Anda di halaman 1dari 6

Kelompok 4

Adiyaksa Dwi Putra Tenri

Adam Restu

Muhammad khairani

Wahyu Arifbillah

Nurul

Farida fitrianinggsih

Nur Miaagustina

Nurmasitah

Nurhamidah

Siti Mawaddah

Winda Rusanti

Aborsi dan Peran Perawat


Aborsi dalam Pandangan Medis

Secara medis, aborsi adalah berakhirnya atau gugurnya kehamilan sebelum kandungan mencapai
usia 20 minggu, yaitu sebelum janin dapat hidup di luar kandungan secara mandiri. Tindakan
aborsi mengandung risiko yang cukup tinggi, apabila dilakukan tidak sesuai standar profesi
medis

Aborsi yang dilakukan secara sembarangan sangat membahayakan kesehatan dan keselamatan
ibu hamil bahkan sampai berakibat pada kematian. Perdarahan yang terus menerus serta infeksi
yang terjadi setelah tindakan aborsi merupakan sebab utama kematian wanita yang melakukan
aborsi. Selain itu aborsi berdampak pada kondisi psikologis dan mental seseorang dengan adanya
perasaan bersalah yang menghantui mereka. Perasaan berdosa dan ketakutan merupakan tanda
gangguan psikologis.
Aborsi dalam Pandangan Islam

Aborsi dalam bahasa Arab disebut “ijhadh”, yang memiliki beberapa sinonim yakni, isqath
(menjatuhkan), ilqa’ (membuang), tharah (melempar) dan imlash (menyingkirkan)) . Aborsi
secara terminology adalah keluarnya hasil konsepsi (janin, mudgah) sebelum bisa hidup
sendiri atau Aborsi didefenisikan sebagai berakhirnya kehamilan, dapat terjadi secara spontan
akibat kelainan fisik wanita / akibat penyakit biomedis intenal atau sengaja melalui campur
tangan manusia) .
Dari defenisi diatas, bisa disimpulkan bahwa tidak semua aborsi merupakan perbuatan yang
bertentangan dengan moral dan kemanusiaan dengan kata lain tidak semua aborsi merupakan
kejahatan. Aborsi yang terjadi secara spontan akibat kelainan fisik pada perempuan (Ibu dari
janin) / akibat penyakit biomedis internal disebut “keguguran”, yang dalam hal ini tidak terjadi
kontroversi dalam masyarakat atau dikalangan fuqaha, sebab dianggap terjadi tanpa kesengajaan
dan terjadi diluar kehendak manusia.

Berbeda dengan aborsi yang disengaja atau akibat campur tangan manusia, yang jelas-jelas
merupakan tindakan yang “menggugurkan” yakni, perbuatan yang dengan sengaja membuat
gugurnya janin. Dalam hal ini, menggugurkan menimbulkan kontroversi dan berbagai pandangan
tentang “boleh” dan “tidak boleh” nya menggugurkan kandungan.

Aborsi dalam Dunia Kedokteran

Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu:


1. Aborsi Spontan/ Alamiah atau Abortus Spontaneus
2. Aborsi Buatan/ Sengaja atau Abortus Provocatus Criminalis
3. Aborsi Terapeutik/ Medis atau Abortus Provocatus Therapeuticum

Aborsi spontan/ alamiah berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan disebabkan karena
kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.

Aborsi buatan/ sengaja/ Abortus Provocatus Criminalis adalah pengakhiran kehamilan sebelum
usia kandungan 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram sebagai suatu akibat tindakan
yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter,
bidan atau dukun beranak).

Aborsi terapeutik / Abortus Provocatus therapeuticum adalah pengguguran kandungan buatan


yang dilakukan atas indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi
mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat
membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua atas
pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-gesa (www.genetik2000.com).
Alasan dilakukannya Aborsi

Banyak dalih yang dijadikan alasan untuk melakukan aborsi, beberapa alasan tersebut antara
lain:
a. Terdapat kemungkinan janin lahir dengan cacat yang diturunkan secara genetic). Penyakit
kelainan genetic biasanya disebut “down syndrome”, yang diturunkan melalui gen orang tuanya.
Pada umumnya ini terjadi karena kedua orang tuanya bersaudara artinya mereka memiliki
hubungan famili dekat, sehingga kemungkinan besar memiliki gen bawaan yang sama yang
ketika dikawinkan akan melahirkan kelainan genetic.
Alasan diatas bukanlah alasan yang bisa diterima, sebab pencegahan sesuatu bukanlah dari
buahnya, melainkan dari akarnya. Artinya, bukan janin itu yang harus digugurkan, tapi
perkawinan antar saudaralah yang harus dicegah. Dalam sebuah hadist Rosulallah SAW
bersabda : “Nikahilah suku yang jauh (bukan famili) untuk menghindari keturunan yang lemah.
Dan anak-anak muda, jika engkau mampu menikah, menikahlah!”.

b. Ditakuti atau dicurigai adanya cacat bawaan lahir). Retardasi mental (keterbelakangan
mental), yang dibawa sejak lahir banyak ditimbulkan oleh kebiasaan si Ibu mengkonsumsi
alcohol. Maka, jelas kebiasaan Si Ibulah yang harus diubah dan dibenarkan, bukan janin yang
harus digugurkan.

c. Suatu diagnosis kandung kemih terhadap janin menunjukkan adanya kelainan parah yang tidak
sesuai dengan kehidupan seperti kehilangan penglihatan atau kerusakan otak. Hal ini disebabkan
oleh Ibu yang mememiliki penyakit STD (Penyakit kelamin menular), penyakit kelamin menular
ditimbulkan dari hubungan yang berganti-ganti pasangan. Mengugurkan kandungan dengan
alasan inipun tidak dibenarkan.

Semua alasan diatas, merupakan kesimpulan dari angket Asosiasi kesehatan Afrika selatan
kepada dar al-Ifta’ di Riyadh, arab Saudi, yang membuat lahirnya fatwa dari dar al-ifta’ bahwa
tindakan aborsi dengan alasan janin cacat tidak dibolehkan) .

Allah SWT berfirman dalam Al-qur’an yang Artinya:


“orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-
kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu maha luas ampunanNya. Dan Dia lebih mengetahui mu
ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka
janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang
bertakwa”.( QS. An-najm: 32)
ABORSI

Dewasa ini banyak perempuan hamil di luar nikah dan melakukan aborsi ilegal pertanda
degradasi moral. Dadang Hawari (2005) menyatakan bahwa kehamilan yang tidak diinginkan
bukan alasan untuk membunuh janin. Janin (bayi) adalah makhluk Allah SWT. Mengapa harus
dibunuh? Yang salah adalah penzinanya atau pemerkosanya bukan janinnya. Janin (bayi) juga
punya hak untuk hidup. Melegalkan aborsi bukan solusi untuk menekan AKI (Angka Kematian
Ibu). Jumlahnya malah akan bertambah, sebab ada kemungkinan pemilik janin (bayi) mengaku
diperkosa agar dapat diaborsi. Selanjutnya dikemukakan bahwa Dadang Hawari (2005)
menyangsikan aparat pemerintah mampu menjalankan amanat sesuai UU jika aborsi dilegalkan
(Media Indonesia, 28/8/2005).

Kondisi aborsi di Indonesia menyatakan bahwa aborsi diatur oleh :

1. UU No. 1 Tahun 1946, tentang Kitab-kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) :


“dengan alasan apapun aborsi adalah tindakan aborsi melawan hukum”, sampai saat ini
masih diterapkan.
2. UU No. 7 Tahun 1984, tentang Pengesahan Konvensi Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi terhadap Perempuan.
3. UU No. 23 Tahun 1992, tentang kesehatan : “dalam kondisi tertentu bisa dilakukan
tindakan medis tertentu (aborsi)”, sampai saat ini masih diterapkan.

“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu perbuatan keji dan sejahat-
jahatnya perjalanan (terkutuk)” (Q.S. Al-Israa’, 17 : 33)

Pengertian Aborsi

Aborsi atau pengguguran kandungan adalah terminasi (penghentian) kehamilan yang


disengaja (abortus provocatus). Yakni, kehamilan yang diprovokasi dengan berbagai amacam
cara sehingga terjadi pengguguran. Sedangkan keguguran adalah kehamilan berhenti karena
faktor-faktor alamiah (abortus spontaneous).

Aborsi Menurut Agama Islam

“Apakah dosanya maka dia dibunuh?” (Q.S. At-Takwiir, 81 : 9)

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan, Kami-lah yang
memberi rezeki kepada mereka dan kepada kamu. Sesungguhnya membunuh mereka itu adalah
dosa besar” (Q.S. Al-Israa’, 17 : 31).
Dari kedua ayat tersebut jelaslah bahwa membunuh anak termasuk bayi dalam akndungan
(aborsi) adalah perbuatan dosa besar. Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahun 1983
menyatakan sebagai berikut :

“Pengguguran kandungan (abortus) termasuk “menstrual regulation” (MR) dengan cara apapun
dilarang oleh jiwa dan semangat ajaran Islam, hukumnya haram, baik dikala janin sudah
bernyawa (di atas 4 bulan dalam kandungan) ataupun dikala janin belum bernyawa (belum
berumur 4 bulan dalam kandungan), karena perbuatan itu termasuk pembunuhan terselubung
yang dilarang oleh syariat Islam, kecuali untuk menyelamatkan jiwa si ibu”.

Aborsi yang Diperbolehkan

Penghentian kehamilan yang didasarkan pertimbangan medis, misalnya bila kehamilan


itu diteruskan dapat membahayakan keselamatan nyawa ibu yang bersangkutan. Atas
pertimbangan medis maka janin yang dikandungnya dapat digugurkan. Atau ibu ini sedang
meminum obat-obatan yang dapat mengakibatkan gangguan perkembangan janin dalam
kandungan. Allah SWT. Berfirman dalam surat Al-Furqaan ayat 68, yang artinya sebagai berikut
:

“Dan orang-orang yang tidak meneyru tuhan yang lain bersama Allah, dan tidak membunuh
jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan alasan yang benar, dan tidak
berzina. Dan barang siapa yang mengerjakan demikian, niscaya dia akan mendapat dosa” (Q.S.
Al-Furqaan, 25 : 68).

Risiko Bagi Perempuan yang Melakukan Aborsi

Statistik membuktikan :

– Pertama, kematian perempuan karena aborsi jauh lebih besar dari kematian Ibu karena
melahirkan (bersalin) secara normal.

– Kedua, perempuan yang melakukan aborsi berlatar belakang kriminal biasanya banyak
pertimbangan. Antara lain karena hamil akibat hubungan yang tidak sah, lalu pacar dan
keluarganya mendesaknya untuk menggugurkan kandungan, karena malu menganggung aib.
Padahal perempuan yang bersangkutan sama sekali tidak menghendakinya. Akibatnya, dirinya
menjadi serba salah dan pasrah.

– Ketiga, perempuan yang melakukan aborsi akan mengalami gangguan kejiwaan seperti
stres pasca trauma aborsi.
Solusi (Jalan Keluar)

Untuk mencegah semakin maraknya aborsi yang dilakukan baik oleh dukun maupun oleh
dokter, maka 7 butir solusi berikut ini dapat dipertimbangkan, yaitu :

1. Pendidikan agama sejak dini diberikan agar anak kelak bila mamsuki masa remaja atau
dewasa muda memiliki pengetahuan bahwa perizinan seks bebas atau hubungan seks
diluar nikah dilarang oleh agama, hukumnya haram dan melakukannya merupakan
perbuatan dosa.
2. Dalam islam tidak dikenal istilah “pacaran” atau pergaulan bebas, namun yang ada
adalah sebatas perkenalan. Selama masa perkenalan inipun baik laki-laki maupun
perempuan tidak boleh “berduaan” di tempat yang sepi, sebab dikhawatirkan yang
ketiganya adalah setan yang menggoda dua insan tadi untuk berbuat perzinaan.
3. Bila terjadi juga “kecelakaan” (kehamilan di luar nikah) sebaiknya remaja yang
bersangkutan dinikahkan. Bila tidak mungkin, kehamilan dapat diteruskan hingga
melahirkan secara normal. Bayi dapat dirawat sendiri atau dirawat oleh orang lain
(adopsi).
4. Orang tua di rumah (ayah dan ibu), orang tua di sekolah (bapak dan ibu guru) serta orang
tua di masyarakat (ulama, tokoh masyarakat, pejabat, aparat, dan pengusaha) hendaknya
menciptakan tatanan kehidupan bermasyarakat yang religius, dan tidak memberikan
peluang berupa sarana dan prasarana yang dapat menjurus ke pergaulan bebas
(perzinaan), misalnya pornografi, pornoaksi, dan NAPZA.
5. Diperlukan penyuluhan kepada masyarakat terutama pada remaja tentang dampak buruk
aborsi akibat pergaulan bebas atau hubungan seks di luar nikah dari sudut pandang
biologis, psikologis, sosial, dan spiritual (agama).
6. Kepada mereka yang melakukan tindakan pengguguran (abortus criminalis) dikenakan
sanksi hukum yang berat sesuai dengan hukum perundang-undangan yang berlaku. Bagi
“korban” dianjurkan untuk bertobat minta ampunan kepada Allah SWT. Dan berjanji
tidak akan mengulanginya lagi.
7. Organisasi profesi seperti IDI (Ikatan Dokter Indonesia) dan POGI (Perhimpunan
Obstetri Ginekologi Indonesia) hendaknya dapat menertibkan para anggotanya yang
melakukan tindak pengguguran (abortus criminalis).

Sebagai seorang perawat, jika kita dihadapi kasus aborsi, kita harus menggunakan akidah akhof
addororain. Maksud dari akidah ini adalah memiliki risiko terkecil antara keselamatan ibu dan
janin. Aborsi diperbolehkan apabila mengancam nyawa ibu atau janin, tergsntung dari kondisi
medis dan perizinan dari pihak keluarga.

Selain itu, perawat sebagai edukator harus memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai
aborsi dan perawat harus tahu bahwa pasien dan keluarga mengerti tentang apa yang kita
jelaskan.

Anda mungkin juga menyukai