PENDAHULUAN
Aborsi di dunia dan di Indonesia khususnya tetap menimbulkan banyak persepsi dan
bermacam interpretasi, tidak saja dari sudut pandang kesehatan, tetapi juga dari sudut pandang
hukum dan agama. Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberi dampak
pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab kematian ibu yang utama
adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia. Diperkirakan diseluruh dunia setiap tahun terjadi 20
juta kasus aborsi tidak aman, 70 ribu perempuan meninggal akibat aborsi tidak aman dan 1 dari 8
kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. Selain itu didapatkan data bahwa 95% (19 dari
20 kasus aborsi tidak aman) dintaranya bahkan terjadi di negara berkembang. Di Indonesia setiap
tahunnya terjadi kurang lebih 2 juta kasus aborsi, artinya 43 kasus/100 kelahiran hidup (sensus
2000). Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah tindakan aborsi di Indonesia masih
cukup besar (Wijono 2000).
Istilah abortus dipakai untuk menunjukan pengeluaran hasil konsepsi sebulum janin dapat
hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil, yang dilaporkanyang dapat hidup
diluar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akantetapi karena janin yang
dilahirkan dengan berat badan di bawah 500 gram dapat hidupterus, maka abortus ditentukan
sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapaiberat 500 gram atau kurang dari 20
minggu. Abortus yang berlangsung tanpa tindakandisebut abortus sponta. Abortus buatan ialah
pengakhiran kehamilansebelum 20 mingguakibat tindakan. Abortus terapeutik ialah abortus
buatan yang dilakukan atas indikasi medik.
Anak adalah buah hati yang sangat berharga bagi setiap keluarga, sebagai pewaris dan
penerus kedua orang tuanya. Sedangkan seorang ibu adalah sosok yang penuh kasih sayang,
apapun dikorbankan demi anak buah hatinya. Oleh karena itu seorang anak harus mendapatkan
perlindungan baik masih dalam kandungan maupun setelah dilahirkan. Tetapi sekarang ini
berita-berita tentang ditemukannya bayi yang baru lahir dalam keadaan meninggal karena
dibunuh oleh ibunya sering kali dijumpai di media massa (Hadijah, 2008). Kasus pembunuhan
terhadap bayi yang baru lahir telah dikenal sejak dahulu dan terjadi dimana saja. Fir’aun di
zamannya telah memerintahkan membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir, karena takut
munculnya seorang raja baru. Pada zaman dahulu juga terjadi di tanah arab dimana lazimnya
setiap bayi perempuan yang dianggap membawa sial bagi keluarganya harus dibunuh. Masih
banyak lagi alasan lain yang mendorong seseorang tega merampas nyawa seorang bayi yang
baru dilahirkan (Hoediyanto, 2008).
Pembunuhan anak adalah suatu bentuk kejahatan terhadap nyawa dimana kejahatan ini
bersifat unik. Keunikan tersebut dikarenakan pelaku pembunuhan haruslah ibukandungnya
sendiri dan alasan atau motivasi untuk melakukan kejahatan tersebut adalah karena ibu
kandungnya takut ketahuan bahwa dia telah melahirkan anak, salah satunya karena anak tersebut
adalah hasil hubungan gelap. Selain itu, keunikan lainnya yaitu saat dilakukan tindakan
menghilangkan nyawa anaknya yaitu saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian. Patokannya
yaitu dapat dilihat apakah sudah ada atau belum tanda-tanda aperawatan, dibersihkan, dipotong
tali pusat atau diberikan pakaian (Idries, 1997). Cara yang paling sering digunakan dalam kasus
pembunuhan anak sendiri adalah membuat keadaan asfiksia mekanik yaitu pembekapan,
pencekikan, penjeratan danpenyumbatan. Di Jakarta dilaporkan bahwa 90-95% dari sekitar 30-40
kasus PAS per tahun dilakukan dengan cara asfiksia mekanik. Bentuk kekerasan lainnya adalah
kekerasan tumpul di kepala (5-10%) dan kekerasan tajam pada leher atau dada (1 kasus dalam 6-
7 tahun) (Affandi et al,2008).
Saat dilakukannya kejahatan tersebut, dikaitkan dengan keadaan mental emosional dari
ibu seperti rasa malu, takut, benci serta rasa nyeri bercampur aduk menjadi satu,sehingga
perbuatannya dianggap dilakukan tidak dalam keadaan mental yang tenang, sadar serta dengan
perhitungan yang matang (Idries, 1997). Adapun landasan hukum yang mengatur segala
ketentuan pada tindakan aborsi dan pembunuhan anak sendiri telah ditetapkan pada Undang-
Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ABORSI
Abortus sendiri terbagi dua yaitu abortus spontan dan abortus provokatus. Abortus
spontan adalah merupakan mekanisme alamiah yang menyebabkan terhentinya proses
kehamilan sebelum berumur 20 minggu. Penyebabnya dapat oleh karena penyakit yag di
derita si ibu ataupun sebab-sebab lain yang pada umumnya berhubungan dengan kelainan
pada sistem reproduksi. Abortus spontan sering disebut dengan keguguran.Sedangkan
abortus provokatus adalah suatu upaya yang disengaja untuk menghentikan
proseskehamilan sebelum berumur 20 minggu, dimana janin (hasil konsepsi) yang
dikeluarkan tidak bisa bertahan hidup di dunia luar (IKF, FK UI, 1997).
Di Indonesia tindakan aborsi dan segala hal yang berkaitan dengan aborsi telah
diatur dalam Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 dan KUHP. Berikut ini
dilampirkan beberapa pasal dari UU Kesehatan No.36 tahun 2009 yang berhubungan
dengan tindakan aborsi, diantaranya adalah :
Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam
nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/ataucacat bawaan, maupun
yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau
Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan.
Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling
dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan
oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 76, yang berbunyi :
Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali
dalam hal kedaruratan medis;
Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki sertifikat
yang ditetapkan oleh menteri;
Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 77
- Yang dimaksud dengan praktik aborsi yang tidak bermutu, tidak aman, dan
tidak bertanggung jawab adalah aborsi yang dilakukan dengan paksaan dan
tanpa persetujuan perempuan yang bersangkutan, yang dilakukan oleh tenaga
kesehatanyang tidak profesional, tanpa mengikuti standar profesi dan
pelayanan yang berlaku, diskriminatif, atau lebih mengutamakan imbalan
materi dari pada indikasimedis.
Dalam KUHP terdapat pasal-pasal yang berkaitan dengan abortus yaitu pasal 283,299,
346,347,348, 349,535 KUHP(Hamzah, 1984).
Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya diobatidengan
diberitahukan atau ditimbulkan harapan bahwa karena pengobatan itu hamilnya
dapatdigugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda
paling banyak empat puluh lima ribu rupiah.
Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan
tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat,
pidananya dapat ditambah sepertiga.
Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencarian, makadapat
dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima belas tahun.
Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanitadengan
persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling
lima tujuh tahun.
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
berdasarkan pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu
kejahatan yangditerapkan dalam Pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan
dalam pasal itu dapatdapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk
menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.
Uterus
Ukuran uterus harus diamati, juga dilihat apakah membesar, lembut dan
kongesti. Dinding uterus dapat menunjukkan adanya penebalan pada pemotongan
longitudinal.Rongga uterus dapat menunjukkan adanya sebagian produk konsepsi
yang tertinggal. Uterus dari wanita tidak hamil berukuran sekitar, berat 40 g,
panjang 7,0 cm, lebar 5,0 cm dan tebal 2,0cm. Kemudian panjang menjadi 10 cm
pada kehamilan akhir bulan ketiga,12,5 cm pada akhir bulan keempat, 16 cm
pada akhir bulan keenam, 20 cm pada akhir bulan kedelapan dan 27 cm pada
akhir bulan kesembilan (Amir & Amri, 2005).
Uterus juga dapat menunjukkan adanya perforasi. Endometrium
menunjukkan tanda-tanda dilakukannya kuretase (penyendokan).Plasenta dapat
masih tertinggal bila evakuasi tidak bersih. Pada kasus penggunaan bahan-bahan
kimia, permukaan uterus bagian dalam dapat mengalami perubahan warna akibat
warna dari zat yang digunakan dan/atau terjadi kerusakan. Jika air sabun
digunakan, maka busa-busanya mungkin masih dapat tersisa. Swab uterus
diambil untuk mikrobiologi, dan jaringan dimasukkan dalam formalin untuk
diperiksa ke patologi anatomi (Amir & Amri, 2005).
Ovarium
Jantung
Pada pembukaan jantung dicari adanya emboli udara, serta sampel darah
dikirim untuk diperiksa baik yang berasal dari venab cava inferior dan kedua
ventrikel (Amir & Amri, 2005).
Pemeriksaan pada janin bertujuan untuk menentukan usia bayi (janin). Usia
bayi dapat ditentukan melalui pemeriksaan panjang bayi, lingkar kepala bayi, dan
pusat penulangan. Penentuan usia bayi (janin) bertujuan untuk membedakan
antara tidakan abortus atau infantisid (pembunuhan anak sendiri) (Amir & Amri,
2001).
Panjang bayi
Dari rumus empiris de Haas umur bayi dapat ditaksir dari panjang badan
(PB) bayi, ukuran dari puncak kepala sampai ke kaki. Untuk bayi dibawah 25
minggu : Umur (minggu) = akar kuadrat dari PB. Untuk bayi diatas 25
minggu: Umur (minggu) = PB/5. Oleh karena batas umur antara korban
abortus dan pembunuhan anak adalah 28 minggu (7 bulan), maka perbedaan
tersebut adalah pada panjang bayi 35 cm (7x5) cm (Amir & Amri, 2001).
Lingkar Kepala
Pusat Penulangan