Anda di halaman 1dari 15

Tugas Kelompok Mata Kuliah Filsafat IPA dan Bioetika

ABORSI
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Filasafat IPA dan Bioetika oleh Prof. Dr. Ir. Hj. Yusmina Hala, MS.

Oleh : Kelompok VII


SUHAEDIR BACHTIAR AMRI RAHMAWATI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari tingginya angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia sendiri, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. Angka yang tidak sedikit mengingat besarnya tingkat kehamilan di Indonesia. Selain itu, ada yang mengkategorikan aborsi itu pembunuhan. Ada yang melarang atas nama agama. Ada yang menyatakan bahwa jabang bayi juga punya hak hidup, sehingga harus dipertahankan, dan lain-lain. Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia. Namun sebenarnya aborsi juga merupakan penyebab kematian ibu, hanya saja muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis. Akan tetapi, kematian ibu yang disebabkan komplikasi aborsi sering tidak muncul dalam laporan kematian, tetapi dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis. Hal itu terjadi karena hingga saat ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial di masyarakat. Di satu pihak aborsi dianggap ilegal dan dilarang oleh agama sehingga masyarakat cenderung menyembunyikan kejadian aborsi, di lain pihak aborsi terjadi di masyarakat. Ini terbukti dari berita yang ditulis di surat kabar tentang terjadinya aborsi di masyarakat, selain dengan mudahnya didapatkan jamu dan obat-obatan peluntur serta dukun pijat untuk mereka yang terlambat datang bulan. Tidak ada data yang pasti tentang besarnya dampak aborsi terhadap kesehatan ibu, WHO memperkirakan 10-50% kematian ibu disebabkan oleh aborsi (tergantung kondisi masing-masing negara). Diperkirakan di seluruh dunia setiap tahun dilakukan 20 juta aborsi tidak aman, 70.000 wanita meninggal akibat aborsi tidak aman, dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. Di Asia tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahunnya, di antaranya 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Risiko kematian akibat

aborsi tidak aman di wilayah Asia diperkirakan antara 1 dari 250, negara maju hanya 1 dari 3700. Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah aborsi di Indonesia masih cukup besar. Aborsi merupakan masalah yang kompleks, mencakup nilai-nilai religius, etika, moral dan ilmiah serta secara spesifik sebagai masalah biologi.

B. Rumusan Masalah Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Apakah yang dimaksud dengan Aborsi ? 2. Bagaimanakah masalah yang ditimbulkan oleh Aborsi ? 3. Bagaimanakah Pandangan Agama, Hukum, dan Bioetika tentang Aborsi ?

C. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Aborsi. 2. Untuk mengetahui masalah yang ditimbulkan oleh Aborsi. 3. Untuk mengetahui pandangan Agama, Hukum, dan Bioetika tentang Aborsi. D. Manfaat Penulisan Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Sebagai bahan informasi tentang dampak yang ditimbulkan dari aborsi. 2. Sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan dalam penulisan makalah yang relevan.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Aborsi Menurut Fact About Abortion, Info Kit on Womens Health oleh Institute for Social, Studies and Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan aborsi didefinisikan sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi dalam rahim (uterus), sebelum usia janin (fetus) mencapai 20 minggu (Stevan Adhi Nugroho, 2011). Jadi, gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah terjadi keguguran janin; melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak

menginginkan bakal bayi yang dikandung itu). Secara umum, istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja maupun tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum bulan ke empat masa kehamilan). Defenisi lain tentang aborsi yaitu Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah abortus adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia 20 minggu kehamilan atau berat bayi kurang dari 500 g (ketika janin belum dapat hidup di luar kandungan).1 Angka kejadian aborsi meningkat dengan bertambahnya usia dan terdapatnya riwayat aborsi sebelumnya. B. Penyebab Aborsi (Abortus) Secara garis besar ada 2 hal penyebab Abortus, yaitu : 1. Maternal Penyebab secara umum : 1) Infeksi akut virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis Infeksi bakteri, misalnya streptokokus Parasit, misalnya malaria 2) Infeksi kronis

Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua. Tuberkulosis paru aktif.

Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll

2. Janin Penyebab paling sering terjadinya abortus dini adalah kelainan pertumbuhan hasil konsepsi (pembuahan), baik dalam bentuk Zigot, embrio, janin maupun plasenta. C. Macam-macam Aborsi (ABORTUS) 1. Abortus Provokatus ialah tindakan memperbolehkan pengaborsian dengan syarat-syarat sebagai berikut:

Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang terus menerus, atau jika janin telah meninggal (missed abortion).

Mola Hidatidosa atau hidramnion akut. Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis. Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika dengan adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan lainnya pada tubuh seperti kanker payudara.

Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi. Telah berulang kali mengalami operasi caesar. Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung organik dengan kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru aktif, toksemia gravidarum yang berat.

Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang disertai komplikasi vaskuler, hipertiroid, dll.

Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat. Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum. Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus seperti ini sebelum melakukan tindakan abortus harus berkonsultasi dengan psikiater.

2. Abortus Spontaneus Insiden abortus spontan diperkirakan 10% dari seluruh kehamilan. Namun angka ini mempunyai dua kelemahan, yaitu kegagalan untuk menghitung abortus dini yang tidak terdeteksi, serta aborsi ilegal yang dinyatakan sebagai abortus spontan. Insiden abortus spontan sulit untuk ditentukan secara tepat, karena sampai sekarang belum diterapkan kapan sebenarnya dimulainya kehamilan? Apakah penetrasi sperma kedalam sel telur sudah merupakan kehamilan? Apakah pembelahan sel telur yang telah dibuahi berarti mulainya kehamilan? Atau kehamilan dimulai setelah blastocyst membenamkan diri kedalam decidua? Atau setelah janin bernyawa? Dengan pemeriksaan tes yang dapat mendeteksi Human Chorionic Gonadotropin maka frekuensi abortus akan menjadi lebih tinggi (20% 62%). Penyebab abortus spontan Lebih dari 80% abortus terjadi pada usia kehamilan 12 minggu. Setengah di antaranya disebabkan karena kelainan kromosom. Resiko terjadinya abortus meningkat dengan makin tingginya usia ibu serta makin banyaknya kehamilan. Selain itu kemungkinan terjadinya abortus bertambah pada wanita yang hamil dalam waktu tiga bulan setelah melahirkan. Pada abortus dini, pengeluaran janin/embrio biasanya didahului dengan kematian janin/embrio. Sedangkan abortus pada usia yang lebih lanjut, biasanya janin masih hidup sebelum dikeluarkan. Kelainan Pertumbuhan Zigot. Penyebab paling sering terjadinya abortus dini adalah kelainan pertumbuhan hasil konsepsi (pembuahan), baik dalam bentuk Zygote, embrio, janin maupun placenta. Ternyata 50% 60% dari abortus ini berhubungan dengan kelainan kromosom.

Faktor Ibu. Penyakit pada ibu biasanya terjadi pada janin dengan kromosom yang normal, paling banyak pada usia kehamilan 13 minggu. Beberapa macam infeksi bakteria atau virus dapat menyebabkan abortus. Penyakit ibu yang kronis biasanya tidak menyebabkan abortus, meskipun dapat menyebabkan kematian janin pada usia yang lebih lanjut atau menyebabkan persalinan prematur. Kelainan pada uterus (rahim) dapat menyebabkan abortus spontan. Pembagian abortus spontan

Abortus Imminens (threatened abortion), yaitu adanya gejala-gejala yang mengancam akan terjadi aborsi. Dalam hal demikian kadangkadang kehamilan masih dapat diselamatkan.

Abortus Incipiens (inevitable abortion), artinya terdapat gejala akan terjadinya aborsi, namun buah kehamilan masih berada di dalam rahim. Dalam hal demikian kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi.

Abortus Incompletus, apabila sebagian dari buah kehamilan sudah keluar dan sisanya masih berada dalam rahim. Pendarahan yang terjadi biasanya cukup banyak namun tidak fatal, untuk pengobatan perlu dilakukan pengosongan rahim secepatnya.

Abortus Completus, yaitu pengeluaran keseluruhan buah kehamilan dari rahim. Keadaan demikian biasanya tidak memerlukan

pengobatan.

Missed Abortion. Istilah ini dipakai untuk keadaan dimana hasil pembuahan yang telah mati tertahan dalam rahim selama 8 minggu atau lebih. Penderitanya biasanya tidak menderita gejala, kecuali tidak mendapat haid. Kebanyakan akan berakhir dengan pengeluaran buah kehamilan secara spontan dengan gejala yang sama dengan abortus yang lain.

3. Abortus Therapeuticus Abortus therapeuticus adalah pengakhiran kehamilan pada saat dimana janin belum dapat hidup demi kepentingan mempertahankan kesehatan

ibu. Menurut Undang-Undang di Indonesia tindakan ini dapat dibenarkan. Keadaan kesehatan ibu yang membahayakan nyawa ibu dengan adanya kehamilan adalah penyakit jantung yang berat, hypertensi berat, serta beberapa penyakit kanker. Di beberapa negara, termasuk dalam kategori ini adalah kehamilan akibat perkosaan atau insect, dan pada keadaan dimana bayi yang dikandungnya mempunyai cacat fisik atau mental yang berat. Di negara-negara Eropa, aborsi diperbolehkan apabila ibu menderita campak Jerman (German Measles) pada trimester pertama. 4. Elective Abortion Aborsi sukarela adalah pengakhiran kehamilan pada saat janin belum dapat hidup namun bukan karena alasan kesehatan ibu atau janin. Pada masa kini, aborsi jenis inilah yang paling sering dilakukan. Di Amerika Serikat, terjadi satu aborsi sukarela untuk tiap 3 janin lahir hidup. 5. Eugenic Abortion pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat. D. Efek Aborsi 1. Efek Jangka Pendek

Rasa sakit yang intens Terjadi kebocoran uterus Pendarahan yang banyak Infeksi Bagian bayi yang tertinggal di dalam Shock/Koma Merusak organ tubuh lain Kematian

2.

Efek Jangka Panjang


Tidak dapat hamil kembali Keguguran Kandungan Kehamilan Tubal

Kelahiran Prematur Gejala peradangan di bagian pelvis Hysterectom

E. Resiko Aborsi Aborsi memiliki risiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap kesehatan maupun keselamatan hidup seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa seseorang yang melakukan aborsi ia tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang . Resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi berisiko kesehatan dan keselamatan secara fisik dan gangguan psikologis. Risiko kesehatan dan keselamatan fisik yang akan dihadapi seorang wanita pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi adalah ;

Kematian mendadak karena pendarahan hebat. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan. Rahim yang sobek (Uterine Perforation). Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya.

Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita).

Kanker indung telur (Ovarian Cancer). Kanker leher rahim (Cervical Cancer). Kanker hati (Liver Cancer). Kelainan pada ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada kehamilan berikutnya.

Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi ( Ectopic Pregnancy).

Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease). Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai Post-Abortion Syndrome (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam Psychological Reactions Reported After Abortion di dalam penerbitan The Post-Abortion Review. Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut ini: 1. 2. 3. 4. Kehilangan harga diri (82%) Berteriak-teriak histeris (51%) Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%) Ingin melakukan bunuh diri (28%) Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%) 5. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%) Oleh sebab itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam hal ini adanya perhatian khusus dari orang tua remaja tersebut untuk dapat memberikan pendidikan seks yang baik dan benar. F. Pandangan Agama Terhadap Aborsi Kami akan membahas hal ini dari segi agama Islam (Al-Quran & Aborsi) serta agama Kristen (Alkitab & Aborsi) untuk menggambarkan pemahaman lebih lanjut mengenai aborsi dan agama. Pertama-tama kami akan membahasnya dari segi agama Islam dan kemudian dari segi agama Kristen. Al-Quran & Aborsi Umat Islam percaya bahwa Al-Quran adalah Undang-Undang paling utama bagi kehidupan manusia. Allah berfirman: Kami menurunkan Al-Quran kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu. (QS 16:89) Jadi, jelaslah bahwa ayat-ayat yang terkandung didalam Al-Quran mengajarkan semua umat tentang hukum yang mengendalikan perbuatan manusia. Tidak ada satupun ayat didalam Al-Quran yang menyatakan bahwa aborsi boleh dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya, banyak sekali ayat-ayat yang

menyatakan bahwa janin dalam kandungan sangat mulia. Dan banyak ayat-ayat yang menyatakan bahwa hukuman bagi orang-orang yang membunuh sesama manusia adalah sangat mengerikan. Abdullah bin Masud berkata bahwa Rasulullah SAW telah bersabda : Sesungguhnya setiap kamu terkumpul kejadiannya dalam perut ibumu selama 40 hari dalam bentuk nuthfah (zigot), kemudian dalam bentuk alaqah (embrio) selama itu pula [40 hari], kemudian dalam bentuk mudghah (fetus) selama itu pula [40 hari], kemudian ditiupkan ruh kepadanya. (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, dan Tirmidzi). Allah SWT berfirman : Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena kemiskinan. Kami akan memberikan rizki kepada mereka dan kepadamu. (QS Al Anaam [6] : 151) Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut miskin. Kami akan memberikan rizki kepada mereka dan kepadamu. (QS Al Isra` [17] : 31 ) Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan (alasan) yang benar (menurut syara). (QS Al Isra`[17] : 33) Dan apabila bayi-bayi yang dikubur hidup-hidup itu ditanya karena dosa apakah ia dibunuh. (QS At Takwir : 8-9) Berdasarkan dalil-dalil ini, maka aborsi juga haram pada kandungan yang bernyawa atau telah berumur 4 bulan, sebab dalam keadaan demikian berarti aborsi adalah pembunuhan yang telah diharamkan Islam.

Alkitab & Aborsi Semua umat Kristiani bisa membaca kembali Kitab Sucinya untuk mengerti dengan jelas, betapa Tuhan sangat tidak berkenan atas pembunuhan seperti yang dilakukan dalam tindakan aborsi. G. Pandangan Hukum Terhadap Aborsi Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau pengguguran janin termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah Abortus Provocatus Criminalis Yang menerima hukuman adalah:

1. Ibu yang melakukan aborsi. 2. Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi. 3. Orang - orang yang mendukung terlaksananya aborsi. H. Pandangan Bioetika Terhadap Aborsi Aborsi tetap saja menjadi masalah kontroversial, tidak saja dari sudut pandang kesehatan, tetapi juga dari sudut pandang hukum dan agama serta etika. Tetapi dalam alasan-alasan yang positif dan dapat dipertanggungjawabkan aborsi dapat dilakukan, misalnya untuk hal-hal yang jika tidak dilakukan akan mengakibatkan sesuatu yang sangat merugikan. Dalam pemahaman seperti itu, aborsi mungkin dilakukan apabila: 1. 2. 3. Demi keselamatan jiwa ibu. Kalau probabilitas (kemungkinan) bayi yang akan dilahirkan akan cacat. Keluarga-keluarga yang memang beban ekonominya sangat berat sekali dan usia janin tersebut masih sangat muda sekali. Namun ini bukan berarti kami menyetujui tindakan aborsi, karena aborsi tetap akan berlangsung terus. Justru masyarakat juga harus diberi terapi. Orangorang yang mendorong aborsi itu yang harus diperhatikan juga. Oleh karena itu saya menegaskan bahwa etika menjadi efektif kalau tidak dilihat secara normatif semata, namun harus melihat realitas yang ada. Permasalahannya bukan boleh atau tidak boleh, benar atau tidak benar. Prinsip etika harus dikaitkan dengan kenyataan hidup. Realitas dosa inilah yang menyebabkan masalah aborsi tidak dapat dilihat secara hitam dan putih.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasakan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Abortus adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia 20 minggu kehamilan atau berat bayi kurang dari 500 g (ketika janin belum dapat hidup di luar kandungan). 2. Secara garis besar ada 2 hal penyebab Abortus, yaitu : maternal dan janin 3. Macam-macam aborsi (abortus) yaitu abortus provokatus, abortus spontaneus, abortus therapeoticus, elective abortion, dan eugenic abortion. 4. Efek aborsi ada dua yaitu efek jangka panjang dan efek jangka pendek. 5. Perbuatan aborsi dengan tujuan dan maksud tertentu memang ada yang boleh dilakukan dan ada yang tidak boleh dilakukan. Tujuan dan maksud tersebut memang boleh dilakukannya tindakan aborsi, apabila dalam situasi janin akan mati bersama ibunya apabila tidak dilaksanakan pengguguran dan situasi dimana ibu akan meninggal bila janin tidak digugurkan. Tetapi tindakan aborsi tidak diperkenankan apabila seorang wanita malu menanggung resiko mempunyai anak diluar nikah ataupun di dalam situasi perkawinan dimana seorang ibu yang hamil dan mempunyai banyak anak, tetapi ibu tersebut tidak menginginkan kehadiran anaknya didalam kehamilanya, maka ibu tersebut tidak boleh melakukan tindakan aborsi. B. Saran Disarankan kepada ibu yang hamil untuk tidak melakukan aborsi tanpa alasan yang benar, karena aborsi selain memiliki efek dan resiko juga tidak diperbolehkan dari segi agama, hukum dan bioetika.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim a, 2011. Metode-metode Aborsi. http://abortus.blogspot.com/2007/11/metode-metode-aborsi.html. Diakses pada hari kamis tanggal 8 Desember 2011. Anonim b, 2011. Abortus. http://abortus.blogspot.com/search/label/Abortus. Diakses pada hari kamis tanggal 8 Desember 2011. Anonim c, 2011. Resiko. http://abortus.blogspot.com/search/label/Resiko. Diakses pada hari kamis tanggal 8 Desember 2011. Anonim d, 2011. Apakah Aborsi Salah Satu Hak Azasi Manusia. http://mathiasdarwin.wordpress.com/2007/09/08/apakah-aborsi-salahsatu-hak-azasi-manusia/. Diakses pada hari kamis tanggal 8 Desember 2011. Anonim e, 2011. Aborsi. http://www1.bpkpenabur.or.id/kps-jkt/p4/bk/aborsi.htm. Diakses pada hari kamis tanggal 8 Desember 2011. Anonim f, 2011. Kesehatan. http://www.kompas.com/ver1/Kesehatan/0609/15/020926.htm. Diakses pada hari kamis tanggal 8 Desember 2011. Anonim g, 2011. Makalah Aborsi untuk Pelajar SMA- Mahasiswa. http://stevan777.wordpress.com/2008/01/02/makalah-aborsi-untukpelajar-sma-mahasiswa/. Diakses pada hari kamis tanggal 8 Desember 2011. Anonim h, 2011. Defenisi. http://www.aborsi.org/definisi.htm. Diakses pada hari kamis tanggal 8 Desember 2011. Anonim i, 2011. Penerapan Etika dan Profesionalisme. http://sampahtutorial.blogspot.com/2009/07/penerapan-etika-dan profesionalisme.html. Diakses pada hari kamis tanggal 8 Desember 2011. Zuhra Farah, 2011. Aborsi dalam Pandangan Hukum Islam. http://www.gaulislam.com/aborsi-dalam-pandangan-hukum-islam. Diakses pada hari kamis tanggal 8 Desember 2011.

Anda mungkin juga menyukai