Anda di halaman 1dari 2

STUDI KASUS KESENJANGAN FASILITAS KESEHATAN

Masyarakat saat ini terdiri dari masyarakat tradisional dan masyarakat modern. Namun, baik
masyarakat tradisional dan modern membutuhkan fasilitas pelayanan kesehatan.Kesenjangan
fasiltas kesehatan sudah terlihat di negara kita. Pada lingkungan kota besar, sudah banyak tersebar
rumah sakit yang memiliki fasilitas lengkap dan didukung dengan teknologi modern. Sedangkan
jika kita menilik di daerah pedesaan nampaknya fasilitas kesehatan dirasa kurang memadai.
Biasanya,di lingkungan pedesaan hanya terdapat puskesmas untuk melayani masyarakat. Dan tak
dapat dipungkiri fasilitas pelayanan di puskesmas sangat jauh jika dibandingkan dengan fasilitas
pelayanan kesehatan di kota besar seperti rumah sakit umum. Hal tersebut menyebabkan
masyarakat pedesaan yang memiliki penyakit serius yang tidak dapat ditangani di puskesmas harus
segera dirujuk ke rumah sakit umum. Ini sungguh merepotkan dan menyusahkan bagi masyarakat
pedesaan. Belum lagi jika melihat letak rumah sakit yang jauh dari desa,pasti akan menambah
biaya transportasi bagi masyarakat itu sendiri. Disini terlihat bahwa pemerintah dalam membangun
fasilitas kesehatan nampaknya hanya memprioritaskan di lingkungan kota besar saja yang
masyarakatnya tergolong menengah keatas, sedangkan masyarakat pedesaan yang tergolong
menengah kebawah kurang diperhatikan. Bahkan jika kita menilik lebih jauh lagi mengenai
fasilitas kesehatan di daerah terpencil/pelosok, realitanya disana tidak ada fasilitas pelayanan
kesehatan yang mengakibatkan angka kematian di daerah pelosok itu cukup tinggi. Pemerintah
rupanya kurang memperhatikan masyarakat miskin di negeri ini. Masyarakat fakir-miskin bukan
sampah masyarakat. Mereka ada di tengah-tengah kita sesuai dengan takdir dan hikmah Allah
SWT. Tetapi, ada yang melihat rendah dan hina mereka, menganggap mereka hanyalah parasit
yang mengganggu perputaran ekonomi dan menjadi aib masyarakat. Tetapi mereka jauh lebih
mulia dari itu. Bahkan yang miskin tetapi sabar dan syukur, jauh lebih mulia di sisi Allah SWT
dari yang kaya tetapi sombong. Akhirat menginginkan mereka. Seandainya bukan mereka, banyak
anak manusia yang lupa daratan, lupa akhirat dan akan menjadi penghuni-penghuni neraka. Jadi
mereka mulia karena telah memerankan peran sosial yang luar biasa. Jika Anda masih bertanya:
“Kenapa Al-Quran dan sunnah mewajibkan saya peduli mereka, bukankah harta itu hasil jerih
payah sendiri? Kenapa setiap hasil usaha tersebut diwajibkan atasnya zakat, bukankah itu saya
peroleh setelah mengeluarkan biaya banyak dan tenaga? Apakah ini sebuah keadilan?”. Syariat
menjawab: “Anda boleh bertanya seperti itu, tetapi Anda diharap memahami bahwa yang Anda
punya bukan milik Anda sepenuhnya. Itu titipan Allah untuk menjadi sarana kebaikan antara
sesama. Bukankah harta itu kadang hilang, meski Anda telah memberikan penjagaan yang ketat?
Di harta itu ada hak fakir-miskin. Di harta itu juga, ada obat sosial yang dapat menjaga kesenjangan
masyarakat kaya dan miskin. Bukankah kehancuran Fir’aun, Qarun, dan para pengikutnya
disebabkan oleh kesombongan, ketamakan dan hardik mereka terhadap fakir-miskin? Harta Anda
sarana efektif menghilangkan kesenjangan sosial di antara lapisan masyarakat.
Ustadz Said Nursi berkata:
“Mustahil tercapai kehidupan damai dan rukun dalam masyarakat, kecuali dengan menjaga
keseimbangan antara orang-orang kaya (al-khawâsh) dan para fakir-miskin (al-awâm). Dengan
dasar balance ini akan terbina rasa iba orang kaya terhadap orang miskin, serta taat dan hormat
orang miskin terhadap orang kaya.”

Anda mungkin juga menyukai