Anda di halaman 1dari 8

MULTIKULTURAL

BAGIAN 13

PLURALISME

Pluralisme merupakan konsep yang sangat lazim digunakan oleh para pemikir politik mengenai
bagaimana kekuasaan politik terdistribusi dalam sebuah masyarakat. Dalam hal ini konsep
pluralism merupakan sebuah teori dari Amerika Serikat yang menjelaskan tentang dampak
konflik sebagian masyarakat dan kelompok. Pluralism menduduki tempak yang penting dalam
perdebatan politik pada tahun 1950-an dan 1960-an. Namun, beberapa tahun terakhir ini
pluralism tidak mempunyai tempat yang penting dalam sebuah perdebatan.

 Pluralisme Sectional dalam Pikiran Amerika


Pluralisme telah menjadi sebuah kosakata wajib dalam kehidupan politik modern terutama
di Amerika. Persebaran konsep pluralisme di berbagai Negara dimulai dari Amerika dan
merupakan ekspor intelektual Amerika. Demokrasi tidak bisa dikaji apalagi diklaim oleh
siapapun tanpa menyertakan kemajemukan (pluralisme). Para pemikir pluralis seperti James
Madison dan Alexander Hamilton memberikan argument mereka tentang kombinasi dan
hipotesis empiris. Tulisan dari Madison dan Hamilton menjelaskan tentang 4hipotesis empiris,
satu pernyataan normative dan sebuah kesimpulan.
Gagasan kemajemukan lahir dan berkembang di Amerika berpijak pada latar belakang
situasi keragaman wilayah yang berpotensi melahirkan dominasi oleh satu wilayah dengan
wilayah yang lain. Kesimpulannya dari pemikiran Madison dan Hamilton diatas adalah
menggabungkan tigabelas Negara bagian menjadi sebuah kesatuan federal. Hal ini akan
menambah banyaknya faksi-faksi menjadi beragam serta berlipat ganda sehingga dapat
meminimalkan dominasi oleh satu faksi atas faksi yang lainnya.
Sedangkan pernyataan formatif dari kedua tokoh tersebut kesimpulannya bahwa Amerika
harus mengatur pemerintahan mereka sendiri sedemikian rupa sehingga bisa meminimalkan
kemunginan dari para pemimpin dari salah satu faksi bisa mendominasi faksi yang lain. Madison
menganggap hal tersebut dianggap sebagai bentuk perampasan hak. Masih terdapat empat
hipotesis empiric yang menjadi dasar pertimbangan dan keseimpulan dari kedua tokoh tersebut
yaitu:
a. Bahwa Politik biasanya termotivasi oleh altruisme atau kepedulian terhadap kepentingan
publik.
b. Bahwa konflik kepentingan dalam masyarakat tidak bisa dihindari dan akan mengarah
pada berkembangnya perselisihan atau konflik antar faksi.
c. Bahwa faksi dalam sebuah masyarakat jika tidak diawasi oleh pihak lain, cenderung akan
berusaha untuk memaksimalkan kepentingan mereka sendiri dengan mengorbankan
orang lain
d. Bahwa faksi akan dipimpin atau diwakili oleh politisi yang bisa diharapkan untuk
menggunakan kekuasaan mereka untuk mempromosikan kepentingan faksional.

Hal ini juga dibenarkan oleh John C. Calhoun, seorang politisi dari Amerika bagian selatan
yang mengkhawatirkan bahwa mayoritas dari politi Amerika Utara akan menghapus perbudakan.
Pandangan Calhoun bahwa pemerintahan perwakilan dari bagian selatan hanya bisa melindungi
kepentingan minoritas geografis. Jika hal ini disahkan, maka Calhoun memperingatkan bahwa
kekacauan dan keseimbangan politik Amerika yang rapuh akan membuat Negara-negara
Amerika bagian selatan melepaskan diri dari serikat. AN Holcombe mempunyai sudut pandang
yang sama bahwa partai-partai nasional tidak mampu dan mungkin tidak dapat bekerja dalam
masyarakat besar dan heterogen seperti Amerika Serikat.

Kekuatan politik di Amerika Serikat lebih terdesentralisasi daripada Negara demokrasi lainnya
kecuali Kanada dan Swiss. Kepentingan sectional (pembagian) dengan basis geografi memiliki
pengaruh yang besar.

 Tekanan dan Kelompok dalam Pluralisme

Setelah tahun 1950, penekanan pluralism di Amerika berganti dari penekanan pada dasar
sectional (sebagian kelompok) dan geografis menjadi penekaran pada peran kelompok-kelompok
penekan oleh pemerintah. Menurut Birch dalam “The Group Basic of Politics” karya Latham
bahwa kelompok penekan adalah bentuk politik dasar dan proses politik dasar merupakan
perjuangan dari kelompok-kelompok tersebut.
The Governmental Process dalam buku Truman (1950) menyebutkan bahwa sebelum
muncul konsep kelompok penekan, istilah yang digunakan adalah “kelompok kepentingan” yang
dipahami sebagai kelompok yang memiliki fungsi mempertahankan atau memperjuangkan
kepentingan material para anggotanya. Namun istilah tersebut lebih banyak digunakan oleh para
ilmuwan politik adalah “kelompok penekan”, yang menggambarkan bahwa semoa kelompok
mencoba memberikan tekanan pada masyarakat.

Terdapat dua sub-kategori kelompok yaitu kelompok kepentingan adalah kelompok yang
berfungsi membela atau memajukan kepentingan material anggotanya dan kelompok promosi
adalah kelompok yang ada untuk mempromosikan nilai atau sebab tertentu. Jadi kelompok
berguna untuk membela kepentingan perusahaan dan karyawan mereka yang bekerja pada
kontrak pertahanan dan kelompok lain yang menentang.

Kelompok penekan dapat menyesuaikan perannya dalam politik, terkadang sangat begitu
penting tetapi tidak semua kelompok penekan bisa diterapkan dalam sebuah keadaan sehingga
mengurangi peran penting mereka. Kelompok kepentingan potensial berfungsi untuk
mengurangi bentrok antar kepentingan pribadi.

Tahun 1950 adalah tahun-tahun yang ditandai dengan kepuasan politk dan kepuasa diri di
Amerika Serikat. Pluralis, pragmatis dan karakter federalis dari politik Amerika telah mendorong
untuk mengembangkan kerjasama politik demi mencapai keseimbangan. System pemerintahan di
Amerika Serikat ibaratnya adalah menjadi sebuah system nebula yang disatukan oleh ketegangan
dan timbal balik dalam ruang intergalaksi.

Dalam melihat kemajemukan, Birch merujuk pada pandangan Robert Dahl yang mengangkat
kembali gagasan kemajemukan dalam pemikiran modern ilmu politik di Amerika Serikat.
Menurut Robert Dahl kemajemukan bukan semata-mata keseimbangan kekuasaan secara sama
melainkan suatu system dimana setiap kelompok yang memiliki legitimasi mempunyai pengarus
atas kebijakan politik dan tidak ada satu kelompok yang bisa mendominasi sebuah proses politik.
 Pluralisme dan Demokrasi
Konsep dan teori demokrasi modern pemerintahan tentu bersifat pluralis. Pluralism
sangat compatible dengan demokrasi tetapi tidak dapat diterima dengan totaliterisme, karena
pemerintah tidak melakukan control total terhadap masyarakat jika organisasi otonom diizinkan
untuk menggunakan tingkat pengaruh social dan politik yang sub-stantial. Tetapi sebagain dari
system pemerintahan tidak demokratis dan totaliter.
System demokrasi sudah seharusnya majemuk, jawabannya akan bergantung pada
bagaimana kemajemukan didefinisikan. Tidak semua demokrasi memiliki karakter sectional
pluralism dengan dasar geografis yang telah dijelaskan diatas oleh Madison dan Hamilton.
Contoh khsusu situasi di Amerika Serikat. Banyak demokrasi di Eropa bukan saja lebih kecil
melainkan juga lebih homogen, dengan system pemerintahan lebih terpusat. Akan tetapi tidak
masuk akal jika karena alas an ini Negara-negara seperti Inggris, Prancis, Denmark, dan Swedia
kurang demokratis daripada Amerika Serikat.
Menurut Latham dan Tuman, definisi pluralis adalam system politik dimana kelompok-
kelompok penekan bersaing untuk mempengaruhi keputusan dari pemerintah pusat. Beberapa
system demokrasi lebih jelas pluralis daripada yang lain. Sebagai contoh Amerika Serikat, bukan
hanya karena wilayah geografisnya yang terpecah-pecah dan system pemerintahan yang
didesentralisasi tetapi juga karena lemahnya pemerintah cabang daripada Negara-negara
demokrasi lainnya.
BAGIAN 14
ELITISME DAN DOMINASI KELAS

Elitisme merupakan kekuasaan yang terdistribusi secara timpang alias tidak merata di
dalam masyarakat. Dalam perspektif elitisme, struktur masyarakat dibagi menjadi dua kelas yang
berbeda yaitu sekelompok kecil orang yang memiliki kekuasaan besar, atau akses luas terhadap
kekuasaan yang disebut sebagai elite dan anggota masyarakat dalam jumlah besar tetapi tidak
memiliki kekuasaan riil yang dikenal sebagai masa.
Secara umum para ahli teori tentang elit mendeskripsikan elite bersifat homogeny,
bersatu dan memiliki kesadaran kelompok. Elite pada dasarnya kebal akan gugatan dari siapapun
diluar kelompoknya.
Untuk memperkuat dominasi elit, akan diperlukan bukti pendukung satu dengan yang
lain dari tiga proposisi berikut:
a. Proposisi A bahwa akses ke kantor politik sangat terbatas untuk anggota kelompok
social yang relative kecil, dan anggotanya memiliki kesamaan kepentinggan
b. Proposisi B bahwa pemegang jabatan jarang responsive terhadap pandangan dan
kepentingan masyarakat umum, terbiasa mengganti pandangan dan kepentingan
mereka sendiri dengan masa.
c. Proposisi C bahwa pemegang jabatan, sementara tidak selalu menjaga kepentingan
mereka sendiri secara teratur mengambil keputusan atas nama kepentingan kelompok
atau kelas warga yang relative kecil.

Dalam kajian tentang elitisme, Birch menampilkan pokok-pokok pemikiran dari 4 tokoh
teoritis paling tenkenal dengan kajian seputar elitisme. Mereka adalah Vilfredo Pareto, geatano
Mosca, Robert Michels, Charles Wright Mills. Sedangkan Karl Marx dan para pengiktnya juga
elitis karena mereka mempercayai bahwa demokrasi liberal pada dasarnya adalah sebuah fasad
yang menyamarkan kaum minoritas.
 Pareto dan Teori Sirkulasi Elit
Pareto, lahir tangagl 15 Juli 1948, nama lengkapnya adalah Vilfredo Federico Damaso
Pareto (nama lahirnya adalah Wilfried Fritz Pareto). Seorang sosiolog, ahli ekonomi, ilmu politik
sekaligus seorang filosof. Pareto meninggal di Swiss tanggal 19 Agustus 1923. Sejak tahun 1886
Pareto menjadi seorang dosen ekonomi dan manajemen di Universitas Florence.
Pareto berpendapat bahwa dalam setiap bidang usaha mempunyai elitnya sendiri, yang
terdiri dari orang-orang baik dalam berbagai kehidupan. Dan juga syarat masuk dalam sebuah
elit itu bukanlah kebajikan melainkan ketrampilan. Dan dari beberapa anggota yang terikat akan
menjadi lebih berbakat daripada yang lain dan dengan mudah untuk maju serta mencapai
kesuksesan. Menurutny elit itu ada beberapa, ada elit pengacara, ilmuwan, penyair, pencuri dan
akan ada yang menjadi anggota elit pemerintahan. Elit pemerintahan terdiri dari orang-orang
yang memang benar-benar berbakat dalam bidang politik. Pareto juga memberikah saran
terhadap pemerintahan bahwa gubernur yang berhasil adalah mereka yang dapat mengerahkan
segala kemampuan dalam posisi tersebut.
Lebih jelasnya, Pareto membagi kelas elit menjadi dua lapisan yaitu lapisan yang rendah
dan lapisan tinggi yang terbagi menjadi dua yakni elit yang memerintah terdiri dari individu-
individu yang memiliki jabatan politis dan elit yang tidak memerintah terdiri dari individu-
individu yang tidak menduduki jabatan-jabatan politis tetapi mempunyai kemampuan untuk
mempengaruhi secara langsung pembuatan kebijaksanaan.
Pareto kemudian mengembangkan teori tentang pergantian elit. Dalam hal ini
menyatakan bahwa sejarah merupakan suatu perkuburan aristokrasi. Dalam setiap masyarakat
ada gerakan yang tak dapat ditahan dari individu-individu dan elit-elit kelas atas hingga kelas
bawah, dan dari tingkat bawah ke tingkat atas yang melahirkan suatu peningkatan yang luar
biasa. Hal ini menyebabkan semakin tersisihnya kelompok-kelompok elit yang ada dalam
masyarakat. Keseimbangan masyarakat menjadi terganggu.
Sirkulasi elit dari waktu ke waktu menambah keyakinan Pareto bahwa hal tersebut sangat
penting. Revolusi merupakan akibat adanya akumulasi dalam masyarakat kelas atas baik karena
seretnya srkulasi dalam kelas maupun sebab lain yang menyangkut unsur-unsur tang merosot.
Elemen-elemen masyarakat strata bawah yang menyangkut kualitas superior yang mulai maju
dan berkemauan menggunakan kekerasan. Pareto telah menegaskan pentingnya kapasitas serta
kemauan pada elit yang berkuasa untuk menggunakan kekerasan.
 Mosca dan Gagasan tentang Kelas Berkuasa
Mosca lahir pada tanggal 1 Aprril 1858 dengan nama lengkapnya Gaetano Mosca.
Meninggal pada tanggal 8 November 1941. Mosca berkebangsaan Italia adalah seorang ilmuwan
politik sekaligus pernah menjadi jurnalis.
Pareto mengembangkan teorinya atas dasar keahlian dalam bidang sosiolog dan psikolog,
sedangkan Gaetano Mosca lebih jauh mengembangkan teori eli politik seperti halnya konsep
mengenai pergantian elit. Mosca menolak klasifikasi pemerintah ke dalam bentuk-bentuk
monarki, aristokrasi dan demokrasi yang telah dipakai sejak zaman Aristoteles. Dia hanya
menegaskan bahwa hanya ada satu bentuk pemerintahan yaitu oligarki.
Kelas yang memerintah biasanya berjumlah lebih sedikit memegang semua fungsi
politik, monopoli kekuasaan dan menikmati keuntungan-keuntungan yang didapat dari
kekuasaan. Sedangkan kelas kedua jumlahnya lebih besar dan diatur dan dikontrol oleh yang
pertama. Semakin besar suatu masyarakat politik, semakin kecil proporsi yang memerintah untuk
diatur olehnya dan makin sulit bagi kelompok mayoritas untuk mengorganisir reaksi mereka
terhadap kelompok minoritas tersebut.
Penguasaan minoritas atas mayoritas menurut Mosca dilakukan dengan cara yang
terorganisasi, yang menempatkan mayoritas tetap berdiri saja di belakang, apalagi kelompok
minoritas biasanya terdiri dari individu-individu yang superior. Kalau Pareto menyebutkan kelas
berkuasa yang berisikan kelompok-kelompok sosial yang beraneka ragam, Mosca “meneliti
komposisi elit lebih dekat lagi dengan mengenali peran “kekuatan sosial” tertentu. Ekspresi yang
digunakannya bagi “elit bukan pemerintah”-nya Pareto, dalam mengimbangi dan membatasi
pengaruh “kekuatan sosial lainnya”, Mosca memperkenalkan konsep “sub-elit” yang pada
prakteknya berisikan seluruh “kelas menengah baru” dari para pegawai sipil, para manajer
industri, ilmuwan dan mahasiswa serta menganggapnya sebagai elemen vital dalam mengatur
masyarakat. Stabilitas organisme politik apapun menurut Mosca, tergantung pada tingkat
moralitas, kepandaian dan aktivitas yang diusahakan oleh lapisan ke dua ini.
Berbeda dengan Pareto, Mosca percaya pada kemajuan manusia. Mosca berpikir bahwa
sebuah kemajuan itu bertahap, konstan dan tidak dapat dihindarkan. Pada akhir abad ke 19,
Mosca menulis bahwa Negara-negara yang paling maju telah mengembangkan system
pemerintahan perwakilan. Mosca mengakui bahwa dalam system demokrasi, kelas yang
berkuasa akan terbuka untuk penetrasi oleh kelas yang diperintah dalam artian harus semua
warga Negara diperintah dan kelas yang berkuasa tidak dapat bersatu secara politis tetapi dibagi
menjadi pihak yang bersaing.
Kessimpulannya, bahwa dahulu pemerintah sering mementingkan diri sendiri dibawah
tangan elit yang dikuasai. Tetapi hal tersebut tidak dijadikan sebuah masalah akrena mereka
tidak menunjukkan hal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai