Anda di halaman 1dari 11

Manajemen kepimpinan

Milda fanlay (201905012)


Pengertian aborsi

Aborsi merupakan suatu tindakan menggugurkan kandungan. Di negara Indonesia


tindakan tersebut merupakan yang dilarang, dan masuk dalam Bab Kejahatan terhadap
nyawa dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Meskipun aborsi secara hukum
terlarang, tetapi kenyataannya aborsi masih banyak dilakukan oleh perempuan dengan
berbagai alasan disebabkan peraturan dan hukum yang ada kurang akomodatif terhadap
alasan-alasan yang memaksa perempuan melakukan tindakan aborsi. Secara umum,
pengguguran kandungan dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
 pengguguran tanpa sengaja dan pengguguran disengaja.
1) Aborsi tanpa sengaja adalah
pengguguran tidak sengaja yang terjadi tanpa tindakan apapun
2) aborsi disengaja adalah pengguguran yang terjadi sebagai akibat dari suatu tindakan.
Aborsi dalam bentuk kedua ini dapat dibedakan dalam 2 macam, yaitu
 aborsi articialis therapicus dan aborsi procatus criminalis.
1) Aborsi articialis therapicus adalah pengguguran yang dilakukan oleh dokter atas
dasar indikasi medis yang dilakukan sebagai penyelamatan terhadap jiwa ibu yang
terancam bila kelangsungan kehamilan dipertahankan. Sedangkan
2) aborsi provocatus criminalis adalah pengguguran yang dilakukan tanpa dasar
indikasi medis misalnya, aborsi yang dilakukan untuk meniadakan hasil hubungan
seks diluar perkawinan atau untuk mengakhiri perkawinan yang tidak dikehendaki.
Kasus 1

Novila Sutiyana (21), warga Desa Gegeran, Kecamatan Sukorejo, Ponorogo, tewas
setelah melakukan aborsi di tempat praktik bidan Endang Setiyaningsih (39) di Desa Tunge,
Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Sabtu (17/5) tengah malam. Novi yang sudah hamil 1,5
bulan dari hubungan gelapnya dengan Santoso (32), warga Desa Tempurejo, Kecamatan
Wates, ini mengalami pendarahan hebat. Dugaan sementara, perempuan lulusan SMA itu
mengalami infeksi rahim akibat aborsi tersebut. Menurut keterangan, kondisi gawat pada
Novi dirasakan segera setelah dia meninggalkan tempat praktik Endang sekitar pukul 09.00,
Sabtu. Novila dan Santoso menjalani aborsi hari itu pukul 08.00.Sabtu pagi itu, di ruang
praktiknya, Endang memulai aborsinya dengan menyuntikkan obat Oxytocoin dicampur
Duradryl ke pantat kiri Novila. Setelah itu, Endang menyuntikkan obat Cyanocobalamin
(B12) ke pantat sisi kanan.
Lima menit kemudian, suntikan itu bereaksi.“Karena mengeluh sakit pada pahanya, saya
meluruskan pahanya. Setelah itu saya suruh minum teh hangat. Mereka pun pulang karena
sebelum dan sesudah aborsi kondisi kesehatannya memang sehat,” kata bidan Endang di
Polres Kediri, Minggu (18/5).Karena mengira kondisinya akan membaik, mereka pulang
dengan sepeda motor. Namun, mereka sepakat jalan-jalan dulu ke rumah teman Santoso di
Puncu. Namun, di tengah jalan, mereka berhenti karena Novi mengeluh sakit pada rahim dan
perutnya. Santoso lalu membopong Novi menuju rumah warga di Puncu. Santoso melihat
kondisi Novi makin mengkhawatirkan karena terjadi pendarahan hebat.
lanjutan

Beberapa saat kemudian, anak tunggal pasangan Lamin (47) dan Sutiyah (39)
asal Ponorogo ini langsung dilarikan ke Puskesmas Puncu. Namun, pihak puskesmas
tidak sanggup dan merujuknya ke RSUD Pare.
“Saya mengira akan baik-baik saja. Bahkan, kami sempat membeli sate untuk dibawa
pulang. Tapi saya kaget begitu melihat Novi lemas dan sempat istirahat di Koramil
Puncu,” ucap Santoso di hadapan petugas Polres Kediri.Dengan ambulans milik
Puskesmas Puncu, Novila sampai di RSUD Pare pukul 14.00. Saat itu juga, petugas
rumah sakit langsung menanganinya. Bahkan, menurut sumber di RSUD Pare, dokter
memutuskan operasi karena kondisi Novi semakin kritis. “Rencananya akan dioperasi
pukul 24.00,” kata sumber itu. Namun belum sempat dioperasi, Novi mengembuskan
napasnya. Menurut petugas rumah sakit, Novi meninggal sekitar pukul 23.45.Santoso
dan Novi menjalani hubungan gelap dalam beberapa bulan terakhir. Santoso adalah
suami Sarti (27), bibi Novi, yang sudah setahun menjadi TKW di Hongkong. Karena
kesepian ditinggal istri, Santoso menjalin hubungan gelap dengan keponakannya
sendiri hingga Novi hamil 1,5 bulan.
Pada dasarnya menurut Pasal 75 ayat (1) Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(“UU Kesehatan”), setiap orang dilarang melakukan aborsi. Larangan dalam Pasal 75 ayat (1) UU
Kesehatan dapat dikecualikan berdasarkan:

 indikasi kedaruratan medis yang  kehamilan akibat perkosaan yang


dideteksi sejak usia dini kehamilan, dapat menyebabkan trauma
baik yang mengancam nyawa ibu
psikologis bagi korban perkosaan.
dan/atau janin, yang menderita
penyakit genetik berat dan/atau cacat
bawaan, maupun yang tidak dapat
diperbaiki sehingga menyulitkan bayi
tersebut hidup di luar kandungan;
atau
Aborsi tersebut hanya dapat dilakukan: (lihat Pasal 76 UU Kesehatan)

 sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
 oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki
sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
 dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
 dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
 penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri.
 Dasar Hukum Tindakan Aborsi yang Melawan Hukum menurut KUHP
Pembahasan kasus ini mempergunakan beberapa dasar hukum yang menjadi dasar
untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang telah dikemukakan di atas. Dasar
hukum untuk tindakan aborsi yang melawan hukum menurut KUHP antara lain:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana :
• Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.
2. Pasal 347 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana :
 Barang siapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungannya seorang
perempuan tidak dengan ijin perempuan itu, dihukum penjara selama-lamanya dua
belas tahun.
 Jika karena perbuatan itu perempuan itu jadi mati, dia dihukum penjara
selamalamanya lima belas tahun.
3. Pasal 348 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana :
 Barang siapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungannya seorang
perempuan dengan ijin perempuan itu dihukum penjara selama-lamanya lima tahun
enam bulan.
 Jika karena perbuatan itu perempuan itu jadi mati, dia dihukum penjara
selamalamanya tujuh tahun.
4. Pasal 349 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana :
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan tersebut pada
pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang
diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat
ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam
mana kejahatan dilakukan.
5. Pasal 55 (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana :
Pasal 55 (1) dipidana sebagai pembuat (dader) sesuatu perbuatan pidana :
 Ke-1 mereka yang melakukan, yang menyuruh lakukan dan yang turut serta
melakukan perbuatan
 Ke-2 mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu dengan
menyalahgunakan kekuasaan atau martabat dengan kekerasan atau penyesatan, atau
dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang
lain supaya melakukan perbuatan
Dasar Hukum Aborsi menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan.

Landasan atau dasar hukum aborsi yang sesuai dengan ketentuan


diatas adalah tertuang dalam Pasal 75, pada ayat
(1) terdapat larangan untuk melakukan Tindakan aborsi bagi setiap orang.
Pada ayat
(2) terdapat pengecualian dalam hal indikasi kedaruratan medis, dan juga
adanya situasi yang sifatnya darurat pribadi yaitu kehamilan akibat perkosaan
yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan. Hal ini
dilakukan dibawah pengawasan dan wewenang ahli Kesehatan.
Pasal 348 KUHP:
(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun
enam bulan.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
Karena sudah ada ketentuan yang mengatur lebih khusus yaitu UU Kesehatan, maka
yang berlaku adalah ketentuan pidana dalam UU Kesehatan bagi si bidan. Ini berarti si
bidan dapat dihukum karena melanggar Pasal 75 UU Kesehatan dengan ancamana
hukuman sebagaimana terdapat dalam Pasal 194 UU Kesehatan yang telah disebutkan
di atas
Pasal 349 KUHP:
“Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
berdasarkan pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu
kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan
dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk
menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.”
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai