Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Islam Indonesia
2015
Film
tersebut
menganalisis
ekonomi
global
baru
dan
ini
menyorot
pada
penguasa
baru
dunia
yaitu
perusahaan
pekerjaan
dan
mata
pencaharian
mereka.
Alih-alih
negara
barat
memanipulasi
dan
merancangnya
guna
merupakan
negara
berkembang
dengan
kekayaan
alam
dan
manusianya yang melimpah tetapi berada dalam kuasa investor asing yang
mendapatkan legalitas dari pemerintah setempat. Situasi tersebut dimana
terjadi eksploitasi pekerja (buruh), kasus utang luar negeri yang tak
kunjung usai, dan penyimpangan globalisasi yang merugikan rakyat kecil.
Pilgers memaparkan kondisi buruh pabrik di Indonesia yang bekerja di
perusahaan multinasional seperti Nike, GAP, Old Navy dan Adidas, jauh dari
hak-haknya sebagai pekerja, dimana mereka digaji dengan upah yang
rendah, namun menurut pemerintah itu merupakan setengah lebih dari
standar hidup di Indonesia. Selain tiu, kondisi tempat kerja yang
mengenaskan, jam kerja yang tidak teratur, dan dipaksa untuk terus
bekerja seakan-akan tidak ada pilihan lain bagi mereka. Ketidakadilan
tersebut
terus
berlangsung
karena
kekejaman
perusahaan
yang
Beberapa dari sekian banyak ketidakadilan bagi buruh yaitu kasus produksi
celana tinju yang di jual seharga seratus dua belas ribu rupiah di toko dan
dari penjualan tersebut seorang buruh hanya mendapat upah lima ratus
rupiah. Penjualan sepatu olah raga seharga satu juta empat ratus ribu
rupiah dan dari penjualan tersebut seorang buruh hanya memperolah upah
lima ribu rupiah. Dari kasus-kasus tersebut, terlihat adanya pencurian nilai
lebih yang dilakukan perusahaan kepada para pekerja. Dikarenakan
perusahaan idak mengambil keuntungan dari bahan baku yang nilainya
habis setelah produksi, maka pihak perusahaan mengambil keuntungan
dengan mengharuskan para pekerja bekerja melebihi jam kerja yang wajar
untuk memproduksi barang lebih banyak dengan waktu yang lebih cepat,
sedangkan mereka dibayar dengan nilai sangat kecil jauh dari nilai
penjualan produk yang mereka hasilkan, sehingga mereka tidak mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak.
Untuk kasus utang luar negeri, dipaparkan bahwa utang luar negeri telah
menjerat Indonesia menjadi negara penghutang sejak rezim Soeharto
dimulai. Rezim yang mengundang seribu tanda tanya dalam awal
pemerintahannya,
dimana
pemerintahan
tersebut
berkuasa
setelah
menjadi
gerbang
para
korporasi
dunia
dalam
melebarkan
sebagai
pasar
strategis
dengan
jumlah
masyarakat
atau