Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan atas kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya , sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik , tepat
waktunya adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Pancasila, pada semester 1 di tahun ajaran 2020/2021 dengan judul “ Aborsi “. Seiring
dengan itu , tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu yang telah
memberikan motivasi dalam menyelesaikan makalah ini.

Dalam penyelesaian makalah ini , kami banyak mengalami kesulitan, terutama


disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang kami miliki. Namun, berkat bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak kami dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktu yang
telah ditentukan oleh guru pembimbing, sudah sepantasnya jika kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang terlibat.

Kami sadar, sebagai seorang Mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang
lebih baik lagi di masa yang akan datang. Harapan kami, semoga makalah yang sederhana
ini, dapat memberi kesadaran tersendiri bagi generasi muda.

Purwokerto ,

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupannya manusia hampir selalu terjadi hubungan hukum. Hal ini disebabkan
pada dasarnya manusia mempunyai hasrat untuk hidup teratur, akan tetapi keteraturan bagi
seseorang belum tentu teratur bagi orang lain. Oleh sebab itu diperlukan kaedah-kaedah yang
mengatur kehidupan manusia, agar kepentingannya tidak berbenturan atau bertentangan
dengan individu dan masyarakat yang lain. Salah satu masalah yang diatur dalam KUHP
yang berlaku di Indonesia adalah masalah aborsi, dan saat ini telah diatur lebih lanjut dalam
undang-undang kesehatan nomor 36 tahun 2009. Masalah aborsi atau lebih dikenal dengan
istilah pengguguran kandungan, keberadaannya merupakan suatu fakta yang tidak dapat
dipungkiri dan bahkan menjadi bahan bahasan yang menarik serta dilema yang saat ini
menjadi fenomena sosial .

Aborsi merupakan cara yang paling sering digunakan mengakhri kehamilan yang tidak
diinginkan. Aborsi sering kali ditafsirkan sebagai pembunuhan bayi, walaupun secara jelas
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan aborsi sebagai penghentian kehamilan
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan atau kurang dari 22 minggu. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia dikatakan bahwa aborsi berarti “pengguguran kandungan” yang
dapat bersifat kriminal tetapi dapat juga bersifat legal. Aborsi itu sendiri dapat terjadi baik
akibat perbuatan manusia (abortus provocatus) maupun karena sebab-sebab alamiah, yakni
terjadi dengan sendirinya, dalam artian bukan karena perbuatan manusia (abortus spontatus).
Aborsi yang terjadi karena perbuatan manusia dapat terjadi baik karena didorong oleh alasan
medis, misalnya karena wanita yang hamil menderita suatu penyakit dan untuk
menyelamatkan nyawa wanita tersebut maka kandungannya harus digugurkan (abortus
therapeuticus) atau karena alasan-alasan lain yang tidak dibenarkan oleh hukum (abortus
criminalis). Aborsi merupakan salah satu penyebab kematian wanita dalam masa subur di
negara-negara berkembang. Aborsi (pengguguran kandungan) merupakan masalah yang
cukup pelik, karena menyangkut banyak aspek kehidupan manusia yang berkaitan dengan
etika, moral dan agama serta hukum.

Tidak semua kehamilan diharapkan kehadirannya oleh sebagian perempuan yang sedang
menjalani kehamilannya. Banyak hal yang menyebabkan seorang perempuan tidak
menginginkan kehamilannya, antara lain karena perkosaan, kehamilan yang terlanjur datang
pada saat yang belum diharapkan, janin dalam kandungan menderita cacat berat, kehamilan
di luar nikah, gagal KB, dan sebagainya. Ketika seorang perempuan mengalami kehamilan
tak diinginkan (KTD), diantara jalan keluar yang ditempuh adalah melakukan upaya aborsi,
baik yang dilakukan sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Banyak diantaranya yang
memutuskan untuk mengakhiri kehamilannya dengan mencari pertolongan yang tidak aman
sehingga mereka mengalami komplikasi serius atau kematian karena ditangani oleh orang
yang tidak kompeten atau dengan peralatan yang tidak memenuhi standar.
1.2 Rumusan Masalah
Bertitik masalah dari latar belakang di atas maka penulis merumuskan maslah sebagai
beikut :
a. Apa definisi Aborsi ?
b. Apa saja jenis-jenis Aborsi ?
c. Apa resiko kesehatan terhadap pelaku Aborsi ?
d. Bagaimana pandangan agama mengenai praktek aborsi ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulis membuat makalah tentang aborsi yaitu :
1. Melaksanakan tugas dari Dosen Mata Kuliah Pancasila
2. Menambah wawasan penulis mengenai praktek Aborsi
BAB II
TINJAUN TEORI

2.1 Definisi Aborsi


Secara sederhana kata aborsi adalah mati (gugurnya) hasil konsepsi. Pengertian
aborsi adalah tindakan penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan (sebelum usia 20 minggu kehamilan), bukan semata untuk menyelamatkan
jiwa ibu hamil dalam keadaan darurat tapi juga bisa karena sang ibu tidak menghendaki
kehamilan itu.
Dalam dunia kedokteran disebut Abortus atau aborsi adalah pengakhiran
kehamilan atau konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.  Berarti
pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum
diberi kesempatan untuk bertumbuh.

2.2 Jenis – Jenis Aborsi


Aborsi dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan tingkat kejadiannya, seperti berikut ini
a. Abortus completes (keguguran lengkap) artinya seluruh hasil konsepsi dikeluarkan
sehingga rongga rahim kosong.
b. Abortus inkompletus (keguguran bersisa) artinya hanya ada sebagian dari hasil
konsepsi yang dikeluarkan yang tertinggal adalah deci dua dan plasenta
c. Abortus iminen, yaitu keguguran yang membakat dan akan terjadi dalam hal ini
keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan
anti pasmodica
d. Missed abortion, keadan di mana janin sudah mati tetapi tetap berada dalam rahim
dan tidak dikeluarkan selama dua bulan atau lebih.
e. Abortus habitualis atau keguguran berulang adalah keadaan dimana penderita
mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
f. Abortus infeksious dan abortus septic, adalah abortus yang disertai infeksi genital.

Kehilangan janin tidak disengaja biasanya terjadi pada kehamilan usia muda (satu
sampai dengan tiga bulan). Ini dapat terjadi karena penyakit antara lain: demam; p
anas tinggi; ginjal, TBC, Sipilis atau karena kesalahan genetik. Pada aborsi spontan
tidak jarang janin keluar dalam keadaan utuh.
g. Abortus provokatus (indoset abortion)
Adalah aborsi yang disengaja baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat, ini
terbagi menjadi dua:
a. Abortus provocatus medicinalis adalah aborsi yang dilakukan oleh dokter atas
dasar indikasi medis, yaitu apabila tindakan aborsi tidak diambil akan
membahayakan jiwa ibu.
b. Abortus provocatus criminalis adalah aborsi yang terjadi oleh karena
tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis,
sebagai contoh aborsi yang dilakukan dalam rangka melenyapkan janin
sebagai akibat hubungan seksual di luar perkawinan.

2.3 Penyebab Aborsi


Dilihat dari kata aborsi pasti beberapa orang berpendapat negatif dengan kata
tersebut, namun dilihat dari ilmu kedokteran tindakan-tindakan aborsi juga perlu
dilakukan apabila calon ibu atau calon anak memiliki memiliki riwayat kesehatan yang
kurang dan akan berakibat fatal bagi si Ibu ,berikut ini beberapa alasan seseorang
melakukan aborsi :
 Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling umum
menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 8 minggu. Beberapa
faktor yang menyebabkan kelainan ini antara lain : kelainan kromoson/genetik,
lingkungan tempat menempelnya hasil pembuahan yang tidak bagus atau kurang
sempurna dan pengaruh zat zat yang berbahaya bagi janin seperti radiasi, obat
obatan, tembakau, alkohol dan infeksi virus.
 Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan pembentukan pembuluh
darah pada plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit darah tinggi yang
menahun.
 Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang ibu seperti
radang paru paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus toxoplasma.
 Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut rahim,
kelainan bentuk rahim terutama rahim yang lengkungannya ke belakang (secara
umum rahim melengkung ke depan), mioma uteri, dan kelainan bawaan pada rahim.
 Kehamilan diluar pernikahan yang disebabkan, korban perkosaan, dan sex bebas
yang memang calon si Ibu tidak menginginkan kehamilannya.

2.4 Resiko Kesehatan Terhadap Pelaku Aborsi


Pada umumnya dokter kandungan tidak bisa membantu siapapun menggugurkan
kandungan tanpa alasan yang jelas. Moralitas manusia yang normal tentu juga tidak akan
menghalalkan usaha menggugurkan kandungan ini. Menurut beberapa ahli kesehatan,
ada banyak sekali dampak buruk dari aborsi yang dilakukan dengan proses yang tidak
aman. Dampak tersebut sering sekali menyebabkan kematian pada ibu hamil.
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang
wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia “tidak
merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang”.
Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka 
yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi. Ada
2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:
1.   Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik
2.   Resiko gangguan psikologi

1. Resiko Kesehatan dan Keselamatan secara Fisik


ada saat melakukan aborsi  dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko
yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts of
Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu:
 Pendarahan hebat yang dapat menyebabkan kematian.
 Kematian secara tiba-tiba yang disebabkan karena proses pembiusan yang
gagal
 Infeksi serius di sekitar Rahim juga rentan sekali menyebabkan kematian.
 Rahim menjadi sobek.
 Kerusakan leher Rahim yang dapat menyebabkan cacat pada anak.
 Kanker payudara.
 Kanker leher Rahim
 Kanker indung telur,
 Kanker hati,
 Kelainan pada placenta pada kehamilan,
 Infeksi pada rongga panggul
 Mandul, dan
 Infeksi pada lapisan Rahim.

2. Resiko kesehatan mental


Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari
segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki
dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.Gejala ini
dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom
Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions
Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994).

Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal
seperti berikut ini:
1.    Kehilangan harga diri (82%)
2.    Berteriak-teriak histeris (51%)
3.    Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
4.    Ingin melakukan bunuh diri (28%)
5.    Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
6.    Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)

Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi
perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.

2.5 Pandangan Islam Tentang Aborsi


Praktek Aborsi dengan alasan apapun pada dasarnya berstatus haram.
Kendati demikian, praktik aborsi masih dimungkinkan sejauh kondisi darurat
mengancam nyawa ibu atau janin atau keduanya sekaligus.“Status ‘keadaan darurat
yang mengancam’’, ini berangkat dari pertimbangan medis dari tim dokter ahli.

 Aborsi Menurut Hukum Islam


Dr. Abdurrahman Al Baghdadi (1998) dalam bukunya Emansipasi Adakah
Dalam Islam halaman 127-128 menyebutkan bahwa aborsi dapat dilakukan sebelum
atau sesudah ruh (nyawa) ditiupkan. Jika dilakukan setelah setelah ditiupkannya ruh,
yaitu setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan, maka semua ulama ahli fiqih (fuqoha)
sepakat akan keharamannya. Tetapi para ulama fiqih berbeda pendapat jika aborsi
dilakukan sebelum ditiupkannya ruh. Sebagian memperbolehkan dan sebagiannya
mengharamkannya.
Yang memperbolehkan aborsi sebelum peniupan ruh, antara lain
Muhammad Ramli (w. 1596 M) dalam kitabnya An Nihayah dengan alasan karena
belum ada makhluk yang bernyawa. Ada pula yang memandangnya makruh, dengan
alasan karena janin sedang mengalami pertumbuhan.

Yang mengharamkan aborsi sebelum peniupan ruh antara lain Ibnu Hajar
(w. 1567 M) dalam kitabnya At Tuhfah dan Al Ghazali dalam kitabnya Ihya`
Ulumiddin. Bahkan Mahmud Syaltut, mantan Rektor Universitas Al Azhar Mesir
berpendapat bahwa sejak bertemunya sel sperma dengan ovum (sel telur) maka
aborsi adalah haram, sebab sudah ada kehidupan pada kandungan yang sedang
mengalami pertumbuhan dan persiapan untuk menjadi makhluk baru yang bernyawa
yang bernama manusia yang harus dihormati dan dilindungi eksistensinya. Akan
makin jahat dan besar dosanya, jika aborsi dilakukan setelah janin bernyawa, dan
akan lebih besar lagi dosanya kalau bayi yang baru lahir dari kandungan sampai
dibuang atau dibunuh (Masjfuk Zuhdi, 1993, Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum
Islam, halaman 81; M. Ali Hasan, 1995, Masail Fiqhiyah Al Haditsah Pada Masalah-
Masalah Kontemporer Hukum Islam, halaman 57; Cholil Uman, 1994, Agama
Menjawab Tentang Berbagai Masalah Abad Modern, halaman 91-93; Mahjuddin,
1990, Masailul Fiqhiyah Berbagai Kasus Yang Yang Dihadapi Hukum Islam Masa
Kini, halaman 77-79).
Pendapat yang disepakati fuqoha, yaitu bahwa haram hukumnya melakukan
aborsi setelah ditiupkannya ruh (empat bulan), didasarkan pada kenyataan bahwa
peniupan ruh terjadi setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan. Abdullah bin Mas’ud
berkata bahwa Rasulullah Saw telah bersabda:
“Sesungguhnya setiap kamu terkumpul kejadiannya dalam perut ibumu
selama 40 hari dalam bentuk ‘nuthfah’, kemudian dalam bentuk ‘alaqah’ selama itu
pula, kemudian dalam bentuk ‘mudghah’ selama itu pula, kemudian ditiupkan ruh
kepadanya.” [HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, dan Tirmidzi].
Maka dari itu, aborsi setelah kandungan berumur 4 bulan adalah haram, karena
berarti membunuh makhluk yang sudah bernyawa. Dan ini termasuk dalam kategori
pembunuhan yang keharamannya antara lain didasarkan pada dalil-dalil syar’i
berikut. Firman Allah SWT:

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena kemiskinan. Kami akan
memberikan rizki kepada mereka dan kepadamu.” (Qs. al-An’aam [6]: 151).

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut miskin. Kami akan
memberikan rizki kepada mereka dan kepadamu.” (Qs. al-Isra` [17]: 31).

“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)


melainkan dengan (alasan) yang benar (menurut syara’).” (Qs. al-Isra` [17]: 33).

Berdasarkan dalil-dalil ini maka aborsi adalah haram pada kandungan yang bernyawa
atau telah berumur 4 bulan, sebab dalam keadaan demikian berarti aborsi itu adalah
suatu tindak kejahatan pembunuhan yang diharamkan Islam, kecuali dengan alasan
yang benar misalkan : dengan kehamilan tersebut akan membahayakan nyawa ibu
yang mengandung.
BAB III
ANALISA

Judul : Remaja Aborsi Tewas Usai Disuntik Bidan

Kasus:

Minggu,18 Mei 2008 20:00 WIB

KEDIRI - Kasus aborsi yang berujung kematian terjadi Kediri. Novila Sutiana (21), warga
Dusun Gegeran, Desa/Kecamatan Sukorejo, Ponorogo, Jawa Timur, tewas setelah berusaha
menggugurkan janin yang dikandungnya. Ironisnya, korban tewas setelah disuntik obat
perangsang oleh bidan puskesmas.

Peristiwa naas ini bermula ketika Novila diketahui mengandung seorang bayi hasil
hubungannya dengan Santoso (38), warga Desa Tempurejo, Kecamatan Wates, Kediri.
Sayangnya, janin yang dikandung tersebut bukan buah perkawinan yang sah, namun hasil
hubungan gelap yang dilakukan Novila dan Santoso.

Santoso sendiri sebenarnya sudah menikah dengan Sarti. Namun karena sang istri bekerja
menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di Hongkong, Santoso kerap tinggal sendirian di
rumahnya. Karena itulah ketika bertemu dengan Novila yang masih kerabat bibinya di
Ponorogo, Santoso merasa menemukan pengganti istrinya. Ironisnya, hubungan tersebut
berlanjut menjadi perselingkuhan hingga membuat Novila hamil 3 bulan.

Panik melihat kekasihnya hamil, Santoso memutuskan untuk menggugurkan janin tersebut
atas persetujuan Novila. Selanjutnya, keduanya mendatangi Endang Purwatiningsih (40),
yang sehari-hari berprofesi sebagai bidan di Desa Tunge, Kecamatan Wates, Kediri.
Keputusan itu diambil setelah Santoso mendengar informasi jika bidan Endang kerap
menerima jasa pengguguran kandungan dengan cara suntik.
Pada mulanya Endang sempat menolak permintaan Santoso dan Novila dengan alasan
keamanan. Namun akhirnya dia menyanggupi permintaan itu dengan imbalan Rp2.100.000.
Kedua pasangan mesum tersebut menyetujui harga yang ditawarkan Endang setelah turun
menjadi Rp2.000.000. Hari itu juga, bidan Endang yang diketahui bertugas di salah satu
puskesmas di Kediri melakukan aborsi.

Metode yang dipergunakan Endang cukup sederhana. Ia menyuntikkan obat penahan rasa
nyeri Oxytocin Duradril 1,5 cc yang dicampur dengan Cynaco Balamin, sejenis vitamin B12
ke tubuh Novila. Menurut pengakuan Endang, pasien yang disuntik obat tersebut akan
mengalami kontraksi dan mengeluarkan sendiri janin yang dikandungnya.

"Ia (bidan Endang) mengatakan jika efek kontraksi akan muncul 6 jam setelah disuntik. Hal
itu sudah pernah dia lakukan kepada pasien lainnya," terang Kasat Reskrim Polres Kediri
AKP Didit Prihantoro di kantornya, Minggu (18/5/2008).

Celakanya, hanya berselang dua jam kemudian, Novila terlihat mengalami kontraksi hebat.
Bahkan ketika sedang dibonceng dengan sepeda motor oleh Santoso menuju rumahnya,
Novila terjatuh dan pingsan karena tidak kuat menahan rasa sakit. Apalagi organ intimnya
terus mengelurkan darah.

Warga yang melihat peristiwa itu langsung melarikannya ke Puskemas Puncu. Namun karena
kondisi korban yang kritis, dia dirujuk ke RSUD Pare Kediri. Sayangnya, petugas medis di
ruang gawat darurat tak sanggup menyelamatkan Novila hingga meninggal dunia pada hari
Sabtu pukul 23.00 WIB.

Petugas yang mendengar peristiwa itu langsung menginterogasi Santoso di rumah sakit.
Setelah mengantongi alamat bidan yang melakukan aborsi, petugas membekuk Endang di
rumahnya tanpa perlawanan. Di tempat praktik sekaligus rumah tinggalnya, petugas
menemukan sisa-sisa obat yang disuntikkan kepada korban. Saat ini Endang berikut Santoso
diamankan di Mapolres Kediri karena dianggap menyebabkan kematian Novila.

Lamin (50), ayah Novila yang ditemui di RSUD Pare Kediri mengaku kaget dengan
kehamilan yang dialami anaknya. Sebab selama ini Novila belum memiliki suami ataupun
pacar. Karena itu ia meminta kepada polisi untuk mengusut tuntas peristiwa itu dan
menghukum pelaku.

Akibat perbuatan tersebut, Endang diancam dengan pasal 348 KUHP tentang pembunuhan.
Hukuman itu masih diperberat lagi mengingat profesinya sebagai tenaga medis atau bidan.
Selain itu, polisi juga menjeratnya dengan UU Kesehatan nomor 23 tahun 1992. Belum
diketahui secara pasti sudah berapa lama Endang membuka praktik aborsi tersebut. (Hari Tri
Wasono, 2008)
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan Hukum

Aborsi menurut pandangan hukum di Indonesia :

1) Menurut KUHP dinyatakan bahwa ibu yang melakukan aborsi, dokter atau bidan atau
dukun yang membantu melakukan aborsi, dan orang yang mendukung terlaksananya aborsi
akan mendapat hukuman.

Pasal 229

1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya diobati,
dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya
dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling
banyak empat puluh ribu rupiah.

2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan atau
juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.

3. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pekerjaannya maka
dapat dicabut haknya untuk melakukan pekerjaan itu.

Pasal 346

Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh
orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Pasal 347

1. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita
tanpa persetujuan, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

2. Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling
lama lima belas tahun.
Pasal 348

1. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seseorang wanita
dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.

2. Jika perbuatan tersebut mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikarenakan pidana


penjara paling lama tujuh tahun.

Pasal 349

Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal
346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan
dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah
dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana
kejahatan dilakukan.

Pasal 535

Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana untuk menggugurkan


kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta menawarkan, ataupun secara
terang-terangn atau dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk sebagai bisa didapat,
sarana atau perantaraan yang demikian itu, diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan
atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan:

1. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh orang lain,
diancam hukuman empat tahun.

2. Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa persetujuan
ibu hamil tersebut diancam hukuman 12 tahun, dan jika ibu hamil itu mati diancam 15 tahun

3. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan bila ibu
hamil tersebut mati diancam hukuman 7 tahun penjara.
4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang dokter,
bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya ditambah sepertiganya dan hak
untuk praktek dapat dicabut.

2) Selain KUHP, abortus buatan yang ilegal juga diatur dalam Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan :

Pasal 15

1. Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau
janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.

2. Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan :

a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut;

b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan
sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli;

c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya;

d. Pada sarana kesehatan tertentu.

Pasal 80

Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang
tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) dan ayat (2),
dipidana dengan penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak
Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

3) Pembaharuan Undang - Undang Kesehatan yaitu UU No.36 tahun 2009 Tentang


Kesehatan, dijelaskan pula tentang aborsi.

Pasal 75

1. Setiap orang dilarang melakukan aborsi.

2. Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:


a. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat
bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di
luar kandungan; atau

b. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban
perkosaan;

c. Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui
konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan
yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.

d. Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 76

Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:

a. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir,
kecuali dalam hal kedaruratan medis;

b. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki
sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;

c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;

d. Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan

e. Denyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 77

Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung
jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 194

Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama
10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)

4.2 Pembahasan Kasus

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia abortus didefinisikan sebagai terjadi


keguguran janin; melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena
tak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu).

Aborsi yang dilegalkan diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan Pasal 15, sedangkan Pembaharuan Undang - Undang
Kesehatan yaitu UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, dijelaskan pula pada Pasal 75 ayat
2 dan pasal 76.

Pada kasus di atas dijelaskan bahwa terjadi suatu aborsi tetapi jenis aborsi illegal.
Kasus diatas berawal dari pasangan yang melakukan hubungan gelap (perselingkuhan) yang
mengakibatkan sang wanita hamil, Pria dan wanita sepakat untuk menggugurkan kandungan
yang berumur 3 bulan itu ke bidan. Bidan menyanggupi untuk melakukan aborsi tersebut
dengan imbalan Rp 2.000.000,00.

Semua ahli madya kesehatan wajib mengucap sumpah janji ketika lulus dari
pendidikan. Salah satu isi sumpah janji tersebut yaitu untuk melaksanakan tugas sabaik-
baiknya menurut undang-undang yang berlaku. Tetapi pada kasus ini bidan E melanggar
sumpah tersebut. Bidan dengan sengaja dan adanya niat memberikan suntikan oxytocin
duradril 1,5 cc yang dicampur dengan cynano balamin. Hal ini mengakibatkan perdarahan
hebat pada wanita tersebut dan berakhir dengan kematian.

Kasus aborsi di atas termasuk kasus pidana, karena adanya aduan dari ayah korban
yang meminta kepada polisi untuk mengusut tuntas peristiwa itu dan menghukum pelaku.
Kasus ini mengakibatkan bidan E terjerat pasal 348 KUHP tentang pembunuhan daan
melanggar Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 atau pada Undang-
undang yang baru yaitu Undang-undang Kesehatan No 36 tahun 2009.
Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 bidan E bisa
dijerat dengan Pasal 80 dengan ketentuan dipidana dengan penjara paling lama 15 (lima
belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah),
sedangkan menurut pembaharuan Undang Undang Republik Indonesia No.36 tahun 2009
dijerat dengan pasal 194 dengan ketentuan dipidana dengan penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Aborsi bukan sekedar masalah medis atau kesehatan masyarakat, namun juga problem
sosial yang muncul karena manusia mengekor pada peradaban Barat. Maka pemecahannya
haruslah dilakukan secara komprehensif-fundamental-radikal, yang intinya adalah dengan
mencabut sikap taqlid kepada peradaban Barat dengan menghancurkan segala nilai dan
institusi peradaban Barat yang bertentangan dengan Islam, untuk kemudian digantikan
dengan peradaban Islam yang manusiawi dan adil.

Hukum aborsi dalam pandangan Islam menegaskan keharaman aborsi jika umur
kehamilannya sudah 4 (empat) bulan, yakni sudah ditiupkan ruh pada janin. Untuk janin yang
berumur di bawah 4 bulan, para ulama telah berbeda pendapat. Jadi ini memang masalah
khilafiyah. Namun menurut pemahaman kami, pendapat yang rajih (kuat) adalah jika aborsi
dilakukan setelah 40 (empat puluh) hari, atau 42 (empat puluh dua) hari dari usia kehamilan
dan pada saat permulaan pembentukan janin, maka hukumnya haram. Sedangkan
pengguguran kandungan yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh (ja’iz)
dan tidak apa-apa. Wallahu a’lam [M. Shiddiq al-Jawi]

5.2 Saran
Saran bagi penulis, jika diantara kalian ada yang berfikir akan melakukan tindakan Aborsi!
Fikirkanlah dampak kesehatan untuk diri kalian di masa yang akan datang dan pertahankanlah
karunia Allah swt yang telah diberikan kepada kalian sebagai anugrah terindah yang tak
bersalah.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.indocell.net/yesaya/id561.htm

http://timoroman.com/13-dampak-negatif-aborsi-menurut-ahli/

https://konsultasi.wordpress.com/2007/01/18/aborsi-dalam-pandangan-hukum-islam/

https://id.wikipedia.org/wiki/Gugur_kandungan

Frans H. Winarta, Pro-Kontra Abortus dalam UU Kesehatan, www.sinarharapan.co.id

https://www.dpr.go.id

http://makalahaborsi.blogspot.co.id/

http://www.aborsi.org/resiko.htm
https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/sehat/Kode-Etik-Kedokteran.pdf
http://repo.unand.ac.id/2358/4/BAB%25201%2520ABORTUS.pdf
Soekidjo Notoatmodjo, 2010, Etika Dan Hukum Kesehatan.Rineka Cipta. Jakarta . Hal 136
http://e-journal.uajy.ac.id/16787/3/HK117682.pdf
https://sains.kompas.com/read/2015/08/09/185446923/Kenali.6.Jenis.Keguguran
Kompas.com http://scbsradio.co.cc/2009/09/kasus-aborsi-remaja-indonesia/ 13- 10-2011
Adami chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nyawa, PT raja grafindo persada, jakarta,
2001
http://agungmavis20.blogspot.com/2015/11/makalah-lengkap-aborsi.html

Anda mungkin juga menyukai