Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KOMPREHENSIF

Asuhan Kebidanan pada Calon Pengantin Nn.E Usia 26 Tahun dengan


Suntik TT Caten di Puskesmas Tempel II Sleman

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Asuhan Kebidanan Fisiologi


Holistik pada Masa Prakonsepsi dan Perencanaan Kehamilan (BD.7002)

Oleh:

ETI HIDAYATI

P07124523114

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan

“ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA MASA


REMAJA DAN PRANIKAH”
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Asuhan Kebidanan Fisiologi
Holistik pada Masa Prakonsepsi dan Perencanaan Kehamilan (BD.7002)

Oleh:
ETI HIDAYATI
NIM. P07124523114

Menyetujui,
Pembimbing Klinik
Merry Juita,S.ST,M.Keb
NIP.197005271990032003 (.............................................)

Pembimbing Akademik
Isna Dyah Utami,Str.Keb.Bdn
(.............................................)

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Munica Rita Hernayanti,SsiT,Bdn,M.Kes


NIP. 198005142002122001

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Komprehensif
asuhan kebidanan fisiologi holistik masa nifas. Laporan Komprehensif ini
tentunya tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Iswanto, S.Pd., M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta.
2. Dr.Heni Puji Wahyuningsih, S.SiT., M.Keb, selaku Ketua Jurusan
Kebidanan yang telah memberikan kesempatan untuk belajar di Poltekkes
Kemenkes Yogayakarta.
3. Munica Rita Hernayanti,SsiT,Bdn,M.Kes, selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Profesi Bidan dan pembimbing akademik yang telah
memberikan kesempatan juga arahan dalam membuat laporan.
4. Isna Dyah Utami,Str.Keb,Bdn, selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing dan memberikan arahan dalam penyusunan laporan.
5. Merry Juita,S.ST,M.Keb, selaku Pembimbing Klinik yang telah
membimbing saya dalam melakukan praktik.
6. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara moril maupun
material yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan Laporan Komprehensif ini. Oleh sebab itu, menerima segala kritik dan
saran yang membangun dari pembaca. Demikian yang bisa penulis sampaikan,
semoga Laporan Komprehensif ini dapat memberikan manfaat nyata untuk
masyarakat luas.

Yogyakarta, September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LAPORAN KOMPREHENSIF.............................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................................3
C. Ruang Lingkup.......................................................................................................5
D. Manfaat..................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................6
KAJIAN KASUS DAN TEORI............................................................................6
A. Kajian Kasus..........................................................................................................6
B. Kajian Teori...........................................................................................................6
1. Definisi Imunisasi Tetanus Toxoid.........................................................................6
2. Manfaat Imunisasi TT............................................................................................6
3. Tujuan Imunisasi TT..............................................................................................7
4. Jadwal Pemberian Imunisasi TT.............................................................................7
5. Sasaran Imunisasi TT.............................................................................................8
6. Efek Samping Imunisasi TT...................................................................................8
7. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi............................................................................8
8. Penatalaksanaan...................................................................................................11
9. Asuhan Kebidanan Pranikah................................................................................11
10. Upaya Promosi Kesehatan pada Pasangan Pranikah............................................12
11. Kewenagan Bidan Terhadap Kasus.....................................................................13
BAB III..................................................................................................................14
PEMBAHASAN...................................................................................................14
A. Data Subjektif dan Objektif..................................................................................14
B. Analisa.................................................................................................................14
C. Penatalaksanaan...................................................................................................15
BAB IV..................................................................................................................17
PENUTUP.............................................................................................................17

iii
A. Kesimpulan..........................................................................................................17
B. Saran....................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19
LAMPIRAN..........................................................................................................21

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wanita usia subur (WUS) berdasarkan konsep Departemen Kesehatan
(2O11) adalah wanita dalam usia reproduksi yaitu usia 15- 49 tahun baik
yang berstatus kawin, janda maupun yang belum menikah. Dalam pengertian
WUS yang belum menikah yaitu wanita yang berusia 2O-29 tahun yang
belum pernah menikah.Kesehatan pranikah merupakan suatu proses untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya yang ditujukan pada masyarakat reproduktif
pranikah. Pelayanan kesehatan diawali dengan pemeliharaan kesehatan para
calon ibu.1
Dewasa ini, pasangan calon pengantin yang akan menikah harus
menyiapkan banyak hal. Pasangan yang akan menikah sudah akrab dengan
premarital test atau tes kesehatan pranikah. Dimana pasangan calon
pengantin akan melakukan tes kesehatan dengan lengkap. Salah satu yang
harus dipenuhi dan merupakan aturan wajib dari pemerintah adalah
imunisasi tetanus toksoid (TT). Kegiatan ini bertujuan untuk menjamin atau
melindungi calon ibu terhadap infeksi tetanus. pemberian imunisasi TT pada
calon pengantin juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh untuk
mempersiapkan kehamilan guna melindungi janin hingga mampu
menurunkan angka resiko terkena tetanus neonatorum.2
Infeksi tetanus merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan
kematian bayi. Jumlah kematian yang diakibatkan oleh tetanus berjumlah
800.000-1.000.000 orang per tahunnya di seluruh dunia. Pada negara
berkembang sebagian besar kasus kematian karena tetanus terjadi pada
neonatus, dan tetanus pada neonatus adalah penyebab kematian kedua di
seluruh dunia pada penyakit- penyakit yang dapat dicegah melalui vaksinasi.
Diperkirakan kematian tetanus pada neonatus sebesar 248.000 kematian per
tahun. Di negara sedang berkembang seperti Indonesia, insiden dan angka

1
kematian dari penyakit tetanus masih cukup tinggi. Oleh karena itu tetanus
masih merupakan masalah kesehatan.3
Kekebalan terhadap tetanus hanya dapat diperoleh melalui imunisasi
tetanus toxoid. Wanita Usia Subur (WUS)dan ibu hamil yang mendapatkan
imunisasi tetanus toxoid dalam tubuhnya akan membentuk antibodi
tetanusDidapatkan upaya mengendalikan infeksi tetanus yang merupakan
salah satu faktor risiko kematian ibu dan kematian bayi, maka dilaksanakan
program imunisasi tetanus toksoid difteri bagi wanita usia subur (WUS) dan
ibu hamil.4 Pelaksanaan imunisasi TT bagi calon pengantin telah diatur
dalam ketetapan Kementerian Agama No. 2 Tahun 1989 tentang imunisasi
TT calon pengantin bahwa setiap calon pengantin sudah diimunisasi TT
sekurang-kurangnya 1 bulan sebelum pasangan tersebut mendaftarkan diri
untuk menikah di KUA dengan dibuktikan berdasarkan surat keterangan
imunisasi/kartu imunisasi calon pengantin.2
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) hingga
tahun 2009 sudah 151 negara yang eliminasi tetanus maternal neonatal. Per
Desember 2010 masih terdapat 38 negara yang belum mencapai eliminasi
tetanus maternal dan neonatal, terutama berada di Afrika dan Asia Tenggara.
Hingga Februari 2011 masih terdapat 34 negara yang belum tereliminasi
tetanus maternal dan neonatal termasuk Indonesia.5 Cakupan imunisasi Td
pada status Td1 sampai Td5 pada wanita usia subur tahun 2019 masih sangat
rendah yaitu kurang dari 10% jumlah seluruh WUS. Cakupan Td5 sebesar
8,02% dengan cakupan tertinggi di Provinsi Jawa Timur sebesar 51,61%.6
Angka ini menunjukkan bahwa kesadaran akan pentingnya imunisasi TT
bagi wanita usia subur masih sangat kurang. Rendahnya cakupan imunisasi
TT calon pengantin disebabkan ketidaktahuan calon pengantin tentang
program imunisasi TT secara jelas. Diantara sampel yang diteliti
mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui tujuan dan manfaat imunisasi
TT. Mereka datang ke Puskesmas untuk imunisasi sebagai syarat yang harus
diikuti sebelum menikah.7
Rendahnya pengetahuan calon pengantin tentang imunisasi TT

2
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang rendah, kurangnya informasi serta
kurangnya rasa keingintahuan pada calon 8. Pemberian konseling dapat
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Hal ini sesuai dengan konsep
konseling sebagai proses dua arah untuk menanamkan danmeningkatkan
pengetahuan sebagai tahap awal dalam proses perubahan perilaku.9 Upaya
untuk meningkatkan pengetahuan seseorang dapat diberikan penyuluhan
dengan metode berupa konseling dan leaflet, poster, televisi, radio,
ceramah/pidato, dan dalam bentuk seminar dengan tujuan agar dapat
meningkatkan pengetahuan seseorang, mengubah perilaku dan persepsi
hingga menanamkan tingkah laku/kebiasaan yang baru.10
Di Jawa Tengah sendiri cakupan imunisasi TT pada wanita usia subur
masih belum bisa dianilisis hal ini dikarenakan pencatatan dan pelaporan
status imunisasi 5 dosis belum berjalan dengan baik karena pelaksanaan
skrining status imunisasi TT belum optimal. Menurut data di Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2O18 imunisasi TT wanita usia
subur umur 15-39 Tahun yang terdaftar sebanyak 7.233.303 jiwa.11
Pelaksanaan program imunisasi TT pada calon pengantin, Kemenkes
menjalin kerjasama dengan Kementerian Agama. Hal tersebut dilakukan
karena sasaran dari program ini adalah calon pengantin yang biasanya sudah
mendaftarkan diri di kantor urusan agama (KUA). Baik Dinas Kesehatan
maupun KUA setempat, masing-masing saling membentuk divisi atau
bagian yang bertanggung jawab menangani program tersebut. Calon
pasangan pengantin diwajibkan melakukan suntik Imunisasi Tetanus Toxoid
ketika akan melakukan perkawinan dengan melampirkan bukti atau surat
keterangan sudah melakukan imunisasi Tetanus Toxoid bersama persyaratan
yang lain ke Kantor Urusan Agama (KUA). Dengan harapan setiap calon
pasangan ataupun bayi yang akan dilahirkannya mampu terbebas dari
infeksi tetanus yang pernah menjadi momok yang menakutkan di
Indonesia.12
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
mengambil judul mengenai “Asuhan Kebidanan Pra Nikah pada Nn.E usia

3
26 tahun calon pengantin di Puskesmas Tempel II Sleman .
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan
asuhan kebidanan holistik pada masa remaja dan prakonsepsi
menggunakan pola pikir manajemen kebidanan serta
pendokumentasian menggunakan SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian data secara subjektif dan
objektif pada Nn.E usia 26 tahun calon pengantin Puskesmas
Tempel II Sleman
b. Mahasiswa dapat menentukan diagnosa, masalah, dan kebutuhan
berdasarkan data subjektif dan objektitif pada kasus remaja dan pra
nikah pada Nn.E Usia 26 Tahun calon pengantin Puskesmas Tempel
II Sleman
c. Mahasiswa dapat menentukan diagnosa potensial dan masalah
potensial, berdasarkan hasil pengkajian data pasien pada masa
remaja dan pranikah pada Nn.E Usia 26 Tahun calon pengantin di
Puskesmas Tempel II Sleman
d. Mahasiswa dapat melakukan antisipasi tindakan dan kebutuhan
segera berdasarkan diagnosa potensial dan diagnosa potensial yang
telah ditetapkan pada Nn.E Usia 26 Tahun calon pengantin di
Puskesmas Tempel II Sleman
e. Mahasiswa dapat melakukan penyusunan rencana asuhan kebidanan
berdasarkan diagnosa kebidanan, masalah kebidanan, kebutuhan,
diagnosa potensial, masalah potensial dan antisipasi tindakan dan
kebutuhan segera yang telah ditetapkan pada Nn.E Usia 26 Tahun
calon pengantin di
f. Mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan berdasarkan rencana
asuhan yang telah disusun pada Nn.E Usia 26 Tahun calon
pengantin di Puskesmas Tempel II Sleman

4
g. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi berdasarkan penatalaksanaan
yang telah dilakukan pada Nn.E Usia 26 Tahun calon pengantin di
Puskesmas Tempel II Sleman
h. Mahasiswa dapat melakukan dokumentasi kasus pada pada masa
remaja dan pranikah pada Nn.E Usia 26 Tahun calon pengantin di
Puskesmas Tempel II Sleman
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup laporan komprehensif ini adalah pelaksanaan
pelayanan kebidanan yang berfokus pada masalah asuhan kebidanan
holistik pada masa remaja dan pranikah.
D. Manfaat
1. Bagi Bidan di Puskesmas Tempel II Sleman
Menambah pengetahuan dalam melakukan penatalaksaan dan
dapat meningkatkan pelayanan asuhan masa remaja dan pranikah
sesuai SOP yang sudah ada dan sesuai dengan wewenangnya.
2. Bagi Mahasiswa Profesi Bidan Poltekkes Yogyakarta
Mengetahui tatalaksana dan penanganan yang dapat dilakukan
oleh bidan dalam penanganan masalah yang dihadapi oleh pasien pada
masa remaja dan pranikah.
3. Bagi pasien

Menambah pengetahuan mengenai tentang manfaat imunisasi TT


calon pengantin dan menambah informasi tentang apasaja yang harus
dipersiapakan dalam masa pra nikah.

5
BAB II
KAJIAN KASUS DAN TEORI
A. Kajian Kasus

Nn.E Usia 26 tahun mengatakan ingin imunisasi TT caten sebagai syarat


untuk mendaftar ke Kantor Urusan Agama (KUA) karena rencananya
bulan Oktober pasien rencananya akan menikah. Nn.E mengatakan tidak
ada keluhan, dan belum mengetahui tentang manfaat imunisasi TT bagi
calon pengantin dan Nn.E ingin mendapatkan konseling terkait pra nikah.
Nn.E mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak meyakini tentang
imunisasi TT ini untuk kesehatan diri dan calon bayinya kelak.

B. Kajian Teori
1. Definisi Imunisasi Tetanus Toxoid

Imunisasi Tetanus Toxoid adalah proses untuk membangun


kekebalan tubuh sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus.
Vaksin TT adalah vaksin yang mengandung toxoid tetanus yang telah
dilemahkan kemudian dimurnikan. Imunisasi Tetanus Toxoid ialah
imunisasi untuk mencegah penyakit tetanus. Imunisasi TT Pada ibu
Hamil dalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh kekebalan pada
ibu hamil terhadap infeksi tetanus yaitu dengan menyuntikan
vaksintetanus toxoid.13

Imunisasi Tetanus Toksoid adalah kuman yang dilemahkan atau


dimurnikan vaksin tetanus adalah vaksin yang mengandung toksoid
tetanus yang telah dimurnikan atau terabsorbsi ke dalam 3 mg
alumunium fosfat. Imunisasi TT (Tetanus Toksoid) tujuan utamanya
ialah melindungi bayi baru lahir dari kemungkinan terkena kejang akibat
infeksi pada tali pusat (Tetanus Neonatrium). Imunisasi ini harus
diberikan melalui ibunya, karena janin belum dapat membentuk
kekebalan sendiri.14

6
2. Manfaat Imunisasi TT
a) Mencegah tetanus pada bayi baru lahir (diberikan pada wanita uisa
subur atau ibu hamil).
b) Mencegah tetanus pada ibu bayi
c) Dapat digunakan oleh siapa saja yang terluka seperti terkena benda
berkarat, jatuh di jalan raya.
3. Tujuan Imunisasi TT
Tujuan diberikannya imunisasi tetanus toksoid antara lain untuk :
meningkatkan kekebalan tubuh dari infeksi tetanus pada perempuan yang
hendak menikah, melindungi bayi baru lahir dari tetanus neonatorum,
melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka, pencegahan
penyakit pada ibu hamil dan bayi kebal terhadap kuman tetanus, serta
untuk mengeliminasi penyakit tetanus pada bayi baru lahir. Selain itu
Imunisasi juga bertujuan sebagai Salah satu yang harus dipenuhi dan
merupakan aturan wajib dari pemerintah adalah Vaksin Tetanus Toksoid
(TT).14
4. Jadwal Pemberian Imunisasi TT
waktu yang tepat untuk mendapatkan vaksin TT sekitar 2-6 bulan
sebleum pernikahan. Ini diperlukan agar tubuh memiliki waktu untuk
membentuk antibody. Jadwal pemberian imunisasi TT pada WUS (wanita
usia subur) sebagai berikut :15
a. TT1, diberikan dengan dosis 0,5 cc
b. TT2, jarak pemberian 4 minggu setelah TT 1, dapat memberikan
perlindungan selama tiga tahun, dosis pemberian 0,5 cc.
c. TT3, jarak pemberian 6 bulan setelah TT2, masa perlindungan 5
tahun, dosis pemberian 0,5 cc.
d. TT4, jarak pemberian 1 tahun setelah TT3, masa perlindungan
10 tahun, dosis pemberian 0,5 cc
e. TT5, jarak pemberian 1 tahun setelah TT4, masa perlindungan
25 tahun, dosis pemberian 0,5cc.

7
Imunsasi TT memberikan kekebalan aktiv terhadap penyakit tetanus
ATS (Anti Tetanus Serum). Vaksin TT juga salah satu syarat yang harus
dipenuhi saat mengurus surat – surat menikah di KUA (Kantor Urusan
Agama). Kepada calon pengantin wanita imunisasi TT diberikan sebanyak
2x dengan interval 4 minggu. Imunisasi TT diberikan kepada calon
pengantin wanita dengan tujuan untuk melindungi bayi yang akan
dilahirkan dari penyakit Tetanus Neonetorum. Vaksin ini disuntikkan pada
otot paha atau lengan dengan dosis 0,5ml. evek samping pada imunisasi
TT adalah reaksi local pada temapat penyuntikan, yaitu berupa
kemerahan, pmbengkakan, dan rasa nyeri. Banyak anggapan bahwa
imunisasi TT bisa membuat seseorang menjadi mandul dan ada juga
orang-orang yang beranggapan bahwa imunisasi TT merupakan alat
kontrasepsi atau KB, akan tetapi anggapan-anggapan itu adalah tidak
benar. Pemerintah bermaksud mencangankan gerakan imunisasi TT untuk
melindungi bayi baru lahir dari resiko terkena Tetanus Neonatorum.1
5. Sasaran Imunisasi TT
Untuk pelayanan imunisasi Tetanus Toxoid dilakukan pada anak
sekolah SD kelas VI mendapatkan 2x vaksinasi Tetanus Toxoid dengan
interval pemberian minimal 4 minggu. Calon pengantin wanita untuk
mendapatkan 2x vaksinasi Tetanuus Toksoid sebelum akad nikah dengan
interval pemberian minimal 4 minggu, ibu hamil untuk mendapatkan 2x
vaksinasi Tetanus Tosoid dengan interval pemberian 4 minggu, serta
pemberian imunisasi Tetanus Toxoid sebanyak 3 dosis kepada semua
WUS untuk kekebalan Tetanus sekitar 10 tahun.Perubahan pada system
reproduksi.16
6. Efek Samping Imunisasi TT
Efek samping yang dialami biasanya hanya gelaja-gejala ringan saja
seperti nyeri, kemerahan dan pembengkakan pada tempat suntikan. TT
adalah antigen yang sangat aman dan juga aman untuk wanita hamil.
Tidak ada bahya bagi janin apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi TT.

8
Efek samping tersebut berlangsung 1-2 hari, ini akan sembuh sendiri dan
tidak perlakukan tindakan pengobatan.16
7. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Reaksi lokal maupun sistemik yng tidak diinginkan dapat
terjadi pasca imunisasi. Sebagian besar hanya ringan dan bisa
hilang sendiri. Reaksi yang berat dan tidak terduga bisa terjadi
meskipun jarang. Umumnya reaksi terjadi segera setelah dilakukan
vaksinasi (dalam 48 jam), namun bisa juga reaksi tersebut muncul
kemudian (hari-bulan). Pasien dan keluarga harus diberi informasi
mengenai risiko dan keuntungan vaksinasi dan tentunya tentang
penyakit yang akan dicegah. KIPI yang paling sering terjadi dibagi
atas 5 penyebab utama, yaitu 17
(1). Kesalahan Program/Teknik Pelaksanaan
Sebagian besar kasus KIPI berhubungan dengan masalah
program dan teknik pelaksanaan imunisasi yang meliputi
kesalahan program penyimpanan, pengelolaan, dan
tatalaksana pemberian vaksin, misalnya dosis antigen (terlalu
banyak), lokasi dan cara menyuntik, sterilisasi semprit dan
jarum suntik, Tindakan asepsis dan antiseptik, kontaminasi
vaksin dan peralatan suntik, penyimpanan vaksin, pemakaian
sisa vaksin, jenis dan jumlah pelarut vaksin, dan tidak
memperhatikan petunjuk produsen (petunjuk pemakaian,
indikasi kontra). Kecurigaan terhadap kesalahan tata laksana
perlu diperhatikan apabila terdapat kecenderungan kasus
KIPI berulang pada petugas yang sama. Kecenderungan lain
adalah apabila suatu kelompok populasi mendapat vaksin
dengan batch yang sama tetapi tidak terdapat masalah, atau
apabila sebagian populasi setempat dengan karakteristik
serupa yang tidak diimunisasi tetapi justru menunjukkan
masalah tersebu.
(2). Reaksi Suntikan

9
Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum
suntik baik langsung maupun tidak langsung harus dicatat
sebagai reaksi KIPI. Reaksi suntikan langsung misalnya
rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat suntikan,
sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa
takut, pusing, mual, sampai sinkope. Hal ini adalah
peristiwa yang normal dialami oleh tubuh ketika jaringan
mengalami cedera, yang dalam hal ini diakibatkan
penggunaan jarum suntik. Peristiwa ini disebut dengan
reaksi radang akut yang memiliki 5 tanda khas, yaitu rubor
(kemerahan), kalor (panas), dolor (nyeri), tumor
(pembengkakan), dan fungsio laesa (perubahan fungsi).
Namun munculnya tanda-tanda tersebut setelah pemberian
imunisasi membuat ibu takut dan menganggap anaknya
berada dalam bahaya, sehingga ibu menjadi enggan untuk
memberikan imunisasi.
(3). Reaksi vaksin
Gejala KIPI yang disebabkan induksi vaksin umumnya
sudah dapat diprediksi terlebih dahulu karena merupakan
reaksi simpang vaksin dan secara klinis biasanya ringan.
Walaupun demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat
seperti reaksi anafilaksis sistemik dan risiko kematian.
Reaksi simpang ini sudah teridentifikasi dengan baik dan
tercantum dalam petunjuk pemakaian tertulis oleh produsen
sebagai indikasi kontra, indikasi khusus, perhatian khusus,
atau berbagai tindakan dan perhatian spesifik lainnya
termasuk kemungkinan interaksi dengan obat atau vaksin
lain.
(4). Koinsiden
Seperti telah disebutkan maka kejadian yang timbul ini
terjadi secara kebetulan saja setelah imunisasi. Indikator

10
faktor kebetulan ditandai dengan ditemukannya kejadian
yang sama disaat bersamaan pada kelompok populasi
setempat dengan karakteristik serupa tetapi tidak mendapat
imunisasi.
(5). Sebab Tidak diketahui
Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat
dikelompokkan ke dalam salah satu penyebab maka untuk
sementara dimasukkan ke dalam kelompok ini sambil
menunggu informasi lebih lanjut. Biasanya dengan
kelengkapan informasi tersebut akan dapat ditentukan
kelompok penyebab KIPI.
8. Penatalaksanaan
Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik
baik langsung maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI.
Reaksi suntikan langsung misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan
pada tempat suntikan, sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya
rasa takut, pusing, mual, sampai sinkope. Hal ini adalah peristiwa yang
normal dialami oleh tubuh ketika jaringan mengalami cedera, yang dalam
hal ini diakibatkan penggunaan jarum suntik. Peristiwa ini disebut
dengan reaksi radang akut yang memiliki 5 tanda khas, yaitu rubor
(kemerahan), kalor (panas), dolor (nyeri), tumor (pembengkakan), dan
fungsio laesa (perubahan fungsi). Namun munculnya tanda-tanda
tersebut setelah pemberian imunisasi membuat ibu takut dan
menganggap anaknya berada dalam bahaya, sehingga ibu menjadi
enggan untuk memberikan imunisasi.17
9. Asuhan Kebidanan Pranikah
Pemerintah telah melakukan upaya untuk memberikan bekal bagi
calon pengantin dengan memberikan pendidikan pranikah yang disebut
dengan kursus calon pengantin (catin). Program bimbingan perkawinan
termasuk kedalam program pendidikan (pranikah) yang bertujuan
meningkatkan pengetahuan dalam mempersiapkan diri untuk

11
berkeluarga. Penelitian terdahulu melaporkan bahwa intervensi pranikah
(yaitu konseling atau pendidikan) telah terbukti efektif, peningkatan
langsung dan jangka pendek dalam keterampilan interpersonal dan
kualitas hubungan secara keseluruhan. Program pendidikan pranikah
(premarital education) merupakan sarana untuk menyiapkan para calon
pengantin putri dalam menghadapi pernikahan dan kehamilan dengan
memberikan materi mengenai reproduksi sehat bagi calon pengantin.18
Premarital Screning dan Premarital education penting dilakukan oleh
calon pengantin hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan saat ini dan yang akan muncul di kemudian hari saat pasangan
hamil dan memiliki anak yang meliputi :
1. Pemeriksaan Kesehatan umum
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan fisik, Pemeriksaan darah rutin
, golongan darah dan rhesus serta pemeriksaan urinalisa.
2. Pemeriksaan Penyakit Hereditas
Penyekait hereditas adalah penyakit yang diturunkan oleh orang tua
contohnya hemofilia, sicle cell desease dan thalasemia
3. Pemeriksaan penyakit Menular
Beberapa penyakit menular bisa dilakukan pada pemeriksaan pra
nikah seperti HIV, Hepatitis, TORCH, Syfilis dan IMS lainnya
seperti GO dan HPV
10. Upaya Promosi Kesehatan pada Pasangan Pranikah
Upaya Promosi kesehatan pada masa pra nikah sangat penting untuk
meningkatkan Kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan pada masa pranikah.
1. Penyuluhan gizi pranikah
Pasangan calon pengantin banyak mengesampingkan nutrisi
sebelum menikah padahal nutrizi pra nikah sangat penting dalam
persiapan kehamilan, hal ini yang menyebabkan pentingnya
penyuluhan gizi terhadap calon pengantin.
2. Sex education

12
Hal ini diperlukan agar hubungan suami istri tetap harmonis,
faktanya banyak pasangan yang bercerai karena kurangnya
pendidikan seks, Pendidikan seks ini meliputi kesehatan
reproduksi, PMS, cara dan waktu berhubungan sehat.
3. Personal Hygiene
Hal ini merupakan prioritas utama bagi calon pengantin meliputi
perawatan organ genetalia, payudara.
4. Imunisasi Caten
Imunisasi TT caten adalah salah satu upaya pencegahan dari
penyakit tetanus.

11. Kewenagan Bidan Terhadap Kasus


Evaluasi pada remaja dan masa pra nikah dapat dilakukan
berdasarkan dari pendekatan dengan pasien serta pendekatan berdasarkan
anamnesa atau riwayat pemeriksaan, dan investigasi dasar.

13
BAB III
PEMBAHASAN

A. Data Subjektif dan Objektif


Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif Nn.E usia 27 tahun
mengatakan ingin imunisasi TT caten. Nn.Y mengatakan tidak ada keluhan,
dan Nn.Y ingin mendapatkan konseling terkait persiapan pra nikah dan
manfaat imunisasi TT bagi calon pengantin serta ingin melakukan imunisasi
TT. Nn.Y mengatakan bahwa dia belum mengetahui manfaat imunisasi TT
dan ingin imunisasi TT karena sebagai syarat pendaftaran nikah di KUA.
Penelitian terdahulu menyebutkan rendahnya pengetahuan calon pengantin
tentang imunisasi TT dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang rendah,
kurangnya informasi serta kurangnya rasa keingintahuan pada calon8.
Pemberian konseling dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.
Hal ini sesuai dengan konsep konseling sebagai proses dua arah untuk
menanamkan danmeningkatkan pengetahuan sebagai tahap awal dalam proses
perubahan perilaku. 2
B. Analisa
Dari data subjektif dan objektif didapatkan diagnosa bahwa Nn. E usia 27
tahun Masalah yang dihadapi oleh Nn. S adalah cemas dalam masa pra nikah
dan kurangnya pengetahuan tentang manfaat Imunisasi TT. Kecemasan yang
dialami Nn. E dikarenakan kurangnya pengetahuan dan informasi kepada Nn,
E tentang apa saja yang harus disiapkan pada masa pranikah.
Untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh Nn. E diperlukan tindakan
berupa konseling. Konseling adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan oleh seorang ahli kepada individu yang mengalami sesuatu masalah
yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Untuk itu
konseling yang tepat untuk Nn. E adalah tentang imunisasi TT caten,
manfaat dan efek samping dari pemberian imunisasi TT caten, serta konseling
tentang persiapan menjelang pernikahan. Pelaksanaan suntik Imunisasi

14
Tetanus Toxoid bagi calon pengantin adalah setiap perempuan yang akan
(dan setelah) menikah perlu mendapatkan vaksin TT ini sebanyak (total) 5
kali.
C. Penatalaksanaan
Berdasarkan Analisa yang telah didapatkan, maka penatalaksanaan yang
tepat untuk Ny. S meliputi memberikan KIE tentang imunisasi TT, manfaat
dari imunisasi TT bagi calon pengantin adalah untuk mencegah timbulnya
tetanus pada luka yang dapat terjadi pada vagina mempelai wanita akibat
hubungan seksual pertama. Mengetahui lebih awal berbagai kendala dan
kesulitan medis yang mungkin terjadi untuk mengambil tindakan antisipasi
yang semestinya sedini mungkin dan efek samping dari imunisasi TT.
Memberikan ibu jadwal imunisasi TT selanjutnya dan menganjuran ibu untuk
melakukan kunjungan ulang 1 bulan lagi untuk suntik TT 2.
Memberikan KIE tentang sex education dan menjaga personal hyigiene.
Hal ini diperlukan agar hubungan suami istri tetap harmonis, faktanya banyak
pasangan yang bercerai karena kurangnya pendidikan seks, Pendidikan seks
ini meliputi kesehatan reproduksi, PMS, cara dan waktu berhubungan sehat.
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyakit yang salah satu penularannya
melalui hubungan seksual. Dulu kita kenal juga dengan nama penyakit
kelamin. Jika kita melakukan hubungan seksual berisiko, maka kita dapat
terkena penyakit kelamin atau infeksi menular seksual ini. Serta pentingnya
menjaga kebersihan oragan genitalia.
Memberikan KIE nutrisi pranikah pada asa pra konsepsi, kehamilan dan
menyusui adalah fase penting dalam kehidupan yang memerlukan perhatian
khusus terutama dari kecukupan kebutuhan energi dan zat gizinya. Status gizi
wanita yang optimal dalam masa kehamilan merupakan hal penting karena
mempengaruhi hasil dari kehamilan. Peningkatan status gizi calon pengantin
terutama perempuan melalui penanggulangan KEK (Kekurangan Energi
Kronis) dan anemia gizi besi serta defisiensi asam folat. Calon pengantin
dianjurkan mengkonsusmsi makanan dengan gizi seimbang dan menghindari
perilaku- perilaku yang menggangu kesehatan seperti merokok, minum-

15
minuman keras serta menyempatkan diri untuk teratur berolahraga dan
istirahat yang cukup.

16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Mahasiswa telah mampu melakukan pengkajian data secara subjektif dan
objektif pada Nn.E usia 26 tahun calon pengantin di Puskesmas Tempel
II Sleman.
2. Mahasiswa telah mampu menentukan diagnosa, masalah, dan kebutuhan
berdasarkan data subjektif dan objektitif pada calon pengantin. Diagnosa
yang didapat adalah Nn. E usia 26 tahun calon pengantin. Untuk masalah
yang dihadapi yaitu cemas dan kurang pengetahuan tentang imunisasi TT
caten. Untuk menangani masalah dilakukan KIE.
3. Mahasiswa telah mampu menentukan diagnosa potensial dan masalah
potensial, berdasarkan hasil pengkajian data ibu pada masa pra nikah.
Pada kasus Ny. S tidak didapatkan diagnosa potensial.
4. Mahasiswa telah mampu melakukan antisipasi tindakan dan kebutuhan
segera berdasarkan diagnosa potensial dan diagnosa potensial yang telah
ditetapkan. Pada kasus Nn. E tidak diperlukan antisipasi dan kebutuhan
segera.
5. Mahasiswa telah mampu melakukan penyusunan rencana asuhan
kebidanan berdasarkan diagnosa kebidanan, masalah kebidanan,
kebutuhan, diagnosa potensial, masalah potensial dan antisipasi tindakan
dan kebutuhan segera yang telah ditetapkan. Penatalaksanaan tindakan
yang dilakukan adalah dengan memberikaan KIE tentang imunisasi TT,
KIE tentang gizi seimbang masa pra nikah, KIE tentang sex education,
KIE personal hygiene.
6. Mahasiswa telah mampu melakukan asuhan kebidanan berdasarkan
rencana asuhan yang telah disusun.
7. Mahasiswa telah mampu melakukan evaluasi berdasarkan
penatalaksanaan yang telah dilakukan.

17
8. Mahasiswa telah mampu melakukan dokumentasi kasus pada pada masa
pranikah.
B. Saran
1. Bagi Bidan Pelaksana
Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kebidanan khususnya
dalam memberikan asuhan kebidanan pada masa pranikah.
2. Bagi Mahasiswa Kebidanan
Diharapkan dapat memperdalam tentang asuhan kebidanan pada
persalinan normal dengan manajemen yang tepat sesuai kasus berdasarkan
evidence based.
3. Bagi calon pengantin
Diharapkan dapat Menambah pengetahuan mengenai tentang
manfaat imunisasi TT calon pengantin dan menambah informasi tentang
apasaja yang harus dipersiapakan dalam masa pra nikah.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan Republik. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di


Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Published online 2013:29.
2. Santy P. Pengaruh Konseling Imunisasi TT Terhadap Pengetahuan Calon
Pengantin (Catin). Malahayati Nurs J. 2022;4(5):1151-1158.
doi:10.33024/mnj.v4i5.6345
3. Subagiartha IM. Laporan kasus tatalaksana tetanus generalitas EC vulnus
ichtum region manus dextra digitiv. Published online 2018:1-6.
http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/20421/1/3a4027df0c51fcf4ad31df42139d3
10f.pdf
4. Batubara NS, Siregar RA. Penyuluhan Tentang Imunisasi TT Pada Ibu
Hamil DI Desa Joring Natobang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola
Julu Tahun 2020. J Pengabdi Masy Aufa. 2021;3(1):76-83.
5. WHO. Maternal Mortality. Matern Mortal World Heal Organ 2014.
Published online 2014.
6. Hardhana B, Sibuea F, Widiantini W. Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2019. Jakarta Kementrian Kesehat Republik Indones. Published online
2020.
7. Sawitri S, Farida I. Gambaran Persepsi Petugas Puskesmas Dan Petugas
Kantor Urusan Agama (Kua) Dalam Pelaksanaan Program Imunisasi
Tetanus Toxoid (Tt) Pada Calon Pengantin Wanita Di Kota Tangerang
Selatan Tahun 2011. Indones J Reprod Heal. 2019;3(3):132-142.
8. Lubis NL. Psikologi Kespro. Wanita Dan Perkembangan Reproduksinya:
Ditinjau Dari Aspek Fisik Dan Psikologinya. Kencana; 2016.
9. Azzahra MF, Muniroh L. Pengaruh Konseling terhadap Pengetahuan dan
Sikap Pemberian MP-ASI. Media Gizi Indones. 2015;10(1):20-25.
10. Prasko P, Santoso B, Sutomo B. Penyuluhan metode audio visual dan
demonstrasi terhadap pengetahuan menyikat gigi pada anak sekolah dasar.
J Kesehat Gigi. 2016;3(2):53-57.
11. Dinkes provinsi Jawatengah. No Title. Profil jateng 2018. Published online
2018.
12. Susanti D, Adnani QES. Buku Saku Kesehatan Reproduksi Dan Seksual
Calon Pengantin.; 2019. Accessed August 27, 2022.
https://www.researchgate.net/publication/360064249_BUKU_SAKU_KES
EHATAN_REPRODUKSI_CALON_PENGANTIN
13. Definisi A. DAFTAR PENYAKIT. Buku Modul Daft Penyakit

19
Kepaniteraan Klin SMF Neurol. Published online 2015:14.
14. Laksmi NKS. Penatalaksanaan Tetanus. Kalbe Med Portal.
2014;41(11):823-826. http://www.kalbemed.com/Portals/6/09_222CPD-
Penatalaksanaan Tetanus.pdf
15. Ayuningtyas C. PENERAPAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 DALAM
PEMBERIAN VAKSIN DI PUSKESMAS TRUCUK II KLATEN.
Published online 2020.
16. Depkes RI. Pedoman teknis imunisasi tingkat puskesmas. Diakses dari
http//www depkes go id/do wnload php. Published online 2005.
17. Hadinegoro SRS. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi. Sari Pediatr.
2016;2(1):2. doi:10.14238/sp2.1.2000.2-10
18. Rokhanawati D, Nawangsih UHE. Pendidikan pranikah terhadap kesiapan
menghadapi kehamilan pertama pada calon pengantin putri. J Kebidanan
dan Keperawatan. 2017;13(1):81-87.

20
LAMPIRAN

ASUHAN KEBIDANAN CALON PENGANTIN

Masuk RS Tgl,Jam : 23 Agustus 2022


Biodata Pasien
Nama : Nn. E
Umur : 26 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Krakitan , Salam

DATA SUBYEKTIF

1. Keluhan Utama

Nn.E usia 26 tahun mengatakan ingin imunisasi TT caten. Nn.Y mengatakan cemas
menjelang pernikahanya, dan Nn.Y ingin mendapatkan konseling terkait pra nikah dan
ingin melakukan imunisasi TT. Nn.Y mengatakan dia belum mengerti manfaat
imunisasi TT caten ini, dia ingin imunisasi TT caten karena sebagai syarat
mendaftrakan pernikahan ke KUA.
2. Riwayat Perkawinan
Ibu belum pernah menikah sebelumnya.
3. Riwayat Menstruasi
Menarche umur 12 tahun. Siklus 28 hari. Teratur. Lama 7 hari. Sifat Darah :
Encer. Flour Albus: tidak. Bau khas Dysmenorhoe : tidak . Banyak Darah 3-4 kali
ganti pembalut dalam sehari
HPM 10 Agustus 2022

21
4. Penyakit sistemik yang pernah/sedang diderita
Nn. E mengatakan saat ini tidak menderita batuk atau pilek, pusing, demam tinggi,
diare, dan riwayat penyakit hipertensi, asma, jantung, DBD, Malaria, Typus, jantung,
hepatitis B dan HIVPenyakit yang pernah/sedang diderita keluarga
Nn. E mengatakan saat ini keluarga tidak ada yang menderita batuk atau pilek, pusing,
demam tinggi, diare, dan riwayat penyakit hipertensi, asma, jantung, DBD, Malaria,
Typus, jantung, hepatitis B dan HIV.
5. Personal Hygiene
Nn. E mengatakan mandi 2 kali sehari. Keramas 2 hari sekali. Menggosok gigi 2
kali/hari. Nn. Y mengatakan membersihkan daerah genetalia dengan air mengalir
6. Pola pemenuhan Nutrisi

Makan Minum
Frekuensi 2-3 x/hari 5x/hari
Porsi Sedang Gelas sedang
Macam Nasi, lauk, sayur Air putih, teh dan
kopi
Keluhahn Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
7. Pola Eliminasi
BAB BAK
Frekuensi 2 hari sekali 3-4x/hari
Tekstur Keras Cair
Warna Kecoklatan Kuning jernih
Keluhan Tidak ada keluhan Tiada keluhan

22
DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Baik kesadaran : CM
b. Status Emosional : Stabil
c. Tanda vital
Tekanan Darah : 122/78 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5 °C
d. BB/ TB : 58,9 kg / 155 cm
e. Kepala Leher
Edema wajah : tidak ada
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera putih
Mulut : tidak ada caries gigi
Leher : tidak ada pembengkakan pada vena jugularis maupun kelenjar
tiroid
f. Payudara : simetris, puting bersih, tidak ada benjolan
g. Abdomen : Tidak ada bekas luka opeasi, tidak ada benjo;an
h. Ekstremitas : tidak ada odema pada kaki
i. Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan penunjang : PP test Negatif
ANALISA
Diagnosa : Nn. E Usia 26 tahun dengan calon pengantin
Masalah : Ibu cemas dengan rencana pernikahan dan kurangnya
pengetahuan tentang imunisasi TT
Kebutuhan : KIE mengenai manfaat imunisasi TT, KIE tentang
tentang sex education, KIE tentang gizi seimbang pada masa pranikah, KIE
tentang personal hygiene.

23
PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu Nn. E bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan keadaan
Nn.E normal hasil PPtest negatif .
(Nn. E lega dengan hasil pemeriksaan)
2. Memrikan KIE tentang Imunisasi TT Caten, Efek samping dan
Keuntungan.
(Nn.E paham bahwa Imunisasi TT sangat di perlukan untuk remaja
yg akan menikah dan akan menerapkan anjuran-anjuran yang sudah
disampaikan oleh bidan).
3. Memberikan KIE tentang pentingnya gizi seimbang pada masa
pranikah
(Nn. E mengerti dan akan berusaha untuk mengkonsumsi makanan
bergizi seimbang)
4. Memberikan KIE tentang sex education dan macam- macam penyakit
IMS
Nn. E mengerti dengan penjelasan bidan
5. Memberikan KIE tentang personal hygiene
Nn. E mengerti dan akan berusaha menjaga personal hygiene
6. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 1 bulan lagi untuk
melakukan suntik TT ke 2
Nn. E bersedia akan melakukan kunjungan ulang

24

Anda mungkin juga menyukai