Anda di halaman 1dari 15

Sejarah Perkembangan Demokrasi di Dunia

Demokrasi adalah
Secara etimologi, Demokrasi berasal dari bahasa Yunani δημοκρατία (dēmokratía),
artinya: “kekuasaan rakyat”. Kata itu terbentuk dari dua suku kata, δῆμος (dêmos), artinya:
“rakyat” dan κράτος (kratos), artinya: “kekuatan” atau “kekuasaan”. Penerapan kata
demokrasi itu pertama kali teraplikasi pada abad ke-5 SM (Sebelum Masehi). Kata “demokrasi”
itu muncul pada mazhab politik dan filsafat Yunani kuno di negara-kota Athena. Melalui
kepemimpinan Cleisthenes, pada tahun 508-507 SM, warga Athena mendirikan negara yang
dianggap sebagai negara demokrasi pertama di dunia. Lantaran itulah, Cleisthenes disebut
sebagai “bapak demokrasi Athena” sekaligus “bapak pendiri demokrasi”.

Dalam perkembangannya, kata demokrasi (democracy) adopsi dari kata demokratia itu
kemudian ditemukan pada abad ke-16, dalam bahasa Perancis Pertengahan dan Latin
Pertengahan lama. Tetapi, apakah demokrasi sudah betul-betul dilaksanakan pada masa itu?

Antonim kata Demokrasi adalah ἀριστοκρατία (aristocratie), artinya: “kekuasaan elit”. Secara
teoritis, definisi dan terminologi Demokrasi dan Aristokrasi saling bertentangan. Namun
kenyataannya, dalam praktik kekuasaan, “keduanya” kadang berjalan seiring. Sistem politik
Athena Klasik pada tahun 500-an SM itu, misalnya hanya memberikan kewarganegaraan
demokratis kepada para pria elit (kalangan atas dan khusus) yang bebas. Tidak demikian dengan
para budak dan wanita – mereka tidak mendapat hak dalam partisipasi politiknya.

Sejarah mencatat, di semua pemerintahan demokrasi sepanjang sejarah kuno dan modern,
kewarganegaraan demokratis hanya ditempati kaum elit, sampai kemudian era baru sejatinya
demokrasi benar-benar teraplikasi pada semua penduduk dewasa, secara setara dan tanpa
memandang status apapun, pada abad ke-19 dan 20.

Sejatinya, pengertian demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana semua warga negaranya
memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan dalam rangka mengubah masa depan bangsa;
masa depan warga juga. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi, baik secara
langsung atau melalui perwakilan – dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum.
Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik
kebebasan politik secara bebas dan setara.

Negara dengan sistem pemerintahan demokratis berbeda dengan bentuk pemerintahan yang
kekuasaannya hanya ditangan satu orang (monarki, dan oligarki). Jelas, bahwa definisi dan
penerapan Demokrasi sangat berbeda dengan Monarki dan Oligarki. Namun faktanya, dalam
praktiknya, negara yang katanya demokrasi, masih saja ditemukan pencampuradukan elemen-
elemen Demokrasi, Oligarki, dan Monarki – inilah demokrasi yang ambigu – seolah-olah
demokrasi, demokrasi seolah-olah.

Pakar falsifikasi (lawan dari verifikasi terhadap ilmu), Karl Popper, memberikan batasan tegas
terhadap demokrasi. Popper mendefinisikan demokrasi sebagai sesuatu yang berbeda dengan
kediktatoran atau tirani, sehingga berfokus pada kesempatan bagi rakyat untuk mengendalikan
para pemimpinnya dan menggulingkan mereka tanpa perlu melakukan revolusi.

Pengertian Demokrasi Menurut Para Ahli


Inilah definisi/pengertian demokrasi menurut para ahli yang memperkaya sejarah demokrasi di
dunia:

Abraham Lincon (AS, 1863)

Demokrasi adalah sistem pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (government of
the people, by the people, and for the people).

C.F. Strong

Suatu sistem pemerintahan dalam mana mayoritas anggota dewasa dari masyarakat politik ikut
serta atas dasar sistem perwakilan yang menjamin, bahwa pemerintah akhirnya
mempertanggungjawabkan tindakan-tindakannya kepada mayoritas itu.

Samuel P. Huntington

Sistem politik sebagai demokratis sejauh para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat
dalam sistem itu dipilih melalui pemilihan umum yang jujur, adil, dan berkala, dan di dalam
sistem itu para calon bebas bersaing untuk memperoleh suara dan hampir semua penduduk
dewasa berhak memberikan suara.

Henry B. Mayo

Sistem politik demokratis adalah sistem yang menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan
atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-
pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam
suasana terjaminnya kebebasan politik.

Harris Soche

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat, karena itu kekuasaan pemerintahan melekat pada
diri rakyat, diri orang banyak, dan merupakan hak bagi rakyat atau orang banyak untuk
mengatur, mempertahankan, dan melindungi dirinya dari paksaan dan pemerkosaan orang lain
atau badan yang diserahi untuk memerintah.

Charles Costello
Demokrasi adalah sistem sosial dan politik pemerintahan diri dengan kekuasaan-kekuasaan
pemerintah yang dibatasi hukum dan kebiasaan untuk melindungi hak-hak perorangan warga
negara.

John L. Esposito

Demokrasi pada dasarnya adalah kekuasaan dari dan untuk rakyat. Oleh karenanya, semuanya
berhak untuk berpartisipasi, baik terlibat aktif maupun mengontrol kebijakan yang dikeluarkan
oleh pemerintah. Selain itu, tentu saja lembaga resmi pemerintah terdapat pemisahan yang jelas
antara unsur eksekutif, legislatif, maupun yudikatif.

Hans Kelsen

Demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat. Yang melaksanakan kekuasaan
Negara ialah wakil-wakil rakyat yang terpilih. Di mana rakyat telah yakin, bahwa segala
kehendak dan kepentingannya akan diperhatikan di dalam melaksanakan kekuasaan Negara.

Sidney Hook

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana keputusan-keputusan pemerintah yang penting


secara langsung atau tidak didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas
dari rakyat dewasa.

International Commission for Jurist

Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan di mana hak untuk membuat keputusankeputusan
politik diselenggarakan oleh warga melalui wakil-wakil yang dipilih oleh mereka dan
bertanggung jawab kepada mereka melalui suatu proses pemilihan yang bebas.

Secara substantif, prinsip utama dalam demokrasi menurut Maswadi Rauf (1997), yaitu:
1. Kebebasan/persamaan (freedom/equality).
2. Kedaulatan rakyat (people’s sovereignity).

Sejarah Demokrasi
Definisi demokrasi dan terapannya awalnya muncul di negara-kota Athena, di bawah
kepemimpinan Cleisthenes, pada tahun 508-507 SM. Negara-kota Athena menjadi negara
pertama demokrasi di dunia, dan Cleisthenes disebut sebagai “bapak demokrasi Athena”
sekaligus “pendiri demokrasi dunia”.

Demokrasi Athena tersebut berbentuk demokrasi langsung, yang mempunyai dua ciri utama,
yakni: pemilihan acak warga biasa untuk mengisi jabatan administratif dan yudisial dalam
pemerintahan, serta majelis legislatif yang terdiri dari semua warga Athena. Sistem demokrasi
pertama ini membuat semua warga negara yang memenuhi persyaratan (terbatas) dapat berbicara
dan memberi suara di majelis, sehingga tercipta hukum di negara-kota tersebut. Sayangnya, pada
masa itu, kewarganegaraan Athena tidak mencakup para wanita, budak, orang asing (metoikoi),
non-pemilik tanah, dan pria di bawah usia 20 tahun – mereka tidak memiliki hak politik.

Dari sekitar 200.000 sampai 400.000 penduduk Athena, 30.000 sampai 60.000 di antaranya
merupakan warga negara. Pengecualian sebagian besar penduduk sebagai warga negara sah dan
setara dalam demokrasi, berkaitan dengan pemahaman tentang kewarganegaraan pada masa itu.
Memang, hampir sepanjang zaman kuno, manfaat kewarganegaraan itu selalu terkait dan terikat
dengan kewajiban ikut serta dalam perang.

demokrasi di yunani kuno (via stanfordfreedomproject.com)

Demokrasi Athena tidak hanya bersifat langsung dalam artian keputusan dibuat oleh majelis,
tetapi juga sangat langsung dalam artian rakyat, melalui majelis, boule (sebuah dewan khusus),
dan pengadilan – mengendalikan seluruh proses politik dan sebagian besar warga negara terus
terlibat dalam urusan publik. Meskipun hak-hak individu tidak dijamin oleh konstitusi Athena
dalam arti modern, bangsa Yunani kuno tidak punya kata untuk menyebut “hak”, penduduk
Athena menikmati kebebasan tidak dengan menentang pemerintah, tetapi dengan tinggal di
sebuah kota yang tidak dikuasai kekuatan lain, dan menahan diri untuk tidak tunduk pada
perintah orang lain.
Pemungutan suara kisaran pertama dilakukan di Sparta, salah satu kota di Yunani Kuno, pada
700 SM. Kota Sparta memiliki apa yang disebut dengan Apella, yaitu majelis rakyat yang
diadakan sekali sebulan. Di Apella, penduduk Sparta memilih pemimpin dan melakukan
pemungutan suara dengan cara pemungutan suara kisaran dan berteriak. Setiap warga negara pria
berusia 30 tahun boleh ikut serta. Terhadap hal itu, Aristoteles menyebutnya: “kekanak-kanakan”
– itu berbeda dengan pemakaian kotak suara batu yang diterapkan warga Athena. Tetapi, Sparta
memakai cara itu, karena kesederhanaannya dan mencegah pemungutan bias, pembelian suara,
atau kecurangan yang mendominasi pemilihan-pemilihan demokratis pertama.

Meski Republik Romawi berkontribusi banyak terhadap berbagai aspek demokrasi, hanya
sebagian kecil orang Romawi yang memiliki hak suara dalam pemilihan wakil rakyat. Suara
kaum berkuasa ditambah-tambahi melalui sistem gerrymandering (calon suatu partai
diuntungkan dari partai lain), sehingga kebanyakan pejabat tinggi, termasuk anggota Senat,
berasal dari keluarga-keluarga kaya dan ningrat.

Republik Romawi juga merupakan pemerintahan pertama di dunia Barat yang negara-bangsanya
berbentuk Republik, meski demokrasinya tidak menonjol. Bangsa Romawi menciptakan konsep
klasik dan karya-karya dari zaman Yunani kuno terus dilindungi. Selain itu, model pemerintahan
Romawi menginspirasi para pemikir politik pada abad-abad selanjutnya, dan negara-negara
demokrasi perwakilan modern cenderung meniru model Romawi, bukan Yunani, karena Romawi
adalah negara yang kekuasaan agungnya dipegang rakyat dan perwakilan terpilih yang telah
memilih atau mencalonkan seorang pemimpin. Demokrasi perwakilan adalah bentuk demokrasi
yang rakyatnya memilih perwakilan yang kemudian memberi suara terhadap sejumlah inisiatif
kebijakan, berbeda dengan demokrasi langsung yang rakyatnya memberi suara terhadap inisiatif
kebijakan secara langsung.

Sejarah Demokrasi pada Abad Pertengahan


Selama Abad Pertengahan, muncul berbagai sistem yang memiliki pemilihan umum atau
“pertemuan” meskipun hanya melibatkan sebagian kecil penduduk. Sistem pertemuan
berbasiskan demokrasi itu telah dilakukan pada:

– Pemilihan Gopala oleh kasta atas di Bengal, Anak Benua India

– Persemakmuran Polandia-Lituania (10% dari total populasi)

– Althing di Islandia

– Logting di Kepulauan Faeroe

– Beberapa negara-kota Italia abad pertengahan seperti Venesia

– Sistem tuatha di Irlandia abad pertengahan awal, Veche di Republik Novgorod dan Pskov di
Rusia abad pertengahan
– Things di Skandinavia

– The States di Tirol dan Swiss

– Kota pedagang otonomi Sakai Jepang abad ke-16

– Masyarakat Igbo di Volta-Nigeria

Banyak wilayah di Eropa abad pertengahan masih dipimpin oleh pendeta atau para tuan tanah.

Kouroukan Fouga membelah Kekaisaran Mali menjadi klan-klan (keluarga) berkuasa yang
diwakili di majelis umum bernama Gbara. Sayangnya, piagam tersebut membuat Mali lebih
mirip monarki konstitusional alih-alih republik demokratis. Negara yang sistemnya lebih
mendekati demokrasi modern adalah republik-republik Cossack di Ukraina pada abad ke-16–17:
Cossack Hetmanate dan Zaporizhian Sich. Jabatan tertinggi di sana, Hetman, dipilih oleh
perwakilan distrik-distrik negara tersebut.

Parlemen Inggris sudah membatasi kekuasaan raja melalui Magna Carta, yang secara rinci
melindungi hak-hak khusus subjek-subjek Raja, baik yang sudah bebas atau masih terkekang,
dan mendukung apa yang kelak menjadi habeas corpus Inggris, yaitu perlindungan kebebasan
individu dari penahanan tak berdasar dengan hak membela diri. Parlemen pertama yang dipilih
rakyat adalah Parlemen de Montfort di Inggris pada tahun 1265.

Sayangnya, hanya sekelompok kecil rakyat yang memiliki hak suara; Parlemen dipilih oleh
sekian persen penduduk Inggris (kurang dari 3% pada tahun 1780) dan kekuasaan menyusun
parlemen berada di tangan monarki (biasanya saat membutuhkan dana).

Kekuasaan Parlemen bertambah secara bertahap pada abad-abad berikutnya. Setelah Revolusi
Agung 1688, Undang-Undang Hak Asasi Inggris tahun 1689 yang mengatur hak-hak tertentu
dan menambah pengaruh Parlemen diberlakukan. Penyebarannya perlahan ditingkatkan dan
kekuasaan parlemen terus bertambah sampai monarki hanya bersifat pelengkap. Seiring
meningkatnya penyebaran pengaruh, sistem pemerintahan di seluruh Inggris diseragamkan
dengan penghapusan borough usang (borough yang jumlah pemilihnya sangat sedikit) melalui
Undang-Undang Reformasi 1832.

Di Amerika Utara, pemerintahan perwakilan terbentuk di Jamestown, Virginia, dengan


dipilihnya Majelis Burgesses (pendahulu Majelis Umum Virginia) pada tahun 1619. Kaum
Puritan Inggris yang bermigrasi sejak 1620 mendirikan koloni-koloni di New England yang
pemerintahan daerahnya bersifat demokratis dan mendorong perkembangan demokrasi di
Amerika Serikat. Walaupun majelis-majelis daerah memiliki sedikit kekuasaan turunan, otoritas
mutlaknya dipegang oleh Raja dan Parlemen Inggris.

Abad ke-18 dan 19 

 Bangsa pertama dalam sejarah modern yang mengadopsi konstitusi demokrasi adalah
Republik Korsika pada tahun 1755. Konstitusi Korsika didasarkan pada prinsip-prinsip
Pencerahan dan sudah mengizinkan hak suara wanita, hak yang baru diberikan di negara
demokrasi lain pada abad ke-20. Pada tahun 1789, Perancis pasca-Revolusi mengadopsi
Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga Negara dan Konvensi Nasional dipilih oleh
semua warga negara pria pada tahun 1792.
 Penetapan hak suara pria universal di Perancis tahun 1848 adalah peristiwa penting dalam
sejarah demokrasi. Hak suara pria universal ditetapkan di Perancis pada bulan Maret
1848 setelah Revolusi Perancis 1848. Tahun 1848, serangkaian revolusi pecah di Eropa
setelah para pemimpin negara dihadapkan dengan tuntutan konstitusi liberal dan
pemerintahan yang lebih demokratis dari rakyatnya.
 Walaupun tidak disebut demokrasi oleh para bapak pendiri Amerika Serikat, mereka
memiliki keinginan yang sama untuk menguji prinsip kebebasan dan kesetaraan alami di
negara ini. Konstitusi Amerika Serikat yang diadopsi tahun 1788 menetapkan
pemerintahan terpilih dan menjamin hak-hak dan kebebasan sipil.
 Pada zaman kolonial sebelum 1776, dan beberapa saat setelahnya, hanya pemilik properti
pria dewasa berkulit putih yang boleh memberi suara, budak Afrika, sebagia besar
penduduk berkulit hitam bebas dan wanita tidak boleh memilih. Di garis depan Amerika
Serikat, demokrasi menjadi gaya hidup dengan munculnya kesetaraan sosial, ekonomi,
dan politik.[28] Akan tetapi, perbudakan adalah institusi sosial dan ekonomi, terutama di
11 negara bagian di Amerika Serikat Selatan. Sejumlah organisasi didirikan untuk
mendukung perpindahan warga kulit hitam dari Amerika Serikat ke tempat yang
menjamin kebebasan dan kesetaraan yang lebih besar.
 Pada Sensus Amerika Serikat 1860, populasi budak di Amerika Serikat bertambah
menjadi empat juta jiwa, dan pada Rekonstruksi pasca-Perang Saudara (akhir 1860-an),
budak-budak yang baru bebas menjadi warga negara dengan hak suara (pria saja).
 Penyertaan penuh warga negara belum sempurna dilakukan sampai Gerakan Hak-Hak
Sipil Afrika-Amerika (1955–1968) disahkan oleh Kongres Amerika Serikat melalui
Undang-Undang Hak Suara 1965.

Abad ke-20 dan 21

 Jumlah negara pada 1800–2003 yang memiliki skor 8 atau lebih pada skala Polity IV,
cara yang sering dipakai untuk mengukur demokrasi.
 Transisi abad ke-20 ke demokrasi liberal muncul dalam serangkaian “gelombang
demokrasi” yang diakibatkan oleh perang, revolusi, dekolonisasi, religious and economic
circumstances. Perang Dunia I dan pembubaran Kesultanan Utsmaniyah dan Austria-
Hongaria berakhir dengan terbentuknya beberapa negara-bangsa baru di Eropa,
kebanyakan di antaranya tidak terlalu demokratis.
 Pada tahun 1920-an, demokrasi tumbuh subur tetapi terhambat Depresi Besar. Amerika
Latin dan Asia langsung berubah ke sistem kekuasaan mutlak atau kediktatoran. Fasisme
dan kediktatoran terbentuk di Jerman Nazi, Italia, Spanyol, dan Portugal, serta rezim-
rezim non-demokratis di Baltik, Balkan, Brasil, Kuba, Cina, dan Jepang.
 Perang Dunia II mulai memutarbalikkan tren ini di Eropa Barat. Demokratisasi Jerman
dudukan Amerika Serikat, Britania, dan Perancis (diraguka}, Austria, Italia, dan Jepang
dudukan menjadi model teori perubahan rezim selanjutnya.
Akan tetapi, sebagian besar Eropa Timur, termasuk Jerman dudukan Soviet masuk dalam
blok-Soviet yang non-demokratis. Perang Dunia diikuti oleh dekolonisasi dan banyak
negara merdeka baru memiliki konstitusi demokratis. India tampil sebagai negara
demokrasi terbesar di dunia sampai sekarang.
 Pada tahun 1960, banyak negara yang menggunakan sistem demokrasi, meski sebagian
besar penduduk dunia tinggal di negara yang melaksanakan pemilihan umum terkontrol
dan bentuk-bentuk pembohongan lainnya (terutama di negara komunis dan bekas
koloninya).
 Gelombang demokratisasi yang muncul setelah itu membawa keuntungan demokrasi
liberal sejati yang besar bagi banyak negara. Spanyol, Portugal (1974), dan sejumlah
kediktatoran militer di Amerika Selatan kembali dikuasai rakyat sipil pada akhir 1970-an
dan awal 1980-an (Argentina tahun 1983, Bolivia, Uruguay tahun 1984, Brasil tahun
1985, dan Chili awal 1990-an). Peristiwa ini diikuti oleh banyak bangsa di Asia Timur
dan Selatan pada pertengahan sampai akhir 1980-an.
Malaise ekonomi tahun 1980-an, disertai ketidakpuasan atas penindasan Soviet, menjadi
faktor runtuhnya Uni Soviet yang menjadi tanda berakhirnya Perang Dingin dan
demokratisasi dan liberalisasi bekas negara-negara blok Timur. Kebanyakan negara
demokrasi baru yang sukses secara geografis dan budaya terletak dekat dengan Eropa
Barat. Mereka sekarang menjadi anggota atau calon anggota Uni Eropa. Sejumlah
peneliti menganggap Rusia saat ini bukanlah demokrasi sejati dan lebih mirip
kediktatoran.
 Tren liberal ini menyebar ke beberapa negara di Afrika pada tahun 1990-an, termasuk
Afrika Selatan. Contoh terbaru liberalisasi adalah Revolusi Indonesia 1998, Revolusi
Bulldozer di Yugoslavia, Revolusi Mawar di Georgia, Revolusi Oranye di Ukraina,
Revolusi Cedar di Lebanon, Revolusi Tulip di Kyrgyzstan, dan Revolusi Yasmin di
Tunisia.
 Menurut Freedom House, pada tahun 2007 terdapat 123 negara demokrasi elektoral (naik
dari 40 pada tahun 1972).
 Menurut World Forum on Democracy, jumlah negara demokrasi elektoral mencapai 120
dari 192 negara di dunia dan mencakup 58,2 penduduk dunia. Pada saat yang sama,
negara-negara demokrasi liberal (yang dianggap Freedom House sebagai negara yang
bebas dan menghormati hukum dan HAM) berjumlah 85 dan mencakup 38 persen
penduduk dunia.
 Pada tahun 2010, Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan 15 September sebagai Hari
Demokrasi Internasional.

\
Setelah membahas pengertian demokrasi, mari kita bahas ciri-ciri demokrasi. Berikut penjelasan
ciri-ciri demokrasi menurut UUD 1945 dan ciri demokrasi menurut ahli.

Ciri-ciri demokrasi menurut UUD 1945:

1. Adanya jaminan HAM (pasal 28A-J UUD 1945)


2. Adanya jaminan kemerdekaan bagi warga Negara untuk berkumpuldan beroposisi
3. Perlakuan dan kedudukan sama bagi seluruh warga negara dalam hukum (pasal 27 ayat 1
UUD)
4. Kekuasaan yang dikontrol oleh rakyat melalui perwakilan yang dipilih rakyat
5. Jaminan kekuasaan yang telah disepakati bersama
Ciri-Ciri Demokrasi

1. Demokrasi Berdasarkan Cara Penyampaian Pendapat

a. Demokrasi Langsung
Dalam demokrasi langsung, rakyat diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan untuk
menjalankan kebijakan pemerintahan. Demokrasi langsung juga dikenal sebagai demokrasi
bersih. Di sinilah rakyat memiliki kebebasan secara mutlak memberikan pendapatnya, dan semua
aspirasi mereka dimuat dengan segera didalam satu pertemuan. Jenis demokrasi ini dapat
dipraktekkan hanya dalam kota kecil dan komunitas yang secara relatif belum berkembang, di
mana secara fisik memungkinkan seluruh elektorat untuk bermusyawarah dalam satu tempat,
walaupun permasalahan pemerintahan tersebut bersifat kecil.

Demokrasi langsung berkembang di negara kecil Yunani kuno dan Roma. Demokrasi ini tidak
dapat dilaksanakan di dalam masyarakat yang kompleks dan negara yang besar. Demokrasi
murni yang masih bisa diambil contoh terdapat di wilayah Switzerland. Bentuk demokrasi murni
ini masih berlaku di Switzerland dan beberapa negara yang didalamnya terdapat referendum dan
inisiatif. Beberapa negara ada yang sangat memungkinkan rakyat untuk memulai dan
mengadopsi hukum, bahkan untuk mengamandemenkan konstitusional dan menetapkan
permasalahan publik politik secara langsung tanpa campur tangan representatif.

b. Demokrasi Tidak Langsung atau Demokrasi Perwakilan.


Demokrasi ini dijalankan oleh rakyat melalui wakil rakyat yang dipilihnya melalui Pemilu.
Rakyat memilih wakilnya untuk membuat keputusan politik. Aspirasi rakyat disalurkan melalui
wakil-wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan rakyat.
Di dalam negara yang besar dan modern demokrasi tidak bisa berjalan sukses. Oleh karena itu,
untuk menanggulangi masalah ini diperlukan sistem demokrasi secara representatif. Para
representatif inilah yang akan menjalankan atau menyampaikan semua aspirasi rakyat di dalam
pertemuan. Dimana mereka dipilih oleh rakyat dan berkemungkinan berpihak kepada rakyat.
(Garner).
Sistem ini berbasis atas ide, dimana rakyat tidak secara langsung hadir dalam menyampaikan
aspirasi mereka, namun mereka menyampaikan atau menyarankan saran mereka melaui wakil
atau representatif. Bagaimanapun, di dalam bentuk pemerintahan ini wewenang disangka benar
terletak ditangan rakyat, akan tetapi semuanya dipraktekkan oleh para representatif.

c. Demokrasi Perwakilan dengan Sistem Pengawasan Langsung dari Rakyat


Demokrasi ini merupakan campuran antara demokrasi langsung dengan demokrasi perwakilan.
Rakyat memilih wakilnya untuk duduk di dalam lembaga perwakilan rakyat, tetapi wakil rakyat
dalam menjalankan tugasnya diawasi rakyat melalui referendum dan inisiatif rakyat.

2. Demokrasi Berdasarkan Titik Perhatian atau Prioritasnya


a. Demokrasi Formal
Demokrasi ini secara hukum menempatkan semua orang pada kedudukan yang sama dalam
bidang politik, tanpa mengurangi kesenjangan ekonomi. Individu diberi kebebasan yang luas,
sehingga demokrasi ini disebut juga demokrasi liberal.
b. Demokrasi Material
Demokrasi material memandang manusia mempunyai kesamaan dalam bidang sosial-ekonomi,
sehingga persamaan bidang politik tidak menjadi prioritas. Demokrasi semacam ini
dikembangkan di negara sosialis-komunis.
c. Demokrasi Campuran
Demokrasi ini meruapakan campuran dari kedua demokrasi tersebut di atas. Demokrasi ini
berupaya menciptakan kesejahteraan seluruh rakyat dengan menempatkan persamaan derajat dan
hak setiap orang.

3. Berdasarkan Prinsip Idiologi, demokrasi dibagi dalam:

a. Demokrasi Liberal
Demokrasi ini memberikan kebebasan yang luas pada individu. Campur tangan pemerintah
diminimalkan bahkan ditolak. Tindakan sewenang-wenang pemerintah terhadap warganya
dihindari. Pemerintah bertindak atas dasar konstitusi (hukum dasar).
b. Demokrasi Rakyat atau Demokrasi Proletar
Demokrasi ini bertujuan menyejahterakan rakyat. Negara yang dibentuk tidak mengenal
perebedaan kelas. Semua warga negara mempunyai persamaan dalam hukum dan politik.

4. Berdasarkan Wewenang dan Hubungan antar Alat Kelengkapan Negara

a. Demokrasi Sistem Parlementer


Ciri-ciri pemerintahan parlementer:
– DPR lebih kuat dari pemerintah.
– Menteri bertanggung jawab pada DPR
– Program kebijaksanaan kabinet disesuaikan dengan tujuan politik anggota parlemen.
– Kedudukan kepala negara sebagai simbol
– Tidak dapat diganggu gugat.
b. Demokrasi Sistem Pemisahan/Pembagian Kekuasaan (Presidensial)
Ciri-ciri pemerintahannya:
– Negara dikepalai presiden
– Kekuasaan eksekutif presiden dijalankan berdasarkan kedaulatan yang dipilih dari dan oleh
rakyat melalui badan perwakilan.
– Presiden mempunyai kekuasaan mengangkat dan memberhentikan menteri.
– Menteri tidak bertanggung jawab kepada DPR, melainkan kepada presiden.
– Presiden dan DPR mempunyai kedudukan yang sama sebagai lembaga negara, dan tidak dapat
saling membubarkan

Azas/prinsip negara demokrasi, meliputi :


a.        Pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia
b.       Partisipasi rakyat dalam pemerintahan
c.        Supremasi hukum
3.      Ciri-ciri negara demokrasi, meliputi :
a.        Memiliki lembaga perwakilan rakyat
b.       Ada pemilu untuk memilih wakil rakyat
c.        Ada lembaga yang mengawasi pemerintahan
d.       Pemerintahan berdasarkan hukum (konstitusi)

4.      Demokrasi berdasarkan partisipasi rakyat terbagi atas :


a.        Demokrasi langsung
b.       Demokrasi tidak langsung

5.      Demokrasi berdasarkan hubungan lembaga negara (sistem pemerintahan)terbagi atas :


a.        Demokrasi Parlementer, bercirikan :
  Tanggung jawab pemerintahan di tangan kabinet (menteri)
  Kabinet dipimpin perdanan menteri dan bertanggung jawab kepada parlemen (DPR)
  Kedudukan kabinat dibawah dan tergantung parlemen
  Berlaku dalam negara republik atau monarkhi konstitusional
b.       Demokrasi Presidensial, bercirikan :
  Tanggung jawab pemerintahan ditangan Presiden
  Menteri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
  Presiden berkedudukan sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan

6.      Perkembangan demokrasi di Indonesia :


a.        Tahun 1945 – 1949
  Berlaku UUD 1945
  Sistem demokrasi Parlementer dengan Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945
b.       Tahun 1949 – 1959
  Berlaku Konstitusi RIS (27 Desember 1949 – 15 Agustus 1950) dan UUD Sementara 1950 (15
Agustus 1950 – 5 Juli 1959)
  Sistem demokrasi parlementer (liberal)
  Akibat yang ditimbulkan :
o   Partai politik mengutamakan kepentingan golongan
o   Pemerintahan (kabinet) silih berganti dalam waktu singkat
o   Kehidupan politik tidak stabil
o   Pembangunan terhambat
c.        Tahun 1959 – 1965 (orde lama)
  Berlaku UUD 1945
  Sistem demokrasi terpimpin
  Penyimpangan yang terjadi :
o   Pengangkatan Presiden seumur hidup
o   Rangkap jabatan, menteri sekaligus anggota MPRS dan DPR
o   Pembubaran partai politik
d.       Tahun 1965 – 1998
  Berlaku UUD 1945
  Sistem demokrasi Pancasila
  Penyimpangan yang terjadi :
o   Kekuasaan Presiden sangat besar
o   Terjadi kolusi, korupsi dan nepotisme.
e.        Tahun 1998 – sekarang
  Berlaku UUD 1945
  Sistem demokrasi Pancasila

7.      Landasan hukum demokrasi Pancasila :


a.        Pancasila sila keempat
b.       Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 : negara berkedaulatan rakyat
c.        Pasal 1 ayat 2 : Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilaksanakan sesuai UUD.

8.      Azas/ciri utama demokrasi Pancasila, yaitu pengambilan keputusan melalui musyawarah


mufakat.Musyawarah berarti pembahasan untuk menyatukan pendapat dalam penyelesaian
masalah bersama. Mufakat adalah sesuatu yang telah disetujui sebagai keputusan berdasarkan
kebulatan pendapat. Jadi musyawarah mufakat berarti pengambilan suatu keputusan
berdasarkan kehendak orang banyak (rakyat), sehingga tercapai kebulatan pendapat.

9.      Musyawarah mufakat harus berpangkal tolak pada hal berikut :


a.        Musyawarah mufakat bersumberkan inti kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan.
b.       Pengambilan keputusan harus berdasarkan kehendak rakyat  melalui hikmat kebijaksanaan.
c.        Cara mengemukakan hikmat kebijaksanaan harus berdasarkan akal sehat dan hati nurani luhur
serta mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa serta kepentingan rakyat.
d.       Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan dan
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan keadilan.
e.        Keputusan harus dilaksanakan secara jujur dan bertanggung jawab.

10.  Pengambilan keputusan dalam demokrasi Pancasila memperhatikan hal berikut :


a.        Pengambilan keputusan sejauh mungkin melalui musyawarah mufakat
b.       Apabila mufakat tidak tercapai, keputusan diambil dengan suara terbayak (voting).

11.  Mufakat tidak tercapai apabila :


a.        Terdapat perbedaan pendapat yang tidak dapat didekatkan lagi
b.       Musyawarah dibatasi oleh waktu

12.  Proses dan mekanisme permusyawaratan harus memiliki unsur-unsur :


a.        Kejelasan masalah
b.       Berkembang pendapat dengan alasan yang baik
c.        Cenderung bersepakat
d.       Dipimpin akal sehat dan hati nurani luhur serta rasa tanggung jawab
e.        Semua pihak tunduk dan taat pada hasil keputusan.
13.  Nilai lebih (keunggulan) demokrasi Pancasila adalah Adanya penghargaan terhadap hak asasi
manusia dan hak minoritas. Karena tidak mengenal dominasi mayoritas (kelompok besar
menguasai segi kehidupan dengan mengabaikan kelompok kecil) ataupun tirani minoritas
(kelompok kecil menguasai segi kehidupan dengan mengabaikan kelompok besar)

14.  Nilai lebih musyawarah mufakat adalah pembahasan masalah didasarkan rasa saling
menghormati, sehingga pelaksanaan keputusan mudah dan didukung seluruh anggota.

15.  Demokrasi dapat dibedakan atas demokrasi langsung dan demokrasi tidak langsung
(perwakilan). Sesuai sila ke-4 Pancasila maka Indonesia menganut demokrasi perwakilan artinya
rakyat dalam menjalankan kekuasaannya dilakukan melalui sistem perwakilan.

16.  Lembaga perwakilan rakyat, terdiri atas :


a.        MPR sebagai penjelmaan rakyat, berkedudukan di ibukota negara.
b.       DPR berkedudukan di ibukota negara
c.        DPRD Tingkat I, berkedudukan di propinsi
d.       DPRD tingkat II, berkedudukan di kabupaten/kotamadya.

17.  Contoh pemilihan pemimpin secara demokrasi antara lain :


a.        Pemilihan Presiden secara langsung atau oleh MPR
b.       Pemilihan Gubernur oleh DPRD Tk I, kemudian diangkat oleh Presiden melalui Mendagri
c.        Pemilihan ketua partai politik atau organisasi kemasyarakatan
d.       Pemilihan kepala desa secara langsung
e.        Pemilihan ketua OSIS secara langsung atau perwakilan

18.  Sikap yang diharapkan dalam musyawarah :


a.        Mengutamakan kepentingan rakyat dan persatuan kesatuan
b.       Diliputi semangat kekeluargaan
c.        Menghormati kebebasan mengeluarkan pendapat
d.       Tidak memaksakan kehendak
e.        Menggunakan akal sehat dan hati nurani luhur
f.         Keputusan harus dapat dipertanggungjawabkan

19.  Perwujudan demokrasi Pancasila dalam berbagai kehidupan


a.        Keluarga
  Masalah keluarga dibahas secara musyawarah mufakat
  Menghormati pendapat anggota keluarga
  Mengakui perbedaan yang ada
b.       Sekolah
  Menghormati pendapat teman
  Berani menyampaikan gagasan datau pendapat
  Pemilihan ketua kelas atau OSIS
c.        Masyarakat
  Pemilihan kepala desa atau ketua RW/RT
  Rembug desa (musyarawah desa) menyangku pembangunan desa
d.       Bangsa dan negara
  Pemilihan presiden
  Sidang umum MPR/DPR
  Pemilu lima tahun sekali

Macam-Macam Demokrasi
Beberapa macam demokrasi yang berkembang di dunia, antara lain:
1)     Demokrasi Parlementer
Di dalam sistem parlementer, kekuasaan legislatif terletak di atas kekuasaan eksekutif. Oleh
karena itu, menteri-menteri kabinet harus mempertanggungjawabkan semua tindakannya kepada
Dewan/DPR/Senat. Pemerintah setiap saat dapat dijatuhkan oleh Dewan/DPR/Senat dengan mosi
tidak percaya.
2)     Demokrasi Liberal
Dalam sistem liberal, kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif dipisahkan (sparate of
power ). Kepala negara/presiden langsung dipilih oleh rakyat (contoh Amerika Serikat). Dalam
demokrasi liberal pemerintah dipegang oleh partai yang menang dalam pemilihan umum,
sedangkan partai yang kalah menjadi pihak oposisi.
3)  Demokrasi  Sosialis
Demokrasi ini terdapat dalam negara-negara komunis yang totaliter. Lembaga-lembaga
demokrasi pada umumnya tidak berfungsi sebagaimana mestinya karena kekuasaan ada di
tangan sekelompok kecil pimpinan partai komunis. Mereka ini yang memegang dan
mempergunakan kekuasaan menurut ideologi totaliter komunis: Dalam demokrasi rakyat, pada
dasarnya rakyat tidak memperoleh hak yang lazimnya di dapat dalam sistem demokrasi lainnya.
4)  Demokrasi  Terpimpin
Demokrasi yang dikendalikan oleh seorang pemimpin/Presiden. Pemimpin yang kuat akan
mengendalikan semua kekuatan  politik, sehingga keberadaan negara akan terjamin. Dalam
demokrasi terpimpin , kehendak Presiden sebagai pemimpin itulah yang berlaku. Presiden 
mendominasi kehidupan politik, peran partai politik sangat terbatas, Parlemen (MPRS dan DPR-
GR) lemah.
5)  Demokrasi Pancasila
Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dalam
Demokrasi Pancasila sangat diharapkan adanya musyawarah untuk mufakat. Akan tetapi, bila
tidak tercapai mufakat, pengambilan keputusan dapat ditempuh melalui pemungutan suara
terbanyak  (Pasal 2, Ayat (3), UUD 1945). Dalam demokrasi Pancasila tidak mengenal dominasi
mayoritas ataupun tirani minoritas. Domiinasi mayoritas adalah kelompok besar yang menguasai
segala segi kehidupan berbangsa dan bernegara dengan mengabaikan kelompok yang kecil.
Tirani minoritas adalah kelompok kecil yang menguasai segala segi kehidupan berbangsa dan
bernegara dengan mengabaikan kelompok besar.
Keunggulan demokrasi Pancasila dibanding dengan demokrasi lainnya sebagai berikut.
a)       Adanyaa penghargaan terhadap hak asasi manusia dan hak-hak minoritas tidak akan
diabaikan.
b)       Mendahulukan kepentingan rakyat, dalam hal ini hak rakyat diakui dan dihargai.
c)       Mengutamakan musyawarah untuk mufakat, dan baru kemudaian menggunakan suara
terbanyak
d)       Kebenaran dan keadilan selalu dijunjung tinggi.
e)       Mengutamakan kejujuran dan iktikad baik.

Demokrasi yang pernah berlaku di Indonesia:


-          Demokrasi Parlementer (1945-1959)
-          Demokrasi Terpimpin (1959-1965) ; orde lama
-          Demokrasi  Pancasila (1965-1998) ; orde baru
-          Demokrasi Pancasila (1998 – sekarang) ; orde Reformasi
Sedangkan dilihat dari pelaksanaannya  dikenal ada dua macam demokrasi, yaitu demokrasi
langsung dan demokrasi tidak langsung (perwakilan).
1)       Demokrasi langsung, adalah suatu sistem demokrasi yang melibatkan seluruh rakyatnya dalam
membicarakan atau menentukan segala unsur negara secara langsung. Demokrasi langsung
pernah dipraktikan pada zaman Yunani kuno; yaitu beberapa negara kota (Polis) di Athena.
Demokrasi yang pertama di dunia ini mampu melaksanakan demokrasi langsung dengan suatu
majelis yang mungkin terdiri dari 5000 sampai 6000 orang dan berkumpul di satu tempat untuk
melaksanakan demokrasi langsung.

2)       Demokrasi tidak langsung atau perwakilan, adalah suatu sisitem demokrasi yang dalam
menyalurkan aspirasinya, rakyat memilih wakil-wakil untuk duduk dalam suatu lembaga
parlemen atau lembaga perwakilan rakyat. Lembaga ini dipilih dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat, karena itu dalam demokrasi tidak langsung semua rakyat turut serta dalam membicarakan
dan menetapkan kebijakan tentang persoalan-persoalan negara.

Anda mungkin juga menyukai