Anda di halaman 1dari 12

ABORTUS

Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat dan Bioetika

Oleh:

CYNDIRELA

NIM. 9211000444

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini Aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari
tingginya angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia
sendiri, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. Angka yang tidak
sedikit mengingat besarnya tingkat kehamilan di Indonesia. Selain itu, ada yang
mengkategorikan aborsi itu pembunuhan. Ada yang melarang atas nama agama. Ada
yang menyatakan bahwa jabang bayi juga punya hak hidup, sehingga harus
dipertahankan, dan lain-lain.
Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan
dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab utama
kematian ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia.
Namun sebenarnya aborsi juga merupakan penyebab kematian ibu, hanya saja
muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis. Akan tetapi, kematian ibu
yang disebabkan komplikasi aborsi sering tidak muncul dalam laporan kematian,
tetapi dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis. Hal itu terjadi karena hingga saat ini
aborsi masih merupakan masalah kontroversial di masyarakat. Di satu pihak aborsi
dianggap ilegal dan dilarang oleh agama sehingga masyarakat cenderung
menyembunyikan kejadian aborsi, di lain pihak aborsi terjadi di masyarakat. Ini
terbukti dari berita yang ditulis di surat kabar tentang terjadinya aborsi di masyarakat,
selain dengan mudahnya didapatkan jamu dan obat-obatan peluntur serta dukun pijat
untuk mereka yang terlambat datang bulan.
Tidak ada data yang pasti tentang besarnya dampak aborsi terhadap kesehatan
ibu, WHO memperkirakan 10-50% kematian ibu disebabkan oleh aborsi (tergantung
kondisi masing-masing negara). Diperkirakan di seluruh dunia setiap tahun dilakukan
20 juta aborsi tidak aman, 70.000 wanita meninggal akibat aborsi tidak aman, dan 1
dari 8 kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. Di Asia tenggara, WHO
memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahunnya, di antaranya 750.000
sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Risiko kematian akibat aborsi tidak aman di
wilayah Asia diperkirakan antara 1 dari 250, negara maju hanya 1 dari 3700. Angka
tersebut memberikan gambaran bahwa masalah aborsi di Indonesia masih cukup
besar. Aborsi merupakan masalah yang kompleks, mencakup nilai-nilai religius,
etika, moral dan ilmiah serta secara spesifik sebagai masalah biologi.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan Aborsi ?
2. Bagaimanakah masalah yang ditimbulkan oleh Aborsi ?
3. Bagaimanakah Pandangan Hukum, dan Bioetika tentang Aborsi ?
C. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas,
maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Aborsi
2. Untuk mengetahui masalah yang ditimbulkan oleh Aborsi
3. Untuk mengetahui pandangan Hukum, dan Bioetika tentang Aborsi
D. Manfaat Penulisan Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut.
1. Sebagai bahan informasi tentang dampak yang ditimbulkan dari aborsi.
2. Sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan dalam penulisan makalah
yang relevan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Aborsi
Menurut Fact About Abortion, Info Kit on Women‟s Health oleh Institute
for Social, Studies and Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan aborsi
didefinisikan sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum)
yang telah dibuahi dalam rahim (uterus), sebelum usia janin (fetus) mencapai 20
minggu (Stevan Adhi Nugroho, 2011). Jadi, gugur kandungan atau aborsi
(bahasa Latin: abortus) adalah terjadi keguguran janin; melakukan abortus
sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak menginginkan bakal
bayi yang dikandung itu). Secara umum, istilah aborsi diartikan sebagai
pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu
secara sengaja maupun tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda
(sebelum bulan ke empat masa kehamilan). Defenisi lain tentang aborsi yaitu
Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah
“abortus” adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia 20 minggu kehamilan atau
berat bayi kurang dari 500 g (ketika janin belum dapat hidup di luar
kandungan).1 Angka kejadian aborsi meningkat dengan bertambahnya usia dan
terdapatnya riwayat aborsi sebelumnya.
Macam-Macam Aborsi Aborsi dapat dibedakan dalam 2 bentuk, yaitu:
1. Aborsi spontan (spontaneous abortus) adalah aborsi yang terjadi secara
alamiah baik tanpa sebab tertentu maupun karena adanya sebab tertentu.
Aborsi spontan bisa disebabkan oleh karena terjadinya kecelakaan atau
sebab kelainan kromosom, kelainan rahim, kelainan hormon, dan beberapa
kasus akibat infeksi atau penyakit seperti sphylis, ginjal, dan TBC. Dalam
terminologi fiqih, aborsi jenis ini disebut dengan isqa>t{ al-afw (aborsi yang
dimaafkan), sehingga tidak ada konsekuensi hukum.
2. Abortus yang disengaja (abortus provocatus/inducet proabortion) karena
sebab-sebab tertentu. Aborsi jenis kedua ini ada 2 macam, yaitu:
a. Aborsi artificiateralis therapicus , yaitu aborsi yang dilakukan oleh
dokter atas dasar indikasi medis, sebelum anak lahir secara alami untuk
menyelamatkan jiwa ibu yang terancam bila kelangsungan kehamilannya
dipertahankan.
b. Aborsi Provocatus criminalis yaitu pengguguran yang dilakukan tanpa
indikasi medis. Aborsi ini dilakukan sengaja namun tanpa ada indikasi
medis yang menyebabkan terjadinya aborsi seperti karena faktor
ekonomi, kecantikan, kekhawatiran sanksi moral dan faktor lain yang
sangat personal

Berkaitan dengan cara dan pelaku tindakan aborsi, ada beberapa cara yang
biasa dilakukan yang sesungguhnya mengandung resiko yang cukup tinggi bila
dilakukan tidak sesuai standar profesi medis. Berikut beberapa cara tindakan
aborsi yang dipraktekkan:

1. Tindakan sendiri; biasanya dilakukan akibat Kehamilan Tak Dikehendaki


(KTD) dengan melakukan usaha-usaha yang dapat menggugurkan kandungan
berdasarkan bacaan dan pengetahuan yang didapatkannya. Biasanya teknik
yang digunakan adalah dengan meminum obat-obatan atau ramuan tertentu
yang justru tidak diperbolehkan bagi ibu hamil, seperti air tape ketan hitam,
meica giling, jamu-jamu peluntur, aspirin campur sprite, dan lain-lain.
2. Menggunakan bantuan orang lain, seperti:
a. Dukun, pertolongan aborsi secara tradisional bisa sangat beragam. Cara
yang paling banyak dilakukan adalah dengan manipulasi fisik; yaitu
dengan melakukan pijatan pada rahim agar janin terlepas dengan efek rasa
sakit yang luar biasa. Tindakan ini biasanya dimodifikasi dengan ramuan
atau dalam beberapa kasus dengan bantuan magic.
b. Akupunktur; teknik akupunktur juga dapat meluruhkan menstruasi.
c. Tindakan bidan/dokter; pada umumnya bidan atau dokter melakukan
pengguguran kandungan dengan cara suntik ‘terlambat bulan’. Jika cara ini
tidak berhasil, baru digunakan kuretase atau penyedotan (suction). Pada
usia 1-3 bulan, bagian tubuh janin yang sudah terbentuk dihancurkan
dengan tang khusus aborsi (cunan abortus). Untuk usia kehamilan lebih
lanjut, (3-6 bulan) pada saat janin sudah tumbuh sempurna anggota
fisiknya dengan syaraf yang sudah berfungsi, maka janin dibunuh terlebih
dahulu dalam rahim dengan cairan, untuk kemudian dikeluarkan.
B. Efek Aborsi
1. Efek Jangka Pendek
a. Rasa sakit yang intens
b. Terjadi kebocoran uterus
c. Pendarahan yang banyak
d. Infeksi
e. Bagian bayi yang tertinggal di dalam
f. Shock/Koma  Merusak organ tubuh lain
g. Kematian
2. Efek Jangka Panjang
a. Tidak dapat hamil kembali
b. Keguguran Kandungan
c. Kehamilan Tubal
d. Kelahiran prematur

C. Pandangan Hukum, dan Bioetika tentang Aborsi


1. Pandangan Hukum Terhadap Aborsi
Dalam menyikapi masalah aborsi, pada awalnya Indonesia termasuk
Negara yang menentang legalisasi aborsi. Aborsi atau pengguguran
kandungan dikategorikan sebagai kejahatan pidana. Namun pada
perkembangan berikutnya aborsi diperbolehkan dengan alasan demi
menyelamatkan ibu. Terlepas dari persoalan hukum yang rigid mengaturnya,
aborsi merupakan fenomena yang sarat dengan nilai moralitas, nilai sosial,
budaya, agama, atau bahkan nilai politis. Aturan normatif legal formal secara
umum melarang tindakan aborsi dengan memberikan ruang darurat untuk
kasus-kasus tertentu.
Ada beberapa regulasi yang berkaitan dengan persoalan aborsi yaitu:
a. UU No. 1 tahun 1946 tentang KUHP (kitab Undang-Undang Hukum
Pidana).
b. KUH Perdata pasal 2 dan 1363.
c. UU No. 7 tahun 1984 tentang Ratifikasi CEDAW d. UU No. 36 tahun 1992
tentang Kesehatan yang diamandemen dengan UU No. 36 tahun 2009.

Legislasi tentang aborsi dalam KUHP yang menganggap aborsi dengan


berbagai alasan dianggap sebagai pelanggaran pidana. Aturan ini justru
menimbulkan masalah baru dengan banyaknya praktek aborsi yang dilakukan
secara illegal. Padahal, praktek aborsi illegal sering kali berdampak pada sakit,
komplikasi, pendarahan dan berujung pada kematian ibu. KUHP membincang
soal aborsi dalam 4 pasal (299, 346, 347, dan 348) yang secara rigid mengatur
hukuman bukan hanya bagi pelaku namun juga para penolong tindakan aborsi
termasuk di dalamnya dokter, perawat, dan bidan. Demikian halnya dengan KUH
Perdata.
Dalam UU no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, persoalan ini coba
diselesaikan dengan memberikan peluang tindakan aborsi dalam kondisi darurat
untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil. Namun, pasal ini tidak detil dan multi-
tafsir karena menggunakan istilah ‘kondisi darurat’ dan ‘tindakan medis
tertentu’. Kedua istilah ini berpeluang untuk ditafsirkan bermacam-macam.
Dalam UU No. 36 tahun 2009 persolan aborsi masuk dalam bahasan
kesehatan reproduksi, yaitu pasal 75-77. Aturan umum dari aborsi adalah
dilarang, “Setiap orang dilarang melakukan aborsi” (psl 75 [1]), dengan
pengecualian darurat medis yang membahayakan janin dan atau ibu (psl 75 [2.a])
dan kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi
korban (psl 75 [2.b]). [2] Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat [1] dapat
dikecualikan berdasarkan:
a. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik
yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetic
berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga
menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau
b. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi
korban perkosaan.

Pada ayat [3 & 4] diatur bahwa tindakan aborsi dilakukan setelah melalui
konseling dan identifikasi darurat medis berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Lebih lanjut, pasal 76 secara detil mengatur tindakan aborsi hanya boleh
dilakukan pada batas maksimal usia kehamilan (6 minggu), dilakukan oleh
tenaga medis bersertifikat pada penyedia layanan yang memenuhi syarat, atas
persetujuan ibu hamil dan suami (kecuali pada korban perkosaan).20
Persoalannya, tindakan aborsi juga berkaitan dengan sumpah dokter Indonesia
yang di antaranya menyatakan bahwa dokter akan menghormati setiap kehidupan
Persoalan tindakan aborsi dijelaskan lebih lanjut melalui PP No. 61 tahun
2014 tentang Kesehatan Reproduksi tertanggal 21 Juli 2014. Publisitas PP ini
relatif cukup tinggi mengingat aborsi masih saja menjadi persoalan kontroversial
yang menarik untuk diperdebatkan. PP ini lebih populer dengan sebutan PP
aborsi daripada kespro. Aborsi yang diizinkan dalam PP ini adalah aborsi karena
adanya indikasi kedaruratan medis dan aborsi atas kehamilan akibat perkosaan.
Ketentuan ini memperjelas pasal 75- 76 UU Kesehatan, dengan ketentuan:
1. Harus dilakukan oleh tim yang layak melakukan tindakan aborsi minimal
terdiri dari 2 orang tenaga kesehatan
2. Dilakukan di klinik pelayanan kesehatan yang memenuhi syarat dan
ketentuan Menteri;
3. Atas permintaan dan persetujuan perempuan hamil;
4. Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan;
5. Tidak diskriminatif;
6. Dan tidak mengutamakan imbalan.

Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau pengguguran


janin termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah “ Abortus Provocatus
Criminalis ” Yang menerima hukuman adalah:
a. Ibu yang melakukan aborsi.
b. Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi.
c. Orang - orang yang mendukung terlaksananya aborsi.

2. Pandangan Bioetika Terhadap Aborsi


Aborsi tetap saja menjadi masalah kontroversial, tidak saja dari sudut
pandang kesehatan, tetapi juga dari sudut pandang hukum dan agama serta
etika. Tetapi dalam alasan-alasan yang positif dan dapat
dipertanggungjawabkan aborsi dapat dilakukan, misalnya untuk hal-hal yang
jika tidak dilakukan akan mengakibatkan sesuatu yang sangat merugikan.
Dalam pemahaman seperti itu, aborsi mungkin dilakukan apabila:
a. Demi keselamatan jiwa ibu
b. Kalau probabilitas (kemungkinan) bayi yang akan dilahirkan akan cacat.
c. Keluarga-keluarga yang memang beban ekonominya sangat berat sekali
dan usia janin tersebut masih sangat muda sekali.

Namun ini bukan berarti kami menyetujui tindakan aborsi, karena aborsi
tetap akan berlangsung terus. Justru masyarakat juga harus diberi terapi.
Orangorang yang mendorong aborsi itu yang harus diperhatikan juga. Oleh
karena itu saya menegaskan bahwa etika menjadi efektif kalau tidak dilihat
secara normatif semata, namun harus melihat realitas yang ada.
Permasalahannya bukan boleh atau tidak boleh, benar atau tidak benar. Prinsip
etika harus dikaitkan dengan kenyataan hidup. Realitas dosa inilah yang
menyebabkan masalah aborsi tidak dapat dilihat secara “hitam” dan “putih”.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasakan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. “Abortus” adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia 20 minggu kehamilan
atau berat bayi kurang dari 500 g (ketika janin belum dapat hidup di luar
kandungan).
2. Secara garis besar ada 2 hal penyebab Abortus, yaitu : maternal dan janin
3. Macam-macam aborsi (abortus) yaitu abortus provokatus, abortus spontaneus,
abortus therapeoticus, elective abortion, dan eugenic abortion.
4. Efek aborsi ada dua yaitu efek jangka panjang dan efek jangka pendek.
5. Perbuatan aborsi dengan tujuan dan maksud tertentu memang ada yang boleh
dilakukan dan ada yang tidak boleh dilakukan. Tujuan dan maksud tersebut
memang boleh dilakukannya tindakan aborsi, apabila dalam situasi janin akan
mati bersama ibunya apabila tidak dilaksanakan pengguguran dan situasi
dimana ibu akan meninggal bila janin tidak digugurkan. Tetapi tindakan
aborsi tidak diperkenankan apabila seorang wanita malu menanggung resiko
mempunyai anak diluar nikah ataupun di dalam situasi perkawinan dimana
seorang ibu yang hamil dan mempunyai banyak anak, tetapi ibu tersebut tidak
menginginkan kehadiran anaknya didalam kehamilanya, maka ibu tersebut
tidak boleh melakukan tindakan aborsi.
B. Saran
Disarankan kepada ibu yang hamil untuk tidak melakukan aborsi tanpa alasan
yang benar, karena aborsi selain memiliki efek dan resiko juga tidak
diperbolehkan dari segi agama, hukum dan bioetik
Bahan Pendukung :
1. Safe abortion: technical and policy guidance for health systems(World Health
Organization 2012)
2. ABORTION IN THE UNITED STATES (Cynthia C. Harper, Jillian T.
Henderson, and Philip D. Darney)
3. ABORSI AKIBAT KEHAMILAN YANG TAK DIINGINKAN (KTD):
Kontestasi Antara Pro-Live dan Pro-Choice (Mufliha Wijayati)
4. Factors Influencing Abortion Decision-Making Processes among Young
Women (International Journal of Environmental Research and Public Healt)

Anda mungkin juga menyukai