Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia, akhir-akhir ini tuntutan hukum terhadap tenaga
kesehatan dengan dakwaan melakukan malpraktek makin meningkat dimana-
mana, termasuk di negara kita. Ini menunjukkan adanya peningkatan
kesadaran hukum masyarakat, dimana masyarakat lebih menyadari akan
haknya. Disisi lain para tenaga kesehatan dituntut untuk melaksanakan
kewajiban dan tugas profesinya dan dengan lebih hati-hati dan penuh
tanggung jawab.
Seorang tenaga kesehatan hendaknya dapat menegakkan diagnosis dengan
benar sesuai dengan prosedur, memberikan terapi dan melakukan tindakan
medik sesuai dengan standar pelayanan medik dan tindakan itu memang wajar
dan diperlukan. Dinegara-negara maju tiga besartenaga kesehatan
yang  menjadi sasaran utama tuntutan ketidak layakan dalam praktek, yaitu
spesialis bedah (ortopedi, plastik dan syaraf), spesialis anestesi dan spesialis
kebidanan dan penyakit kandungan. Pada spesialis kebidanan dan kandungan
salah satu malpraktek yang dilakukan adalah aborsi.
Meski pengguguran kandungan (aborsi) dilarang oleh hukum, tetapi
kenyataannya terdapat 2,3 juta perempuan melakukan aborsi(Kompas, 3 Maret
2000). Masalahnya tiap perempuan mempunyai alasan tersendiri untuk
melakukan aborsi dan hukumpun terlihat tidak akomodatif terhadap alasan-
alasan tersebut, misalnya dalam masalah kehamilan paksa akibat perkosaan
atau bentuk kekerasan lain termasuk kegagalan KB. Larangan aborsi berakibat
pada banyaknya terjadi aborsi tidak aman (unsafe abortion), yang
mengakibatkan kematian.
Aborsi memang erat kaitanya dengan hak asasi manusia, disatu sisi
dikatakan bahwa setiap wanita berhak atas tubuh dan dirinya dan berhak untuk
menjalani kehidupan reproduksi dan kehidupan seksual yang sehat, aman,

1
serta bebas dari paksaan. Namum, disatu sisi lagi janin yang ada dalam
kandungan juga berhak untuk terus hidup dan berkembang. Dua hal tersebut
memang saling bertentangan satu sama lain karena menyangkut dua
kehidupan. Jika aborsi yang dilakukan adalah aborsi krminalis tentu saja hal
tersebut sangat bertentangan dengan hak asasi manusia. Dalam Undang-
Undang HAM juga diatur mengenai perlindungan anak sejak dari janin karena
sekalipun seorang ibu mempunyai hak atas tubuhnya sendiri tetapi tetap saja
harus kita ingat bahwa hak asasi yang dimiliki setiap orang tetap dibatasi oleh
Undang-Undang. Tetapi ketika seorang ibu harus menggugurkan
kandungannya dengan indikasi kedaruratan medis yang dideteksi dapat
mengancam nyawa ibu atau janin, secara hak sasai manusia dapat dibenarkan
karena si ibu tersebut juga punya hak untuk hidup dan mempertahankan
kehidupannya.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Aborsi ?
1.2.2 Apa penyebab Aborsi?
1.2.3 Cara Aborsi apa yang sering dilakukan?
1.2.4 Apa saja jenis dan dampak yang timbul akibat Aborsi?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa lebih memahami tentang Aborsi
1.3.2 Tujuan Khusus
a.Agar mahasiswa dapat menjelaskan definisi Aborsi
b. Agar mahasiswa dapat menjelaskan hal-hal yang menyebabkan
terjadinya Aborsi
c.Agar mahasiswa dapat menjelaskan jenis dan dampak mengenai
Aborsi
2
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dalam penulisan makalah ini adalah :
1.4.1 Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan definisi Aborsi
1.4.2 Mahasiswa dapat mengetahui penyebab yang timbul akibat Aborsi
1.4.3 Mahasiswa dapat melakukan cara yang efektif dalam penanggulangan
Aborsi

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Aborsi (LBH APIK Jakarta, 2010)


Menurut Fact About Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh Institute
for Social, Studies and Action, Maret 1991, dalam istilah
kesehatan aborsi didefinisikan sebagai penghentian kehamilan setelah
tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi dalam rahim (uterus), sebelum
usia janin (fetus) mencapai 20 minggu
Di Indonesia, belum ada batasan resmi mengenai aborsi. Dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia (Prof. Dr. JS. Badudu dan Prof. Sutan Mohammad
Zain, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1996) abortus didefinisikan sebagai
terjadi keguguran janin; melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran
(dengan sengaja karena tak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu).
Secara umum istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran kandungan,
yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja maupun
tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum bulan ke
empat masa kehamilan).
Secara medis, aborsi adalah berakhirnya atau gugurnya kehamilan sebelum
kandungan mencapai usia 20 minggu, yaitu sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan secara mandiri. Tindakan aborsi mengandung risiko yang cukup
tinggi, apabila dilakukan tidak sesuai standar profesi medis (Akhmadi, 2009)
Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan
istilah “abortus”. Berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan
sel sperma) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu
proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk
bertumbuh.
Sementara dalam pasal 15 (1) UU Kesehatan Nomor 23/1992 disebutkan
bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu
hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu. Sedangkan
4
pada ayat 2 tidak disebutkan bentuk dari tindakan medis tertentu itu, hanya
disebutkan syarat untuk melakukan tindakan medis tertentu.
Dengan demikian pengertian aborsi yang didefinisikan sebagai tindakan
tertentu untuk menyelamatkan ibu dan atau bayinya (pasal 15 UU Kesehatan).

2.2 Penyebab Aborsi (Akhmadi, 2009)


2.2.1 Adapun penyebab melakukan tindakan aborsi tanpa rekomendasi medis
adalah:
a. Ingin terus melanjutkan sekolah atau kuliah. Perlu dipikirkan oleh
pihak sekolah bagaimana supaya tetap dipertahankan sekolah meski
sedang hamil kalau terlanjur.
b. Belum siap menghadapi orang tua atau memalukan orang tua dan
keluarga. Hal ini juga perlu legawa orang tua karena psikologis anak
sangat besar
c. Malu pada lingkungan sosial dan sekitarnya
d. Belum siap baik mental maupun ekonomi untuk menikah dan
mempunyai anak
e. Adanya aturan dari kantor bahwa tidak boleh hamil atau menikah
sebelum waktu tertentu karena terikat kontrak.
f. Tidak senang pasangannya karena korban perkosaan.
2.2.2 Adapun  penyebab lain dari kejadian aborsi ini antara lain adalah :
a. Faktor ekonomi, di mana dari pihak pasangan suami isteri yang
sudah tidak mau menambah anak lagi karena kesulitan biaya hidup,
namun tidak memasang kontrasepsi, atau dapat juga karena
kontrasepsi yang gagal.
b. Faktor penyakit herediter, di mana ternyata pada ibu hamil yang
sudah melakukan pemeriksaan kehamilan mendapatkan kenyataan
bahwa bayi yang dikandungnya cacat secara fisik.
c. Faktor psikologis, di mana pada para perempuan korban
pemerkosaan yang hamil harus menanggung akibatnya. Dapat juga
menimpa para perempuan korban hasil hubungan saudara sedarah
5
(incest), atau anak-anak perempuan oleh ayah kandung, ayah tiri
ataupun anggota keluarga dalam lingkup rumah tangganya.
d. Faktor usia, di mana para pasangan muda-mudi yang masih muda
yang masih belum dewasa & matang secara psikologis karena pihak
perempuannya terlanjur hamil, harus membangun suatu keluarga
yang prematur.
e. Faktor penyakit ibu, di mana dalam perjalanan kehamilan ternyata
berkembang menjadi pencetus, seperti penyakit pre-eklampsia atau
eklampsia yang mengancam nyawa ibu.
f. Faktor lainnya, seperti para pekerja seks komersial, ‘perempuan
simpanan’, pasangan yang belum menikah dengan kehidupan seks
bebas atau pasangan yang salah satu/keduanya sudah
bersuami/beristri (perselingkuhan) yang terlanjur hamil.

2.3 Cara aborsi yang sering dilakukan (Akhmadi, 2009):


a. Manipulasi fisik, yaitu dengan cara melakukan pijatan pada rahim agar
janin terlepas dari rahim. Biasanya akan terasa sakit sekali karena pijatan
yang dilakukan dipaksakan dan berbahaya bagi oragan dalam tubuh.
b. Menggunakan berbagai ramuan dengan tujuan panas pada rahim. Ramuan
tersebut seperti nanas muda yang dicampur dengan merica atau obat-
obatan keras lainnya.
c. Menggunakan alat bantu tradisional yang tidak steril yang dapat
mengakibatkan infeksi. Tindakan ini juga membahayakan organ dalam
tubuh.

2.4 Jenis-jenis Aborsi (Poole 2004)


a. Missed abortion
Pada kasus missed abortion, kematian janin terjadi tanpa adanya
pengeluaran dari hasil konsepsi. Alasan mengapa janin yang meninggal
tidak keluar masih belum jelas. Biasanya didahului dengan tanda dan
gejala abortus imminensyang kemudian menghilang spontan atau
6
menghilang setelah pengobatan. Tes kehamilan menjadi negatif, tanda-
tanda kehamilan tidak ada, dan denyut jantung janin tidak dapat terdeteksi.
b. Abortus terapeutik
Abortus yang dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu
atas pertimbangan kesehatan wanita, dimana apabila kehamilan itu
dilanjutkan akan membahayakan dirinya. Misalnya pada wanita dengan
kelainan jantung. Dapat juga dilakukan atas pertimbangan kelainan janin
yang berat.
c. Abortus septik
Abortus spontan dapat diikuti dengan komplikasi infeksi. Infeksi dapat
terjadi akibat tindakan abortus yang tidak sesuai dengan prosedur
(misalnya oleh dukun). Infeksi yang terjadi pada umumnya endometritis,
yang  bisa berkembang menjadi parametritis dan peritonitis.
d. Abortus berulang
Abortus berulang adalah abortus yang terjadi sebanyak 3 kali atau
lebih pada 3 bulan pertama kehamilan. Abortus berulang primer terjadi
pada wanita yang belum pernah memiliki anak yang hidup sebelumnya.
Abortus berulang sekunder adalah abortus yang terjadi pada wanita yang
sebelumnya sudah pernah memiliki anak lahir hidup.

2.5 Dampak Aborsi (Akhmadi, 2009)


a. Pendarahan sampai menimbulkan shock dan gangguan neurologis/syaraf
di kemudian hari, akibat lanjut perdarahan adalah kematian.
b. Infeksi alat reproduksi yang dilakukan secara tidak steril. Akibat dari
tindakan ini adalah kemungkinan remaja mengalami kemandulan di
kemudian hari setelah menikah.
c. Risiko terjadinya ruptur uterus (robek rahim) besar dan penipisan dinding
rahim akibat kuretasi. Akibatnya dapat juga kemandulan karena rahim
yang robek harus diangkat seluruhnya.

7
d. Terjadinya fistula genital traumatis, yaitu timbulnya suatu saluran yang
secara normal tidak ada yaitu saluran antara genital dan saluran kencing
atau saluran pencernaan.

8
BAB III

KASUS

3.1 Contoh Kasus


Judul : Remaja Aborsi Tewas Usai Disuntik Bidan
Kasus:
KEDIRI - Kasus aborsi yang berujung kematian terjadi Kediri. Novila
Sutiana (21), warga Dusun Gegeran, Desa/Kecamatan Sukorejo, Ponorogo,
Jawa Timur, tewas setelah berusaha menggugurkan janin yang dikandungnya.
Ironisnya, korban tewas setelah disuntik obat perangsang oleh bidan
puskesmas.
Peristiwa naas ini bermula ketika Novila diketahui mengandung seorang bayi
hasil hubungannya dengan Santoso (38), warga Desa Tempurejo, Kecamatan
Wates, Kediri. Sayangnya, janin yang dikandung tersebut bukan buah
perkawinan yang sah, namun hasil hubungan gelap yang dilakukan Novila
dan Santoso.
Santoso sendiri sebenarnya sudah menikah dengan Sarti. Namun karena sang
istri bekerja menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di Hongkong, Santoso kerap
tinggal sendirian di rumahnya. Karena itulah ketika bertemu dengan Novila
yang masih kerabat bibinya di Ponorogo, Santoso merasa menemukan
pengganti istrinya. Ironisnya, hubungan tersebut berlanjut menjadi
perselingkuhan hingga membuat Novila hamil 3 bulan.
Panik melihat kekasihnya hamil, Santoso memutuskan untuk menggugurkan
janin tersebut atas persetujuan Novila. Selanjutnya, keduanya mendatangi
Endang Purwatiningsih (40), yang sehari-hari berprofesi sebagai bidan di
Desa Tunge, Kecamatan Wates, Kediri. Keputusan itu diambil setelah
Santoso mendengar informasi jika bidan Endang kerap menerima jasa
pengguguran kandungan dengan cara suntik.
Pada mulanya Endang sempat menolak permintaan Santoso dan Novila
dengan alasan keamanan. Namun akhirnya dia menyanggupi permintaan itu

9
dengan imbalan Rp2.100.000. Kedua pasangan mesum tersebut menyetujui
harga yang ditawarkan Endang setelah turun menjadi Rp2.000.000. Hari itu
juga, bidan Endang yang diketahui bertugas di salah satu puskesmas di Kediri
melakukan aborsi.
Metode yang dipergunakan Endang cukup sederhana. Ia menyuntikkan obat
penahan rasa nyeri Oxytocin Duradril 1,5 cc yang dicampur dengan Cynaco
Balamin, sejenis vitamin B12 ke tubuh Novila. Menurut pengakuan Endang,
pasien yang disuntik obat tersebut akan mengalami kontraksi dan
mengeluarkan sendiri janin yang dikandungnya.
"Ia (bidan Endang) mengatakan jika efek kontraksi akan muncul 6 jam
setelah disuntik. Hal itu sudah pernah dia lakukan kepada pasien lainnya,"
terang Kasat Reskrim Polres Kediri AKP Didit Prihantoro di kantornya,
Minggu (18/5/2008).
Celakanya, hanya berselang dua jam kemudian, Novila terlihat mengalami
kontraksi hebat. Bahkan ketika sedang dibonceng dengan sepeda motor oleh
Santoso menuju rumahnya, Novila terjatuh dan pingsan karena tidak kuat
menahan rasa sakit. Apalagi organ intimnya terus mengelurkan darah.
Warga yang melihat peristiwa itu langsung melarikannya ke Puskemas
Puncu. Namun karena kondisi korban yang kritis, dia dirujuk ke RSUD Pare
Kediri. Sayangnya, petugas medis di ruang gawat darurat tak sanggup
menyelamatkan Novila hingga meninggal dunia pada hari Sabtu pukul 23.00
WIB.
Petugas yang mendengar peristiwa itu langsung menginterogasi Santoso di
rumah sakit. Setelah mengantongi alamat bidan yang melakukan aborsi,
petugas membekuk Endang di rumahnya tanpa perlawanan. Di tempat praktik
sekaligus rumah tinggalnya, petugas menemukan sisa-sisa obat yang
disuntikkan kepada korban. Saat ini Endang berikut Santoso diamankan di
Mapolres Kediri karena dianggap menyebabkan kematian Novila.
Lamin (50), ayah Novila yang ditemui di RSUD Pare Kediri mengaku kaget
dengan kehamilan yang dialami anaknya. Sebab selama ini Novila belum

10
memiliki suami ataupun pacar. Karena itu ia meminta kepada polisi untuk
mengusut tuntas peristiwa itu dan menghukum pelaku.
Akibat perbuatan tersebut, Endang diancam dengan pasal 348 KUHP tentang
pembunuhan. Hukuman itu masih diperberat lagi mengingat profesinya
sebagai tenaga medis atau bidan. Selain itu, polisi juga menjeratnya dengan
UU Kesehatan nomor 23 tahun 1992. Belum diketahui secara pasti sudah
berapa lama Endang membuka praktik aborsi tersebut. (Hari Tri Wasono,
2008).

3.2 Pembahasan Hukum


3.2.1 Aborsi menurut pandangan hukum di Indonesia :
a. Menurut KUHP dinyatakan bahwa ibu yang melakukan aborsi,
dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi, dan
orang yang mendukung terlaksananya aborsi akan mendapat
hukuman.
Pasal 229
1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita
ataumenyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau
ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya
dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama
empat tahun atau denda paling banyak empat puluh ribu rupiah.
2) Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan,
atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau
kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat,
pidananya dapat ditambah sepertiga.
3) Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam
menjalani pekerjaannya maka dapat dicabut haknya untuk
melakukan pekerjaanitu.

11
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun.
Pasal 347
1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang wanita tanpa persetujuan, diancam dengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun.
2) Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut,
dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 348
1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seseorang wanita dengan persetujuannya, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
2) Jika perbuatan tersebut mengakibatkan matinya wanita tersebut,
dikarenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan
kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau
membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam
pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu
dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk
menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.
Pasal 535
Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana
untuk menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan
atau tanpa diminta menawarkan, ataupun secara terang-terangn atau
dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk sebagai bisa
didapat, sarana atau perantaraan yang demikian itu, diancam dengan
kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat
ribu lima ratus rupiah.
12
Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan:
1) Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia
menyuruh orang lain, diancam hukuman empat tahun.
2) Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil,
dengan tanpa persetujuan ibu hamil tersebut diancam hukuman
12 tahun, dan jika ibu hamil itu mati diancam 15 tahun.
3) Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5
tahun penjara dan bila ibu hamil tersebut mati diancam hukuman
7 tahun penjara.
4) Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus
tersebut seorang dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan)
ancaman hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk
praktek dapat dicabut.
b. Selain KUHP, abortus buatan yang ilegal juga diatur dalam Undang
Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan :
Pasal 15
1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa
ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis
tertentu.
2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
hanya dapat dilakukan :
i. berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya
tindakan tersebut;
ii. oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung
jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli;
iii. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami
atau keluarganya;
iv. pada sarana kesehatan tertentu.

13
3.3 Pembahasan Kasus
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia abortus didefinisikan sebagai
terjadi keguguran janin; melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran
(dengan sengaja karena tak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu).
Aborsi yang dilegalkan diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Pasal 15, sedangkan Pembaharuan
Undang - Undang Kesehatan yaitu UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan,
dijelaskan pula pada Pasal 75 ayat 2 dan pasal 76.
Pada kasus di atas dijelaskan  bahwa terjadi suatu aborsi tetapi jenis aborsi
illegal. Kasus diatas berawal dari pasangan yang melakukan hubungan gelap
(perselingkuhan) yang mengakibatkan sang wanita hamil, Pria dan wanita
sepakat untuk menggugurkan kandungan yang berumur 3 bulan itu ke bidan.
Bidan menyanggupi untuk melakukan aborsi tersebut dengan imbalan Rp
2.000.000,00.
Semua ahli madya kesehatan wajib mengucap sumpah janji ketika lulus
dari pendidikan. Salah satu isi sumpah janji tersebut yaitu untuk melaksanakan
tugas sabaik-baiknya menurut undang-undang yang berlaku.  Tetapi pada
kasus ini bidan E melanggar sumpah tersebut. Bidan dengan sengaja dan
adanya niat memberikan suntikan oxytocin duradril 1,5 cc yang dicampur
dengan cynano balamin. Hal ini mengakibatkan perdarahan hebat pada wanita
tersebut dan berakhir dengan kematian.
Kasus aborsi di atas termasuk kasus pidana, karena adanya aduan dari
ayah korban yang meminta kepada polisi untuk mengusut tuntas peristiwa itu
dan menghukum pelaku. Kasus ini mengakibatkan bidan E terjerat pasal 348
KUHP tentang pembunuhan daan melanggar Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 atau pada Undang-undang yang baru yaitu
Undang-undang Kesehatan No 36 tahun 2009.
Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992
bidan E bisa dijerat dengan Pasal 80 dengan ketentuan dipidana dengan
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), sedangkan menurut pembaharuan
14
Undang Undang Republik Indonesia No.36 tahun 2009 dijerat dengan pasal
194 dengan ketentuan dipidana dengan penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

15
BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan
Malpraktik aborsi yang tidak aman dan ilegal masih banyak dilakukan di
sekitar kita, bahkan oleh tenaga kesehatan sekalipun. Sebagai contoh dari
kasus di atas, diketahui bahwa seorang bidan dengan sengaja telah melakukan
praktik aborsi kepada salah satu pasiennya, dimana bidan itu sadar betul kalau
tindakan tersebut adalah bukan kewenangannya. Tindakan aborsi mengandung
risiko yang cukup tinggi, apabila dilakukan tidak sesuai standar profesi medis.
Risiko yang mungkin timbul antara lain, perdarahan, infeksi pada alat
reproduksi, rupture uteri, bahkan bisa sampai terjadi kematian. Pasal-pasal
yang mengatur tentang tindakan aborsi pun tidak sedikit, dengan berbagai
ancaman hukuman, namun hal ini tidak menyurutkan niat para oknum tenaga
medis untuk tetap melakukan praktik aborsi yang ilegal.

4.2 Saran
Semua tenaga kesehatan, baik dokter, bidan ataupun yang lainnya harus
memahami betul apa-apa yang menjadi kewenangannya dan apa-apa pula
yang bukan menjadi kewenangan dari profesinya. Peraturan per Undang-
undangan yang telah disusun sedemikian rupa dan diadakan pembaharuan,
janganlah hanya dianggap sebagai peraturan tertulis semata, namun harus di
patuhi dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, S. 2002. Hukum Kesehatan. Badan Penerbit Universitas


Diponegoro.       Semarang.
Guwandi, J. 1993. Malpraktek Medik. Fakultas Kedokteran
Universitas   Indonesia. Jakarta.
http://bidankita.com/?p=210
http://news.okezone.com/read/2008/05/18/1/110398/1/remaja-aborsi-tewas-usai-
disuntik-bidan
http://www.opensubscriber.com/message/dokter@itb.ac.id/4645648.html 
http://www.poskotanews.com/2013/09/20/bayi-perempuan-rp-3-juta-bayi-laki-
laki-rp-7-juta/ Diakses    pada tanggal 26 September 2013
http://www.scribd.com

17

Anda mungkin juga menyukai