BLOK MEDIKOLEGAL
Di Susun Oleh:
Nama : Teana Argiantin
NIM : 018.06.0085
Kelas :A
Nomor Absen : 37
Dosen : dr. Irawanto RBS, Sp.FM
FAKULTAS KEDOKTERAN
2021
1
Pengguguran Kandungan dan Pembunuhan Anak Sendiri
Pengguguran Kandungan/Abortus
Abortus adalah kejadian produk konsepsi yang keluar sebelum usia kehamilan
20 minggu. WHO menetapkan bahwa abortus termasuk dalam masalah kesehatan
reproduksi yang perlu mendapatkan perhatian dan merupakan penyebab penderitaan
wanita di seluruh dunia. Masalah abortus mendapat perhatian penting dalam kesehatan
masyarakat karena berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas maternal. Setiap
tahun, diperkirakan terjadi 79 juta kehamilan yang tidak diinginkan (unintended
pregnancy). Lebih dari setengah kehamilan tersebut berakhir dengan abortus. Abortus
spontan merupakan penyebab terbanyak fetal loss. Delapan puluh persen fetal loss
disebabkan oleh abortus spontan. Sekitar 10-15% kehamilan berakhir dengan abortus
spontan pada usia kehamilan antara bulan kedua dan kelima. Sekitar setengahnya
disebabkan oleh anomali kromosom pada embrio.
Pengertian aborsi atau Abortus Provocatus adalah penghentian atau
pengeluaran hasil kehamilan dari rahim sebelum waktunya. Dengan kata lain
pengeluaran yang dimaksud dimaksud adalah keluarnya janin disengaja dengan
campur tangan manusia, baik melalui cara mekanik, obat atau cara lainnya. Dalam
sistem hukum di Indonesia, perbuatan aborsi dengan sengaja jelas dilarang dan
dikategorikan sebagai tindak pidana. Para pelaku dan orang yang membantu tindakan
aborsi dapat dikenai hukuman. Meskipun sebagian besar masyarakat mengetahui
adanya ketentuan tersebut, namun kasus aborsi masih banyak dilakukan. Sejalan
dengan meningkatnya kasus aborsi, jumlah angka kematian ibu juga meningkat.
Secara umum aborsi dibagi menjadi 2 macam, yaitu abortus spontan dan
abortus provocatus. Adapun penjabaran dari masing-masing aborsi tersebut adalah
sebagai berikut:
A. Abortus Spontan
Jenis aborsi ini didefinisikan sebagai aborsi yang yang terjadi tanpa tindakan
mekanis atau medis yang dikenal lebih luas dengan istilah keguguran. Adapun
2
penyebab dari abortus spontan, yaitu:
1) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi/ pembuahan yang dapatmenimbulkan
kematian janin dan cacat yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan.
Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena faktor gangguan
kromosom terjadi sejak semula pertemuan kromosom, faktor lingkungan,
selain itu juga karena gizi ibu yang kurang karena anemia atau terlalu
pendeknya jarak kehamilan. Hal lain yang ikutmempengaruhi, yaitu: pengaruh
luar, infeksi endometrium, hasil konsepsi yang dipengaruhi oleh cacat dan
radiasi, faktor psikologis, kebiasaan ibu seperti merokok, alkohol, dan lain
sebagainya.
2) Kelainan plasenta, ada banyak hal yang mempengaruhi yaitu infeksi pada
plasenta, gangguan pembuluh darah dan hipertensi.
3) Penyakit ibu seperti tifus abdominalis, malaria, pnemonia, sifilis dan penyakit
menahun sperti hipertensi, penyakit ginjal, dan penyakit hati maupun kelainan
rahim.
B. Abortus Provokatus
Abortus provocatus merupakan jenis abortus yang sengaja dilakukan, yaitu
dengan cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh
ibu.Jenis aborsi ini dibagi menjadi dua, yakni:
1) Abortus Provocatus Medicinalis
aborsi ini dilakukan dengan sengaja karena alasan medis yang sangat
darurat atau jika ada indikasi bahwa kehamilan dapat membahayakan atau
mengancam ibu bila kehamilan berlanjut. Dengan kata lain, demi
menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya boleh dilakukan tindakan
medis tertentu yang dapat saja berupa menggugurkan atau mematikan
kandungan. Namun untuk melakukan aborsi harus memenuhi berbagai syarat
untuk melakukan tindakan medis. Adapun syarat lainnya yaitu: harus dengan
indikasi medis, dilakukan oleh tenaga kesehatan keahlian dan wewenang
3
untukitu, harus berdasarkan pertimbangan tim ahli, harus dengan persetujuan
ibu hamil, suaminya, atau keluarganya (informed consent) dan dilakukan
pada sarana kesehatan tertentu.
2) Abortus Provocatus Criminalis
Aborsi ini merupakan pengguguran kandungan yang dilakukan dengan
sengaja tanpa mempunyai alasan kesehatan/ medis, didorong oleh alasan-
alasanyang lain dan melawan hukum. Sebagian besar pelaku aborsi ini adalah
wanita dan pria yang telah melakukan hubungan diluar perkawinan yang
mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan. Kebanyakan pengguguran
kandungan ini dilakukan terselubung dengan cara yang berbahaya, karena
secara hukum aborsi buatan tidak diizinkan kecuali atas alasan medis untuk
menyelamatkan jiwa ibu. Aborsi tidak aman dapat menyebabkan berbagai
akibat termasuk kematian, maka petugas kesehatan perlu mewaspadai
kejadianaborsi yang tidak aman terutama kasus kehamilan remaja.
4
kehidupan mereka yang bersifat sekunder, kecuali kebutuhan utamanya
mencari nafkah. Banyak pasangan usia subur miskin kurang memperhatikan
masalah-masalah reproduksi. Mereka tidak menyadari jika usia subur juga
menimbulkan problem lain tanpa alat-alat bukti kontrasepsi.Kehamilan yang
terjadi kemudian tidak diinginkan oleh pasangan yang bersangkutan dan
diusahakan untuk digugurkan dengan alasan sudah tidak mampu lagi
membiayai seandainya anggota mereka bertambah banyak
5
menyatakan bahwa: barang siapa dengan sengaja mengugurkan atau
mematikan kandungan seorang perempuan tanpa persetujuannya
diancam dengan pidana penjara paling lama 12 tahun.
6
Pasal 75 menyatakan bahwa:
7
tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan uraian diatas,
ketentuan aborsi masih tergolong ke dalam Undang-Undang Kesehatan
yang masih umum. Mengingat aborsi merupakan tindakan yang cukup
kontroversial terhadap anak yang berada dalam kandungan, perlu adanya
kebijakan perundang-undangan yang lebih spesifik mengaturnya8.
Ilmu Kedokteran Forensik juga dikenal dengan nama Legal Medicine adalah
salah satu cabang spesialistik dari Ilmu Kedokteran yang mempelajari pemanfaatan
ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum serta keadilan. Dalam hal ini
maka terdapat korban, baik yang masih hidup maupun yang meninggal akibat peristiwa
tersebut, diperlukan seorang ahli dalam bidang kedokteran untuk memberikan
penjelasan bagi para pihak yang menangani kasus tersebut. Dokter yang diharapkan
8
membantu dalam proses peradilan ini akan berbekal pengetahuan kedokteran yang
dimilikinya yang terhimpun dalam Ilmu Kedokteran Forensik.
Pembunuhan Anak Sendiri (PAS) adalah merupakan suatu bentuk kejahatan
terhadap nyawa yang unik sifatnya. Pelaku pembunuhan haruslah ibu kandungnya
sendiri, dan alasan atau motivasi untuk melakukan kejahatan tersebut adalah karena si
ibu takut ketahuan bahwa ia telah melahirkan anak; oleh karena anak tersebut
umumnya adalah hasil hubungan gelap. Cara yang paling sering digunakan dalam
kasus PAS adalah membuat keadaan asfiksia mekanik yaitu pembekapan, pencekikan,
penjeratan dan penyumbatan.
Dalam KUHP, pembunuhan anak sendiri tercantum di dalam bab kejahatan
terhadap nyawa orang.
1. Pasal 341
Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya,
diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama 7
tahun.
2. Pasal 342
Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan
ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama
kemudian merampas nyawa anak, diancan karena melakukan pembunuhan anak
sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama 9 tahun.
3. Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang bagi orang lain
yang turut serta melakukan sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan
rencana. Dari undang- undang ini, maka dapat melihat 3 faktor penting:
a. Ibu: Hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan
anak sendiri tanpa mengira telah menikag atau tidak. Sedangkan pada orang
lain yang melakukan atau turut membunuh anak tersebut dihukum karena
pembunuhan atau pembunuhan berencana dengan hukuman yang lebih berat
9
yaitu penjara 15 tahun (ps.338: tanpa rencana) atau 20 tahun, seumur
hidup/hukuman mati (ps.339 dan 340: dengan rencana)
b. Waktu: Dalam undang-undang tidak disebutkan batasan waktu yang tepat
hanya dinyatakan “pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian”. Sehingga
boleh dianggap saat belum timbul kasih saying seorang ibu dan anaknya.
c. Psikis: Ibu membunuh anaknya karena dorongan rasa takut akan diketahui
orang telah melahirkan anak itu, biasanya, anak yang dibunuh dari hubungan
yang tidak sah atau karena kejahatan lelaki.
4. Pasal 181
Barangsiapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau menghilangkan
mayat dengan maksud menyembunyikan kematian atau kelahirannya, diancam
dengan pidana penjara selama 9 bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah.
5. Pasal 305
Barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh tahun untuk
ditemukan atau meninggalkan anak itu dengan maksud untuk melepaskan diri
darinya, diancam dengan pidana dipenjara paling lama 5 tahun 6 bulan.
6. Pasal 306
(1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305 itu mengakibatkan
luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama 7 tahun
6 bulan.
(2) Jika mengakibatkan kematian, pidana penjara paling lama 9 tahun.
7. Pasal 308
Jika seorang ibu karena takut akan diketahui orang tentang kelahiran anaknya, tidak
lama sesudah melahirkan, menempatkan anaknya untuk ditemukan atau
meninggalkannya dengan maksud untuk melepaskan diri dari padanya, maka
maksimum pidana tersebut pasal 305 dan 306 dikurangi separuh
8. Pasal 338 KUHP
10
Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
9. Pasal 339 KUHP
Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang
dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah
pelaksanaannya, atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari
pidana dalam hal tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang
yang diperolehnya secara melawan hukum, diancam dengan pidana penjara seumur
hidupatau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.
10. Pasal 340 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa
orang lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana
mati atau penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh
lima tahun.
Untuk membuktikan pembunuhan anak sendiri harus dapat ditentukan apakah bayi
lahir hidup atau lahir mati. Dari hasil pemeriksaan dalam secara makroskopik terlihat
gambaran mozaik pada kedua paru dan uji apung paru positif sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa pada kasus ini bayi lahir hidup. Selain pemeriksaan makroskopik,
maka harus juga dilakukan pemeriksaan mikroskopik pada paru.
1. Lahir Mati atau Lahir Hidup
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang penting karena di bila bayi
lahir mati ditemukan pada tempat yang tidak semestinya, merupakan kasus yang
berbeda dengan kasus pembunuhan atau penelantaran anak hingga
menimbulakan kematian. Dari aspek hukum pidana, hukuman bagi kasus2 ini
juga berbeda. Pada kasus bayi lahir mati, ibu hanya dapat dikenakan tuntutan
menyembunyi kelahiran dan kematian orang.
a. Pemeriksaan Dada Bayi
Apabila bayi lahir mati dada masih belum mengembang. Iga masih datar
11
dan diafragma masih setinggi iga ke 3-4. Sedangkan pada bayi yang lahir
hidup, dada sudah mengembang dan diafragma sudah turun sampai sela iga
4-5, terutama pada bayi yang telah lama hidup. Namun, pemeriksaan dada
sering sukar dinilai bila mayat sudah membusuk.
b. Pemeriksaan Makroskopik Paru
Pada bayi yang lahir mati, paru-paru mungkin masih ditemukan
tersembunyi di belakang kandung jantung atau telah mengisi rongga dada.
Paru-paru akan kelihatan berwarna kelabu ungu merata sepeeti hati,
konsistensi padat, tidak teraba derik udara dan pleura yang longgar (slack
pleura). Berat paru-paru kira-kira 1/70 kali berat badan bayi. Paru sudah
mengisi rongga dada dan menutupi sebagian kandung jantung pada bayi yang
lahir hidup. Paru berwarna merah muda tidak merata dengan pleura yang
tegang (taut pleura) dan menunjukkan gambaran mozaik karena alveoli
sudah terisi udara. Pada pengisian paru dalam air, terlihat jelas keluarnya
gelembung udara dan darah. Berat paru bertambah hingga dua kali atau
kira-kira 1/35 kali berat badan karena berfungsinya sirkulasi darah
jantung-paru.
12
like). Pada paru bayiyang lahir mati juga mungkin ditemukan cairan amnion karena
asfiksia intrauterine. Pada bayi yang lahir hidup, mikroskopik paru menunjukkan
alveoli paru yang mengembang sempurna dengan atau tanpa emfisema obstruktif,
serta tidak terlihat adanya projection.
4. Foto rontgen saluran cerna
Adanya udara dalam saluran cerna dapat dilihat dengan foto rontgen.
Udara dalam duodenum atau saluran yang lebih distal menunjukkan lahir hidup, dan
telah hidupsekitar 6-12 jam. Bila dalam usus besar berarti telah hidup 12-24 jam.
5. Perkiraan Usia Bayi (Premature, Mature atau Postmature)
13
ginjal. Hal ini akanmenghilang setelah hari ke 4 saat metabolisme telah terjadi.
f. Perubahan sirkulasi darah. Setelah bayi lahir, akan terjadi obliterasi arteri dan
vena umbilikalis dalam waktu 3-4 hari. Duktus venosus akan tertutup setelah 3-
4 minggu dan foramen ovale akan tertutup setelah 3 minggu-1 bulan tetapi
kadang-kadang tidak menutup walaupun sudah tidak berfungsi lagi.
14
Kesimpulan:
Abortus dan pembunuhan anak sendiri adalah hal yang dilarang secara hukum di
Indonesia. Beberapa aturan hukum yang mengatur abortus adalah dalam Pasal 346,
Pasal 347, Pasal 348, Pasal 349, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, dan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Reproduksi. Adapun aturan hukum yang mengatur tentang pembunuhan anak
sendiri di Indonesia adalah KUHP pasal 341, 342, 343, 181, 305, 306, 308, 338,
339, dan 340. Untuk membuktikan pembunuhan anak sendiri harus dapat
ditentukan apakah bayi lahir hidup atau lahir mati. Dari hasil pemeriksaan dalam
secara makroskopik terlihat gambaran mozaik pada kedua paru dan uji apung paru
positif sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pada kasus ini bayi lahir hidup.
Selain pemeriksaan makroskopik, maka harus juga dilakukan pemeriksaan
mikroskopik pada paru.
Referensi Tambahan:
1. Hoediyanto H. Pembunuhan anak (infantisid). Edisi November 2008.
Surabaya: FKUNAIR
2. Kusmaryanto. 2013. Kontroversi Aborsi. Gramedia Widiasarana Indonesia:
Jakarta. Hlm.13
3. Ratna Suprapti. 2015. Etika Kedokteran Indonesia. Edisi Pembaharuan.
Yayasan Bina Pustaka: Jakarta. Hlm. 93
4. Kuntari et al. (2010). Determinan Abortus di Indonesia. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional Vol. 4, No. 5, April 2010
5. Noer, R. I., Ermawati, E., & Afdal, A. (2016). Karakteristik Ibu pada Penderita
Abortus dan Tidak Abortus di RS Dr. M. Djamil Padang Tahun 2011-2012.
Jurnal Kesehatan Andalas, 5(3), 575–583.
https://doi.org/10.25077/jka.v5i3.580
15
6. Ekotama, Suryono. 2013. Abortus Provokatus bagi Korban Perkosaan dalam
Perspektif Viktimologi, Kriminologi dan Hukum Pidana. Universitas Atma
Jaya: Yogyakarta. Hlm. 122
7. Budiarto. 2010. Masalah Ekstradisi dan Jaminan Perlindungan Hak-Hak Asasi
Manusia. Edisi XII. Ghalia Indonesia: Jakarta. Hlm. 204
16