Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ABORSI

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Etika Hukum Kesehatan

Dosen Pengampu : Dr. Maryati, STT, SPd, MARS, MH

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 4

1. ERIK MUSTOFA
2. EVI YUNITA
3. HIRA BAITI
4. MUHAMMAD AFDHOL ZULFIKRI
5. SINTHYA WULANDARI

STIKES ABDI NUSANTARA JAKARTA

Kampus : Jl. Kubah Putih No. 7 Rt.001/014 Kel. Jatibening Kec. Pondok Gede
Kota Bekasi

Telp: 021-8690.1352

2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan
kekuatan, kemudahan petunjuk, bimbingan, dan perlindungan kepada penulis
sehingga makalah ini dapat diselesaikan pada waktunya. Makalah ini disusun
sebagai tugas mata kuliah Etika Hukum Kesehatan. Kelompok menyadari bahwa
masih banyak kekurangan yang disebabkan keterbatasan pengetahuan yang
dimiliki oleh kami dalam makalah ini, olehnya itu diharapkan saran dan masukan
yang sifatnya dapat membangun dan menambah pengetahuan kami

Akhir kelompok berharap, makalah ini dapat memberikan manfaat bagi


semua pihak, utamanya masyarakat kampus Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKES) Abdi Nusantara Jakarta. Semoga Allah senantiasa memberikan rahmat
dan ridho-Nya atas semua usaha baik ini.

Bekasi, 24 Maret 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG……………………………………………………………………4

B. RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………..….5

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Abortus……………….……………………………………………………..…6

B. Klasifikasi Abortus………………..……………………………………………………
7

C. Awal Kehidupan Manusia….……………………………………….…………………


8

D. Pro dan Kontra Aborsi………………………………………………………………10

E. Hukum Positif di Indonesia Tentang Aborsi …………………….


………………....11

F. Hukum Aborsi Dari Sisi Agama…...…………………………………………………


14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………….……………………..……………15
B. Saran……………………………...……………………..…………………………….15

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..………....………16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupannya manusia hampir selalu terjadi hubungan hukum. Hal


ini disebabkan pada dasarnya manusia mempunyai hasrat untuk hidup teratur,
akan tetapi keteraturan bagi seseorang belum tentu teratur bagi orang lain. Oleh
sebab itu diperlukan kaedah-kaedah yang mengatur kehidupan manusia, agar
kepentingannya tidak berbenturan atau bertentangan dengan individu dan
masyarakat yang lain.

Salah satu masalah yang diatur dalam KUHP yang berlaku di Indonesia
adalah masalah aborsi, dan saat ini telah diatur lebih lanjut dalam undang-undang
kesehatan nomor 36 tahun 2009. Masalah aborsi atau lebih dikenal dengan istilah
pengguguran kandungan, keberadaannya merupakan suatu fakta yang tidak dapat
dipungkiri dan bahkan menjadi bahan bahasan yang menarik serta dilema yang
saat ini menjadi fenomena sosial.

Aborsi merupakan cara yang paling sering digunakan mengakhri kehamilan


yang tidak diinginkan, tetapi juga cara yang paling berbahaya. Aborsi menurut
terjadinya dibedakan atas abortus spontan, yaitu aborsi yang terjadi dengan
sendirinya tanpa disengaja atau dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau
medisialis, semata-mata disebabkan oleh faktor alamiah, dan abortus provokatus
yaitu aborsi yang disengaja tanpa indikasi medis, baik dengan obat-obatan
maupun dengan alat-alat.

Aborsi jenis ini dibagi lagi menjadi Abortus medisinalis (abortus


therapeuticus) merupakan aborsi karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila
kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi
medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli 1.
Selanjutnya abortus kriminalis, yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-
tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya
dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh tenaga yang tidak terdidik. Aborsi
merupakan salah satu penyebab kematian wanita dalam masa subur dinegara-
negara berkembang. Aborsi (pengguguran kandungan) merupakan masalah yang

4
cukup pelik, karena menyangkut banyak aspek kehidupan manusia yang berkaitan
dengan etika, moral dan agama serta hukum.

UNFPA (United Nation Population Fund) atau PPB ada 4 juta ♀ kehilangan
akses pelayanan kontrasepsi yg berakibat 7 juta kehamilan yg tdk direncanakan
BKKBN (Badan koordinasi Keluarga berencana Nasional) ada 420 rb kehamilan
yg tdk direncanakan.

Penelitan GUUTMACHER INSTITUTE (2000) di enam wilayah Indonesia ada


37:1000 aborsi yg tercatat resmi dan direntang usia 15-49 thn. Kenyataan banyak
diemukan kasus aborsi illegal contoh :

♦ Klinik Raden Saleh (2019-10 april 2020) terdapat data aborsi sebanyak 2.638
kejadian

♦ Klinik dikawasan Jakarta pusat (2011- februari 2016) terdapat data Aborsi
sebanyak 5400 kejadian

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Aborsi?


2. Apa yang dimaksud awal mula kehidupan manusia?
3. Apa saja pro dan kontra dari aborsi?
4. Bagaimana hukum positif di Indonesia tentang aborsi?

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Aborsi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Prawirohardjo, 2008).
Abortion dalam kamus inggris Indonesia diterjemahkan dengan pengguguran
kandungan.
Dan Black’s Law Dictionary, kata abortion yang diterjemahkan menjadi
aborsi dalam bahasa Indonesia mengandung arti: “The Spontaneus or articialy
induced explusion of an embrio of featus. As used in illegal context refers to
induced abortion”. Keguguran dengan keluarnya embrio atau fetus tidak semata-
mata karena terjadi secara alamiah, akan tetapi
juga disengaja atau terjadi karena adanya campur tangan (provokasi) manusia.
Menurut A, Rosenfeld/S.Iden, dikatakan dipandangnya dari segi medis-
teknis, aborsi paling mudah dilakukan dalam trisemester pertama kehamilan,
dan metode yang banyak dilakukan adalah kuret isap (suction curettage). Dari
12-20 minggu biasanya dipakai metode dilatasi. Metode lain yang banyak
dilakukan adalah banyak dipergunakan setelah minggu ke 20 adalah installation
abortion dimana cairan yang mematikan si fetus disuntikan kedalam rongga
amnion, lalu si Rahim dikeluarkan secara alami. Aborsi trisemester kedua
keatas biasanya dilakukan di dalam rumah sakit agar setiap komplikasi yang
timbul segera dapat ditangani.
Ensiklopedi Indonesia memberikan penjelasan bahwa abortus diartikan
sebagai pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi 28 minggu atau sebelum
janin mencapai berat 1.000 gram.
Secara umum pengertian abortus provokatus kriminalis adlaah suatu
kelahiran dini sebelum bayi itu pada waktunya dapat hidup sendiri di luar
kandungan. Pada umumnya janin yang keluar itu sudah tidak bernyawa lagi.5
Sedangkan secara yuridis abortus provokatus kriminalis adalah setiap
penghentian kehamilan sebelum hasil konsepsi dilahirkan, tanpa

6
memperhitungkan umur bayi dalam kandungan dan janin dilahirkan dalam
keadaan mati atau hidup.

B.  Klasifikasi Abortus
Menurut Mochtar Rustam abortus dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1. Abortus Spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanisme
ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor ilmiah. Abortus
ini terbagi lagi menjadi :
a. Abortus Kompletus ( keguguran lengkap) adalah seluruh hasil konsepsi
dikeluarkan, sehingga rongga rahim kosong.
b. Abortus Inkompletus (keguguran bersisa) adalah hanya sebagian dari hasil
konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua dan plasenta.
c. Abortus Insipiens ( keguguran sedang berlangsung ) adalah abortus yang
sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang teraba.
d. Abortus Iminens ( keguguran membakat ) adalah keguguran membakat dan
akan terjadi.
e. Missed Abortion adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap
berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.
f. Abortus Habitualis adalah keadaan dimana penderita mengalami keguguran
berturut-turut 3 kali atau lebih.
g. Abortus Septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran
kuman atau toksinnya kedalam peredaran darah atau peritoneum.

2. Abortus Provokatus
Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun
alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi :
a. Abortus Medisinalis
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).
Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
b. Abortus Kriminalis

7
Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal
atau tidak berdasarkan indikasi medis.

C. Awal Kehidupan Manusia

Pandangan tentang hidup tidak serta merta seragam. Juga dalam


pandangan agama-agama. Paling tidak hal ini semakin menguatkan
pendapat bahwa agama-agama, umumnya direfleksikan berdasarkan pola
pikir tertentu dan dalam budaya tertentu. Penganut Sikh menganggap
kehidupan berawal saat konsepsi. Pemeluk Yahudi berpendapat embrio
yang berusia kurang dari 40 hari belum dianggap sebagai manusia
seutuhnya. Namun, pendapat ini masih diperdebatkan di kalangan mereka.
Pemeluk agama Buddha mendukung penelitian menggunakan sel tunas jika
tujuannya untuk menolong dan bermanfaat bagi manusia. Bagi mereka
embrio baru menunjukkan suatu "kesadaran" setelah minggu ketujuh atau
49 hari. Para ulama Islam berpandangan kehidupan manusia dimulai
setelah embrio berusia empat bulan, yaitu saat roh ditiupkan ke janin.
Sementara itu, secara umum ada lima pendapat besar yang pernah
ada mengenai kapan kehidupan dimulai berdasarkan sejarah medis.
1) Pendapat yang mengatakan bahwa kehidupan manusia dimulai
semenjak konsepsi (pertemuan sperma dan ovum). Sebuah kehidupan
dianggap telah dimulai saat sel sperma bersatu dengan sel telur.
Persatuan itu akan berkembang menuju kelahiran manusia.
2) Pendapat yang menganggap kehidupan dimulai saat adanya getaran
syaraf. Pandangan ini menyatakan bahwa kehidupan dimulai ketika
saraf mulai berfungsi dan getaran saraf dapat dideteksi. Dasar
pandangan ini adalah bahwa kematian merupakan berhentinya aktivitas
otak, maka hidup juga dimulai sejak ada getaran syaraf otak. Kelompok
ini menyatakan bahwa kehidupan dimulai sejak berfungsinya otak.
3) Pandangan yang menganggap kehidupan dimulai saat bergeraknya
fetus untuk pertama kalinya. Kehidupan mulai dengan bergeraknya fetus
dalam rahim ibu setelah bulan ke empat kehamilan. Namun, usia ini
menimbulkan kerancuan. Usia 4 bulan kehamilan, ketika gerakan fetus
dirasakan oleh ibunya disebut dengan quickening. Dalam embriologi
8
modern, embrio yang berusia 10 minggu pun sebenarnya sudah sudah
bisa bergerak. Hanya saja belum bisa dirasakan oleh ibunya.
4) Pendapat mengenai viabilitas pre-natal human being. Pandangan ini
menegaskan bahwa kehidupan manusia dimulai bila janin dinilai telah
mampu hidup di luar rahim ibunya. Pandangan ini menjadi landasan
Mahkamah Agung Amerika Serikat pada tahun 1973 dalam menetapkan
bahwa Negara dapat melarang aborsi bila fetus itu telah dinilai dapat
hidup di luar rahim ibunya.
5) Pendapat mengenai kapan kehidupan dimulai adalah pada saat
kelahiran. Pandangan ini menyatakan bahwa kemanusiaan baru muncul
saat janin itu dilahirkan. Saat ia sudah dilahirkan, maka saat itulah ia
menjadi manusia yang independen.

Di antara semua pandangan itu, kiranya baik kalau kita melihat


embriologi yang modern. Menurut embriologi yang modern, dikatakan
bahwa hidup manusia diawali sejak selesainya proses pembuahan. Ada
beberapa argumentasi yang mendasarinya paling tidak menurut seorang
embriolog Leon R. Kass

a) Zygote pada masa awal ini sudah hidup. mereka bermetabolisme,


bernafas, dan menjawab semua perubahan yang terjadi di sekitarnya,
mereka tumbuh dan membelah.
b) Blastokista adalah organisme yang utuh, berkembang sendiri, unik
secara genetis, dan berbeda dari ovum maupun sperma.
c) Sesudah pembuahan terjadi, terjadilah individu yang baru dan
berkembang menjadi manusia yang sempurna sampai kematiannya.

9
D. Pro dan Kontra Aborsi

Dalam sistem hukum di Negara Indonesia sendiri, juga terdapat aturan


hukum yang pro dan kontra mengenai aborsi tersebut. Dalam pasal 15
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dinyatakan
bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa
ibu hamil atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
Keberadaan praktek aborsi kembali mendapat perhatian dengan
disahkannya Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Meski demikian Undang-Undang ini menimbulkan kontroversi
diberbagai lapisan masyarakat karena adanya pasal-pasal yang mengatur
mengenai aborsi dalam praktek medis. Pasal 75 dan Pasal 76 Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Kembali Menegaskan
bahwa pada dasarnya undang-undang melarang adanya praktik aborsi
(Pasal 75 ayat 1).
Meski demikian larangan tersebut dikecualikan apabila ada :
1. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, Baik
yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita 5
penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat
diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan.
2. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis
bagi korban perkosaan (Pasal 75 ayat 2)
Sementara, dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
secara umum pengaturan mengenai aborsi tersebut terdapat dalam Pasal
299, Pasal 346, Pasal 347, Pasal 348, dan Pasal 349 KUHP. Pasal-pasal
ini secara jelas dan tegas mengatur larangan melakukan aborsi dengan
alasan apapun, termasuk aborsi karena alasan darurat (terpaksa) yaitu
sebagai akibat perkosaan, baik bagi pelaku ataupun yang membantu
melakukan aborsi.
Bahkan dengan hukuman yang dilipat gandakan, apabila yang
membantu melakukan adalah ahli medis.
Namun demikian, meskipun terdapat pro dan kontra tentang aborsi,
serta secara jelas dan tegas Undang-Undang menyatakan bahwa pada
dasarnya aborsi adalah perbuatan yang dilarang, tetap saja dalam
10
kenyataan sekarang ini, aborsi tetap marak dengan berbagai cara dan
alasan yang mendasarinya, misalnya pasangan kekasih atau orang tua
yang sepakat untuk melakukan aborsi dengan alasan agar mereka tidak
mendapat aib pada saat melahirkan bayi tersebut.

E. Hukum Positif di Indonesia Tentang Aborsi

Aborsi telah diatur dalam Pasal 75, Pasal 77, dan Pasal 194 Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (“UU Kesehatan”). UU
Kesehatan memberikan ruang untuk aborsi dengan alasan tertentu.
Pasal 75 ayat (2) UU Kesehatan memberikan dua alasan untuk dapat
dilakukannya aborsi, yaitu:

1. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik
yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit
genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki
sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan.
2. Bagi korban pemerkosaan.

Selain terpenuhinya alasan dalam Pasal 75 UU Kesehatan, untuk dapat


dilakukan aborsi juga harus terpenuhi syarat-syarat yang tertuang di Pasal 76
UU Kesehatan yang menegaskan bahwa aborsi hanya dapat dilakukan:

a. Sebelum kehamilan berumur 6 minggu dihitung dari hari pertama haid


terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis
b. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang
memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri yang lingkup tugas dan
tanggung jawabnya di bidang Kesehatan
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan
d. Dengan izin suami, kecuali korban pemerkosaan
e. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh
mentri yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang kesehatan.

Kemudian, Pasal 194 UU Kesehatan menerangkan bahwa setiap orang


yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan

11
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling
banyak Rp1 miliar.

Pasal 77 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan


menjadi dasar bagi pemerintah untuk berkewajiban melindungi dan mencegah
perempuan dari aborsi yang tidak bermutu, tidak aman dan tidak bertanggung
jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau


pengguguran janin termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah Abortus
Provocatus Criminalis yang menerima hukuman adalah :

1. Ibu yang melakukan aborsi


2. Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi
3. Orang-orang yang mendukung terlaksananya aborsi

Tindakan aborsi menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana


(“KUHP”) diIndonesia dikategorikan sebagai tindakan kriminal.

Mengenai aborsi dalam KUHP Bab XIX pasal 346 s/d 349 dinyatakan sebagai
berikut :

1. Pasal 346 : Seorang wanita yang sengaja mengugurkan atau mematikan


kandungan atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana
penjara paling lama 4 tahun.
2. Pasal 347 : (1) Barang siapa dengan sengaja mengugurkan atau
mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun (2) Jika perbuatan itu
mengakibatkan matinya Wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima belas tahun.
3. Pasal 348 : (1) Barang siapa dengan sengaja mengugurkan atau
mematikan kandungan seorang Wanita tanpa persetujuannya diancam
dengan pidana paling lama 12 tahun (2) jika perbuatan itu mengakibatkan
matinya Wanita tersebut diancam dengan pidana penjara paling lama 7
tahun.

12
4. Pasal 349 : jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan
kejahatan berdasarkan pasal 346 ataupun membantu melakukan salah satu
kejahatan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam
pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk
menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.

Sedangkan UU Kesehatan memberikan pengecualian bagi larangan


aborsi dengan alasan medis yang dikenal dengan abortus provocatus
medicalis.

F. Hukum Aborsi Dari Sisi Agama

QS. An-Nisa' Ayat 93

‫ب هّٰللا ُ َعلَ ْي ِه َولَ َع َن ٗه َواَ َع َّد لَ ٗه َع َذابًا عَظِ ْيمًا‬


َ ِ‫َو َمنْ َّي ْق ُت ْل مُْؤ ِم ًنا ُّم َت َع ِّم ًدا َف َج َز ۤاُؤ هٗ َج َه َّن ُم َخالِ ًدا فِ ْي َها َو َغض‬

Dan barangsiapa membunuh seorang yang beriman dengan sengaja, maka


balasannya ialah neraka Jahanam, dia kekal di dalamnya. Allah murka
kepadanya, dan melaknatnya serta menyediakan azab yang besar
baginya.Dan barang siapa yang membunuh seseorang mukmin dengan
sengaja, maka balasannya adalah neraka jahanam dan dia kekal didalamnya,
dan Allah murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya
azab yang besar” ( QS.An.Nisa : 93)

QS. Al-An'am Ayat 151

۞ ُ‫ْن اِحْ َسا ًن ۚا َواَل َت ْق ُتلُ ْٓوا اَ ْواَل َد ُك ْم مِّنْ اِمْ اَل ۗ ٍق َنحْ ن‬ ِ ‫قُ ْل َت َعالَ ْوا اَ ْت ُل َما َحرَّ َم َر ُّب ُك ْم َعلَ ْي ُك ْم اَاَّل ُت ْش ِر ُك ْوا ِبهٖ َش ْيـًٔا َّو ِب ْال َوالِ َدي‬
ّ ٰ ‫س الَّتِيْ َحرَّ َم هّٰللا ُ ِااَّل ِب ْال َح ۗ ِّق ٰذلِ ُك ْم َو‬
‫صى ُك ْم‬ َ ‫ِش َما َظ َه َر ِم ْن َها َو َما َب َط ۚ َن َواَل َت ْق ُتلُوا ال َّن ْف‬ َ ‫َنرْ ُزقُ ُك ْم َو ِايَّا ُه ْم َۚواَل َت ْق َربُوا ْال َف َواح‬
‫ِبهٖ لَ َعلَّ ُك ْم َتعْ قِلُ ْو َن‬

Katakanlah (Muhammad), “Marilah aku bacakan apa yang diharamkan Tuhan


kepadamu. Jangan mempersekutukan-Nya dengan apa pun, berbuat baik
kepada ibu bapak, janganlah membunuh anak-anakmu karena miskin.
Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; janganlah
kamu mendekati perbuatan yang keji, baik yang terlihat ataupun yang

13
tersembunyi, janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah
kecuali dengan alasan yang benar. Demikianlah Dia memerintahkan
kepadamu agar kamu mengerti.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Aborsi adalah kematian dan pengeluaran janin dari uterus baik
secaara spontan atau disengaja sebelum usia kehamilan 22 minggu atau
sebelum janin diberi kesempatan untuk hidup.
Aborsi merupakan tindakan yang melanggar hukum dan tidak
dibenarkan dalam kondisi apapun kecuali untuk kemaslahatan. Hal ini
sudah diatur dalam hukum negara.
Aborsi memiliki dampak yang sangat berbahaya bagi seseorang
yang melakukannya baik dari segi Kesehatan maupun sosial selain itu
aborsi yang tidak memenuhi syarat dan tidak dilakukan oleh ahlinya dapat
mengakibatkan komplikasi-komplikasi yang sangat berbahaya bahkan
dapat menyebabkan kematian.

B. Saran
Seorang tenaga medis harus lebih sering memberikan Pendidikan
Kesehatan tentang Aborsi dan dampaknya terhadap Kesehatan sehingga
masyarakat dapat pengetahuan dan memiliki persepsi yang benar akan hal
tersebut dan diharapkan dapat menurunkan angka kejadian aborsi baik
secara llegal maupun illegal.

15
DAFTAR PUSTAKA

Echols, dan Hasan Shaddily. 1992. Kamus Inggris Indonesia. PT Gramedia :


Jakarta. Halaman 2

Ekotama, Suryono. 2001. A Bortus Provocatus Bagi Korban Perkosaan.


Universitas Atmajaya : Yogyakarta. Halaman 31

Soekidjo Notoatmodjo, 2010, Etika Dan Hukum Kesehatan.Rineka Cipta. Jakarta .


Hal 136

Tiar, Estu dkk. 2011. Manajemen Aborsi Inkomplet. Modul Kebidanan/WHO, Edisi
2 Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Priharjo,Robert. 1995. Etika Pengantar Keperawatan. Penerbit Kanisius:


Yogyakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai