DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua serta shalawat dan salam yang senantiasa
Kelompok 9
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................2
BAB II TELAAH PUSTAKA...........................................................................................3
2.1 Teori Elit............................................................................................................3
2.2 Karekteristik Elite Sosial....................................................................................5
2.2.1 Pelapisan Sosial Ekonomi...........................................................................5
2.2.2 Ciri-ciri elite sosial masyarakat kota...........................................................5
2.3 Peran Elite Politik Dalam Gerakan Sosial..........................................................8
2.4 Peran Elite Sosial Terhadap Gerakan Sosial.......................................................9
2.5 Karakteristik Elite Tradisional Dan Elite Modern............................................10
2.5.1 Elite Tradisional.......................................................................................11
2.5.2 Elite Modern.............................................................................................13
2.6 Latar Belakang Munculnya Elit Modern.........................................................16
2.7 Perubahan Elit Tradisional ke Elit Modern.......................................................18
BAB III PENUTUP.........................................................................................................26
3.1 Kesimpulan......................................................................................................26
3.2 Saran................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
orientasi elit politik. Sampai abad kedua puluh bekas-bekas tanah jajahan
baru yang relatif ringkas yaitu elite nasional yang telah menerima
mereka berlangsung dalam jangka waktu yang lama, setelah revolusi atau
1
besar tersisih dari pola kekuasaan yang sekarang yaitu elite kolonial yang
lama dan elite ekonomi. walaupun golongan elite ekonomi yang kedua ini
2
BAB II
TELAAH PUSTAKA
lebih lanjut dari pernyataan Plato tentang dalil inti teori demokrasi elitis
kehidupan sosial dan politik. Kelompok kessil itu disebut dengan elit, yang
mempertegas bahwa pada umumnya elit berasal dari kelas yang sama,
adalah selalu yang terbaik. Merekalah yang dikenal sebagai elit. Elit
bajingan, atau para gundik. Pareto juga percaya bahwa elit yang ada pada
3
pekerjaan dan lapisan masyarkat yang berbeda itu pada umumnya datang
dari kelas yang sama; yaitu orang-orang yang kaya dan pandai,
dan sebagainya. Menurut Pareto, masyarakat terdiri dari dua kelas yaitu :
governing).
individu dari lapisan yang berbeda ke dalam kelompok elit yang sudah ada
baru dan masuk ke dalam suatu kancah perebutan kekuasaan dengan elit
masyarakt yang paling maju dan kuat selalu muncul dua kelas, yakni kelas
4
2.2 Karekteristik Elite Sosial
1. Individualisme
sudah sangat jarang dapat dijumpai di kota. Pergaulan tatap muka secara
langsung dan dalam ukuran waktu yang lama sudah jarang terjadi, karena
komunikasi lewat telepon sudah menjadi alat penghubung yang bukan lagi
lain.
5
2. Toleransi Sosial
berlebihan maka mereka mampu akan mempunyai sifat acuh tak acuh atau
kemasyarakatan.
3. Jarak Sosial
secara fisik di jalan, di pasar, di toko, di bioskop dan di tempat yang lain
warga kota berdekatan tetapi dari segi sosial berjauhan, karena perbedaan
4. Pelapisan Sosial
terjadi, karena tidak ada kota yang sama persis struktur dan keadaannya.
6
unsur tersebut terjalin menjadi satu unit merupakan satu unit tata
baru bagi kita. Dalam kota terdapat banyak unit atau kelompok
dengan toko atau sekolah, misalnya dapat dilakukan dengan jalan kaki.
pekerjaannya tidak perlu melalui lalu lintas yang ramai dan padat.
angka ini tentu tidak akan sama dan mungkin akan menunjukkan angka
dan interaksi sosial diantara warga kota sesamanya. Unit atau kelompok
penghuni kota baik berasal dari dari penghuni kota maupun dari arus
7
penduduk yang masuk dari luar kota mengakibatkan bertambahnya
dalam sudut pandang psikologi. Sudut pandang ini lebih karena pada
Gerakan sosial dalam definisi Gore, “ semua gerakan sosial yang berjuang
baru, sebuah perluasan atau redefinisi dari sebuah sistem kepercayaan dan
8
Gerakan sosial ( social movement ) adalah aktivitas sosial berupa
( wikipedia.com ).
tidak langsung apa yang dilakukan oleh elite polotik atau diperintahkan
9
Jika ditanya peran elite sosial terhadap gerakan sosial ? Tentu saja
elite sosial juga memiliki peran yang penting seperti elite politik. Namun,
dan lain-lain. Intinya, elite politik sangat berperan juga terhadap terjadinya
gerakan sosial.
atau paling benar. Elite sejati mengupayakan diri sebagai seorang yang
belum tentu dinyatakan sebagai orang yang bahagia, karena harapan yang
10
2.5.1 Elite Tradisional
1. Priyai
yang beragama Hindu, dan di dekat Masjid disebut kauman untuk yang
beragama Islam. Dalam masyarakat Jawa dan Bali yang pernah mengenal
11
Sumatra Barat. Kedudukan dan martabatnya tidak kalah dengan kaum elite
yang lain.
2. Syahbandar
atas orang asing. Hal ini disebabkan karena raja pada masa itu juga
asing.
tidak bertatap muka dan berdialok langsung dengan raja. Bahkan hingga
menatap wajahnya, karena hal itu adalah merupakan tindakan yang tidak
12
sopan atau sangat dilarang. Hal demikian juga terjadi pada negara kuno
memandang wajah seorang Kaisar Meiji yang berkuasa pada saat itu. Hal
ini, tidak terlepas dengan indoktrinasi yang diberikan oleh pihak kerajaan
Untuk Indonesia dan mungkin bagi seluruh elit yang ingin menjadi
sanksi. Selain itu seorang pemimpin haruslah memiliki sifat yang adil,
baik hati dan bijaksana. Ketiga sifat ini pada dasarnya juga diperlukan
segi budaya, tehnologi dan logika berpikir yang lebih maju dan rasional
masa kini (era modern) memiliki perbedaan yang cukup mendasar dari
13
mengisolasi diri untuk tidak bertatap muka dan dialog dengan masyarakat
walau dengan dalih karena seorang raja adalah keturunan dewa yang suci
Disini jelas bahwa ada kemajuan berfikir yang lebih dan sangat maju
antara elite tradisional dan elite modern. Terutama dalam keinginan untuk
negara yang telah menganut sitem politik demokrasi modern, bukan lagi
para dewa dan roh nenek moyang, bukan pula kekuatan sakti yang
perbedaan utama yang dapat dibuat adalah antara elit fungsional dan elit
14
pemimpin yang baik pada masa lalumaupun masa sekarang mengabdikan
dengan yang biasa ditafsirkan, menjalankan fungsi sosial yang lebih besar
elite modern:
antara elit tradisional, dan elit masa kini (modern) dalam melihat
mendasar ada pada cara membangun karisma dan wibawa. Di mana dalam
seorang raja adalah titisan dewa yang suci, maka rakyat yang dianggap
hina harus menjauh atau dilarang untuk menatap dan berdialok dengan
15
mengisolasikan diri dari kehidupan rakyatnya, justru sebaliknya seorang
pemimpin harus lebih dikenal dan dekat dengan rakyat. Hal tidak lain
didapat dari dewa, atau hal-hal keramat sebagai mana dalam masyarakat
kuno, tetapi legitimasi seorang pemimpin ada pada masyarakat itu sendiri,
kolonial”.
dalam bentuk politik etis. Salah satu kebijakan dalam politik etis adalah
16
politik etis ini diterapkan banyak rakyat Indonesia bisa mengenyam
dan orang kaya yang mampu bersekolah, namun lama – lama kelamaan
pendidikan agama Islam ala pesantren menjadi sistem pendidikan ala Barat
desentralisasi politik di Hindia Belanda. Hal ini didasari pada tiga prinsip :
pribumi”.
dengan tanam paksa menjadi neo kolonialisasi yang lebih moderat. Cukup
melalui pribumi – pribumi yang tunduk dan bekerja sama pada Belanda,
17
mereka (Belanda) mampu menjajah Indonesia. Maka untuk memuluskan
kebebasan.
18
Indonesia yang berpendidikan dalam kehidupan masyarakat yang
tidak pernah terpikirkan konsep identitas dan nasionalisme oleh para elit
Barat, seperti Kejawen dan Islam santri. Pada umumnya mereka (elit
19
bahwa Islam atau sebelum pemikiran Barat datang di Indonesia bahwa elit
menerima segala perubahan yang datang dari Barat. Hal ini sangat unik
elit tradisional menuju pada elit modern yang lebih bersifat Barat
kolonial dengan rakyat pribumi. Hal ini didasari atas perbedaan yang
sangat mendasar, yaitu agama yang Islam yang dianut orang Pribumi
20
dari pihak pada Belanda yang berhasil meyakinkan para raja dan
didukung oleh pendapat Nagazumi (?:22) bahwa ”pada tahun 1902 hanya
ada empat dari delapan bupati yang mampu menggunakan bahasa Belanda.
Salah satu dari mereka adalah R.M. Koesoemo Oetoyo sebagai pemimpin
gerakan Budi Utomo, sebagai komisaris pada 1909 dan sebagai ketua pada
1926”. Ini artinya belum banyak pribumi Jawa yang mau mengenyam
Barat seperti Koesoemo Oetoyo menularkan ide – ide yang luar biasa pada
pribumi lain yang tidak tertarik pada pendidikan Belanda. Ide – ide
elit pribumi dan bagaimana hierarki tersebut bekerja, juga proses dimana
mereka (elit pribumi) semakin dalam terlibat (Nagazumi, ?:23). Ide – ide
semacam itu semakin merangsang elit pribumi lain untuk bersekolah dan
Untuk tahap awal para elit modern ini biasanya muncul dan
21
banyak muncul elit – elit modern yang memiliki pemikiran – pemikiran
layak untuk hidup sebagai manusia bebas. Tidak hanya itu pada tahun
(Serekat Islam). Cukup banyak kontribusi para pemikir Serikat Islam bagi
Barat telah membuat orang pribumi mencari identitas sosial. Hal ini dapat
memasuki dunia intelektual yang agak terbebas dari tradisi kultural yang
penuh dengan sikap hormat berlebihan. Dari mereka inilah lahir golongan
22
yang berusaha mencari alternatif lain dari corak sosial dan sistem status
berhasil dan terpandang. Ini disebabkan status sosial yang diperoleh murni
hasil kerja keras diri sendiri lebih baik ketimbang hanya memperoleh
seperti politik, sosial, budaya dan pendidikan. Tujuan mereka sama, yaitu
memperoleh hak – hak layak hidup sebagai manusia yang bebas. Tidak
budaya seperti Boedi Oetomo pada tahun 1908 oleh Wahidin Wirohusodo.
23
Oetomo dalam rangka menyatukan visi dan misi yakni kebebasan dan hak
layak hidup. Beberapa dari mereka yang bergabung pada Boedi Oetomo
Dan dari mereka akan berkembang pula organisasi Indische Partij yang
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada dasarnya elite sejati yang sebenarnya adalah yang
atau paling benar. Elite sejati mengupayakan diri sebagai seorang yang
belum tentu dinyatakan sebagai orang yang bahagia, karena harapan yang
tehnologi dan logika berpikir yang lebih maju dan rasional dari
masa kini (era modern) memiliki perbedaan yang cukup mendasar dari
3.2 Saran
Karena keterbatasana referensi dan pengetahuan penulis menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun sangat diharapkan agar makalah ini dapat disusun
25
DAFTAR PUSTAKA
repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/50013/Chapter
%20I.pdf;jsessionid=E9A76C3D311A3A3C805F2721485AD107?
sequence=4, diakses 4 April 2017
26