PENDAHULUAN
1
serta bebas dari paksaan. Namum, disatu sisi lagi janin yang ada dalam
kandungan juga berhak untuk terus hidup dan berkembang. Dua hal tersebut
memang saling bertentangan satu sama lain karena menyangkut dua
kehidupan. Jika aborsi yang dilakukan adalah aborsi krminalis tentu saja hal
tersebut sangat bertentangan dengan hak asasi manusia. Dalam Undang-
Undang HAM juga diatur mengenai perlindungan anak sejak dari janin karena
sekalipun seorang ibu mempunyai hak atas tubuhnya sendiri tetapi tetap saja
harus kita ingat bahwa hak asasi yang dimiliki setiap orang tetap dibatasi oleh
Undang-Undang. Tetapi ketika seorang ibu harus menggugurkan
kandungannya dengan indikasi kedaruratan medis yang dideteksi dapat
mengancam nyawa ibu atau janin, secara hak sasai manusia dapat dibenarkan
karena si ibu tersebut juga punya hak untuk hidup dan mempertahankan
kehidupannya.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa lebih memahami tentang Aborsi
1.3.2 Tujuan Khusus
a.Agar mahasiswa dapat menjelaskan definisi Aborsi
b. Agar mahasiswa dapat menjelaskan hal-hal yang menyebabkan
terjadinya Aborsi
c.Agar mahasiswa dapat menjelaskan jenis dan dampak mengenai
Aborsi
2
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dalam penulisan makalah ini adalah :
1.4.1 Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan definisi Aborsi
1.4.2 Mahasiswa dapat mengetahui penyebab yang timbul akibat Aborsi
1.4.3 Mahasiswa dapat melakukan cara yang efektif dalam penanggulangan
Aborsi
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
d. Terjadinya fistula genital traumatis, yaitu timbulnya suatu saluran yang
secara normal tidak ada yaitu saluran antara genital dan saluran kencing
atau saluran pencernaan.
8
BAB III
KASUS
9
dengan imbalan Rp2.100.000. Kedua pasangan mesum tersebut menyetujui
harga yang ditawarkan Endang setelah turun menjadi Rp2.000.000. Hari itu
juga, bidan Endang yang diketahui bertugas di salah satu puskesmas di Kediri
melakukan aborsi.
Metode yang dipergunakan Endang cukup sederhana. Ia menyuntikkan obat
penahan rasa nyeri Oxytocin Duradril 1,5 cc yang dicampur dengan Cynaco
Balamin, sejenis vitamin B12 ke tubuh Novila. Menurut pengakuan Endang,
pasien yang disuntik obat tersebut akan mengalami kontraksi dan
mengeluarkan sendiri janin yang dikandungnya.
"Ia (bidan Endang) mengatakan jika efek kontraksi akan muncul 6 jam
setelah disuntik. Hal itu sudah pernah dia lakukan kepada pasien lainnya,"
terang Kasat Reskrim Polres Kediri AKP Didit Prihantoro di kantornya,
Minggu (18/5/2008).
Celakanya, hanya berselang dua jam kemudian, Novila terlihat mengalami
kontraksi hebat. Bahkan ketika sedang dibonceng dengan sepeda motor oleh
Santoso menuju rumahnya, Novila terjatuh dan pingsan karena tidak kuat
menahan rasa sakit. Apalagi organ intimnya terus mengelurkan darah.
Warga yang melihat peristiwa itu langsung melarikannya ke Puskemas
Puncu. Namun karena kondisi korban yang kritis, dia dirujuk ke RSUD Pare
Kediri. Sayangnya, petugas medis di ruang gawat darurat tak sanggup
menyelamatkan Novila hingga meninggal dunia pada hari Sabtu pukul 23.00
WIB.
Petugas yang mendengar peristiwa itu langsung menginterogasi Santoso di
rumah sakit. Setelah mengantongi alamat bidan yang melakukan aborsi,
petugas membekuk Endang di rumahnya tanpa perlawanan. Di tempat praktik
sekaligus rumah tinggalnya, petugas menemukan sisa-sisa obat yang
disuntikkan kepada korban. Saat ini Endang berikut Santoso diamankan di
Mapolres Kediri karena dianggap menyebabkan kematian Novila.
Lamin (50), ayah Novila yang ditemui di RSUD Pare Kediri mengaku kaget
dengan kehamilan yang dialami anaknya. Sebab selama ini Novila belum
10
memiliki suami ataupun pacar. Karena itu ia meminta kepada polisi untuk
mengusut tuntas peristiwa itu dan menghukum pelaku.
Akibat perbuatan tersebut, Endang diancam dengan pasal 348 KUHP tentang
pembunuhan. Hukuman itu masih diperberat lagi mengingat profesinya
sebagai tenaga medis atau bidan. Selain itu, polisi juga menjeratnya dengan
UU Kesehatan nomor 23 tahun 1992. Belum diketahui secara pasti sudah
berapa lama Endang membuka praktik aborsi tersebut. (Hari Tri Wasono,
2008).
11
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun.
Pasal 347
1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang wanita tanpa persetujuan, diancam dengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun.
2) Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut,
dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 348
1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seseorang wanita dengan persetujuannya, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
2) Jika perbuatan tersebut mengakibatkan matinya wanita tersebut,
dikarenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan
kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau
membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam
pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu
dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk
menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.
Pasal 535
Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana
untuk menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan
atau tanpa diminta menawarkan, ataupun secara terang-terangn atau
dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk sebagai bisa
didapat, sarana atau perantaraan yang demikian itu, diancam dengan
kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat
ribu lima ratus rupiah.
12
Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan:
1) Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia
menyuruh orang lain, diancam hukuman empat tahun.
2) Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil,
dengan tanpa persetujuan ibu hamil tersebut diancam hukuman
12 tahun, dan jika ibu hamil itu mati diancam 15 tahun.
3) Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5
tahun penjara dan bila ibu hamil tersebut mati diancam hukuman
7 tahun penjara.
4) Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus
tersebut seorang dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan)
ancaman hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk
praktek dapat dicabut.
b. Selain KUHP, abortus buatan yang ilegal juga diatur dalam Undang
Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan :
Pasal 15
1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa
ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis
tertentu.
2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
hanya dapat dilakukan :
i. berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya
tindakan tersebut;
ii. oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung
jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli;
iii. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami
atau keluarganya;
iv. pada sarana kesehatan tertentu.
13
3.3 Pembahasan Kasus
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia abortus didefinisikan sebagai
terjadi keguguran janin; melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran
(dengan sengaja karena tak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu).
Aborsi yang dilegalkan diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Pasal 15, sedangkan Pembaharuan
Undang - Undang Kesehatan yaitu UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan,
dijelaskan pula pada Pasal 75 ayat 2 dan pasal 76.
Pada kasus di atas dijelaskan bahwa terjadi suatu aborsi tetapi jenis aborsi
illegal. Kasus diatas berawal dari pasangan yang melakukan hubungan gelap
(perselingkuhan) yang mengakibatkan sang wanita hamil, Pria dan wanita
sepakat untuk menggugurkan kandungan yang berumur 3 bulan itu ke bidan.
Bidan menyanggupi untuk melakukan aborsi tersebut dengan imbalan Rp
2.000.000,00.
Semua ahli madya kesehatan wajib mengucap sumpah janji ketika lulus
dari pendidikan. Salah satu isi sumpah janji tersebut yaitu untuk melaksanakan
tugas sabaik-baiknya menurut undang-undang yang berlaku. Tetapi pada
kasus ini bidan E melanggar sumpah tersebut. Bidan dengan sengaja dan
adanya niat memberikan suntikan oxytocin duradril 1,5 cc yang dicampur
dengan cynano balamin. Hal ini mengakibatkan perdarahan hebat pada wanita
tersebut dan berakhir dengan kematian.
Kasus aborsi di atas termasuk kasus pidana, karena adanya aduan dari
ayah korban yang meminta kepada polisi untuk mengusut tuntas peristiwa itu
dan menghukum pelaku. Kasus ini mengakibatkan bidan E terjerat pasal 348
KUHP tentang pembunuhan daan melanggar Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 atau pada Undang-undang yang baru yaitu
Undang-undang Kesehatan No 36 tahun 2009.
Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992
bidan E bisa dijerat dengan Pasal 80 dengan ketentuan dipidana dengan
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), sedangkan menurut pembaharuan
14
Undang Undang Republik Indonesia No.36 tahun 2009 dijerat dengan pasal
194 dengan ketentuan dipidana dengan penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Malpraktik aborsi yang tidak aman dan ilegal masih banyak dilakukan di
sekitar kita, bahkan oleh tenaga kesehatan sekalipun. Sebagai contoh dari
kasus di atas, diketahui bahwa seorang bidan dengan sengaja telah melakukan
praktik aborsi kepada salah satu pasiennya, dimana bidan itu sadar betul kalau
tindakan tersebut adalah bukan kewenangannya. Tindakan aborsi mengandung
risiko yang cukup tinggi, apabila dilakukan tidak sesuai standar profesi medis.
Risiko yang mungkin timbul antara lain, perdarahan, infeksi pada alat
reproduksi, rupture uteri, bahkan bisa sampai terjadi kematian. Pasal-pasal
yang mengatur tentang tindakan aborsi pun tidak sedikit, dengan berbagai
ancaman hukuman, namun hal ini tidak menyurutkan niat para oknum tenaga
medis untuk tetap melakukan praktik aborsi yang ilegal.
4.2 Saran
Semua tenaga kesehatan, baik dokter, bidan ataupun yang lainnya harus
memahami betul apa-apa yang menjadi kewenangannya dan apa-apa pula
yang bukan menjadi kewenangan dari profesinya. Peraturan per Undang-
undangan yang telah disusun sedemikian rupa dan diadakan pembaharuan,
janganlah hanya dianggap sebagai peraturan tertulis semata, namun harus di
patuhi dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
16
DAFTAR PUSTAKA
17