan laki-laki sebagai suami. Akad
nikah dapat dimaknai sebagai janji kepada Tuhan pada pasangan untuk
menjalin kesepakatan hidup berpasangan dengan saling memberi
ketenangan dan dilandasi oleh saling cinta dan kasihMasa remaja adalah
masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan
psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode
masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa
pubertas.1
Hal ini merupakan landasan bagi terbentuknya suatu keluarga.
Keluarga merupakan suatu kelompok individu yang ada hubungannya,
hidup bersama dan bekerja sama di dalam satu unit. Kehidupan dalam
kelompok tersebut bukan secara kebetulan, tetapi diikat oleh hubungan
darah atau perkawinan.2
Akad/janji nikah yang diucapkan atas nama Tuhan Yang Maha Esa
yang merupakan awal dari kesepakatan bagi calon pengantin untuk saling
memberi kesepakatan bagi calon pengantin untuk saling memberi
ketenangan (sakinah) dengan mengembangkan hubungan atas dasar cinta
dan kasih (mawadah wa rahmah). Penyebutan nama Tuhan Yang Maha
Esa dalam akad/janji pernikahan berarti bahwa disamping saling
bertanggung jawab antara satu dengan yang lain.3
UU Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan telah dilaksanakan oleh
masyarakat Indonesia, pada perkembangannya terdapat pendapat bahwa
ada yang tidak sesuai lagi untuk diterapkan dalam UU perkawinan
tersebut yaitu Pasal 7 ayat 1 UU Nomor 1 Tahun 1974 yang menyatakan

1
bahwa perkawinan hanya izinkan pihak pria sudah mencapai usia 19
(sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 (enam
belas) tahun. Ketentuan tersebut memungkinkan terjadinya perkawinan
dalam usia anak wanita, karena dalam Pasal 1 angka 1 UU Nomor 23
Tahun 2002 tentang perlindungan anak didefinisikan bahwa anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun.4
Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang – Undang
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2019 pasal 7 ayat 1 tentang
Perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai
umur 19 (sembilan belas) tahun. Peraturan dengan batas usia tersebut
dinilai sudah matang raga dan jiwanya untuk melangsungkan sebuah
pernikahan. Hal ini berguna untuk mencegah terjadinya pernikahan
dengan usia dibawah umur yang tidak sesuai dengan peraturan yang ada,
perkawinan pada usia anak menimbulkan dampak negatif bagi tumbuh
kembang anak dan akan menyebabkan tidak terpenuhinya hak dasar anak
seperti hak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, hak sipil
anak, hak kesehatan, hak pendidikan, dan hak sosial anak.5
BKKBN memberikan batasan usia pernikahan 20 tahun bagi
perempuan dan 25 tahun untuk pria. Umur ideal yang matang secara
biologis dan psikologis adalah 20-25 tahun bagi wanita, kemudian umur
25-30 tahun bagi pria. Usia tersebut dianggap masa yang paling baik
untuk berumah tangga, karena sudah matang dan bisa berpikir dewasa
secara rata-rata. Rekomendasi ini ditujukan demi untuk kebaikan
masyarakat, agar pasangan yang baru menikah memiliki kesiapan matang
dalam mengarungi rumah tangga, sehingga dalam keluarga juga tercipta
hubungan yang berkualitas. Dalam berumah tangga menjaga
keharmonisannya bukan suatu pekerjaan yang mudah, karena
memerlukan kedewasaan berpikir dan bertindak setiap adanya guncangan
yang muncul, baik guncangan akibat ekonomi, masalah internal maupun
eksternal. Setiap pasangan yang menikah juga harus mampu
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Salah satu aspek yang harus

2
diperhatikan adalah aspek biologis dengan memperhatikan kematangan
umur dan kondisi fisiknya.6

2. Standar Pelaksanaan Prakonsepsi di Indonesia


Calon pengantin yang akan menikah adalah cikal bakal terbentuknya
sebuah keluarga, sehingga sebelum menikah calon pengantin perlu
mempersiapkan kondisi kesehatannya agar dapat menjalankan kehamilan
sehat sehingga dapat melahirkan generasi penerus yang sehat dan
menciptakan keluarga yang sehat, sejahtera, dan berkualitas. Oleh karena
itu pelayanan kesehatan reproduksi bagi calon pengantin tetap perlu
diberikan meskipun di masa pandemi Covid-19, dengan memaksimalkan
penerapan protokol pencegahan penularan Covid-19.
Pelayanan kesehatan reproduksi calon pengantin di masa pandemi
Covid-19 dan masa adaptasi kebiasaan baru dilaksanakan dengan
memaksimalkan penerapan protokol pencegahan Covid-19 pada calon
pengantin, petugas kesehatan, petugas keagamaan, fasilitator bimbingan
perkawinan, keluarga serta masyarakat sesuai dengan zona.7
Pelaksanaan skrining prakonsepsi di Indonesia di atur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan No 97 Tahun 2014 Tentang pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan masa
sesudah melahirkan, penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi, serta
pelayanan kesehatan seksual. Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil
dilakukan untuk mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan
dan persalinan yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang sehat.
Sasaran pelayanan kesehatan masa sebelum hamil berdasarkan
Permenkes No.97 Tahun 2014 adalah remaja, calon pengantin dan
pasangan usia subur. Kegiatan pelayanan kesehatan masa sebelum hamil
berdasarkan Permenkes No.97 Tahun 2014 meliputi :8
a) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dimaksudkan paling sedikit meliputi
pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan status gizi. Pemeriksaan

3
status gizi harus dilakukan terutama untuk menanggulangi masalah
kurang energi kronis (KEK) dan pemeriksaan status anemia.
b) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang merupakan pelayanan kesehatan yang
dilakukan berdasarkan indikasi medis, terdiri atas pemeriksaan darah
rutin, pemeriksaan darah yang dianjurkan, pemeriksaan penyakit
menular seksual, pemeriksaan urin rutin dan pemeriksaan penunjang
lainnya.
c) Pemberian imunisasi
Pemberian imunisasi dilakukan dalam upaya pencegahan dan
perlindungan terhadap penyakit Tetanus. Pemberian imunisasi
Tetanus Toxoid (TT) dilakukan untuk mencapai status T5 hasil
pemberian imunisasi dasar dan lanjutan. Status T5 ditujukan agar
wanita usia subur memiliki kekebalan penuh.
d) Suplementasi gizi
Pemberian suplementasi gizi bertujuan untuk pencegahan anemia gizi.
Pemberian suplementasi gizi untuk pencegahan anemia gizi
dilaksanakan dalam bentuk pemberian edukasi gizi seimbang dan
tablet tambah darah.
e) Konsultasi kesehatan
Konsultasi kesehatan berupa pemberian komunikasi, informasi, dan
edukasi.
f) Pelayanan kesehatan lainnya.
Pelayanan kesehatan yang harus diperhatikan dalam skrining
prakonsepsi adalah pemeriksaan psikologis. Kondisi psikologis sangat
mempengaruhi kehamilan sehingga perlu mendapatkan perhatian
khusus.

3. Informasi Pranikah
Pemerintah telah melakukan upaya untuk memberikan bekal bagi
calon pengantin dengan memberikan pendidikan pranikah yang disebut

4
dengan kursus calon pengantin (catin). Program bimbingan perkawinan
termasuk kedalam program pendidikan (pranikah) yang bertujuan
meningkatkan pengetahuan dalam mempersiapkan diri untuk
berkeluarga. Penelitian terdahulu melaporkan bahwa intervensi pranikah
(yaitu konseling atau pendidikan) telah terbukti efektif, peningkatan
langsung dan jangka pendek dalam keterampilan interpersonal dan
kualitas hubungan secara keseluruhan, menurunkan faktor risiko
misalnya keterampilan komunikasi yang buruk, untuk masalah
perkawinan di kemudian hari dan meningkatkan kualitas hidup untuk
pasangan dan keluarga yang tinggal bersama.9 Program pendidikan
pranikah (premarital education) merupakan sarana untuk menyiapkan
para calon pengantin putri dalam menghadapi pernikahan dan kehamilan
dengan memberikan materi mengenai reproduksi sehat bagi calon
pengantin.10
a) Kesehatan Reproduksi
Berbagai fenomena yang terjadi di Indonesia, agaknya masih
timbul pro kontra di masyarakat, lantaran adanya anggapan bahwa
membicarakan seks adalah hal yang tabu dan pendidikan seks akan
mendorong remaja untuk berhubungan seks. Namun hal ini
merupakan bagian dari fondasi dalam membangun pernikahan yang
sehat baik secara fisik maupun psikis.10
Kesehatan reproduksi merupakan suatu hak asasi manusia yang,
seperti semua hak asasi manusia lainnya. Guna mewujudkan hak
tersebut, wanita yang terkena dampak harus memiliki akses ke
informasi dan layanan kesehatan reproduksi komprehensif sehingga
mereka bebas membuat pilihan berdasarkan informasi terkait
kesehatan serta kesejahteraan mereka. Kesehatan reproduksi adalah
keadaan yang menunjukkan kondisi kesehatan fisik, mental, dan sosial
seseorang dihubungkan dengan fungsi dan proses reproduksinya
termasuk di dalamnya tidak memiliki penyakit atau kelainan yang
mempengaruhi kegiatan reproduksi tersebut. Masalah kesehatan

5
reproduksi dapat terjadi sepanjang siklus hidup manusia, misalnya
masalah pergaulan bebas pada remaja, kehamilan remaja, aborsi yang
tidak aman, kurangnya informasi tentang kesehatan reproduksi.
Perempuan lebih rentan dalam menghadapi risiko kesehatan
reproduksi, seperti kehamilan, melahirkan, aborsi yang tidak aman,
dan pemakaian alat kontrasepsi. Karena struktur alat reproduksinya,
perempuan lebih rentan secara sosial maupun fisik terhadap penularan
IMS, termasuk HIV-AIDS.11
b) Hak Reproduksi dan sexual
Hak-hak reproduksi Konferensi internasional kependudukan dan
pembangunan, disepakati hal-hal reproduksi yang bertujuan untuk
mewujudkan kesehatan bagi individu secara utuh, baik kesehatan
rohani dan jasmani, meliputi: 12
(1) Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi
(2) Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan
reproduksi
(3) Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi
(4) Hak dilindungi dan kematian karena kehamilan
(5) Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kehamilan.
(6) Hak atas kebebasan dan keamanan yang berkaitan dengan
kehidupan reproduksinya
(7) Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk
termasuk perlindungan dari pelecehan, perkosaan, kekerasan,
penyiksaan seksual
(8) Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu penetahuan yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi
(9) Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksinya
(10) Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga
(11) Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam
berkeluarga dan kehidupan kesehatan reproduksi

6
(12) Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik
yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi.
Kedua calon pengantin mempunyai kebebasan dan hak yang sama
dan secara bertanggungjawab dalam memutuskan untuk berapa
jumlah anak mereka, jarak kelahiran antara anak satu dengan anak
yang kedua dan seterusnya serta menentukan waktu kelahiran dan
dimana anak tersebut dilahirkan. Hak reproduksi dan seksual
menjamin keselamatan dan keamanan calon pengantin, termasuk
didalamnya mereka mendapatkan informasi yang lengkap tentang
kesehatan reproduksi dan seksual, serta efek samping obat-obatan, alat
dan tindakan medis yang digunakan untuk mengatasi masalah
kesehatan reproduksi, diantaranya: 13
(1) Calon pengantin mendapatkan pelayanan KB yang aman, efektif,
sesuai dengan pilihan tanpa paksaan
(2) Perempuan mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
agar sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan, persalinan
dan mendapatkan bayi yang sehat.
(3) Hubungan suami istri harus didasari penghargaan terhadap
pasangan masing-masing dan dilakukan dalam kondisi dan waktu
yang diinginkan bersama tanpa unsur pemaksaan, ancaman dan
kekerasan.
(4) Hak reproduksi juga mencakup informasi yang mudah, lengkap,
dan akurat tentang penyakit menular seksual, agar perempuan dan
laki-laki terlindungi dari infeksi menular seksual (IMS) serta dan
memahami upaya pencegahan dan penularannya yang dapat
berakibat buruk terhadap kesehatan reproduksi laki-laki,
perempuan dan keturunannya.
c) Organ Reproduksi Wanita
(1) Vagina
Vagina adalah suatu saluran berbentuk pipa atau tabung yang
merupakan suatu lorong yang melengkung ke depan dan terdiri

7
atas muskulo membranosa yang menghubungkan antara vulva
sampai uterus. Panjang vagina pada dinding depan sekitar 6-7 cm,
dan lebih pendek dari dinding belakang, sedang pada dinding
posterior/belakang panjangnya kira-kira 7-10 cm. Fungsi vagina
adalah sebagai saluran keluar uterus, alat sanggama, dan jalan
lahir
(2) Vulva
Kita ketahui bahwa vulva berbentuk lonjong dengan ukuran
panjang dari muka ke belakang. Vulva merupakan alat kelamin
luar wanita yang terdiri atas Mons pubis/Mons veneris, Labia
mayora (bibir-bibir besar), Labia minora (bibir-bibir kecil),
Klitoris/kelentit, Vestibulum atau serambi dengan
kelenjarkelenjar yang bermuara didalamnya, serta Himen/selaput
dara
(3) Uterus
Uterus terletak di panggul kecil, sebelah depan dibatasi oleh
kandung kencing dan di sebelah belakang oleh rektum. Bentuk
uterus seperti buah advokat atau buah peer yang sedikit gepeng
kearah muka belakang. Dua lembar peritoneum menutupi bagian
ini, bagian kanan dan kirinya bersatu membentuk ligamentum
latum. Lipatan peritoneum di sebelah depan longgar, yang disebut
plika vesikouterina, kavum douglas merupakan kantong terletak
di sebelah belakang lipatan peritoneum antara uterus dan rektum.
Disebelah lateral, ia berhubungan dengan struktur-struktur yang
ada didalam ligamentum latum yaitu Tuba fallopi, Ligamentum
rotundum, Ligamentum ovarii proprium, serta Arteri dan vena. Di
sebelah lateral uterus terdapat ureter yang berjalan sejajar serviks
dengan jarak 8-12 mm, untuk kemudian menyilang arteri uterina
dari sebelah belakang bawah, kira-kira 1,5 cm dari forniks
lateralis, berjalan ke tengah masuk vesika urinaria.
(4) Tuba uterina

8
Tuba uterina keluar dari korpus uteri, terdapat pada tepi atas
ligamentum latum, berjalan kearah lateral, mulai dari kornu uteri
kanan dan kiri. Panjang 8-14 cm dengan diameter kirakira 0,6 cm
(5) Ovarium
Ovarium ada dua dikiri dan kanan uterus. Ovarium terletak di
fosa ovarika yang merupakan suatu cekungan pada percabangan
arteri iliaka eksterna dan arteri hipogastrika. Besar ovarium
kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran kira-kira 4
cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm. Ada dua ligamentum yang
menggantung ovarium yaitu: Ligamentum ovarii proprium yang
menggantung ke uterus.14
d) Organ Reproduksi Pria
(1) Penis
Penis adalah alat kelamin luar yang berfungsi sebagai alat
persetubuhan atau alat senggama dan juga sebagai saluran untuk
pembuangan sperma dan air seni. Kulit penis tipis dan tidak
berambut kecuali di dekat akar. Pada ujung penis terdapat
pembesaran jaringan tempat corpus spongiosum disebut glans
penis. Glans banyak mengandung pembuluh darah dan saraf. Di
ujung glans penis juga terdapat lubang uretra (saluran tempat
keluarnya semen dan air kemih). Dasar glans penis disebut
korona. Kulit yang menutupi glans disebut foreskin (preputium).
Jika rongga tersebut terisi darah, maka penis menjadi lebih besar,
kaku dan tegak (mengalami ereksi). Jaringan erektil adalah jaring-
jaring ruang darah irregular (venosasinusoid) yang diperdarahi
oleh arterior aferen dan kapilar, didrainase oleh venula dan
dikelilingi jaringan rapat yang disebut tunika albuginea.
(2) Skrotum
Skrotum adalah kantung kulit yang menggantung di bawah
penis. Skrotum juga bertindak sebagai sistem pengontrol suhu
untuk testis, karena untuk pembentukan sperma secara normal,

9
testis harus memiliki suhu yang sedikit lebih rendah dibandingkan
dengan suhu tubuh, pada umumnya skrotum sebelah kiri
tergantung lebih rendah dari yang kanan karena saluran sperma
sebelah kiri lebih panjang.14

4. Persiapan Pranikah
a) Persiapan Fisik
Pertumbuhan jasmani dalam fase kehidupan manusia akan
mengalami perkembangan yang sangat signifikan ketika memasuki
usia remaja, karena pada usia remaja sudah mulai tumbuh dan
berfungsi organ reproduksinya. Pertumbuhan fisik akan semakin
kuat saat mengakhiri usia remaja, demikian pula dengan fungsi
organ reproduksi akan berjalan dengan baik saat berakhir usia
remaja, dan semakin matang ketika memasuki fase dewasa. Menurut
ilmu kesehatan, fase terbaik untuk melahirkan adalah usia 20- 30
tahun. Faktor usia menjadi prasyarat dalam melangsungkan
pernikahan yang salah satu tujuannya adalah melanjutkan generasi
penerus. Usia ideal menikah untuk laki-laki antara usia 25-30 tahun
dan perempuan antara usia 20-25 tahun. Ini adalah usia ideal, dimana
usia calon pengantin sudah cukup dewasa. Selain usia yang cukup,
perlu pula dilakukan pemeriksaan kesehatan pranikah, antara lain: 15
(1) Penyakit genetik, misalnya: talasemia, buta warna, hemofilia,
dan lain-lain.
(2) Penyakit tertentu yang diturunkan, misalnya kecenderungan
diabetes mellitus (kencing manis), hipertensi (tekanan darah
tinggi), kelainan jantung, dan sebagainya.
(3) Penyakit infeksi, misalnya, penyakit menular seksual (PMS),
Hepatitis B, dan HIV/AIDS
(4) Pemeriksaan test urine : Tes kehamilan
b) Persiapan Gizi

10
Masa pra konsepsi, kehamilan dan menyusui adalah fase penting
dalam kehidupan yang memerlukan perhatian khusus terutama dari
kecukupan kebutuhan energi dan zat gizinya. Status gizi wanita yang
optimal dalam masa kehamilan merupakan hal penting karena
mempengaruhi hasil dari kehamilan. Peningkatan status gizi calon
pengantin terutama perempuan melalui penanggulangan KEK
(Kekurangan Energi Kronis) dan anemia gizi besi serta defisiensi
asam folat.16
c) Status Imunisasi

(1) Pengertian Tetanus

Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh


neurotoksinyang dihasilkan oleh Clostridium Tetani ditandai
dengan spaseme otot yang periodik dan berat. Tetanusi ini
biasnaya akut dan menimbulkan paralitik spasitik yang
tetanospasmin. Tetanospamin merupakan neurotoksin yang
diproduksi oleh Clostridium Tetani. Tetanus disebut juga
dengan "Seven day Disease" dan pada tahun 1890, ditemukan
toksin seperti strichnine, kemudian dikenal dengan
tetanospasmin, yang diisolasi dari tanah anaerob yang
mengandung bakteri. lmunisasi dengan mengaktivasi derivat
tersebut menghasilkan pencegahan dari Tetanus.17

Imunisasi adalah suatu upaya untuk


menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit atau virus sehingga bila suatu saat
terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan. Vaksin adalah produk biologi yang
berisi antigen berupa mikroorganisme yanng sudah mati atau
masih hidup yang dilemahkan, masih utuh atau bagaimananya,
atau berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi
toksoid atau protein rekombinaan, yang ditambahkan dengan zat

11
lainnya, yang bila diberikan kepada seseorang akan
menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit
tertentu.18

(2) Etiologi Tetanus

Tetanus disebabkan oleh bakteri gram positif Cloastridium


Tetani bakteri ini berspora, dijumpai pada tinja binatang
terutama kuda, juga bisa pada manusia dan juga pada tanah yang
terkontaminasi dengan tinja binatang tersebut. Spora ini bisa
tahan beberapa bulan bahkan beberapa tahun, jika ia
menginfeksi luka seseorang atau bersamaan dengan benda
daging atau bakteri lain, ia akan memasuki tubuh penderita
tersebut, lalu mengeluarkan toksin yang bernama
Tetanospasmin. Pada negara belum berkembang, Tetanus sering
dijumpai pada neonatus, bakteri masuk melalui tali pusat
sewaktu persalinan yang tidak baik, tetanus ini dikenal dengan
nama Tetanus Neonatorum.

(3) Patofiologi

Clostridium tetani biasanya masuk ke dalam tubuh melalui


luka. Spora berkembang pada keadaan anaerobic (oksigen
rendah). Toksin yang dihasilkan dapat menyebar melalui
pembuluh darah dan saluran limfatik. Selain itu, toksin dapat
diabsorpsi di tautan saraf otot yang kemudian bermigrasi
melalui jaringan perineural ke susunan saraf pusat (SSP). Toksin
tetanus merupakan metaloproteinase tergantung seng yang
menarget protein (sinaptobrevin/ vesicle-associated membrane
protein- VAMP) untuk melepaskan neurotransmitter dari ujung
saraf melalui fusi vesikel sinaps dengan membran plasma saraf.
Gejala awal infeksi lokal tetanus ialah paralisis flaksid akibat
gangguan pelepasan asetilkolin di tautan saraf otot. Toksin
tetanus dapat menyebar secara retrograde di akson lower motor

12
neuron (LMN) dan akhirnya mencapai medula spinalis atau
batang otak.

Di tempat ini, toksin ditransportasikan menyeberangi sinaps


dan diambil oleh ujung saraf inhibitor GABA (Gamma-
Aminobutyric Acid) dan/atau saraf glisinergik yang mengontrol
aktivitas LMN. Sesampainya toksin pada terminal saraf
inhibitor, toksin tetanus akan memecah VAMP, sehingga
menghambat pelepasan GABA dan glisin. Hal ini
mengakibatkan denervasi fungsional dan parsial LMN
menyebabkan hiperaktivitas dan peningkatan aktivitas otot
dalam bentuk rigiditas dan spasme.19

(4) Gejala Klinis

Periode inkubasi bervariasi 3-21 hari dengan rerata 8 hari.


Makin jauh lokasi luka dari SSP, periode inkubasi makin lama.
Singkatnya periode inkubasi berkaitan dengan peningkatan
risiko kematian. Pada tetanus neonatorum, gejala biasanya
muncul mulai dari hari ke-4 hingga 14 setelah melahirkan
dengan rerata 7 hari. Toksin tetanus menyebabkan hiperaktivitas
otot rangka dalam bentuk rigiditas dan spasme. Rigiditas
merupakan kontraksi otot involunter tonik.

Tetanus dikelompokkan menjadi generalisata, neonatus,


lokal, dan sefalik. Sekitar 80% tetanus merupakan tipe
generalisata. Tetanus lokal jarang dengan presentasi kontraksi
otot persisten di area anatomi yang mengalami trauma. Tetanus
tipe ini dapat menjadi awal dari tetanus umum, tetapi lebih
ringan, dan hanya sekitar 1% menjadi fatal. Gejala awal bermula
dari trismus diikuti spasme leher, kesulitan menelan, dan
rigiditas otot abdominal. Tungkai biasanya sedikit terpengaruh;
jika terdapat opistotonus penuh, akan muncul fleksi lengan dan
ekstensi kaki seperti posisi dekortkasi.

13
Gejala lain meliputi peningkatan suhu, berkeringat,
peningkatan tekanan darah, dan takikardia episodik. Hal ini
disebabkan oleh peningkatan dramatis adrenalin dan
noradrenalin yang dapat berujung pada nekrosis miokardial.
Spasme dapat berlangsung hingga 3-4 minggu. Toksin tetanus
dapat menyerang saraf sensorik yang menyebabkan perubahan
sensasi seperti nyeri dan alodinia. Toksin tidak dapat
menyeberangi ganglia sensorik spinal, sehingga efek sensorik
seharusnya terjadi di perifer. Akan tetapi, pelepasan
neurotransmitter dari saraf sensorik terjadi sentral di medula
spinalis atau batang otak. Paradoks ini merefleksikan bahwa
perubahan sensasi dapat terlihat di daerah kepala seperti daerah
saraf trigminus.19

(5) Imunisasi Tetanus Toxoid Calon Pengantin

Imunisasi adalah salah satu upaya untuk meningkatkan


kekebalan tubuh dan pemberantasan penyakit menular.
Pemberian imunisasi pada balita tidak hanya memberikan
pencegahan terhadap anak tersebut, tetapi akan mencegah
terjadinya penularan yang luas dengan adanya
peningkatan,secara umum di masyarakat. hal ini akan
meningkatkan angka kematian bayi dan balita.

Tetanus adalah penyakit yang dapat terjadi pada bayi baru


lahir maupun pada anak-anak atau orang dewasa, pada bayi baru
lahir infeksi tetanus terjadi melalui tali pusar yang dipotong
dengan alat yang tidak steril atau pusarnya dibubuhi dengan obat
tradisional yang terkena kuman. Pada anak dan orang dewasa
tetanus terjadi melalui luka tusuk dalam atau kotor. Vaksin TT
adalah vaksin yang mengandung toxoid tetanus yang telah
dimurnikan dan terabsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium sulfat.
Thimeroksal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Satu dosis

14
0,5 ml vaksin mengandung potensi sedikitnya 40 IU. Vaksin TT
digunakan untuk mencegah penyakit tetanus pada bayi yang
baru lahir dengan mengimunisasi WUS (Ibu hamil dan calon
pengantin) dan juga mencegah tetanus pada ibu.20

Berdasarkan Intruksi Direktur Jendera Pemberantasan


Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman
Departemen Kesehatan No. 02 tahun 1989 tentang imunisasi
tetanus toxoid calon pengantin mengintruksikan kepada semua
kepala kantor Departemen Agaam dan kepala kantor wilayah
Departemen Kesehatan di seluruh Indonesia untuk :
(a) Memerintahkan kepada seluruh jajaran di bawahnya
melaksanakan bimbingan dan pelayanan imunisasi TT calon
pengantin sesuai dengan pedoman pelaksanaan.
(b) Memantau pelaksanaan bimbingan dan pelayanan imunisasi
TT calon pengantin di daerah masing-masing.
(c) Melaporkan secara berkala hasil pelaksanaan intruksi ini
kepada Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji dan Dirjen
PPM dan PLPsesuai tugas masing-masing.

Peraturan tersebut menjadi dasar atau landasan sebagai


salah satu syarat administrasi pernikahan yang diterapkan KUA
terhadap pasangan yang akan menikah yaitu kewajiban untuk
melaksanakan imunisasi TT dengan menunjukkan surat/kartu
bukti imunisasi TT1 bagi calon pengantin perempuan dari
rumah sakit atau puskesmas serta fasilitas kesehatan yang lain
yang memberi pelayanan suntik vaksin TT terdekat.21

(6) Tujuan Imunisasi TT

Tujuan pemberian imunisasi TT pada wanita usia subur


adalah untuk mengeliminasi penyakit tetanus pada bayi baru
lahir (Tetanus Neonatorum). Pemberian imunisasi TT ini dalam
beberapa jenjang yang dapat dicapai seperti murid perempuan

15
kelas 6 SD, saat akan menikah dan pada saat hamil. Vaksin TT
juga dapat diberikan pada laki-laki dewasa. Karena hal ini dapat
melindunginya dari bahaya penyakit tetanus. Imunisasi adalah
salah satu upaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan
pemberantasan penyakit menular. 19

16
(7) Kejadian Ikatan Pasca Imunisasi (KIPI)

Reaksi lokal maupun sistemik yng tidak diinginkan dapat


terjadi pasca imunisasi. Sebagian besar hanya ringan dan bisa
hilang sendiri. Reaksi yang berat dan tidak terduga bisa terjadi
meskipun jarang. Umumnya reaksi terjadi segera setelah
dilakukan vaksinasi (dalam 48 jam), namun bisa juga reaksi
tersebut muncul kemudian (hari-bulan). Pasien dan keluarga
harus diberi informasi mengenai risiko dan keuntungan
vaksinasi dan tentunya tentang penyakit yang akan dicegah.
KIPI yang paling sering terjadi dibagi atas 5 penyebab utama,
yaitu:22
(a) Kesalahan Program/Teknik Pelaksanaan
Sebagian besar kasus KIPI berhubungan dengan
masalah program dan teknik pelaksanaan imunisasi yang
meliputi kesalahan program penyimpanan, pengelolaan, dan
tatalaksana pemberian vaksin, misalnya dosis antigen
(terlalu banyak),lokasi dan cara menyuntik, sterilisasi
semprit dan jarum suntik, Tindakan asepsis dan antiseptik,
kontaminasi vaksin dan peralatan suntik, penyimpanan
vaksin, pemakaian sisa vaksin, jenis dan jumlah pelarut
vaksin, dan tidak memperhatikan petunjuk produsen
(petunjuk pemakaian, indikasi kontra). Kecurigaan terhadap
kesalahan tata laksana perlu diperhatikan apabila terdapat
kecenderungan kasus KIPI berulang pada petugas yang
sama. Kecenderungan lain adalah apabila suatu kelompok
populasi mendapat vaksin dengan batch yang sama tetapi
tidak terdapat masalah, atau apabila sebagian populasi
setempat dengan karakteristik serupa yang tidak diimunisasi
tetapi justru menunjukkan masalah tersebut.
(b) Reaksi Suntikan

17
Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk
jarum suntik baik langsung maupun tidak langsung harus
dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksi suntikan langsung
misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat
suntikan, sedangkan reaksi suntikan tidak langsung
misalnya rasa takut, pusing, mual, sampai sinkope. Hal ini
adalah peristiwa yang normal dialami oleh tubuh ketika
jaringan mengalami cedera, yang dalam hal ini diakibatkan
penggunaan jarum suntiK
Peristiwa ini disebut dengan reaksi radang akut yang
memiliki 5 tanda khas, yaitu rubor (kemerahan), kalor
(panas), dolor (nyeri), tumor (pembengkakan), dan fungsio
laesa (perubahan fungsi). Namun munculnya tanda-tanda
tersebut setelah pemberian imunisasi membuat ibu takut
dan menganggap anaknya berada dalam bahaya, sehingga
ibu menjadi enggan untuk memberikan imunisasi.
(c) Reaksi Vaksin
Gejala KIPI yang disebabkan induksi vaksin umumnya
sudah dapat diprediksi terlebih dahulu karena merupakan
reaksi simpang vaksin dan secara klinis biasanya ringan.
Walaupun demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat
seperti reaksi anafilaksis sistemik dan risiko kematian.
Reaksi simpang ini sudah teridentifikasi dengan baik dan
tercantum dalam petunjuk pemakaian tertulis oleh
produsen sebagai indikasi kontra, indikasi khusus, perhatian
khusus, atau berbagai tindakan dan perhatian spesifik
lainnya termasuk kemungkinan interaksi dengan obat atau
vaksin lain.
(d) Koinsiden
Seperti telah disebutkan maka kejadian yang timbul ini terjadi
secara kebetulan saja setelah imunisasi. Indikator faktor

18
kebetulan ditandai dengan ditemukannya kejadian yang
sama disaat bersamaan pada kelompok populasi setempat
dengan karakteristik serupa tetapi tidak mendapat
imunisasi.
(e) Sebab Tidak Diketahui
Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum
dapat dikelompokkan ke dalam salah satu penyebab maka
untuk sementara dimasukkan ke dalam kelompok ini sambil
menunggu informasi lebih lanjut. Biasanya dengan
kelengkapan informasi tersebut akan dapat ditentukan
kelompok penyebab KIPI.

(8) Kontraindikasi Imunisasi

Imunisasi dikontraindikasikan pada anak yang berisiko


tinggi untuk mendapatkan infeksi. Anak yang berisiko tinggi
terhadap infeksi ini juga harus dikenali dari awal untuk
mengurangi angka Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).
Kondisi-kondisi tersebut diantaranya berupa :23
(a) Pasien Imunokompromais
Imunokompromais adalah kondisi dimana sistem
imun seseorang tertekan, berkurang atau kehilangan
kemampuan melakukan fungsi utamanya untuk melawan
infeksi. Kondisi ini dapat terjadi pada penyakit defisiensi
imun kongenital dan defisiensi imun didapat seperti pada
leukemia, limfoma, pasien dengan pengobatan alkylating
agents, antimetabolik, kortikosteroid sistemik dosis tinggi
dan lama.
Pemberian kortikosteroid, alkylating agents, maupun
radioterapi dan kemoterapi dapat menekan sistem imun
seseorang, sehingga tidak boleh diberikan vaksin hidup
karena akan berakibat fatal disebabkan vaksin akan

19
bereplikasi dengan hebat karena tubuh tidak
mengontrolnya. Begitu pula pada pasien dengan HIV/AIDS
yang mana terjadi penekanan pada sistem imun yang
ditandai dengan penurunan kadar Limfosit T (CD4+ dan
CD8+), menyebabkan anak tidak mampu memberikan
respon imun seperti pada anak normal lainnya. Anak sering
sakit atau rentan infeksi merupakan salah satu penanda
adanya masalah pada imunitas seorang anak meskipun bisa
juga disebabkan oleh kondisi malnutrisi. Kondisi malnutrisi
sendiri pada akhirnya akan menyebabkan berkurangnya
kadar protein yang merupakan bahan baku utama pada
proses pembentukan antibodi, sistem komplemen dan
respon imun seluler. Hal ini yang menyebabkan ibu dari
anak yang sering sakit cenderung tidak memberikan
imunisasi untuk anaknya secara lengkap.
(b) Pernah mendapat KIPI pada imunisasi terdahulu
Pada anak yang pernah menderita reaksi efek samping
serius setelah imunisasi, harus diberikan imunisasi
berikutnya dengan pengawasan dokter.
(c) Pasien transplantasi sumsum tulang
Resipien transplantasi sumsum tulang alogenik akan
menjadi defisiensi imun akibat pengobatan imunosupresi
terhadap penyakit primer, kemoterapi dan radioterapi yang
diberikan pada pejamu, reaktivitas imunologi antara organ
implan terhadap pejamu, serta pengobatan imunosupresi
yang diberikan setelah transplantasi diberikan.
(d) Bayi Prematur
Pada bayi prematur, respons imun kurang (belum
matang) bila dibandingkan bayi cukup bulan, sehingga
dikhawatirkan bila diberikan vaksin maka tubuh bayi
prematur tidak mampu memberikan respon sebagaimana

20
mestinya.

(9) Imunisasi Tetanus Toxoid calon pengantin sebagai syarat


pernikahan

Dalam pemberitahuan kehendak nikah pada angka 8, yakni:


kartu bukti imunisasi TT bagi calon istri‛ adalah dalam rangka
meningkatkan kualitas keturunan yang akan dilahirkan, calon
mempelai supaya memeriksa kesehatannya dan kepada calon
mempelai wanita diberikan suntikan imunisasi TT (Tetanus
Toxoid).

Surat kesehatan adalah berupa lampiran imunisasi TT


(Tetanus Toxoid), dimana persyaratan yang satu ini telah diatur
dalam, Intruksi Bersama Direktur Jenderal Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman
Departemen Kesehatan No. 2 tahun 1989 Tentang Imunisasi
Tetanus Toxoid Calon Pengantin. Berdasarkan intruksi itulah
KUA dalam menagani orang yang akan menikah mengharuskan
untuk melampirkan surat keterangan TT itu dalam syarat
pernikahan.24

(10) Jadwal Imunisasi Tetanus Toxoid

Imunisasi TT calon pengantin sebagai syarat pernikahan


Imunisasi TT juga tidak hanya dilakukan sebelum menikah.
Imunisasi TT ulang diberikan 1 bulan setelah suntik pertama, 6
bulan setelah suntik kedua, 1 tahun setelah suntik ketiga, dan 1
tahun setelah suntik keempat. Total imunisasi TT adalah
sebanyak 5 kali yang dapat memberikan perlindungan maksimal
terhadap Tetanus selama 25 tahun.

Biasanya vaksin Tetanus ini diberikan sebanyak lima kali


yang dilakukan secara bertahap, dan bisanya vaksin ini

21
dilakukan 1 bulan sebelum pernikahan, antaranya :18

Status TT Interval (selang waktu) Lama Perlindungan


TT I 0
TT II 4 minggu setelah TT I 3 tahun
TT III 6 bulan setelah TT II 5 tahun
TT IV 1 tahun setelah TT III 20 tahun
TT V 1 tahun setelah TT IV 25 tahun/ seumur hidup

(11) Faktor – faktor yang mempengaruhi status Imunisasi TT pada


calon pengantin

Faktor-faktor yang berhubungan dengan status imunisasi


TT yaitu :25
(a) Umur
Penilaian status imunisasi TT pada calon pengantin bisa
dimulai pada saat bayi apabila memiliki buku register atau
apabila tidak ada register yang mencatat riwayat
sebelumnya maka dihitung mulai WUS berusia 15 tahun
dengan status TT 0.
(b) Pendidikan
Apabila ada dokumentasi yang sah seperti kartu atau
register pada petugas kesehatan maka imunisasi pada saat
program BIAS bisa dihitung sebagai imunisasi TT.
(c) Status Perkawinan
Adanya program imunisasi pada calon pengantin bisa
dijadikan pedoman bahwa WUS dipastikan telah
mendapatkan imunisasi TT.
(d) Pengetahuan
Seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik tentang
imunisasi TT maka cenderung ia akan menerima dengan

22
baik dan akan melakukan imunisasi tersebut.

(e) Sikap
Sikap seseorang sangat mempengaruhi perilaku dalam hal
ini imunisasi TT. Seseoarng yang memiliki sikap positif
cenderung akan menerima dan melakukan imunisasi TT
tersebut.
(f) Pekerjaan
Pekerjaan tidak pernah bisa dilepaskan dari kehidupan
manusia, banyak pekerjaan yang sangat berhubungan
langsung dengan kejadian tetanus seperti bertani, pekerjaan
di rumah tangga yang benda-benda tajam dan besi berkarat,
dan lain-lain.
(g) Persepsi tentang jarak
Jarak tempat pelayanan kesehatan menjadi salah satu alasan
kenapa seseorang enggan melakukan imunisasi TT. Jarak
yang jauh dan waktu tempuh yang lama dapat mengurangi
motivasi seseorang melakukan imunisasi.
(h) Anjuran
Anjuran atau bujukan seseoarng yang dianggap penting
sangat mempengaruhi perilaku seseoarng dalam melakukan
tindakan imunisasi TT. Ketika anjuran dilakukan secera
beruang-ulang maka seseorang akan mendengar bujuk
rayunya terlebih orang yang menganjurkan adalah orang
yang berpengaruh dalam kehidupannya.
(i) Kepercayaan
Kepercayaan yang dipercayai dan dianut secara turun
temurun sangat mempengaruhi seseorang dalam menerima
imunisasi. Banyak masyarakat atau calon pengantin yang
masih mempercayai mitos tentang imunisasi yang berimbas

23
pada keengganan menerima imunisasi sebagai suatu bentuk
perlindungan diri.
(j) Kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan imunissi TT
Setiap orang terutama wanita sangat membutuhkan
imunisasi TT karena wanita menghadapi kehamilan,
persalinan dan nifas. Imunisasi TT pada wanita subur dapat
melindungi ia dan bayinya kelak.

(12) Penyakit yang dapat dicegah dengan imuniasi Tetanus Toxoid


dan Efektifitasnya

Imunisasi TT mencegah penyakit tetanus yaitu penyakit


yangmenyerang sistem syaraf pusat yang disebabkan oleh racun
tetanospasmin yang dihasilkan oleh clostridium tetani. Penyakit
ini masuk melalui luka yang dimasuki kuman gigitan serangga,
infeksi gigi, infeksi telinga, bekas gigitan dan pemotongan tali
pusat. Toksin yang dihasilkan seperti tetanospasmin yang
secara umum menyebabkan kekakuan pada tubuh. Plasenta
meneruskan anti tetanus (IgG) ke bayi dan melindungi bayi
terhadap kemungkinan masuknya toksinTetanus melalui luka
pada tali pusat atau luka di tempat lain yang dapat tercemar
spora tetanus. Transfer antibodi ibu ke bayi mencapai maksimal
pada trimester akhir kehamilan.

Efektifitas imunisasi TT sebesar 60-90% proteksi dari


penyakit tetanus neonatorum selama 3 tahun terhadap calon
pengantin yang melakukan imunisasi TT sebanyak 2 kali. Hal
tersebut dibuktikan dalam penelitian Lilly Indrawati (1998) yang
menyebutkan bahwa ibu dengan status imunisasi TT tidak
lengkap atau tidak imunisasi TT mempunyai kecenderungan 36
kali lebih beresiko bayinya menderita Tetanus Neonatorum
dibandingkan dengan ibu dengan status imunisasi TT lengkap.

(13) Manfaat dan efek samping imuniasi Tetanus Toxoid calon

24
pengantin

Manfaat dari vaksin Tetanus sebelum menikah yaitu dapat


mencegah terjadinya infeksi pada vagina baik itu pada saat
melahirkan ataupun pada saat berhubungan intim. Pada saat
kehamilan vaksin tetanus ini tidak hanya penting untuk ibu
hamil saja tetapi juga memiliki manfaat yang sangat penting
untuk bayi karena akan mencegah terkenanya tetanus pada
janin. Selain memiliki manfaat yang baik, vaksin tetanus juga
memiliki efek samping. Imunisasi secara umum termasuk TT
tidak selalu menimbulkan efek samping, tergantung kondisi
tubuh masing-masing individu. Adapun efek samping imunisasi
TT yang mungkin terjadi, diantaranya biasanya hanya
menimbulkan gejala-gejala ringan saja seperti nyeri, kemerahan
dan pembengkakan pada tempat suntikan. Hal ini bisa diatasi
dengan kompres dingin pada bekas suntikan. Efek samping
tersebut bisa berlangsung 1-2 hari, akan sembuh sendiri dan
tidak diperlukan tindakan/pengobatan.26

Dalam buku pedoman teknis imunisasi, vaksin TT adalah


vaksin yang aman dan tidak mempunyai kontraindikasi dalam
pemberiannya kecuali bagi klien yang mengalami reaksi
anafilksis setelah pemberian dosis pertama. Meskipun demikian,
imunisasi TT tidak boleh diberikan kepada :
(a) WUS dengan riwayat alergi imunisasi TT yang lalu.
(b) WUS dengan panas tinggi dan sakit berat, namun demikian
WUS tersebut dapat diimunisasi segera setelah
sembuh.27
d) Persiapan mental
Untuk mewujudkan keluarga yang harmonis, tentram dan
bahagia, perlu persiapan mental, antara lain: 28
(1) Harus seiman

25
(2) Adanya pemahaman yang sama tentang tujuan pernikahan
(3) Berkepribadian yang matang, termasuk dalam kriteria ini
adalah: tabiat, budi pekerti, minat dan kebiasaan.
(4) Memiliki pengetahuan dan wawasan yang seimbang, hal ini
terkait dengan pendidikan, termasuk di dalamnya pengetahuan
dan pengamalan agama. Selain itu perlu pengetahuan tentang
pengasuhan anak, komunikasi, pengendalian diri, memahami
perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
(5) Bekal yang harus pula dipersiapkan adalah ilmu parenting (pola
asuh anak oleh orang tua), sehingga orang tua dapat
memberikan pendidikan terbaik bagi anaknya, baik pendidikan
dalam keluarga (pendidikan informal), pendidikan di
sekolah/madrasah (formal), dan pendidikan di lingkungan
masyarakat. Konseling untuk mengubah perilaku yang tidak
sehat seperti: merokok, minum alkohol, atau memakai narkoba.
Seringkali calon suami yang perokok, tidak paham bahwa asap
rokok sangat berbahaya bagi ibu maupun janin.
e) Persiapan sosial ekonomi
Selain persiapan fisik dan mental (psikis), maka harus pula
dipersiapkan secara sosial dan ekomoni. Diantara persiapan dalam
lingkup sosial adalah:28
(1) Latar belakang sosial keluarga.
Latar belakang keluarga dapat dilihat dari pendidikan dalam
rumah, bukan pendidikan di sekolah, seringkali ditanya hanya
latar belakang sekolah, bukan bagaimana pendidikan dalam
keluarga. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui kebiasaan
calon pasangan ketika telah menjadi pasangannya kelak.
(2) Latar belakang budaya.
(3) Pergaulan.
Dengan mengetahui lingkungan, teman pergaulan dan aktifitas
memudahkan calon suami dan isteri beradaptasi dengan anggota

26
keluarga kedua belah pihak, tetangga, masyarakat dan
lingkungan.
(4) Calon suami dan isteri sebaiknya telah mandiri secara ekonomi,
dan ulet mengais rizki. Persiapan lain terkait dengan ekonomi
adalah mempunyai ketrampilan. Calon pasangan suami istri
perlu mempunyai ketrampilan, antara lain: memasak, menjahit,
mengurus rumah tangga, membersihkan dan memperbaiki
kerusakan peralatan dan barangbarang.
f) Menjaga Kebersihan Organ Genetalia
Pengetahuan dan persepsi yang salah tentang seksualitas
dan kesehatan reproduksi dapat menyebabkan remaja berperilaku
berisiko terhadap kesehatan reproduksinya. Cara menjaga organ
reproduksi :29
(1) Pakai handuk yang lembut, kering, bersih, dan tidak berbau atau
lembab.
(2) Memakai celana dalam dengan bahan yang mudah menyerap
keringat
(3) Pakaian dalam diganti minimal 2 kali dalam sehari
(4) Bagi perempuan, sesudah buang air kecil, membersihkan alat
kelamin sebaiknya dilakukan dari arah depan menuju belakang
agar kuman yang terdapat pada anus tidakmasuk ke dalam organ
reproduksi.
(5) Tidak boleh terlalu sering menggunakan cairan pembilas
vagina.
(6) Jangan memakai pembalut tipis dalam waktu lama
(7) Pergunakan pembalut ketika mentruasi dan diganti paling lama
setiap 4 jam sekali atau setelah buang air kecil.
(8) Bagi perempuan yang sering keputihan berbau dan berwarna
harap memeriksakan diri ke petugas kesehatan

27
(9) Bagi laki-laki, dianjurkan untuk dikhitan atau disunat agar
mencegah terjadinya penularan penyakit menular seksual serta
menurunkan risiko kanker penis. ( Kemenkes, 2018)

5. Informasi Nutrisi Pranikah


Wanita usia subur sebagai calon ibu merupakan kelompok rawan
yang harus diperhatikan status kesehatannya, terutama status gizinya.
Kualitas seorang generasi penerus akan ditentukan oleh kondisi ibunya
sejak sebelum hamil dan selama kehamilan. Masa pranikah dapat
dikaitkan dengan masa prakonsepsi, karena setelah menikah wanita akan
segera menjalani proses konsepsi. Kesehatan prakonsepsi menjadi sangat
penting untuk diperhatikan termasuk status gizinya, terutama dalam
upaya mempersiapkan kehamilan karena akan berkaitan erat dengan
outcome kehamilan. Sebuah penelitian kohort pada wanita di Cina
menunjukkan bahwa indeks massa tubuh (IMT) wanita prakonsepsi yang
tergolong sangat kurus/severely underweight (≤ 18,5 kg/m2 ) akan
berdampak pada terganggunya pertumbuhan janin saat kehamilan kelak
dan berisiko untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) dua kali lebih besar dibandingkan dengan wanita yang memiliki
IMT prakonsepsi dengan kategori normal (19,8 ≤ IMT< 26 kg/m2 ).9
Gizi yang mempengaruhi pada masa prakonsepsi adalah
karbohidrat, lemak, protein, asam folat, beberapa kelompok vitamin
seperti vitamin A, E, dan B12, serta mineral seperti zinc, besi, kalsium,
dan omega-Asupan gizi yang cukup dan status gizi yang baik dari ibu
penting untuk perkembangan optimal janin. Konsumsi sumber makanan
yang bervariasi adalah penting sebelum pembuahan dan selama
kehamilan. Pola diet yang dianjurkan pada masa prakonsepsi terdiri atas
sumber karbohidrat kompleks, sayur dan buah, protein hewani, serta
protein nabati. Makanan dan minuman yang tinggi lemak hanya
dikonsumsi dalam jumlah terbatas. Berikut zat gizi yang perlu

28
diperhatikan dalam masa prakonsepsi agar calon ibu dapat memenuhi
kecukupan gizinya: 30
a) Karbohidrat
Karbohidrat dapat memenuhi 55-75% dari total kebutuhan
energi invidu. Karbohidrat merupakan zat gizi yang paling berperan
sebagai penyedia energi bagi ibu dan janin. AKG 2013
merekomendasikan bagi WUS atau wanita pranikah setiap harinya
harus mengonsumsi sekitar 309-340gram karbohidrat untuk
memenuhi glukosa bagi perkembangan janin. Karbohidrat yang
dianjurkan adalah karbohidrat kompleks karena memiliki kadar
indeks glikemik yang rendah. Karbohidrat dengan kadar indeks
glikemik yang tinggi akan mengakibatkan tubuh lebih cepat kenyang
dan berdampak pada resiko kegemukan. Hal ini diakibatkan oleh
tingginya kadar gula sehingga akan terjadi penumpukan berupa
lemak dalam tubuh. Lemak jahat adalah Trans Fatty Acids (TFA),
semakin tinggi kadar TFA maka akan semakin tinggi risiko
seseorang untuk terkena penyakit degeratif seperti Diabetes. Hal ini
karena lemak yang menumpuk akan menganggu sistem produksi
hormon insulin tubuh serta dapat merusak kualitas sperma pada pria.
Karbohidrat yang disarankan adalah kelompok polisakarida (seperti
nasi, jagung, sereal, umbian-umbian) dan disarankan membatasi
konsumsi monosakarida (seperti gula, sirup, makanan dan minuman
yang tinggi kadar gula).
b) Protein
Protein sangat dibutuhkan oleh tubuh, protein tersusun oleh
asam amino, dan salah satunya adalah arginin. Arginin berfungsi
memperkuat daya tahan hidup sperma dan mencegah kemandulan.
Mengonsumsi sumber protein dapat membantu merangsang produksi
hormon estrogen pada wanita dimana hormon ini berfungsi untuk
mengurangi peradangan serta kram pada saat menstruasi. Selain itu
protein berperan penting dalam pembentukan dan pemeliharaan sel

29
yang menunjang pertumbuhan janin, perbanyakan sel payudara,
rahim dan plasma. Protein juga dapat menjadi cadangan energi.
Cadangan ini dipakai untuk persiapan persalinan, masa sehabis
melahirkan, dan menyusui. Sebaiknya 2/3 porsi protein yang
dikonsumsi berasal dari sumber protein yang bernilai biologi tinggi,
yaitu bersumber dari protein hewani, seperti daging, ikan, telur, susu
dan hasil olahannya.
c) Vitamin C
Vitamin C berperan penting untuk fungsi indung telur dan
pembentukan sel telur. Selain sebagai antioksidan (bekerja sama
dengan Vitamin E dan β-karoten), vitamin C berperan melindungi
selsel organ tubuh dari serangan radikal bebas (oksidan) yang
mempengaruhi kesehatan sistem reproduksi.
d) Asam folat
Asam folat berperan pada masa pembuahan dan kehamilan
trimester pertama. Kecukupan asam folat terbukti dapat mengurangi
bayi lahir dengan risiko kecacatan sistem syaraf dengan neural tube
defect (NTD) seperti spina bifida sebanyak 70%. Asam folat juga
dibutuhkan untuk pembelahan sel normal dan sangat penting selama
periode pertumbuhan dan perkembangan janin.
e) Vitamin B6
Defisiensi vitamin B6 akan mengakibatkan terjadinya
ketidakseimbangan hormon. Padahal, keseimbangan hormon
estrogen dan progesteron penting untuk terjadinya kehamilan.
Bersama dengan asam amino vitamin B6 akan mensintesis
Hemoglobin dan mengangkut oksigen oleh sel darah merah.
Kekurangan vitamin B6 akan menganggu pembentukan hem yang
berdampak pada terjadinya anemia.
f) Vitamin D
Kekurangan vitamin D akan menurunkan kesuburan hingga 75%
serta gangguan metabolisme kalsium pada ibu dan janin. Sumber

30
vitamin D diproduksi di dalam tubuh dengan bantuan matahari,
selain itu dapat diperoleh dari susu, telur, mentega, keju, minyak
ikan, ikan tuna dan ikan salmon.
g) Vitamin B12
Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan gangguan sintesis
DNA dan kematangan dari hematopoesis yang menimbulkan
peningkatan anemia, ditandai oleh sel darah merah lebih besar dari
pada ukuran normal (anemia makrositik), serta dapat berdampak
pada perkembangan organ janin yang abnormal yang nantinya akan
berakibat cacat bawaan, jenis makanan yang mengandung asam folat
yaitu hati, sayuran hijau, kacang-kacangan, daging, jeruk dan telur.
h) Vitamin A
Di dalam tubuh vitamin A digunakan untuk mensintesis Hb dan
memobilisasi cadangan besi ke jaringan tubuh untuk membangun sel
darah baru (IHE Report dalam Doloksaribu & Simatupang 2019).
Kekurangan vitamin A menyebabkan gangguan pengangkutan zat
besi dari tempat penyimpanan di dalam tubuh (hepar, sumsum
tulang, selsel retikuloendithel) ke dalam sirkulasi dan
konsekuensinya terhadap hematopoietic jaringan tubuh.
Suplementasi vitamin A dapat memperbaiki kadar Hemoglobin.
Kuning telur, hati dan mentega tergolong makanan yang banyak
mengandung vitamin A. Selain itu, sayuran berwarna hijau dan
buah-buahan berwarna kuning, terutama wortel, tomat, apel, nangka
juga merupakan sumber vitamin A.
i) Vitamin E
Vitamin E berperan dalam stabilisasi membran sel darah merah,
meningkatkan fungsi dan daya tahan sel darah merah. Vitamin E
yang tidak adekuat mengakibatkan dampak yang buruk pada sel
darah merah. Ketika PUFA dalam membran lipid darah dari sel
darah merah terkena radikal bebas, maka membran akan pecah, isi

31
sel menghilang, dan sel menjadi rusak. Kehilangan sel darah merah
secara terus menerus dapat mengakibatkan anemia hemolitik.
j) Zink
Zinc sangat penting bagi calon ibu karena dapat membantu
produksi materi genetik ketika pembuahan terjadi. Zinc berperan
penting dalam pertumbuhan organ seks dan juga berkontribusi untuk
produksi ovum serta kesuburan pada wanita. Anemia karena
kekurangan zat besi sering terjadi bersamaan dengan kekurangan
zink. Hal ini dikarenakan zink ikut berperan dalam proses
penyerapan dan tersedianya zat besi dalam tubuh. Makanan sumber
zinc antara lain hasil laut, kerang, daging, kacang- kacangan, dan
produk olahan susu.
k) Kalsium
Kekurangan zat besi pada calon ibu dapat menyebabkan anemia
dengan gejala lelah, sulit konsentrasi, dan gampang infeksi. Zat besi
(Fe) juga berperan dalam proses memperlancar ovulasi. Ketika
terjadi ketidakseimbangan besi akan menimbulkan gangguan
perkembangan dari anemia karena kekurangan zat besi yang
merupakan rangkaian dari perubahan cadangan zat besi, transport
besi, akhirnya terhadap fungsi metabolik yang terkait dengan zat
besi. Sumber makanan yang mengandung zat besi adalah hati,
daging, telur, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna hijau
l) Fosfor
Kecukupan zat fosfor diperlukan agar pembuahan dapat
berlansung dengan baik. Fosfor berhubungan dengan kalsium,
sebagian besar kedua zat gizi ini berbentuk garam kalsium fos fat di
dalam jaringan keras tubuh yaitu tulang dan gigi. Zat gizi ini bisa
ditemui pada makanan berkalsium tinggi, seperti susu dan ikan teri.
m) Selenium
Selenium berkontribusi terhadap terjadinya anemia melalui
pemiliharaan konsentrasi optimal glutation perioxidase yang

32
merupakan antioksidan seleno-enzim penting dalam eritrosit.
Glutation peroxidase membantu melindungu hemoglobin melawan
oksidasi (radikal bebas) dalam eritrosit.
n) Asam Lemak
Omega-3 Jenis asam lemak omega-3 yang sangat bermanfaat
pada calon ibu adalah eicosapentaeonic acid (EPA) dan
docosahexaeonic acid (DHA). EPA dan DHA mampu menunjang
fungsi otak, mata, dan sistem saraf pusat sehingga penting bagi ibu
pada masa kehamilan. Peningkatan konsumsi omega-3 terbukti dapat
mencegah bayi lahir prematur dan dapat meningkatkan berat badan
bayi saat lahir, makanan yang menjadi sumber omega-3 adalah ikan
dan makanan laut lainnya.

6. Informasi Kehamilan, Pencegahan atau Penundaan Kehamilan


a) Informasi tentang Kehamilan
Kehamilan ideal adalah kehamilan yang direncanakan, diinginkan
dan dijaga perkembangannya secara baik. Namun ada kalanya
berbagai faktor yang dapat membuat kehamilan menjadi tertunda
atau bahkan tidak diinginkan. Kehamilan tidak diinginkan dapat
terjadi
(1) Akibat hubungan seksual pranikah
(2) Akibat gagal/drop out KB
(3) Pada unmet need (wanita usia subur yang tidak ingin punya
anak tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi). Namun
demikian, tidak ada yang lebih membahagiakan pasangan suami
isteri selain dari kehadiran buah hati dalam perkawinan mereka.
b) Informasi tentang Tanda-tanda kehamilan
(1) Tes kehamilan positif (+)
(2) Tidak mendapat menstruasi/ haid sebagaimana biasanya (tidak
menstruasi pada siklus haid bulan berikutnya)
(3) Timbul rasa mual, muntah-muntah dan pusing terutama pada

33
pagi hari serta sering buang air kecil
(4) Tidak ada nafsu makan
(5) Kadang-kadang mengidam atau menginginkan makanan yang
jarang ada atau tidak pernah dimakannya
(6) Pada usia kehamilan lebih lanjut dengan alat tertentu dapat
terdengar detak jantung janin.
c) Informasi tentang Proses Kehamilan
Proses kehamilan dimulai dari bertemunya sel sperma laki- laki
dan sel ovum matang dari wanita yang kemudian terjadi pembuahan,
proses inilah yang mengawali suatu kehamilan. Untuk terjadi suatu
kehamilan harus ada sperma, ovum, pembuahan ovum (konsepsi),
implantasi (nidasi) yaitu perlekatan embrio pada dinding rahim,
hingga plasentasi / pembentukan plasenta. Dalam proses pembuahan,
dua unsur penting yang harus ada yaitu sel telur dan sel sperma. Sel
telur diproduksi oleh indung telur atau ovarium wanita, saat terjadi
ovulasi seorang wanita setiap bulannya akan melepaskan satu sel
telur yang sudah matang, yang kemudian ditangkap oleh
microfilamen fimbria dibawa masuk ke rahim melalui saluran telur
(tuba fallopi), sel ini dapat bertahan hidup dalam kurun waktu 12- 48
jam setelah ovulasi. Berbeda dengan wanita yang melepaskan satu
sel telur setiap bulan, hormon pria testis dapat terus bekerja untuk
menghasilkan sperma. Saat melakukan senggama (coitus), berjuta-
juta sel sperma (spermatozoon) masuk kedalam rongga rahim
melalui saluran telur untuk mencari sel telur yang akan di buahi dan
pada akhirnya hanya satu sel sperma terbaik yang bisa membuahi sel
telur.31

34
BAB II
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

A. Pengkajian Data Subjektif


1. Identitas
a. Nama pasien
Digunakan untuk memperlancar komunikasi dalam asuhan. Salah
satu data identifikasi pasien
b. Umur
Salah satu prasyarat untuk menikah adalah kesiapan secara fisik
yang sangat menentukan adalah umur untuk melakukan pernikahan (
BKKBN, 2014).Dikaji untuk mengetahui masa reproduksi klien
beresiko tinggi atau tidak, < 19 tahun atau > 35 tahun.. Usia ideal
untuk menikah adalah minimal 21 tahun bagi perempuan dan 25
tahun bagi laki-laki. Batasan usia ini dianggap sudah siap
menghadapikehidupan keluarga yang dipandang dari sisi kesehatan
dan perkembangan emosional. Apabila terjadi perkawinan sebelum
usia yang dianjurkan usahakan agar kehamilan pertama terjadi pada
usia minimal 21 tahun.32

35
c. Agama
Untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan pada ibu
selama memberikan asuhan. Informasi ini terkait dengan pentingnya
agama dalam kehidupan klien. Dalam Pasal 2 UU Perkawinan,
dinyatakan bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan
berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing. Dari pasal ini,
di lapangan sering kali dimaknai bahwa orang Islam melaksanakan
perkawinan dengan orang Islam, dengan berdasarkan agama Islam;
orang Katolik melaksanakan perkawinan dengan orang Katolik
dengan berdasarkan agama Katolik, dan seterusnya sehingga
perkawinan dua orang yang berbeda agama relatif sulit untuk
dilaksanakan. Perkawinan beda agama setelah berlakunya UU
Perkawinan, relatif sulit dilakukan. Dengan tidak diaturnya secara
jelas perkawinan beda agama dalam UU perkawinan, maka terdapat
polemik dalam pemahaman dan pelaksanaannya.33
d. Pendidikan
Tanyakan tingkat pendidikan tertinggi klien. Mengetahui pendidikan
klien berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat
memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.
e. Pekerjaan
Menggambarkan tingkat sosial ekonomi, pola sosialisasi dan data
pendukung dalam menentukan pola komunikasi yang akan dipilih
selama asuhan.
f. Suku/ Bangsa
Berhubungan dengan sosial budaya yang dianut oleh pasien dan
keluarga yang berkaitan dengan pasien.
g. Alamat
Dikaji untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat tinggal
klien, sehingga lebih memudahkan pada saat akan bersalin sert
mengetahui jarak rumah dengan tempat pelayanan kesehatan.

36
Menurut L Blum salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan
adalah lingkungan. Baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
2. Alasan datang
Ditanyakan untuk mengetahui alasan datang ke bidan/ klinik,
apakah untuk memeriksakan keadannya atau untuk memeriksakan
keluhan lain yang disampaikan dengan kata – katanya sendiri. Pada saat
datang untuk melakukan periksaan pra nikah. Bidan bisa menggali
informasi yang telah diterima catin, memberi motivasi untuk mengikuti
kursus catin, memberi informasi informasi kesehatan kepada catin.
3. Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui keluhan yang
dirasakan pasien saat datang ke ke fasilitas kesehatan.

4. Riwayat yang perlu ditanyakan pada pasien dalam anamesis untuk


menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh
meliputi Anamnesis riwayat penyakit harus lengkap dan mencakup hal-
hal sebagai berikut:
a. Riwayat Obsetri
1) Menarch: Dikaji untuk mengetahui kapan pertama kali pasien
menstruasi. Umumnya menarche terjadi pada usia 12- 13
tahun.
2) Siklus: Siklus merupakan jarak antara menstruasi yang dialami
dengan menstruasi berikutnya, dalam hitungan hari. Dikaji
teratur atau tidaknya setiap bulan. Biasanya sekitar 23-32 hari.
Dengan mengetahui siklus menstruasi, menjadi data dasar
dalam mencari masa subur.
3) Gangguan haid dilihat dari siklus haid yaitu :34
a) Oligomenorea : haid jarang siklusnya Panjang >35 hari
b) Polimenorea : haid sering, siklusnya pendek <21 hari
c) Metrorrhagia : muncul perdarahan diantara dua siklus haid
diluar siklus haid

37
d) Amenorea primer : belum pernah mengalami haid sama
sekali hingga usia 16 tahun
e) Amenorea sekunder : sebelumnya haid teratur, namun tiba-
tiba berhenti selama lebih dari 3 siklus.
4) Lamanya: lamanya haid yang normal adalah kurang lebih 7
hari. Apabila sudah mencapai 15 hari berarti sudah abnormal
dan kemungkinan adanya gangguan ataupun penyakit yang
mempengaruhi, seperti metroragia perdarahan di luar haid.34
Gangguan lama haid :
a) Brakimenore : lama haid kurang dari 3 hari
b) Menoragian : lama haid lebih dari 7 hari
5) Nyeri haid: Nyeri haid perlu ditanyakan untuk mengetahui
apakah klien menderita atau tidak di tiap haid. Nyeri haid juga
menjadi tanda kontraksi uterus klien begitu hebat sehingga
menimbulkan nyeri haid. Nyeri haid pada setiap individu
memiliki tingkat ambang nyeri yang berbeda.
6) Banyaknya : Dikaji untuk mengetahui berapa banyak darah
yang keluar saat menstruasi. Menurut normalnya yaitu 2-3 kali
ganti pembalut dalam sehari atau sekitar 5-10 ml per hari.
Apabila darahnya terlalu berlebihan, itu berarti telah
menunjukan gejala kelainan banyaknya darah haid.34
Gangguan lama menstruasi :
a) Hipomenora : Jumlah darah yang keluar dalam satu siklus
lebih sedikit. Kurang dari 80 ml
b) Hipermenorea : haid lebih banyak (lebih dari 80 ml/siklus)
dan lamanya lebih 7 hari. Kelainan ini dapat juga
didefinisikan sebagai keluarnya darah haid yang banyak dan
menghabiskan lebih dari 5-6 pembalut/hari.31
b. Riwayat Kesehatan
Untuk mengenali penyakit dan kondisi fisik yang mungkin
bermasalah selama perkawinan, sepanjang kehamilan dan saat

38
persalinan, serta beberapa pemeriksaan medis lain dapat dilakukan.
Riwayat kesehatan merupakan identifikasi keluhan sekarang,
penyakit umum yang pernah diderita, serta penyakit yang dialami
dahulu.
c. Riwayat Imunisasi
Pemberian imunisasi TT pada wanita harus didahului dengan
skrining untuk mengetahui jumlah dosis dan status imunisasi TT
yang telah diperoleh selama hidupnya. Berikutnya sesuai jadwal
pemberian imunisasi yang sudah pernah mendapatkan imunisasi
TT. Upaya sistematis untuk menghilangkan Tetanus Neonaturum
dimulai dengan imunisasi TT ibu hamil dan calon pengantin
dengan melalui Program Pengembangan Imunisasi (EPI). Salah
satu pendekatan imunisasi untuk memberikan perlindungan
terhadap tetanus bagi ibu dan bayinya yaitu secara jangka pendek
pemberian dosis Tetanus Toxoid (TT) untuk ibu hamil diberikan
pada imunisasi rutin saat pelayanan antenatal, dan TT dosis calon
pengantin diberikan pada perempuan yang mau atau baru
menikah.13
d. Rencana Keluarga Berencana
Untuk mengetahui rencana pemakaian kontrasepsi, apakah akan
menunda kehamilan atau tidak supaya kehamilan dapat diatur
sesuai dengan keinginan individu dan juga untuk menghindari
terjadinya jarak kelahiran yang dekat. Perempuan yang menikah
pada usia kurang dari 21 tahun dianjurkan untuk menunda
kehamilannya sampai usianya minimal 21 tahun dengan
menggunakan alat kontrasepsi. Kontrasepsi yang dianjurkan adalah
Kondom, Pil, IUD, Implant, dan Suntikan.35
e. Pola Pemenuhan Kebutuhan sehari-hari
1) Pola Nutrisi
Beberapa hasil yang perlu ditanyakan pada pasien berkaitan
dengan pola makan adalah menu, frekuensi, jumlah per hari

39
dan pantangan
2) Pola Eliminasi
BAB dan BAK seperti frekuensi perhari, warnanya, ada
masalah selama BAB/BAK atau tidak.
3) Personal Hygiene
Kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus
terpenuhi karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan
dan psikologis. Aktivitas pemenuhan kebersihan sangat
dipengaruhi budaya, sosial-ekonomi, status kesehatan,
pengetahuan dan lain-lain. dapat mencegah terjadinya masalah
yang terjadi pada klien seperti kerusakan integritas kulit,gigi
dan mukosa dan lain-lain. Untuk mengetahui kebersihan diri
pasien. Dianjurkan untuk mandi minimal 2 kali sehari, ganti
baju minimal 1 kali, ganti celana dalam minimal 2 kali sehari,
berkeramas 1-2 kali 1 minggu dan menjaga kebersihan kuku.29
4) Pola Istirahat Tidur
Untuk mengetahui kecukupan istirahat pasien. Istirahat sangat
diperlukan calon pengantin. Lama tidur siang hari normalnya
1-2 jam, malam hari yang normal adalah 6-8 jam.
5) Pola Aktivitas dan Olahraga
Menilai tingkat kesehatan seseorang berdasarkan kemampuan
untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Kemampuan
beraktivitas merupakan kebutuhan dasar yang mutlak
diharapkan oleh manusia. Kemampuan aktivitas seseorang
tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan
musculoskeletal. Pergerakan atau mekanik tubuh pada
dasarnya adalah bagaimana menggunakan secara efektif,
terkoordinasi, dan aman, sehingga menghasilkan gerakan yang
baik dan keseimbangan selama beraktivitas. Mengkaji aktivitas
sehari-hari pasien untuk gambaran tentang seberapa berat
aktivitas pasien.36

40
6) Kebiasaan yang Merugikan Kesehatan
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu memiliki kebiasaan
seperti minum jamu, merokok, minum-minuman keras, dan
obat terlarang dan kebiasaan lainnya.34
7) Riwayat Psikososial Spiritual
Kesiapan psikologis dapat diartikan sebagai suatu
kemauan/keinginan tertentu yang tergantung pada tingkat
kematangan, pengalaman, dan emosi. Kesiapan psikologis
merupakan emosi yang matang pada seseorang dalam
mempersiapkan untuk menghadapi sesuatu, dalam konteks ini
adalah persiapan mental bagi pasangan dalam menghadapi
pernikahan agar mereka siap secara lahir maupun batin.
8) Tingkat Pengetahuan
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan pasien
dan pasangan mengenai persiapan pernikahan yang akan
dilakukan.

B. Pengkajian Data Objektif


Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Varney (pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui
observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien,pemeriksaan
laboratorium atau pemeriksaan diagnostik lain.
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum pasien
Untuk mengetahui data ini kita mengamati keadaan pasien secara
keseluruhan, yaitu dengan melihat pasien apakah memperlihatkan
respons yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta secara
fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan
b. Tingkat kesadaran

41
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat
melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan
composmentis sampai dengan koma
c. Tekanan darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi
d. Nadi
Peningkatan denyut nadi dapat menunjukkan adanya infeksi, syok,
ansietas atau dehidrasi. Nadi yang normal adalah tidak lebih dari
100 kali per menit.
e. Suhu
Untuk orang dewasa, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan
bawa suhu normal adalah 36,5° – 37,5°C
f. Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal adalah 16 – 24 x/menit. Bila
frekuensi pernafasan lebih dari normal disebut takipnue dan jika
frekuensi pernafasan kurang dari normal disebut bradipnue.
g. Berat Badan
Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil.
Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan
keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin,
berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya
dalam keadaan yang abnormal, terhadap dua kemungkinan
perkembangan barat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau
lambat dari kedaan normal. Berat badan harus selalu dimonitor
agar memberikan informasi yang memungkinkan intervensi gizi
yang preventif sedini mungkin guna mengatasi kecenderungan
penurunan atau penambahan berat badan yang tidak dikehendaki.
Berat badan harus selalu dievaluasi dalam konteks riwayat berat
badan yang meliputi gaya hidup maupun status berat badan yang

42
terakhir. Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang
.34
h. Tinggi badan
Tinggi badan merupakan salah satu parameter yang dapat melihat
keadaan status gizi sekaran dan keadaan yang telah lalu.
Pertumbuhan tinggi/panjang badan tidak seperti berat badan, relatif
kurang sensitif pada masalah kekurangan gizi pada waktu singkat.34
Salah satu cara untuk menentukan status gizi yaitu dengan
membandingkan berat badan dan tinggi badan.
IMT = BB (Kg)/ TB2 (dalam meter)
1) Untuk Perempuan
Kurus : < 17 Kg/m2
Normal : 17 – 23 Kg/ m2
Kegemukan : 23 – 27 Kg/ m2
Obesitas : > 27 Kg/ m2
2) Untuk Laki – Laki
Kurus : < 18 Kg/m2
Normal : 18 – 25 Kg/ m2
Kegemukan : 25 – 27 Kg/ m2
Obesitas : > 27 Kg/ m2
i. LILA (Lingkar Lengan Atas)
Ukuran LILA yang normal adalah 23,5 cm, diukur sebelum hamil.
Bila ditemukan pengukuran kurang dari 23,5 cm maka status gizi
ibu kurang.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Untuk mengetahui kebersihan kepala. Normalnya bentuk
mesochepal, kulit kepala bersih dan rambut tidak rontok
b. Muka : Simetris, kemerahan, tidak bengkak, tidak pucat.
c. Mata : Untuk mengetahui warna sklera (ikterik atau tidak, menilai
kelainan fungsi hati) dan warna konjungtiva (pucat atau cukup
merah, sebagai gambaran tentang anemia secara kasar) dan secret

43
d. Hidung : Untuk memeriksa kebersihan, dan adanya polip.
Normalnya tidak ada polip dan sekret
e. Mulut : Saat hamil pada ibu hamil normalnya bibir tidak kering,
tidak terdapat stomatitis, gigi bersih tidak ada karies, tidak ada gigi
palsu
f. Telinga : Dikaji untuk memeriksa kebersihan dan kemungkinan
adanya kelainan. Normalnya adalah simetris dan tidak ada serumen
berlebih
g. Leher : Normalnya tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
bendungan vena jugularis
h. Ketiak : Untuk memeriksa kemungkinan adanya massa atau
pembesaran pada aksila. Normalnya tidak ada benjolan
i. Dada : Normalnya simetris, denyut jantung teratur, dan tidak ada
gangguan pernapasan
j. Abdomen : Dikaji ada tidak bekas luka operasi, ada massa atau
tidak
k. Genetalia : Pada keadaan normal tidak terdapat bau busuk, dan
tidak ada condiloma. Pada vulva mungkin didapat cairan jernih
atau sedikit berwarna putih tidak berbau, keadaan normal terdapat
pengeluaran cairan tidak ada rasa gatal, luka atau perdarahan
l. Punggung : Teraba lurus, tidak ada lubang atau kelainan bentuk
m. Anus : Normalnya tidak ada haemoroid
n. Ekstremitas : Pemeriksaan tangan dan kaki yang dikaji untuk
mengetahui adanya edema sebagai tanda awal preeklampsia dan
warna kuku yang kebiruan sebagai gejala anemia. Normalnya
kedua tangan dan kaki tidak oedem, gangguan pergerakan tidak
ada.34
3. Pemeriksaan Penunjang
Apabila ada indikasi kesehatan maka dilakukan pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan ini mencakup, Pemeriksaan umum,
Pemeriksaan fisik lengkap, Pemeriksaan darah rutin, Pemeriksaan

44
beberapa penyakit yang diturunkan (Alergi, asma,Thalasemia),
Pemeriksaan penyakit menular (TORCH, Hepatitis B dan C, HIV dan
AIDS).32

C. Analisa dan Rencana Tindakan / Penatalaksanaan


Analisa merupakan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Analisa merupakan
pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah
kedua, ketiga dan keempat sehingga mencakup hal-hal berikut ini:
diagnosis/masalah kebidanan, diagnosis/masalah potensial dan kebutuhan
segera harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan meliputi tindakan
mandiri, tindakan kolaborasi, dan tindakan merujuk klien.
1. Diagnosa: Nn... umur... calon pengantin dengan kebutuhan....
2. Masalah: Masalah sering berkaitan dengan hal yang sedang dialami
wanita. Diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian,
normalnya tidak terjadi masalah
3. Diagnosa Potensial: Pada keadaan normal, diagnosa potensial tidak
ditegakkan
4. Tindakan Segera: Pada keadaan normal, langkah ini bisa tidak
dilakukan
5. Penatalaksanaan (P)
Penatalaksanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan
yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisa
dan interpretasi data. P dalam SOAP meliputi pendokumentasian
manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah kelima,
keenam dan ketujuh.
Pendidikan pranikah merupakan salah satu cara yang tepat untuk
meningkatkan pengetahuan calon pengantin sebelum menghadapi
pernikahan. Bidan memiliki kedudukan yang sangat penting sebagai
ujung tombak dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat.
Bidan memiliki peran dalam mempersiapkan klien dalam menghadapi

45
kehamilan pertama melalui pendidikan premarital dengan tujuan calon
ibu dan keluarga mampu mengambil keputusan untuk dirinya dan
keluarga sehingga kehamilan dan siklus reproduksi berikutnya .10
Persiapan-persiapan secara mental, psikologis, sosial, bahkan
ekonomi seyogyanya dimatangkan terlebih dahulu sebelum seseorang
melangsungkan pernikahan.28
Pelaksanaan asuhan kebidanan berdasarkan rencana yng telah
disusun sesuai dengan hasil pengkajian dan pemeriksaan
a. Menyampaikan hasil pemeriksaan, baik data subyektif maupun
Obyektif
b. Menjelaskan pelayanan kesehatan reproduksi calon pengantin
pada masa pandemi covid-19
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang
1) Kesehatan Reproduksi
2) Hak Reproduksi dan Seksual
3) Organ Reproduksi
4) Persiapan Pernikahan
a) Persiapan Fisik
b) Persiapan Gizi
c) Status Imunisasi TT
d) Menjaga Kebersihan Organ Genetalia
5) Informasi tentang Infeksi Menular Seksual, infeksi saluran
reproduksi serta HIV/AIDS
a) Gejala Infeksi Menular Seksual
b) Jenis-jenis IMS
c) Penyebab terjadinya IMS
d) Penyebab terjadinya IMS
e) Gejala HIV
f) Pencegahan Penularan IMS dan HIV
6) Komunikasi Informasi dan Edukasi hasil hasil pemeriksaan
a) KIE usia ideal untuk menikah dan usia reproduksi sehat

46
b) KIE bila terdapat gangguan pola menstruasi
c) KIE dan tata laksana bila terdapat riwayat penyakit yang
mempengaruhi kehamilan persalinan nifas dan BBL
d) KIE imunisasi TT
e) KIE perencaan KB baik menunda maupun program
kehamilan
f) KIE dan tata laksana bila ditemukan hal yang tidak
normal pada pemenuhan kebutuhan sehari hari
g) KIE dan tata laksana pada ditemukan adanya
permasalahan psikososial spiritual
h) KIE dan tata laksana sesuai kebutuhan dan masalah yang
muncul pada pasien sesuai denagn hasil pengkajian
i) Melakukan kolaborasi pemeriksaan penunjang
(laboratorium) mendukung diagnosa dan melengkapi
data pemeriksaan pre marital.

47
DAFTAR PUSTAKA

1. Susanti D, Adnani QES. Buku Saku Kesehatan Reproduksi Calon


Pengantin. 2022 [cited 2022 Aug 27]; Available from:
https://www.researchgate.net/publication/360064249_Buku_Saku_Kesehat
an_Reproduksi_Calon_Pengantin
2. Kasus S, Perempuan P, Kecamatan YB, Kabupaten B, Lindha W, Oktarina
P, et al. Pemaknaan Perkawinan (Studi Kasus Pada Perempuan Lajang
Yang Bekerjadi Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri). J Anal Sosiol
[Internet]. 2018 [cited 2022 Aug 27];4:75–90. Available from:
https://jurnal.uns.ac.id/jas/article/view/17412
3. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan
Rujukan | Perpustakaan Poltekkes Bandung [Internet]. [cited 2022 Aug 27].
Available from: https://poltekkesbdg.info/lib/node/1152
4. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 97 TAHUN 2014.
5. UU No. 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan [JDIH BPK RI] [Internet]. [cited 2022
Aug 27]. Available from:
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/122740/uu-no-16-tahun-2019
6. Evrianasari N, Dwijayanti J. Pengaruh Buku Saku Kesehatan Reproduksi
Dan Seksual Bagi Catin Terhadap Pengetahuan Catin Tentang Reproduksi
Dan Seksual Di Kantor Urusan Agama (Kua) Tanjung Karang Pusat Tahun
2017. J Kebidanan Malahayati. 2019;3.
7. Kemenkes RI. Panduan Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi Dalam Situasi Pandemi COVID-19. kemenkes RI. 2020;5.
8. Kementrian Kesehatan RI. Permenkes Nomor 97 Tahun 2014. Kementrian
Kesehat Republik Indones. 2015;Nomor 65:2004–6.
9. Qomariah DN, Wahyuni E, Pangestu LF, Ridho MA, Dimas RW.
Implementasi Program Bimbingan Perkawinan Di Kota Tasikmalaya.
Jendela PLS. 2021;6:1–10.
10. Rokhanawati D, Nawangsih UHE. Pendidikan pranikah terhadap kesiapan
menghadapi kehamilan pertama pada calon pengantin putri. J Kebidanan
dan Keperawatan. 2017;13:81–7.
11. Dewi DMSK, Wulandari LPL, Karmaya INM. Kerentanan perempuan
terhadap penularan IMS dan HIV: gambaran perilaku seksual berisiko di
Kota Denpasar. Public Heal Prev Med Arch. 2013;1:13.

48
12. Wilujeng RD. Modul Kesehatan Reproduksi. Griya Akbid Husada. 2017;1–
68.
13. Kemenkes RI. Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin.
Jakarta2015. 2015;
14. Wahyuni HP, Kusmiyati Y. Bahan Ajar Kebidanan Anatomi Fisiologi. In:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia [Internet]. 2017 [cited 2022
Aug 28]. p. 1–317. Available from:
https://perpus.poltekkesjkt2.ac.id/setiadi/index.php?
p=show_detail&id=431&keywords=
15. Yulivantina EV, Mufdlilah M, Kurniawati HF. Pelaksanaan Skrining
Prakonsepsi pada Calon Pengantin Perempuan. J Kesehat Reproduksi.
2021;8:47.
16. Anggraeny O, Ariestiningsih AD. Gizi Prakonsepsi, Kehamilan, dan
Menyusui. Universitas Brawijaya Press; 2017.
17. Definisi A. Daftar Penyakit. Buku Modul Daft Penyakit Kepaniteraan Klin
SMF Neurol. 2015;14.
18. Ayuningtyas C. Penerapan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 Dalam Pemberian Vaksin Di Puskesmas
Trucuk Ii Klaten. Universitas Atma Jaya Yogyakarta; 2020.
19. Laksmi NKS. Penatalaksanaan tetanus. Cermin Dunia Kedokt.
2014;41:283–7.
20. Syari M, Arma N, Mardhiah A. Maternity And Neonatal : Jurnal
Kebidanan. 2021;09:128–33.
21. Efendy AU. Analisis Instruksi Bersama Kementerian Agama Dan
Kementerian Kesehatan Nomor 02 Tahun 1989 Terhadap Pelaksanaan
Imunisasi Tetanus Toxoid Bagi Calon Pengantin di KUA Kecamatan Tarik
Kabupaten Sidoarjo. UIN Sunan Ampel Surabaya; 2018.
22. Hadinegoro SRS. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi. Sari Pediatr. 2016;2:2.
23. Kemenkes 2018. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia [Internet].
Vol. 1, Kementerian Kesehatan RI. 2018. 1 p. Available from:
https://www.kemkes.go.id/article/view/19093000001/penyakit-jantung-
penyebab-kematian-terbanyak-ke-2-di-indonesia.html
24. Efendy AU. Analisis Instruksi Bersama Kementerian Agama Dan
Kementerian Kesehatan Nomor 02 Tahun 1989 Terhadap Pelaksanaan
Imunisasi Tetanus Toxoid Bagi Calon … [Internet]. digilib.uinsby.ac.id;
2018. Available from: http://digilib.uinsby.ac.id/23695/
25. Mislianti M, Amirus K. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

49
Pemberian Imunisasi Tt Pada Wanita Usia Subur (Wus) Di Puskesmas
Kesumadadi Kecamatan Bekri Lampung Tengah Tahun 2012. J Dunia
Kesmas. 2012;1.
26. Korespondensi E. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Ibu Hamil
Dalam Melakukan Imunisasi Tetanus Toxoid Factors Related to Pregnant
Mothers in Immunization of Tetanus Toxoid. 2022;6:70–5.
27. Depkes RI. Pedoman teknis imunisasi tingkat puskesmas. Diakses dari
http//www depkes go id/do wnload php. 2005;
28. Muslim M. Pendidikan Bagi Calon Pengantin. 2014;
29. Oktaliana*, Parid Khoirudin, Mutia Ade Dea, Aryanti Wardiyah, Lidya
Aryanti M. Penyuluhan kesehatan tentang pentingnya menjaga kesehatan
alat reproduksi Oktaliana*, Parid Khoirudin, Mutia Ade Dea, Aryanti
Wardiyah, Lidya Aryanti, Marliyana Program Studi Profesi Ners,
Universitas Malahayati Korepondensi penulis: Oktaliana*. J Public Heal
Concerns. 2022;2:41–53.
30. Fikawati S, Syafiq A, Karima K. Gizi ibu dan bayi. 2015;
31. Manuaba IBG. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan & keluarga berencana
untuk pendidikan bidan. In Egc; 1998.
32. BKKBN. Buku Saku Untuk Calon Pengantin Seri Genre [Internet].
BKKBN; 2019 [cited 2022 Aug 27]. Available from:
//103.92.226.18/slims/index.php?p=show_detail&id=342&keywords=
33. Wahyuni S. Kontroversi Perkawinan Beda Agama di Indonesia. In: Al-
Risalah: Forum Kajian Hukum dan Sosial Kemasyarakatan. 2011. p. 14–
34.
34. Walyani ES, Purwoastuti E. Asuhan Kebidanan Persalinan dan bayi baru
lahir. Yogyakarta Pusaka baru. 2016;
35. Kementrian Kesehatan R! Panduan Pelayanan Keluarga Berencana. 2020.
36. Kasiati N, Rosmalawati NWD. Modul bahan ajar cetak keperawatan:
Kebutuhan dasar manusia I. Pus Pendidik Sumber Data Mns Kesehat
Badan Pengemb dan Pemberdaya Sumber Daya Mns Kesehat Kementeri
Kesehat Republik Indones. 2016;

50

Anda mungkin juga menyukai