DI RUANG GAYATRI
NIM : 201905011
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat rahmat, ridho dan inayah-Nya sehingga Laporan Observasi dengan judul:
“Asuhan Kebidanan Patologis Pada Ny. P usia 31 tahun G2P1-1 UK 37/38
minggu T/H + Letak sungsang + HRP (BSC) Di Ruang Gayatri Wahidin
Sudiro Husodo Mojokerto” dapat saya selesaikan tepat waktu. Sholawat serta
salam, semoga tetap tercurahkan kepada junjungan baginda Nabi Muhammad
SAW, para keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang telah membawa petunjuk
kebenaran, untuk seluruh umat manusia, yang kita harapkan syafaatnya di akhir
kelak.
Pada kesempatan ini, dengan penuh kerendahan hati saya haturkan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
LAPORAN OBSERVASI........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................1
1.3 Manfaat...........................................................................................................2
2.1.1 Definisi........................................................................................................3
2.1.6 Diagnosis.....................................................................................................6
2.2.1 Pengertian................................................................................................8
2.2.2 Klasifikasi................................................................................................8
2.2.3 Etiologi..................................................................................................10
BAB V. PENUTUP................................................................................................20
iii
5.1 Kesimpulan...................................................................................................21
5.2 Saran.............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23
iv
BAB I. PENDAHULUAN
Kehamilan dan persalinan merupakan proses yang alamiah dan pasti akan
dialami setiap wanita. Perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita selama
kehamilan adalah bersifat fisiologis bukan patologis (Manuaba, 2013). Letak
sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada dibagian bawah cavum uteri. Tipe letak sungsang
yaitu frank breech (50-70%) yaitu kedua tungkai fleksi, complete breech (5-10%)
yaitu tungkai atas lurus keatas, tungkai bawah ekstensi, Footling (10-30%) yaitu
satu atau kedua tungkai atas ekstansi, presentasi kaki letak sungsang terjadi pada
3-4% dari seluruh persalinan. Kejadian letak sungsang berlangsung dengan
bertambahnya usia kehamilan. Letak sungsang pada usia kehamilan 28 minggu
sebesar 25%, pada kehamilan 32 minggu 7%, dan 1-5% pada kehamilan aterm
(Devi Indryanti, 2017).
1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1.3 Manfaat
a. Bagi pasien
Pasien dapat meningkatkan pengetahuan dan pelayanan secara
komprehensif mulai dari masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, masa
nifas, neonatus sampai pelayanan kontrasepsi sesuai standar pelayanan
kebidanan. Pasien juga dapat mengetahui bahaya persalinan dengan letak
sungsang bagi ibu dan bayi sehingga dapat berperilaku hidup sehat dan
menjaga kandungannya agar tidak terulang kembali.
b. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan, utamanya bidan agar lebih
meningkatkan keterampilan dan kolaborasi dalam memberikan asuhan
kebidanan, khususnya pada kasus persalinan dengan letak sungsang dan
2
dapat lebih meningkatkan kualitas pelayanan secara komprehensif,
sehingga AKI dan AKA dapat diturunkan.
3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Letak sungsang adalah janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim, kepala
berada di fundus dan bokong di bawah (Sofian, 2011). Presentasi bokong adalah letak
memanjang dengan kelainan dalam polaritas. Panggul janin merupakan kutub bawah.
Penunjuknya adalah sacrum. Sacrum kanan depan (RSA=right sacrum anterior) adalah presentasi
bokong dengan sacrum janin ada di kuadran kanan depan panggul ibu, dan diameter
bitrochanterica janin berada pada diameter oblique dextra panggul ibu (Oxorn, 2010).
Bayi sungsang masih menjadi kondisi serius ibu hamil dan biasanya menimbulkan rasa
kekhawatiran dengan proses persalinan. Meskipun sudah ada cara yang aman untuk melahirkan
bayi secara operasi caesar, namun banyak ibu hamil yang merasa kecewa.
4
2.1.3 Penyebab Letak sungsang
Ada beberapa jenis penyebab bayi sungsang yang paling sering ditemukan. Berikut ini
beberapa penyebab umum yang sering terjadi :
5
6. Kehamilan Pertama
Kehamilan pertama cenderung menjadi penyebab bayi sungsang, hal ini terjadi ketika otot
rahim belum berkembang dengan baik. Karena ini adalah kehamilan pertama maka sulit bagi
otot rahim untuk berkembang dan terkadang menyebabkan bayi tidak bisa bergerak dengan
baik. Bayi akan terus berputar dan menyebabkan kondisi yang tidak nyaman. Bagian tubuh
bayi bisa masuk ke panggul namun tidak yang seharusnya
7. Posisi Plasenta Tidak Tepat
Jika seorang ibu hamil memiliki posisi plasenta yang terlalu berada di bagian kanan atau
bawah maka bisa menyebabkan bayi sungsang. Hal ini juga bisa dipengaruhi dari posisi
plasenta yang memang sudah bermasalah sejak awal kehamilan.
6
2.1.5 Mekanisme persalinan letak sungsang
Kepala adalah bagian janin yang terbesar dan kurang elastis. Pada presentasi kepala,
apabila kepala dapat dilahirkan, maka bagian janin lainnya relatif mudah dilahirkan. Tidak
demikian halnya pada presentasi bokong. Hal ini menjadi persalinan pervaginal pada presentasi
bokong yang lebih beresiko. Pemahaman tentang mekanisme persalinannya akan membantu
dalam memberikan upaya pertolongan persalinan yang berhasil.
Pada persalinan letak sungsang, bokong akan memasuki panggul (engagement dan
descent) dengan diameter bitrokanter dalam posisi oblik. Pinggul janin bagian depan (anterior)
mengalami penurunan lebih cepat dibanding pinggul belakangnya (posterior). Dengan demikian,
pinggul depan akan mencapai pintu tengah panggul terlebih dahulu. Kombinasi antara tahanan
dinding panggul dan kekuatan yang yang mendorong ke bawah akan menghasilakn putaran paksi
dalam yang membawa sakrum ke arah transversal (pukul 3 atau 9), sehingga posisi diameter
bitrokanter di pintu bawah panggul menjadi anteroposterior.
Penurunan bokong berlangsung terus setelah terjadinya putaran paksi dalam. Perineum
akan meregang, vulva membuka, dan pinggul depan akan lahir terlebih dahulu. Pada saat itu,
tubuh janin mengalami putaran paksi dalam dan penurunan, sehingga mendorong pinggul bawah
menekan perineum. Dengan demikian, lahirlah bokong dengan posisi diameter bitrokanter
anteroposterior, diikuti putaran paksi luar. Putaran paksi luar akan membuat posisi diameter
bitrokanter dari anteroposterior menjadi transversal. Kelahiran bagian tubuh lain dengan bantuan
(manual aid).
2.1.6 Diagnosis
a. Pemeriksaan abdomen
1) Palpasi
Palpasi primigravida, diagnosis lebih sulit karena otot abdomen mereka yang
keras. Pada palpasi, janin terletak longitudinal dengan presentasi lunak, yang lebih
mudah diraba dengan menggunakan genggaman pawlik. Kepala biasanya dapat diraba
di fundus sebagai masa bulat yang keras, yang dapat digerakkan secara bebas dari
punggung dengan menangkupkannya pada satu atau kedua tangan. Jika tungkai
terekstensi, kaki dapat mencegah terjadinya pembengkokkan. Jika bokong berada pada
posisi anterior dan janin terfleksi dengan baik, sulit bagi bidan untuk menentukan
7
kepala, tetapi penggunaan genggaman yang mengombinasikan kutub atas dan bawah
secara bersamaan dapat membantu diagnosa. Ibu dapat mengeluh adanya
ketidaknyamanan pada rusuknya, terutama dimalam hari, akibat tekanan kepala pada
diafragma.
2) Auskultasi
Jika bokong belum melewati gelang pelvis, jantung janin terdengar paling jelas
dia atas umbilikus. Jika tungkai terekstensi, bokong janin akan turun kedalam pelvis
dengan mudah. Jantung janin kemudian dapat terdengar di bagian yang lebih rendah.
b. Pemeriksaan vagina
Bokong teraba lunak dan tidak teratur dengan tidak adanya sutura yang terpalpasi,
walaupun terkadang sakrum dapat disalah artikan dengan caput sucsedanum. Anus dapat
teraba dan mekonium segar terdapat di jari pemeriksa biasanya merupakan diagnostik. Jika
tungkai terekstensi, genetalia eksternal sangat jelas teraba, tetapi harus diingat bahwa
genetalia tersebut mengalami edema. Vulva yang mengalami edema dapat disalah artikan
dengan skrotum.
Jika kaki teraba, bidan harus membedakannya dengan tangan. Jari-jari kaki semuanya
sama panjang, jari-jari kaki lebih pendek dari pada jari-jari tangan dan ibu jari kaki tidak
dapat direntangkan dari jari kaki lainnya. Kaki berada pada sudut 90° dari tungkai, dan
lutut tidak memiliki kesamaan dengan tangan.
8
2.2.2 Konsep Teori Sectio Caesarea
2.2.1 Pengertian
Sectio Caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi pada dinding
abdomen dan uterus persalinan buatan. Sehingga janin di lahirkan melalui perut dan dinding
perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat.
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut. Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan
dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram.
2.2.2 Klasifikasi
klasifikasi bentuk pembedahan Sectio Caesarea adalah sebagai berikut:
1) Sectio Caesarea Klasik
Sectio Caesarea Klasik dibuat vertikal pada bagian atas rahim. Pembedahan dilakukan
dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm. Tidak dianjurkan
untuk kehamilan berikutnya melahirkan melalui vagina apabila sebelumnya telah
dilakukan tindakan pembedahan ini.
2) Sectio Caesarea Transperitonel Profunda
Sectio Caesarea Transperitonel Profunda disebut juga low cervical yaitu sayatan vertikal
pada segmen lebih bawah rahim. Sayatan jenis ini dilakukan jika bagian bawah rahim tidak
berkembang atau tidak cukup tipis untuk memungkinkan dibuatnya sayatan transversal.
Sebagian sayatan vertikal dilakukan sampai ke otot-otot bawah rahim.
3) Sectio Caesarea Histerektomi
Sectio Caesarea Histerektomi adalah suatu pembedahan dimana setelah janin dilahirkan
dengan Sectio Caesarea, dilanjutkan dengan pegangkatan rahim.
4) Sectio Caesarea Ekstraperitoneal
Sectio Caesarea Ekstraperitoneal, yaitu Sectio Caesarea berulang pada seorang pasien
yang sebelumnya melakukan Sectio Caesarea. Biasanya dilakukan di atas bekas sayatan
yang lama. Tindakan ini dilakukan dengan insisi dinding dan faisa abdomen sementara
peritoneum dipotong ke arah kepala untuk memaparkan segmen bawah uterus sehingga
9
uterus dapat dibuka secara ekstraperitoneum. Klasifikasi Sectio Caesarea adalah sebagai
berikut:
1) Sectio caeasarea transperitonealis profunda
Sectio caeasarea transperitonealis profunda dengan insisi di segmen bawah
uterus. Insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang.
Keunggulan pembedahan ini:
(a) Perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak
(b) Bahaya peritonitis tidak besar
(c) Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian hari tidak
besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami
kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
2) Sectio Caesarea korporal / klasik
Pada Sectio Caesarea korporal / klasik ini di buat kepada korpus uteri,
pembedahan ini yang agak mudah dilakukan, hanya di selenggarakan apabila ada
halangan untuk melakukan Sectio Caesarea transperitonealis profunda. Insisi
memanjang pada segmen uterus.
3) Sectio Caesarea ekstra peritoneal
Sectio ceasarea ekstra peritoneal dahulu dilakukan untuk mengurangi bahaya
injeksi peroral akan tetapi dengan kemajuan pengobatan tehadap injeksi pembedahan
ini sekarang tidak banyak lagi dilakukan. Rongga peritoneum tak dibuka, dilakukan
pada pasien infeksi uteri berat.
4) Sectio Caesarea hysteroctomi Setelah Sectio Caesarea, dilakukan hysteroktomy
dengan indikasi:
(a) Atonia uteri
(b) Plasenta accrete
(c) Myoma uteri
(d) Infeksi intra uteri berat.
2.2.3 Etiologi
Etiologi dari pasien Sectio Caesarea adalah sebagai berikut :
1) Etiologi yang berasal dari ibu
(a) Plasenta Previa Sentralis dan Lateralis (posterior) dan totalis.
10
(b) Panggul sempit.
(c) Disporsi sefalo-pelvik: ketidakseimbangan antara ukuran kepala dengan
panggul.
(d) Partus lama (prognoled labor)
(e) Ruptur uteri mengancam
(f) Partus tak maju (obstructed labor)
(g) Distosia serviks
(h) Pre-eklamsia dan hipertensi
(i) Disfungsi uterus
(j) Distosia jaringan lunak.
2) Etiologi yang berasal dari janin
a) Letak lintang.
b) Letak bokong.
c) Presentasi rangkap bila reposisi tidak berhasil.
d) Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dengan cara-cara lain
tidak berhasil.
e) Gemeli menurut Eastma, sectiocaesarea di anjurkan :
(1) Bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu (Shoulder
Presentation).
(2) Bila terjadi interlok (locking of the twins).
(3) Distosia oleh karena tumor.
(4) Gawat janin.
f) Kelainan uterus:
1) Uterus arkuatus
2) Uterus septus
3) Uterus duplekus
4) Terdapat tumor di pelvis minor yang mengganggu masuk kepala janin ke
pintu atas panggul.
Indikasi ibu dilakukan Sectio Caesarea adalah ruptur uteri iminen, perdarahan
antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan
11
janin besar melebihi 4.000 gram> Dari beberapa faktor Sectio Caesarea diatas dapat
diuraikan beberapa penyebab sectio sebagai berikut:
1) CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai
dengan ukuran kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan
secara normal.
2) PEB (Pre-Eklamasi Berat) adalah kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh
kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas.
3) KPD (Ketuban Pecah Dini) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartus. Sebagian besar ketuban
pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu.
4) Bayi kembar, tak selamanya bayi kembar dilahirkan secara Sectio Caesarea. Hal ini
karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
daripada kelahiran satu bayi.
5) Faktor hambatan jalan lahir, adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir
yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan
pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
Kelainan Letak Janin.
12
BAB III
HASIL OBSERVASI
A.Data Subyektif
1. Biodata
2. Keluhan utama
Ny A mengatakan Hamil anak ke 2, jarang merasakan kenceng-kenceng dan tidak keluar
lendir bercampur darah dari jalan lahir
3. Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali. Kawin pertama umur 26 tahun. Dengan suami sekarang 5 tahun
13
4. Riwayat Menstruasi
Menarche umur 14 tahun. Siklus 35 hari. Teratur. Lamanya 6 hari. Sifat darah encer.
Flour Albus : ya. Bau khas darah. Dysmenorhoe : ya. Banyak darah : 3-4 ganti
pembalut
14
Kebiasaan membersihkan alat kelamin : saat mandi, setelah BAK dan BAB
Kebiasaan mengganti pakaian dalam : setelah mandi dan saat sudah terasa
lembab atau tidak nyaman
Jenis pakaian dalam yang digunakan : katun
6. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Persalinan Nifas
15
Ibu mengatakan tidak ada perubahan pola makan
9. Riwayat Psikologi Spiritual
a. Kehamilan ini diinginkan
b. Pengetahuan ibu tentang kehamilan
Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang kehamilan. Bahwa masa kehamilan
membutuhkan gizi dan istirahat yang cukup untuk perkembangan janin di dalam
kandungan.
c. Pengetahuan ibu tentang kondisi/keadaan yang dialami sekarang
Ibu mengatakan mengetahui bahwa perdarahan yang dialami itu membuat khawatir
dan merasa cemas.
d. Penerimaan ibu terhadap kehamilan saat ini
Ibu mengatakan antusias dan sangat bahagia terhadap kehamilan saat ini.
e. Tanggapan keluarga terhadap kehamilan
Ibu mengatakan keluarga mendukung dengan kehamilan ini.
f. Persiapan/rencana persalinan
Ibu mengatakan memiliki rencana untuk melahirkan diRumah Sakit.
B. Data Obyektif
16
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan vena jugularis
Payudara
Bentuk : simetris
Areola mammae : kecoklatan
Puting susu : menonjol
Colostrum : tidak keluar
Abdomen
Bentuk : terlihat ada pembesaran,terdapat linea Nigra
Bekas luka : ada bekas operasi Caesar 4 Th lalu
Palpasi
Leopold I : TFU : 31 cm, bagian atas teraba bulat, keras dan
melenting (Kepala)
Leopold II : pada bagian kiri sisi perut ibu teraba bagian keras
memanjang (punggung).pada bagian kanan sisi perut ibu
teraba bagian kecil-kecil janin (Ekstermitas)
Leopold III : bagian terbawah teraba bulat, lunak dan tidak melenting
(Bokong)
Leopold IV : bagian terbawah janin belum masuk PAP
Auskultasi DJJ : 140x/menit
Ekstermitas
Oedem : tidak ada oedem pada kaki
Varises : tidak ada varises
Reflek Patela : kanan (+) dan kiri (+)
Genetalia Luar
Bekas luka : tidak ada
Pengeluaran : tidak ada
Anus
Hemoroid : tidak ada
17
3. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 16 Juli 2022 Melakukan USG oleh dr. Kurnia Dian SpOG pukul 11.30
Didapatkan UK ibu 36/37, EFW: 2926, janin tunggal, posisi sungsang
C. Analisa
Ny. P usia 31 tahun G2P1-1 UK 37/38 minggu T/H + Letak sungsang + HRP (BSC)
18
Pukul 03.00 WIB Memberitahukan kepada ibu untuk melakukan puasa makan dan
minum 6 jam kedepan
Pukul 07.00 WIB persiapan ibu
- Menyuruh ibu melepaskan semua perhiasan diseluruh tubuh
- Membantu ibu untuk menggantikan baju biasa dengan baju OK
- Menyuruh mengikat rambut dan dipakaikan Hair Cap
- Anastesi pasca operasi
Ketorolac 3x30
Paracetamol 4 x 1000
Asamevanamat 1x500
8. Tanggal 01 Agustus, pukul 09.00 pasien masuk ruang OK dan keluar ruang OK pukul
10.10 WIB
EVALUASI
Hari / tanggal pengkajian : Senin, 01 Agustus 2022
Tempat pengkajian : Ruang Gayatri
Waktu pengkajian : 10.00 WIB
S (Pasien datang dari ruang OK) pasien mengatakan pasien merasa pusing (+),
mual (+), muntah (+).
Keadaan umum : cukup
O Tekanan darah : 130/75 mmHg
Nadi : 112x/mnt
Pernafasan : 20x/mnt
Suhu : 37,2ºC
Tfu 2 jari dibawah pusat, Perdarahan ± 25 cc, terpasang infus RL+Oxy 2 amp,
bayi lahir SC jam 09.45 (laki-laki), AS 6-8, BB 3000,PB 49,LK 35.
19
P 3. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi
20
PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
Jalan Raya Jabon Km 6 Mojoanyar, Mojokerto
LEMBAR BIMBINGAN
21
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada Ny. Y usia 31 tahun Usia Kehamilan
38-39 minggu dengan letak sungsang, maka penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian Utama
Pengumpulan data subyektif dan Obyektif dalam memberikan asuhan kebidanan
pada Ny. P dengan letak sungsang tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan
praktik/fakta.
2. Interpretasi Data
Interpretasi data yang sudah dikumpulkan asuhan kebidanan kehamilan patologi
dengan diagnosa pada “Ny. Ny. P usia 31 tahun G2P1-1 UK 37/38 minggu T/H +
Letak sungsang + HRP (BSC)”, dalam penentuan diagnosa tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan praktik.
3. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kasus pada Ny. P yaitu menyarankan pasien untuk istaitahat yang
cukup, memenuhi kebutuhan nutrisinya, tidak menahan BAK dan BAB, serta
kolaborasi dengan dokter untuk dilakukan tindakan SC besok. Pelaksanaan asuhan
secara menyeluruh sesuai dengan kondisi pasien, dalam hal ini tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan praktik di lahan.
5.2 Saran
Konsep teori merupakan landasan pelaksanaan praktik kebidanan, maka penulis
mengajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi penulis
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan wacana bagi penulis dalam
memberikan asuhan kebidanan pada ibu kehamilan dengan letak sungsang.
2. Bagi pasien
Diharapkan dapat menjaga kondisi kesehatannya serta memperhatikan kehamilan
berikutnya agar tidak terulang kembali permasalahan yang sama.
22
3. Bagi pembaca
Diharapkan pembaca dapat memberikan masukan yang konstruktif serta dapat
memilih dengan cermat kajian atau observasi yang sesuai dengan kasus apabila
menjadikan hasil observasi ini sebagai bahan acuan dalam mengerjakan tugas.
23
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, I Bagus Gede. Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan. Jakarta : EGC ; 2010.
Winkjosastro H. Letak Sungsang. Ilmu Bedah Kebidanan (1st ed). Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo ; 2005. h. 104-122.
Saifuddin, Abdul Bari. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2011
24