Anda di halaman 1dari 48

Abortus Kriminalis

 TIU:
 Memahami pengertian dan undang-undang terkait
masalah abortus, metode dan komplikasi abortus
kriminalis serta tatalaksana pemeriksaan forensik
terhadap korban abortus kriminalis.
 TIK:
 Menyebutkan pengertian dan undang-undang terkait
dengan masalah abortus.
 Menjelaskan metode yang digunakan dalam melakukan
abortus.
 Menjelaskan kemungkinan komplikasi yang terjadi
akibat tindakan abortus kriminalis.
 Menjelaskan pemeriksaan forensik terhadap korban
abortus .
Definisi Abortus
 Abortion = pengguguran kandungan
Medis: ??
○ Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan (Wiknjosastro, 2000).
○ Kriteria  berubah, sesuai kemajuan dunia medis.
Hukum: tindakan menghentikan
kehamilan/mematikan janin sebelum waktu
kelahiran, tanpa melihat usia kandungannya.
○ Kandungan masih hidup (HR 12-4-1898).
○ Tidak dipersoalkan lahir hidup/lahir mati (HR 12-4-
1898).

•Kesengajaan & tak ada kriteria usia kehamilan


Jenis Abortus  berdasarkan proses

1. ABORTUS SPONTAN, terjadi secara


natural.
2. ABORTUS PROVOKATUS didahului oleh
suatu tindakan yg disengaja, dapat
berupa:
○ Legal
○ Illegal
3. ABORTUS AKIBAT KECELAKAAN
didahului suatu trauma yg tak disengaja.
Abortus provocatus
 Abortus yang disengaja dibuat (diprovokasi)
dengan berbagai cara, baik dilakukan oleh
ibunya sendiri atau dibantu orang lain (Dahlan,
2000).
 Legal /Illegal  tergantung norma hukum yang
berlaku di negara:
Abortus provocatus medicinalis,
medicinalis umumnya di negara
Eropa Barat & Pakistan.
Abortus provocatus sosio-medicinalis, legal di
Swedia, Inggris, India.
Abortus provocatus socialis, legal di Jepang &
Yugoslavia.

Indonesia??
Perundangan ttg Abortus
 KUHP (produk kolonial 1918)  tidak mengatur
abortus medicinalis, pidana kpd pelaku abortus
provocatus criminalis:
Pasal 283 Max 9 bulan bagi yg menunjukkan
alat/cara menggugurkan kandungan kpd anak < 17
th/di bawah umur.
Pasal 299  Max 4 th, bagi yg
menganjurkan/merawat/ memberi obat kpd wanita
dgn memberi harapan agar gugur kandungannya.
Pasal 346  Max 4 th, bagi wanita yang sengaja
menggugurkan kandungannya/menyuruh org lain
melakukannya.
Perundangan ttg Abortus .. (lanjutan)

 KUHP:
Pasal 347  Max 12 th dan bila wanita meninggal
max 5 th bagi orang yg menggugurkan kandungan
wanita tanpa seijinnya.
Pasal 348 Max 5 th 6 bulan dan bila wanita
meninggal max 7 thn, bagi orang yang menggugurkan
kandungan wanita dgn seijinnya.
Pasal 349 Hukuman di+ sepertiga & pencabutan
hak pekerjaannya, bagi dokter, bidan/juru obat yg
melakukan kejahatan di atas.
Pasal 535  Max 3 bulan, bagi yg mempertunjukkan
secara terbuka alat/cara menggugurkan kandungan.
UU Kesehatan (36/2009) pasal
75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dikecualikan berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin,
yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat
bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga
menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan
trauma psikologis bagi korban perkosaan.
UU Kesehatan (36/2009) pasal
75
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling
dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri
dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan
oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi
kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
UU Kesehatan (36/2009) pasal
76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75
hanya dapat dilakukan:
a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam)
minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir,
kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki
keterampilan dan kewenangan yang memiliki
sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
UU Kesehatan (36/2009) pasal
76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75
hanya dapat dilakukan:
c. dengan persetujuan ibu hamil yang
bersangkutan;
d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan;
dan
e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi
syarat yang ditetapkan oleh Menteri.
UU Kesehatan (36/2009) pasal
77
Pemerintah wajib melindungi dan
mencegah perempuan dari aborsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75
ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu,
tidak aman, dan tidak bertanggung jawab
serta bertentangan dengan norma agama
dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
PP 61/2014 Tentang Kesehatan
Reproduksi Pasal 31
(1) Tindakan aborsi hanya dapat dilakukan
berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis; atau b. kehamilan
akibat perkosaan.
(2) Tindakan aborsi akibat perkosaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b hanya dapat
dilakukan apabila usia kehamilan paling lama
berusia 40 (empat puluh) hari dihitung sejak hari
pertama haid terakhir.
PP 61/2014 Tentang Kesehatan
Reproduksi Pasal 32
(1) Indikasi kedaruratan medis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 ayat (1) huruf a meliputi: a. kehamilan yang
mengancam nyawa dan kesehatan ibu; dan/atau b.
kehamilan yang mengancam nyawa dan kesehatan janin,
termasuk yang menderita penyakit genetik berat dan/atau
cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga
menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan.
(2) Penanganan indikasi kedaruratan medis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
standar.
PP 61/2014 Tentang Kesehatan
Reproduksi Pasal 33
(1) Penentuan adanya indikasi kedaruratan medis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 dilakukan oleh tim kelayakan aborsi.
(2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
terdiri dari 2 (dua) orang tenaga kesehatan yang diketuai oleh
dokter yang memiliki kompetensi dan kewenangan.
(3) Dalam menentukan indikasi kedaruratan medis, tim
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus melakukan
pemeriksaan sesuai dengan standar. (4) Berdasarkan hasil
pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), tim
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membuat surat
keterangan kelayakan aborsi.
PP 61/2014 Tentang Kesehatan
Reproduksi Pasal 34
(1) Kehamilan akibat perkosaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 ayat (1) huruf b merupakan kehamilan hasil
hubungan seksual tanpa adanya persetujuan dari pihak
perempuan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. (2) Kehamilan akibat perkosaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan: a. usia kehamilan
sesuai dengan kejadian perkosaan, yang dinyatakan oleh
surat keterangan dokter; dan b. keterangan penyidik,
psikolog, dan/atau ahli lain mengenai adanya dugaan
perkosaan.
PP 61/2014 Tentang Kesehatan
Reproduksi Pasal 35
(1) Aborsi berdasarkan indikasi kedaruratan medis dan
kehamilan akibat perkosaan harus dilakukan dengan aman,
bermutu, dan bertanggung jawab. (2) Praktik aborsi yang
aman, bermutu, dan bertanggung jawab sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. dilakukan oleh dokter
sesuai dengan standar; b. dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh
Menteri; c. atas permintaan atau persetujuan perempuan
hamil yang bersangkutan; d. dengan izin suami, kecuali
korban perkosaan; e. tidak diskriminatif; dan f. tidak
mengutamakan imbalan materi.
PP 61/2014 Tentang Kesehatan
Reproduksi Pasal 35
(3) Dalam hal perempuan hamil sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf c tidak dapat memberikan persetujuan,
persetujuan aborsi dapat diberikan oleh keluarga yang
bersangkutan.
(4) Dalam hal suami tidak dapat dihubungi, izin
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d diberikan oleh
keluarga yang bersangkutan.
PP 61/2014 Tentang Kesehatan
Reproduksi Pasal 36
(1) Dokter yang melakukan aborsi berdasarkan indikasi kedaruratan
medis dan kehamilan akibat perkosaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35 ayat (2) huruf a harus mendapatkan pelatihan oleh
penyelenggara pelatihan yang terakreditasi.
(2) Dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan merupakan
anggota tim kelayakan aborsi atau dokter yang memberikan surat
keterangan usia kehamilan akibat perkosaan.
(3) Dalam hal di daerah tertentu jumlah dokter tidak mencukupi, dokter
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berasal dari anggota tim
kelayakan aborsi. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelatihan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
PP 61/2014 Tentang Kesehatan
Reproduksi Pasal 37
(1) Tindakan aborsi berdasarkan indikasi kedaruratan medis
dan kehamilan akibat perkosaan hanya dapat dilakukan
setelah melalui konseling. (2) Konseling sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi konseling pra tindakan dan
diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan
oleh konselor.
PP 61/2014 Tentang Kesehatan
Reproduksi Pasal 38
(1) Dalam hal korban perkosaan memutuskan membatalkan keinginan
untuk melakukan aborsi setelah mendapatkan informasi mengenai
aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (3) huruf d atau
tidak memenuhi ketentuan untuk dilakukan tindakan aborsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2), korban perkosaan
dapat diberikan pendampingan oleh konselor selama masa kehamilan.
(2) Anak yang dilahirkan dari ibu korban perkosaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat diasuh oleh keluarga.
(3) Dalam hal keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menolak
untuk mengasuh anak yang dilahirkan dari korban perkosaan, anak
menjadi anak asuh yang pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
PP 61/2014 Tentang Kesehatan
Reproduksi Pasal 39
(1) Setiap pelaksanaan aborsi wajib dilaporkan
kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota
dengan tembusan kepala dinas kesehatan
provinsi.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan oleh pimpinan fasilitas pelayanan
kesehatan.
Hukum Aborsi
 Menurut hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi
atau pengguguran janin termasuk kejahatan, yang
dikenal dengan istilah “Abortus Provocatus
Criminalis”
 Yang menerima hukuman adalah:
 Ibu yang melakukan aborsi
 Dokter atau bidan atau dukun yang membantu
melakukan aborsi
 Orang-orang yang mendukung terlaksananya aborsi
Abortus provocatus criminalis

 Merupakan terminasi kehamilan TANPA


indikasi medis.
 Semata-mata untuk kepentingan si
Pelaku dan atau si Ibu.
 Dapat akibat bujuk rayu (iklan
terselubung) seseorang/orang lain.
 Kadang dilakukan sendiri.
Metode Abortus Kriminalis

1. Menggunakan obat-obatan/ramuan.
2. Menggunakan kekerasan mekanik/fisik:
 Tanpa alat.
 Dengan alat.
Kemungkinan pasca abortus
(kriminalis)
 Produk kehamilan keluar, Ibu “selamat”.
 Timbul komplikasi pada Ibu, misal:
kejang, perdarahan  kritis.
 Kematian Ibu:
Cepat (immediate), karena vagal refleks,
emboli, perdarahan hebat.
Tidak begitu cepat (moderate).
Lambat (late) (2 hr atau lebih), karena
infeksi (sepsis), keracunan, perdarahan
lambat.
Pemeriksaan Forensik Kasus Abortus

 PEMBUKTIAN SECARA MEDIS


Jika ibu hidup:
○ Tanda fisik hamil, striae gravidarum,
hiperpigmentasi mammae, bentuk payudara.
○ Tanda kekerasan pada bagian bawah perut
dan sekitar genital.
○ Sisa produk kehamilan.
○ Pemeriksaan toksikologi.
○ Alat yang tertinggal.
Jika ibu meninggal?
○ Dilakukan Otopsi.
○ Temukan tanda kehamilan.
○ Tanda kekerasan bawah perut dan sekitar genital.
○ Periksa uterus dan bagian dalam genital, temukan
adanya tanda kongesti.
○ Cari kemungkinan perforasi fundus uteri.
○ Toksikologis darah dan urin.
○ PA cari trofoblas, desidua, sel radang.
Infanticide
 TIU:
 Memahami batasan dan undang-undang terkait
infanticide serta mengerti pemeriksaan yang
diperlukan terhadap korban infanticide maupun
tersangka pelaku.
 TIK:
 Menyebutkan batasan infanticide dan
perundang-undangan yang terkait.
 Menjelaskan teknik pemeriksaan korban
infanticide untuk menentukan bayi mampu hidup,
lahir hidup atau mati serta sebab kematian bayi.
 Menjelaskan pemeriksaan yang dibutuhkan
untuk menentukan tersangka pelaku infanticide.
Definisi Infanticide
 Arti umum:
Pembunuhan bayi (Infant Death).
Setiap perbuatan merampas nyawa bayi di luar
kandungan.
 Arti khusus  bervariasi antar negara/sistem
hukum:
Inggris: merampas nyawa bayi yg belum berumur 12
bulan oleh ibu kandungnya.
Jerman Barat: pembunuhan anak ini hanya berlaku
bagi anak yang lahir dari hubungan tidak sah ( ><
Eropa Barat & Amerika).
Scotlandia: tidak ada peng-khusus-an mengenai
pembunuhan bayi oleh ibu kandungnya.

Indonesia ??
Infanticide di Indonesia

KUHP

Pasal 341: Pasal 342:


Seorang ibu yang karena takut ketahuan Seorang ibu, yang untuk melaksanakan
melahirkan anak, pada saat anak niat yang ditentukan karena takut akan
dilahirkan atau tidak lama kemudian, ketahuan bahwa akan melahirkan anak,
dengan sengaja merampas nyawa pada saat anak dilahirkan atau tidak lama
anaknya, diancam, karena membunuh kemudian merampas nyawa anaknya,
anak sendiri, dengan pidana penjara diancam, karena melakukan pembunuahan
paling lama tujuh tahun.(Kinderdoodslag) anak sendiri dengan rencana, dengan
pidana penjara paling lama sembilan
tahun. (kindermoord)

Pembunuhan yang dilakukan seorang ibu atas anaknya pada


ketika dilahirkan atau tidak beberapa waktu setelah dilahirkan,
karena takut ketahuan bahwa ia telah melahirkan anak.
Kriteria Infanticide
 Pelaku ibu kandung:
Tidak mempersoalkan status pernikahan.
Pelaku lain yg terlibat  dihukum krn pembunuhan (343):
○ pasal 338; tanpa rencana  15 tahun.
○ pasal 339 & 340; dgn rencana  20 thn, seumur hidup/hukuman
mati.
 Korban bayi anak kandung sendiri.
 Pembunuhan dilakukan pada saat dilahirkan atau
tidak lama kemudian:
Saat belum ada rasa kasih sayang  tak ada tanda
perawatan.
Sebelum ada yg mengetahui kelahirannya.
 Motif pembunuhan karena takut ketahuan telah
melahirkan anak.
Kultur  tabu hamil tanpa suami/“hugel”.
Penemuan Jenazah Bayi =
Infanticide ?????
 Korban pembunuhan, anak  KUHP 341, 342.
sendiri.

 Pembunuhan.  KUHP 338, 339, 340, 343.

 Lahir mati kemudian  KUHP 181: menyembunyikan


dibuang. kelahiran/kematian, (9 bulan).

 KUHP 305, 306, 307, 308.


 Penelantaran bayi hingga
mati.
Pembuktian Medis
 Pengertian “pembunuhan” dibuktikan dgn:
Lahir hidup.
Kekerasan.
Sebab kematian akibat kekerasan.
 Pengertian “baru lahir”, dinilai berdasar
Maturitas & usia kehamilan.
Usia pasca lahir.
Asupan laik hidup (viable).
Tanda perawatan.
 Pastikan hubungan antara tersangka ibu
dengan jenazah bayi.
Lahir Hidup (Live Birth)

 Jika bayi menunjukkan tanda-tanda


hidup sesudah seluruh tubuhnya
berpisah dari badan ibunya.
 Tanda lahir hidup:
Pernafasan, denyut jantung, denyut tali
pusat, gerakan otot seran lintang, menangis,
dll.
Sulit didapat dari keterangan saksi 
bantuan dokter.
Lahir Hidup… (lanjutan)

 Dada tampak mengembang.


 Diafragma turun ke sela iga 4 atau 5.
 Tepi paru tumpul hampir menutup kantung
jantung, total berat paru 1/35 BB.
 Paru mirip mozaik dan marmer (dasar merah
tua dg bercak merah muda dan tonjolan putih
septum interkapsuler).
 Krepitasi (+).
 Tes apung paru (+), tes apung usus (+).
 Mikroskopis tampak atelektasis dan emfisema.
Kekerasan & Sebab Kematian
 Tersering  asfiksia mekanik
(pencekikan, penjeratan, pembekapan,
penyumpalan)  pemeriksaan leher!!
Tidak semua menimbulkan jejas.
Tanda intravitalitas mikro.
 Kekerasan tumpul  bedakan dgn
cedera akibat trauma jalan lahir.
 Sebab lain  penyakit (penyakit
membran hialin, kongenital fatal,
pneumonia, dll).
Maturitas (cukup bulan / kurang bulan)
Berat badan ≥ 2500 gr, panjang badan ≥ 48
cm, lingkar kepala fronto-oksipital ≥ 34 cm,
diameter putting susu 7 mm.
Lanugo tinggal sedikit, kuku melewati ujung
jari.
Gambaran sidik jari sudah jelas.
Testis turun ke skrotum.
Labia minora tertutup labia mayora.
Pusat penulangan epifise (+) di sternum,
femur, kuboid & tibia.
Usia pasca lahir
 Udara dlm saluran cerna:
 Duodenum (+): > 2 jam.
 Usus halus: 6-12 jam.
 Usus besar: 12-24 jam.
 Mekonium telah keluar seluruhnya: > 24 jam.
 Perubahan tali pusat:
 Kemerahan di pangkal: > 36 jam.
 Kering: 2-3 hari.
 “Puput”: 6-8 hari (sampai 20 hari).
 Sembuh: 15 hari.
 Sel eritrosit berinti hilang: > 24 jam.
 Duktus arteriosus menutup: 3-4 minggu.
 Ductus venosus menutup: > 4 minggu.
 Non-viable:
Berat < 1000 gram atau immature.
Ada kelainan kongenital fatal.
 Tanda perawatan:
Tali pusat terpotong rata & diikat ujungnya, diberi
antiseptik & verban.
Jalan nafas bebas.
Vernix caseosa sudah dibersihkan.
Berpakaian.
Air susu dlm saluran cerna (+).
Hubungan Ibu - Bayi

 Memperkirakan waktu partus ibu &


waktu lahir anak.
 Mencocokkan golongan darah.
 Sidik DNA.

Anda mungkin juga menyukai