Demokrasi adalah
Secara etimologi, Demokrasi berasal dari bahasa Yunani δημοκρατία (dēmokratía),
artinya: “kekuasaan rakyat”. Kata itu terbentuk dari dua suku kata, δῆμος (dêmos), artinya:
“rakyat” dan κράτος (kratos), artinya: “kekuatan” atau “kekuasaan”. Penerapan kata
demokrasi itu pertama kali teraplikasi pada abad ke-5 SM (Sebelum Masehi). Kata “demokrasi”
itu muncul pada mazhab politik dan filsafat Yunani kuno di negara-kota Athena. Melalui
kepemimpinan Cleisthenes, pada tahun 508-507 SM, warga Athena mendirikan negara yang
dianggap sebagai negara demokrasi pertama di dunia. Lantaran itulah, Cleisthenes disebut
sebagai “bapak demokrasi Athena” sekaligus “bapak pendiri demokrasi”.
Dalam perkembangannya, kata demokrasi (democracy) adopsi dari kata demokratia itu
kemudian ditemukan pada abad ke-16, dalam bahasa Perancis Pertengahan dan Latin
Pertengahan lama. Tetapi, apakah demokrasi sudah betul-betul dilaksanakan pada masa itu?
Antonim kata Demokrasi adalah ἀριστοκρατία (aristocratie), artinya: “kekuasaan elit”. Secara
teoritis, definisi dan terminologi Demokrasi dan Aristokrasi saling bertentangan. Namun
kenyataannya, dalam praktik kekuasaan, “keduanya” kadang berjalan seiring. Sistem politik
Athena Klasik pada tahun 500-an SM itu, misalnya hanya memberikan kewarganegaraan
demokratis kepada para pria elit (kalangan atas dan khusus) yang bebas. Tidak demikian dengan
para budak dan wanita – mereka tidak mendapat hak dalam partisipasi politiknya.
Sejarah mencatat, di semua pemerintahan demokrasi sepanjang sejarah kuno dan modern,
kewarganegaraan demokratis hanya ditempati kaum elit, sampai kemudian era baru sejatinya
demokrasi benar-benar teraplikasi pada semua penduduk dewasa, secara setara dan tanpa
memandang status apapun, pada abad ke-19 dan 20.
Sejatinya, pengertian demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana semua warga negaranya
memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan dalam rangka mengubah masa depan bangsa;
masa depan warga juga. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi, baik secara
langsung atau melalui perwakilan – dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum.
Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik
kebebasan politik secara bebas dan setara.
Negara dengan sistem pemerintahan demokratis berbeda dengan bentuk pemerintahan yang
kekuasaannya hanya ditangan satu orang (monarki, dan oligarki). Jelas, bahwa definisi dan
penerapan Demokrasi sangat berbeda dengan Monarki dan Oligarki. Namun faktanya, dalam
praktiknya, negara yang katanya demokrasi, masih saja ditemukan pencampuradukan elemen-
elemen Demokrasi, Oligarki, dan Monarki – inilah demokrasi yang ambigu – seolah-olah
demokrasi, demokrasi seolah-olah.
Pakar falsifikasi (lawan dari verifikasi terhadap ilmu), Karl Popper, memberikan batasan tegas
terhadap demokrasi. Popper mendefinisikan demokrasi sebagai sesuatu yang berbeda dengan
kediktatoran atau tirani, sehingga berfokus pada kesempatan bagi rakyat untuk mengendalikan
para pemimpinnya dan menggulingkan mereka tanpa perlu melakukan revolusi.
Demokrasi adalah sistem pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (government of
the people, by the people, and for the people).
C.F. Strong
Suatu sistem pemerintahan dalam mana mayoritas anggota dewasa dari masyarakat politik ikut
serta atas dasar sistem perwakilan yang menjamin, bahwa pemerintah akhirnya
mempertanggungjawabkan tindakan-tindakannya kepada mayoritas itu.
Samuel P. Huntington
Sistem politik sebagai demokratis sejauh para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat
dalam sistem itu dipilih melalui pemilihan umum yang jujur, adil, dan berkala, dan di dalam
sistem itu para calon bebas bersaing untuk memperoleh suara dan hampir semua penduduk
dewasa berhak memberikan suara.
Henry B. Mayo
Sistem politik demokratis adalah sistem yang menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan
atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-
pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam
suasana terjaminnya kebebasan politik.
Harris Soche
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat, karena itu kekuasaan pemerintahan melekat pada
diri rakyat, diri orang banyak, dan merupakan hak bagi rakyat atau orang banyak untuk
mengatur, mempertahankan, dan melindungi dirinya dari paksaan dan pemerkosaan orang lain
atau badan yang diserahi untuk memerintah.
Charles Costello
Demokrasi adalah sistem sosial dan politik pemerintahan diri dengan kekuasaan-kekuasaan
pemerintah yang dibatasi hukum dan kebiasaan untuk melindungi hak-hak perorangan warga
negara.
John L. Esposito
Demokrasi pada dasarnya adalah kekuasaan dari dan untuk rakyat. Oleh karenanya, semuanya
berhak untuk berpartisipasi, baik terlibat aktif maupun mengontrol kebijakan yang dikeluarkan
oleh pemerintah. Selain itu, tentu saja lembaga resmi pemerintah terdapat pemisahan yang jelas
antara unsur eksekutif, legislatif, maupun yudikatif.
Hans Kelsen
Demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat. Yang melaksanakan kekuasaan
Negara ialah wakil-wakil rakyat yang terpilih. Di mana rakyat telah yakin, bahwa segala
kehendak dan kepentingannya akan diperhatikan di dalam melaksanakan kekuasaan Negara.
Sidney Hook
Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan di mana hak untuk membuat keputusankeputusan
politik diselenggarakan oleh warga melalui wakil-wakil yang dipilih oleh mereka dan
bertanggung jawab kepada mereka melalui suatu proses pemilihan yang bebas.
Secara substantif, prinsip utama dalam demokrasi menurut Maswadi Rauf (1997), yaitu:
1. Kebebasan/persamaan (freedom/equality).
2. Kedaulatan rakyat (people’s sovereignity).
Sejarah Demokrasi
Definisi demokrasi dan terapannya awalnya muncul di negara-kota Athena, di bawah
kepemimpinan Cleisthenes, pada tahun 508-507 SM. Negara-kota Athena menjadi negara
pertama demokrasi di dunia, dan Cleisthenes disebut sebagai “bapak demokrasi Athena”
sekaligus “pendiri demokrasi dunia”.
Demokrasi Athena tersebut berbentuk demokrasi langsung, yang mempunyai dua ciri utama,
yakni: pemilihan acak warga biasa untuk mengisi jabatan administratif dan yudisial dalam
pemerintahan, serta majelis legislatif yang terdiri dari semua warga Athena. Sistem demokrasi
pertama ini membuat semua warga negara yang memenuhi persyaratan (terbatas) dapat berbicara
dan memberi suara di majelis, sehingga tercipta hukum di negara-kota tersebut. Sayangnya, pada
masa itu, kewarganegaraan Athena tidak mencakup para wanita, budak, orang asing (metoikoi),
non-pemilik tanah, dan pria di bawah usia 20 tahun – mereka tidak memiliki hak politik.
Dari sekitar 200.000 sampai 400.000 penduduk Athena, 30.000 sampai 60.000 di antaranya
merupakan warga negara. Pengecualian sebagian besar penduduk sebagai warga negara sah dan
setara dalam demokrasi, berkaitan dengan pemahaman tentang kewarganegaraan pada masa itu.
Memang, hampir sepanjang zaman kuno, manfaat kewarganegaraan itu selalu terkait dan terikat
dengan kewajiban ikut serta dalam perang.
Demokrasi Athena tidak hanya bersifat langsung dalam artian keputusan dibuat oleh majelis,
tetapi juga sangat langsung dalam artian rakyat, melalui majelis, boule (sebuah dewan khusus),
dan pengadilan – mengendalikan seluruh proses politik dan sebagian besar warga negara terus
terlibat dalam urusan publik. Meskipun hak-hak individu tidak dijamin oleh konstitusi Athena
dalam arti modern, bangsa Yunani kuno tidak punya kata untuk menyebut “hak”, penduduk
Athena menikmati kebebasan tidak dengan menentang pemerintah, tetapi dengan tinggal di
sebuah kota yang tidak dikuasai kekuatan lain, dan menahan diri untuk tidak tunduk pada
perintah orang lain.
Pemungutan suara kisaran pertama dilakukan di Sparta, salah satu kota di Yunani Kuno, pada
700 SM. Kota Sparta memiliki apa yang disebut dengan Apella, yaitu majelis rakyat yang
diadakan sekali sebulan. Di Apella, penduduk Sparta memilih pemimpin dan melakukan
pemungutan suara dengan cara pemungutan suara kisaran dan berteriak. Setiap warga negara pria
berusia 30 tahun boleh ikut serta. Terhadap hal itu, Aristoteles menyebutnya: “kekanak-kanakan”
– itu berbeda dengan pemakaian kotak suara batu yang diterapkan warga Athena. Tetapi, Sparta
memakai cara itu, karena kesederhanaannya dan mencegah pemungutan bias, pembelian suara,
atau kecurangan yang mendominasi pemilihan-pemilihan demokratis pertama.
Meski Republik Romawi berkontribusi banyak terhadap berbagai aspek demokrasi, hanya
sebagian kecil orang Romawi yang memiliki hak suara dalam pemilihan wakil rakyat. Suara
kaum berkuasa ditambah-tambahi melalui sistem gerrymandering (calon suatu partai
diuntungkan dari partai lain), sehingga kebanyakan pejabat tinggi, termasuk anggota Senat,
berasal dari keluarga-keluarga kaya dan ningrat.
Republik Romawi juga merupakan pemerintahan pertama di dunia Barat yang negara-bangsanya
berbentuk Republik, meski demokrasinya tidak menonjol. Bangsa Romawi menciptakan konsep
klasik dan karya-karya dari zaman Yunani kuno terus dilindungi. Selain itu, model pemerintahan
Romawi menginspirasi para pemikir politik pada abad-abad selanjutnya, dan negara-negara
demokrasi perwakilan modern cenderung meniru model Romawi, bukan Yunani, karena Romawi
adalah negara yang kekuasaan agungnya dipegang rakyat dan perwakilan terpilih yang telah
memilih atau mencalonkan seorang pemimpin. Demokrasi perwakilan adalah bentuk demokrasi
yang rakyatnya memilih perwakilan yang kemudian memberi suara terhadap sejumlah inisiatif
kebijakan, berbeda dengan demokrasi langsung yang rakyatnya memberi suara terhadap inisiatif
kebijakan secara langsung.
– Althing di Islandia
– Sistem tuatha di Irlandia abad pertengahan awal, Veche di Republik Novgorod dan Pskov di
Rusia abad pertengahan
– Things di Skandinavia
Banyak wilayah di Eropa abad pertengahan masih dipimpin oleh pendeta atau para tuan tanah.
Kouroukan Fouga membelah Kekaisaran Mali menjadi klan-klan (keluarga) berkuasa yang
diwakili di majelis umum bernama Gbara. Sayangnya, piagam tersebut membuat Mali lebih
mirip monarki konstitusional alih-alih republik demokratis. Negara yang sistemnya lebih
mendekati demokrasi modern adalah republik-republik Cossack di Ukraina pada abad ke-16–17:
Cossack Hetmanate dan Zaporizhian Sich. Jabatan tertinggi di sana, Hetman, dipilih oleh
perwakilan distrik-distrik negara tersebut.
Parlemen Inggris sudah membatasi kekuasaan raja melalui Magna Carta, yang secara rinci
melindungi hak-hak khusus subjek-subjek Raja, baik yang sudah bebas atau masih terkekang,
dan mendukung apa yang kelak menjadi habeas corpus Inggris, yaitu perlindungan kebebasan
individu dari penahanan tak berdasar dengan hak membela diri. Parlemen pertama yang dipilih
rakyat adalah Parlemen de Montfort di Inggris pada tahun 1265.
Sayangnya, hanya sekelompok kecil rakyat yang memiliki hak suara; Parlemen dipilih oleh
sekian persen penduduk Inggris (kurang dari 3% pada tahun 1780) dan kekuasaan menyusun
parlemen berada di tangan monarki (biasanya saat membutuhkan dana).
Kekuasaan Parlemen bertambah secara bertahap pada abad-abad berikutnya. Setelah Revolusi
Agung 1688, Undang-Undang Hak Asasi Inggris tahun 1689 yang mengatur hak-hak tertentu
dan menambah pengaruh Parlemen diberlakukan. Penyebarannya perlahan ditingkatkan dan
kekuasaan parlemen terus bertambah sampai monarki hanya bersifat pelengkap. Seiring
meningkatnya penyebaran pengaruh, sistem pemerintahan di seluruh Inggris diseragamkan
dengan penghapusan borough usang (borough yang jumlah pemilihnya sangat sedikit) melalui
Undang-Undang Reformasi 1832.
Bangsa pertama dalam sejarah modern yang mengadopsi konstitusi demokrasi adalah
Republik Korsika pada tahun 1755. Konstitusi Korsika didasarkan pada prinsip-prinsip
Pencerahan dan sudah mengizinkan hak suara wanita, hak yang baru diberikan di negara
demokrasi lain pada abad ke-20. Pada tahun 1789, Perancis pasca-Revolusi mengadopsi
Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga Negara dan Konvensi Nasional dipilih oleh
semua warga negara pria pada tahun 1792.
Penetapan hak suara pria universal di Perancis tahun 1848 adalah peristiwa penting dalam
sejarah demokrasi. Hak suara pria universal ditetapkan di Perancis pada bulan Maret
1848 setelah Revolusi Perancis 1848. Tahun 1848, serangkaian revolusi pecah di Eropa
setelah para pemimpin negara dihadapkan dengan tuntutan konstitusi liberal dan
pemerintahan yang lebih demokratis dari rakyatnya.
Walaupun tidak disebut demokrasi oleh para bapak pendiri Amerika Serikat, mereka
memiliki keinginan yang sama untuk menguji prinsip kebebasan dan kesetaraan alami di
negara ini. Konstitusi Amerika Serikat yang diadopsi tahun 1788 menetapkan
pemerintahan terpilih dan menjamin hak-hak dan kebebasan sipil.
Pada zaman kolonial sebelum 1776, dan beberapa saat setelahnya, hanya pemilik properti
pria dewasa berkulit putih yang boleh memberi suara, budak Afrika, sebagia besar
penduduk berkulit hitam bebas dan wanita tidak boleh memilih. Di garis depan Amerika
Serikat, demokrasi menjadi gaya hidup dengan munculnya kesetaraan sosial, ekonomi,
dan politik.[28] Akan tetapi, perbudakan adalah institusi sosial dan ekonomi, terutama di
11 negara bagian di Amerika Serikat Selatan. Sejumlah organisasi didirikan untuk
mendukung perpindahan warga kulit hitam dari Amerika Serikat ke tempat yang
menjamin kebebasan dan kesetaraan yang lebih besar.
Pada Sensus Amerika Serikat 1860, populasi budak di Amerika Serikat bertambah
menjadi empat juta jiwa, dan pada Rekonstruksi pasca-Perang Saudara (akhir 1860-an),
budak-budak yang baru bebas menjadi warga negara dengan hak suara (pria saja).
Penyertaan penuh warga negara belum sempurna dilakukan sampai Gerakan Hak-Hak
Sipil Afrika-Amerika (1955–1968) disahkan oleh Kongres Amerika Serikat melalui
Undang-Undang Hak Suara 1965.
Jumlah negara pada 1800–2003 yang memiliki skor 8 atau lebih pada skala Polity IV,
cara yang sering dipakai untuk mengukur demokrasi.
Transisi abad ke-20 ke demokrasi liberal muncul dalam serangkaian “gelombang
demokrasi” yang diakibatkan oleh perang, revolusi, dekolonisasi, religious and economic
circumstances. Perang Dunia I dan pembubaran Kesultanan Utsmaniyah dan Austria-
Hongaria berakhir dengan terbentuknya beberapa negara-bangsa baru di Eropa,
kebanyakan di antaranya tidak terlalu demokratis.
Pada tahun 1920-an, demokrasi tumbuh subur tetapi terhambat Depresi Besar. Amerika
Latin dan Asia langsung berubah ke sistem kekuasaan mutlak atau kediktatoran. Fasisme
dan kediktatoran terbentuk di Jerman Nazi, Italia, Spanyol, dan Portugal, serta rezim-
rezim non-demokratis di Baltik, Balkan, Brasil, Kuba, Cina, dan Jepang.
Perang Dunia II mulai memutarbalikkan tren ini di Eropa Barat. Demokratisasi Jerman
dudukan Amerika Serikat, Britania, dan Perancis (diraguka}, Austria, Italia, dan Jepang
dudukan menjadi model teori perubahan rezim selanjutnya.
Akan tetapi, sebagian besar Eropa Timur, termasuk Jerman dudukan Soviet masuk dalam
blok-Soviet yang non-demokratis. Perang Dunia diikuti oleh dekolonisasi dan banyak
negara merdeka baru memiliki konstitusi demokratis. India tampil sebagai negara
demokrasi terbesar di dunia sampai sekarang.
Pada tahun 1960, banyak negara yang menggunakan sistem demokrasi, meski sebagian
besar penduduk dunia tinggal di negara yang melaksanakan pemilihan umum terkontrol
dan bentuk-bentuk pembohongan lainnya (terutama di negara komunis dan bekas
koloninya).
Gelombang demokratisasi yang muncul setelah itu membawa keuntungan demokrasi
liberal sejati yang besar bagi banyak negara. Spanyol, Portugal (1974), dan sejumlah
kediktatoran militer di Amerika Selatan kembali dikuasai rakyat sipil pada akhir 1970-an
dan awal 1980-an (Argentina tahun 1983, Bolivia, Uruguay tahun 1984, Brasil tahun
1985, dan Chili awal 1990-an). Peristiwa ini diikuti oleh banyak bangsa di Asia Timur
dan Selatan pada pertengahan sampai akhir 1980-an.
Malaise ekonomi tahun 1980-an, disertai ketidakpuasan atas penindasan Soviet, menjadi
faktor runtuhnya Uni Soviet yang menjadi tanda berakhirnya Perang Dingin dan
demokratisasi dan liberalisasi bekas negara-negara blok Timur. Kebanyakan negara
demokrasi baru yang sukses secara geografis dan budaya terletak dekat dengan Eropa
Barat. Mereka sekarang menjadi anggota atau calon anggota Uni Eropa. Sejumlah
peneliti menganggap Rusia saat ini bukanlah demokrasi sejati dan lebih mirip
kediktatoran.
Tren liberal ini menyebar ke beberapa negara di Afrika pada tahun 1990-an, termasuk
Afrika Selatan. Contoh terbaru liberalisasi adalah Revolusi Indonesia 1998, Revolusi
Bulldozer di Yugoslavia, Revolusi Mawar di Georgia, Revolusi Oranye di Ukraina,
Revolusi Cedar di Lebanon, Revolusi Tulip di Kyrgyzstan, dan Revolusi Yasmin di
Tunisia.
Menurut Freedom House, pada tahun 2007 terdapat 123 negara demokrasi elektoral (naik
dari 40 pada tahun 1972).
Menurut World Forum on Democracy, jumlah negara demokrasi elektoral mencapai 120
dari 192 negara di dunia dan mencakup 58,2 penduduk dunia. Pada saat yang sama,
negara-negara demokrasi liberal (yang dianggap Freedom House sebagai negara yang
bebas dan menghormati hukum dan HAM) berjumlah 85 dan mencakup 38 persen
penduduk dunia.
Pada tahun 2010, Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan 15 September sebagai Hari
Demokrasi Internasional.
\
Setelah membahas pengertian demokrasi, mari kita bahas ciri-ciri demokrasi. Berikut penjelasan
ciri-ciri demokrasi menurut UUD 1945 dan ciri demokrasi menurut ahli.
a. Demokrasi Langsung
Dalam demokrasi langsung, rakyat diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan untuk
menjalankan kebijakan pemerintahan. Demokrasi langsung juga dikenal sebagai demokrasi
bersih. Di sinilah rakyat memiliki kebebasan secara mutlak memberikan pendapatnya, dan semua
aspirasi mereka dimuat dengan segera didalam satu pertemuan. Jenis demokrasi ini dapat
dipraktekkan hanya dalam kota kecil dan komunitas yang secara relatif belum berkembang, di
mana secara fisik memungkinkan seluruh elektorat untuk bermusyawarah dalam satu tempat,
walaupun permasalahan pemerintahan tersebut bersifat kecil.
Demokrasi langsung berkembang di negara kecil Yunani kuno dan Roma. Demokrasi ini tidak
dapat dilaksanakan di dalam masyarakat yang kompleks dan negara yang besar. Demokrasi
murni yang masih bisa diambil contoh terdapat di wilayah Switzerland. Bentuk demokrasi murni
ini masih berlaku di Switzerland dan beberapa negara yang didalamnya terdapat referendum dan
inisiatif. Beberapa negara ada yang sangat memungkinkan rakyat untuk memulai dan
mengadopsi hukum, bahkan untuk mengamandemenkan konstitusional dan menetapkan
permasalahan publik politik secara langsung tanpa campur tangan representatif.
a. Demokrasi Liberal
Demokrasi ini memberikan kebebasan yang luas pada individu. Campur tangan pemerintah
diminimalkan bahkan ditolak. Tindakan sewenang-wenang pemerintah terhadap warganya
dihindari. Pemerintah bertindak atas dasar konstitusi (hukum dasar).
b. Demokrasi Rakyat atau Demokrasi Proletar
Demokrasi ini bertujuan menyejahterakan rakyat. Negara yang dibentuk tidak mengenal
perebedaan kelas. Semua warga negara mempunyai persamaan dalam hukum dan politik.
14. Nilai lebih musyawarah mufakat adalah pembahasan masalah didasarkan rasa saling
menghormati, sehingga pelaksanaan keputusan mudah dan didukung seluruh anggota.
15. Demokrasi dapat dibedakan atas demokrasi langsung dan demokrasi tidak langsung
(perwakilan). Sesuai sila ke-4 Pancasila maka Indonesia menganut demokrasi perwakilan artinya
rakyat dalam menjalankan kekuasaannya dilakukan melalui sistem perwakilan.
Macam-Macam Demokrasi
Beberapa macam demokrasi yang berkembang di dunia, antara lain:
1) Demokrasi Parlementer
Di dalam sistem parlementer, kekuasaan legislatif terletak di atas kekuasaan eksekutif. Oleh
karena itu, menteri-menteri kabinet harus mempertanggungjawabkan semua tindakannya kepada
Dewan/DPR/Senat. Pemerintah setiap saat dapat dijatuhkan oleh Dewan/DPR/Senat dengan mosi
tidak percaya.
2) Demokrasi Liberal
Dalam sistem liberal, kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif dipisahkan (sparate of
power ). Kepala negara/presiden langsung dipilih oleh rakyat (contoh Amerika Serikat). Dalam
demokrasi liberal pemerintah dipegang oleh partai yang menang dalam pemilihan umum,
sedangkan partai yang kalah menjadi pihak oposisi.
3) Demokrasi Sosialis
Demokrasi ini terdapat dalam negara-negara komunis yang totaliter. Lembaga-lembaga
demokrasi pada umumnya tidak berfungsi sebagaimana mestinya karena kekuasaan ada di
tangan sekelompok kecil pimpinan partai komunis. Mereka ini yang memegang dan
mempergunakan kekuasaan menurut ideologi totaliter komunis: Dalam demokrasi rakyat, pada
dasarnya rakyat tidak memperoleh hak yang lazimnya di dapat dalam sistem demokrasi lainnya.
4) Demokrasi Terpimpin
Demokrasi yang dikendalikan oleh seorang pemimpin/Presiden. Pemimpin yang kuat akan
mengendalikan semua kekuatan politik, sehingga keberadaan negara akan terjamin. Dalam
demokrasi terpimpin , kehendak Presiden sebagai pemimpin itulah yang berlaku. Presiden
mendominasi kehidupan politik, peran partai politik sangat terbatas, Parlemen (MPRS dan DPR-
GR) lemah.
5) Demokrasi Pancasila
Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dalam
Demokrasi Pancasila sangat diharapkan adanya musyawarah untuk mufakat. Akan tetapi, bila
tidak tercapai mufakat, pengambilan keputusan dapat ditempuh melalui pemungutan suara
terbanyak (Pasal 2, Ayat (3), UUD 1945). Dalam demokrasi Pancasila tidak mengenal dominasi
mayoritas ataupun tirani minoritas. Domiinasi mayoritas adalah kelompok besar yang menguasai
segala segi kehidupan berbangsa dan bernegara dengan mengabaikan kelompok yang kecil.
Tirani minoritas adalah kelompok kecil yang menguasai segala segi kehidupan berbangsa dan
bernegara dengan mengabaikan kelompok besar.
Keunggulan demokrasi Pancasila dibanding dengan demokrasi lainnya sebagai berikut.
a) Adanyaa penghargaan terhadap hak asasi manusia dan hak-hak minoritas tidak akan
diabaikan.
b) Mendahulukan kepentingan rakyat, dalam hal ini hak rakyat diakui dan dihargai.
c) Mengutamakan musyawarah untuk mufakat, dan baru kemudaian menggunakan suara
terbanyak
d) Kebenaran dan keadilan selalu dijunjung tinggi.
e) Mengutamakan kejujuran dan iktikad baik.
2) Demokrasi tidak langsung atau perwakilan, adalah suatu sisitem demokrasi yang dalam
menyalurkan aspirasinya, rakyat memilih wakil-wakil untuk duduk dalam suatu lembaga
parlemen atau lembaga perwakilan rakyat. Lembaga ini dipilih dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat, karena itu dalam demokrasi tidak langsung semua rakyat turut serta dalam membicarakan
dan menetapkan kebijakan tentang persoalan-persoalan negara.