Anda di halaman 1dari 42

1

KONTRAK PEMBELAJARAN

1. KRITERIA UMUM

Nama Mata Kuliah : Konsensus dan Konflik Politik

Kode Mata Kuliah : SPP 317 P

Bobot SKS : 3 (3-0)

Fakultas : Isipol Unsoed.

Dosen Pengampu : Drs. Bambang Suswanto, M.Si

Semester : Gasal

2. MANFAAT PEMBELAJARAN

Mahasiswa memiliki wawasan berfikir tentang berbagai teori

tentang Konsensus dan Konflik Politik, sehingga dapat

bermanfaat untuk meningkatkan ketrampilan dalam mengatasi

berbagai konflik Politik.


2

3. DESKRIPSI MATA AJARAN

Dalam proses belajar mengajar ini akan dibahas tentang

pengertian Konsesus dan Konflik Politik, tipe-tipe Konsensus

dan Konflik, dan Konsensus dan Konflik demokrasi, ideologi,

Teknologi, Nilai Budaya serta membicarakan Konsesus dan

Konflik Politik di Indonesia.

4. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM

Setelah mengikuti perkuliahan selama satu semester (14 kali

tatap muka), mahasiswa dapat mengidentifikasi indikator-

indikator berbagai Konsensus dan Konflik Politik yang

terdapat dalam kehidupan masyarakat dan negara.

6. STRATEGI PENGAJARAN

Untuk mewujudkan tujuan yang ingin dicapai dari

pembelajaran mata kuliah ini, maka strategi yang digunakan

meliputi :

Kuliah tatap muka dengan metode ceramah dan

Tanya jawab
3

Penyelesaian tugas terstruktur

Diskusi Kelompok

Pemecahan masalah dengan Metode Kontekstual

7. Materi Pembelajaran

1. Kontrak pembelajaran

2. Pengertian Konsesus dan Konflik Politik

3. Tipe-Tipe Konflik

4. Tipe-Tipe Konsensus

5. Faktor-Faktor munculnya Konflik

6. Konflik dan Konsensus Politik

A. Demokrasi

B. Ideologi

C. Teknologi

D. Nilai Budaya

7. Konsensus dan Konflik Politik di Indonesia


4

8. EVALUASI PEMBELAJARAN

Cara Penilaian : Sistem penilian akhir semester terhadap

keberhasilan mahasiswa peserta mata kuliah ini menggunakan

metode PAP dengan batasan nilai lulus adalah > C dari total

perolehan nilai seluruh komponen penilaian.

Komponen Penilaian :

1). Tugas Terstruktur (Bobot ; 20 %)

2). Ujian Sisipan (Bobot : 35 %)

3). Ujian Akhir Semester (Bobot : 45 %)

Total Bobot Nilai : 100 %

Perangkingan (grade) :

No. Rentang Nilai Nilai Huruf


1 > 80 A
2 66 - 80 B
3 56 - 65 C
4 45 - 55 D
5 < 44 E
5

DAFTAR PUSTAKA

1. Maswadi Rauf, 2000, Konsensus dan Konflik Politik,

Dikti,Depdiknas, Jakarta.

2. Doverger,M., 1982, Sosiologi Politik, Rajawali, Jakarta

3. Dahrendorf, Ralf, 1986, Konflik Masyarakat Industri, Rajawali,

Jakarta.

4. Goer Ted, 1971, Why Man Rebel, Princeton University Press,

New Jersey.

5. Galtung, Johan, 1980, The True Worlds : A Transnational,

Prespective, The Free Press, New York.

6. Panggabean, S.R., 1997, Mengidentifikasi Indikator Kerusuhan,

PSKP, UGM Yogyakarta.

7. Coser, Louis, 1965, The Fungtions of social Conflict, Free Press,

New York.
6

PENGERTIAN KONSENSUS DAN

KONFLIK POLITIK

A. PENGERTIAN KONSENSUS

Konsensus Suatu kesepakatan dalam hal tertentu

antara dua atau kelompok (persamaan)

Konflik Suatu pertentangan atau perbedaan

pendapat antara dua atau kelompok

(perbedaan).

B. Definisi Konsensus dan Konflik

1. Definisi-definisi Konsensus :

Menurut Maswadi Rauf Konsensus Adalah suatu

kesepakatan dalam hubungan antara dua atau lebih pihak

yang berbeda dalam konflik.

Menurut Doverger Konsensus Adalah suatu

kompromi yang dilakukan oleh dua atau lebih yang

berpendapat berbeda, sehingga mencapai titik temu.


7

2. Definisi-Definisi Konflik :

Menurut Coser Konflik adalah suatu perjuangan

terhadap nilai-nilai dan tuntutan untuk menurunkan status,

kekuasaan dan sumber daya dimana tujuan dari musuh

adalah untuk meniadakan, melalui atau menghilangkan

saingan.

Menurut Boulding Konflik adalah suatu situasi

persaingan dimana pihak-pihak mengetahui adanya

ketidakselarasan dari posisi potensial, guna menginginkan

kekuasaan suatu posisi yang tidak selaras dengan

keinginan pihak lain.

Menurut Rubin Konflik adalah anggapan-

anggapan yang berbeda dari tujuan atau suatu keyakinan

bahwa aspirasi masing-masing pihak tidak dapat dicapai

secara bersama-sama.
8

Menurut Kriesberg Konflik terjadi ketika dua

pihak atau lebih percaya bahwa mereka memiliki

ketidakselarasan tujuan.

TIPE-TIPE KONFLIK

A. Konflik kepentingan Suatu ketidakselarasan dan

persaingan di antara kelompok-kelompok yang memiliki

kepentingan berbeda.

1. Penyebab konflik kepentingan adalah persaingan dan

ketidakselarasan, baik yang aktual terjadi maupun yang

hanya dipersepsikan di bidang :

a. Kepentingan substantif

b. Kepentingan prosedural

c. Kepentingan psikologis

2. Solusi konflik kepentingan :

a. Pusatkan perhatian pada kepentingan buka posisi pihak

yang bertikai.
9

b. Carilah kriteria kepentingan yang obyektif.

c. Kembangkan jalan keluar yang integratif.

d. Carilah jalan dan cara untuk memperbanyak alternatif

e. Kembangkan tawar menawar untuk memenuhi

kepentingan pihak-pihak yang bertikai.

B. Konflik Struktural Suatu masalah yang timbul

dalam dinamika interaksi dan hubungan kekuasaan yang

melibatkan pihak-pihak dan unsur-unsur masyarakat.

1. Penyebab konflik Struktural :

a. Pola-pola perilaku dan interaksi yang destruktif.

b. Ketimpangan dalam kontrol

c. Ketimpangan kekuasaan dan otoritas

d. Faktor-faktor geografis, fisik yang merintangi kerja

sama.

e. Kendala waktu atau kesulitan memenuhi harapan

dalam waktu yang bersamaan.


10

2. Solusi Konflik Struktural :

a. Ganti pola perilaku yang desktrukttif dengan perilaku

yang kontruktif.

b. Definisikan peran yang jelas atau ubah peran yang ada

c. Adakan realokasi pemilikan atau kontrol atas sumber

daya.

d. Tetapkan proses pengambilan keputusan yang adil.

e. Ganti gaya konflik ke kompromi atau kolaborasi.

f. Modifikasi cara-cara paksa dengan cara persuasif.

g. Kurangi tekanan-tekanan eksternal terhadap pihak

yang bertikai

h. Ubah kendala waktu dengan menambah atau

mengurangi waktu.

C. Konflik Nilai Perbedaan - perbedaan di bidang

norma dan nilai yang dianut oleh kelompok-kelompok

dalam masyarakat.
11

1. Penyebab konflik nilai :

a. Adanya perbedaan kriteria dalam mengevaluasi ide

perilaku tertentu.

b. Tujuan nilai yang ekslusif

c. Perbedaan gaya hidup, agama dan ideologi.

2. Solusi konflik Nilai :

a. Hindari pendefinisian masalah dalam istilah nilai

b. Beri kesempatan baik sepakat maupun berbeda

pendapat.

c. Carilah tujuan yang lebih tinggi atau luhur yanag

sama-sama diterima semua pihak.

d. Ciptakan kawasan, sektor kegiatan atau bidang

tempat suatu perangkat nilai dapat mendominasi.

D. Konflik Hubungan Suatu masalah yang

berhubungan dengan sikap dan perilaku dalam interaksi

pihak-pihak yang bertikai.


12

1. Penyebab konflik hubungan :

a. Emosi yang tinggi

b. Salah penyertian dan penggunaan stereotip

c. Komunikasi yang buruk atau kesalahpahaman

d. Perilaku negatif yang terjadi berulang-ulang

2. Solusi Konflik Hubungan :

a. Kontrol pengungkapan emosi melalui aturan main.

b. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan

dan emosi supaya tidak tertahan.

c. Jelaskan kesalahpahaman yang timbul dan bina

persepsi positif .

d. Tingkatkan kualitas dan kuantitas komunikasi.

e. Hentikan perilaku negatif yang berulang-ulang.

f. Rangsang sikap dan gaya berkonflik yang berorentasi

pemecahan masalah, bukan tindakan sepihak yang

ingin menang sendiri.


13

E. Konflik Data dan Informasi Perbedaan pendapat

mengenai data dan informasi.

1. Penyebabnya adalah :

a. Kurang informasi dan keterangan.

b. Salah informasi

c. Perbedaan pendapat mengenai apa yang relevan

d. Beda penafsiran terhadap data dan informasi

e. Prosedur penilaian yang berbeda.

2. Solusi konflik data dan informasi :

a. Bicarakan dan capailah kesepakatan mengenai data

dan informasi yang penting.

b. Sepakati proses pengumpulan data

c. Kembangkan kriteria bersama untuk menilai data.


14

d. Gunakan ahli pihak ketiga dimintakan pendapat dan

informasi guna mencairkan kebuntuan.

TIPE-TIPE KONSENSUS

A. Tawar-menawar Suatu kesediaan semua pihak yang

terlibat dalam konflik guna mengurangi tuntutannya sendiri

dan menerima bagian-bagian tertentu dari tuntutan pihak lain.

B. Konsiliasi Suatu bentuk penyelesaian konflik

melalui lembaga-lembaga tertentu sebgai wakil dalam

menyelesaikan konflik

C. Mediasi Suatu bentuk penyelesaian konflik

dengan cara duduk bersama untuk memberi nasehat-nasehat

bagaimana menyelesaikan konflik.

D. Perwasitan Suatu bentuk penyelesaian konflik,

apabila pihak-pihak yang berkonflik berkesempatan untuk


15

menerima hadirnya pihak ketiga yang akan memberikan

keputusan guna menyeleseaikan konflik.

E. Pemungutan Suara (Voting) Suatu bentuk

penyelsaian konflik dengan cara pemungutan suara dengan

berdasarkan suara terbanyak. Bagi yang memperoleh suara

terbanyak menjadi pendapat bersama, sehingga perbedaan

pendapat dapat diselesaikan. Model ini pada umumnya

digunakan untuk menyelsaikan konflik politik.


16

FAKTOR-FAKTOR MUNCULNYA KONFLIK

A. Menurut W F Wertheim :

Faktor yang menjadi penyebab munculnya konflik yang

berkadar tinggi (Revolusi) sangat sulit karena semua aspek

sudah berakumulasi (Ideologi, politik, ekonomi sosial dan

psikologi).

B. Menurut Marx :

Faktor munculnya konflik katena kemajuan Industri, maka

kaum buruh menjadi miskin (perbedaan kaum bourjuis dan

kaum proletar makin lebar). Munculnya kaum buruh

menyebabkan ia mampu untuk melakukan perlawanan,


17

sehingga melahirkan kolektifitas perlawanan yang sering

dinamakan Revolusi.

Faktor-Faktor penyebab Revolusi sbb :

1. Faktor Ekonomi Adanya perbedaan ekonomi yang

semakin besar dan kesejahteraan kaum buruh yang semakin

berkurang.

2. Faktor Politik Hilangnya legitimasi bagi elit yang

sedang berkuasa.

3. Faktor Budaya Bangkitnya kesadaran akan nasib

yang sama (solidaritas).

4. Faktor Sosial Bertambahnya masyarakat miskin.

5. Faktor Psikologis Meningkatnya ketegangan karena

apa yang diharapkan sulit untuk direalisasikan.

C. Menurut James C. Davis :

Faktor munculnya konflik apabila situasi yang ada mengalami

kemerosotan, sementara harapan masyarakat terlalu besar,


18

sehingga terjadi jurang antara harapan dan kenyataan semakin

lebar, maka menimbulkan konflik.

Dalam kurve dibawah ini dapat digambarkan sbb :

Keterangan :

Kebutuhan yang diharapkan dipenuhi

Kebutuhan yang sungguh-sungguh dipenuhi

X Saat timbulnya Revolusi (konflik terjadi)


19

D. Menurut Ted Gurr :

Konsep Relative Deprivation : Apabila masyarakat terjadi suatu

kesenjangan antara nilai yang diharapkan dan nilai kapabilitas

guna menggapai harapan, maka masyarakat yang bersangkutan

akan mengalami kekecewaan (frustasi).

Konsep ini dibedakan menjadi tiga yaitu :

1. Decremental Deprivation Apabila dalam

masyarakat ada kondisi nilai yang diharapkan dalam

keadaan stabil, sementara pada saat yang sama nilai

kapabilitas menurun. Maka akan terjadi kesenjangan dengan

menurunnya nilai kapabilitas, sehingga dapat menimbulkan

kekecewaan. Perasaan ini sebagai awal munculnya tindakan

konflik atau perlawanan.


20

Dalam kurve dapat digambarkan sbb :

Keterangan : ----------- Nilai Harapan

_______ Nilai Kapabilitas

2. Aspiration Deprivation Apabila dalam

masyararakat ada kondisi nilai yang diharapkan mengalami

kenaikan, sementara pada saat yang sama nilai kapabilitas

pada keadaan yang statis atau tidak berubah. Maka dapat


21

menimbulkan kekecewaan atau frustasi, sehingga dapat

melahirkan konflik.

Dalam kurve dapat digambarkan sbb :

Keterangan : --------- Nilai harapan

______ Nilai kapabilitas

3. Progresif Deprivation Apabila dalam

masyarakat ada kondisi nilai yang diharapkan mengalami

kenaikan, sementara nilai kapabilitas juga mengalami

kenaikan. Maka akan terjadi kesejajaran kenaikan untuk


22

sementara waktu, tetapi pada waktu tertentu nilai harapan

masih mengalami kenaikan sedangkan nilai kapabilitas

mengalami penurunan, seshingga dapat terjadi konflik.

Dalam kurve dapat digambarkan sbb :

Keterangan : ---------- Nilai harapan

_______ Nilai kapabilitas

E. Menurut J. Galtung :

Konflik kekerasan dapat terjadi karena ada sesuatu yang

menyebabkan orang terhalang untuk mengaktualisasikan

potensi dri secara wajar.


23

Konflik kekerasan tidak hanya dilakukan oleh kelompok

masyarakat tetapi juga oleh pejabat negara dan para pemilik

modal.

Ada dua jenis konflik kekerasan :

1. Konflik secara langsung.

2. Konflik secara tidak langsung atau struktural.

Konseptualisasi Konflik menurut J. Galtung dapat digambarkan

pada tabel dibawah ini :

Aras Pelaku Dimensi Sarana R.Lingkup


Negara Aparat Fisik, Non Senjata dan Kompre-
Negara Fisik Organisasi hensif
Militer.
Kebijakan
publik
Struktur Aparat Neg. Non Fisik Kebijakan Kompre-
Sosial Pengendali (Ipoleksos- Publik hensif
Kapital bud) Akumulasi
Kapital
Personal Individu Fisik/Non Kelompok Terbatas
Komuni- Kelompok Anomie,
tas fisik Tindakan
24

Individu

KONSENSUS DAN KONFLIK POLITIK

A. Pengertian Konsensus Politik Sesuatu kesepakatan

yang berkaitan dengan kebijakan yang dibuat oleh penguasa

politik dan jabatan yang diduduki oleh penguasa politik. Dalam

konsensus politik dapat dilakukan melalui musyawarah dan

voting.

B. Pengertian Konflik Politik Sesuatu konflik yang

berkaitan dengan kebijakan politik yang dibuat oleh penguasa

politik dan jabatan politik yang diduduki oleh penguasa politik.

C. Pengertian Penguasa Politik Orang atau kelompok

orang yang memiliki kekuasaan politik.

D. Pengertian Kekuasaan Politik Kewenangan untuk

mengatur masyarakat secara keseluruhan.


25

E. Pengertian Pejabat Pemerintah Sekelompok orang yang

memegang kekuasaan untuk mengatur masyarakat secara

keseluruhan dan usaha mengatur masyrakat, berhak

menggunakan kekerasan fisik yang memaksa.

F. Konflik Politik dan Demokrasi

Demokrasi adalah kebebasan sebagai sebuah alat untuk

mencapai kemajuan masyarakat. Apabila masyarakat memiliki

kebebasan maka akan dapat berfikir, berkarya tanpa rasa takut

akan pembatasan yang dilakukan oleh penguasa politik.

Kebebasan meliputi :

1. Kebebasan berfikir dan berpendapat.

2. Kebebasan berserikat dan berkumpul.

3. Kebebasan terbuka kesempatan bagi setiap warga untuk

menjadi penguasa politik.

Dampak dari kebebasan menghasilkan maraknya

konflik politik.

Penyelesaian Konflik dan Demokrasi :


26

Maraknya konflik politik adalah sesuatu yang pasti terjadi,

apabila demokrasi digunakan karena demokrasi menuntut

kebebasan. Untuk mengatasi terjadinya konflik politik

diperlukan suatu ketrampilan menyelesaikan konflik.

Ketrampilan menyelesaikan konflik sebagai prasyaratnya sbb:

1. Budaya politik demokratis

Kemampuan berbeda pendapat bukan permusuhan

Kemampuan untuk tidak menganggap lawan konflik

harus dimusnakan.

Kemampuan menghormati pendapata pihak lawan.

Kemampuan toleransi terhadap perbedaan lawan.

2. Kemampuan menciptakan konsensus politik :

Kemampuan untuk tidak menggunakan kekerasan

(koersif) dalam menyelesaikan konflik.

Kemampuan untuk menggunakan cara damai (persuasif)

dalam mnyelesaikan konflik.


27

Bentuk penyelesaian konflik politik :

Pemilu sebagai cara mencapai konsensus politik

Musyawarah sebagai cara mencapai konsensus

Pemungutan suara (voting)

G. Konflik Politik dan Ideologi

Menurut Duverger ada dua Ideologi yang diperbandingkan

dalam konflik politik yaitu Ideologi Leberalisme dan

Komunisme.

Kedua Ideologi itu mempunyai tujuan sama yaitu mencapai

masyarakat yang makmur atau terpenuhi kebutuhan rakyat.

Namun berbeda dalam cara mencapai tujuannya.

Perbedaan dalam cara mencapai tujuan


Ideologi Leberalisme Ideologi Komunisme
Kebebasan berusaha masya. Negara yang berusaha atas
Investasi rakyat. Semua dikendalikan
Pengusaha oleh negara dalam mencapai
Kapitalis kemakmuran rakyat dgn cara
Barang murah revolusi proletariat.

Penyebab Konflik Politik


28

1. Sebab-Sebab individual adalah suatu sifat-sifat

atau bakat-bakat individual yang menimbulkan konflik

kelompok. Konflik kelompok yang merupakan ciri konflik

politik.

2. Sebab-sebab kolektif adalah konflik yang berasal

dari luar yang mengancam kelompok, sehingga

menimbulkan keinginan kelompok untuk membela diri dan

keinginan kelompok untuk memajukan kelompok guna

mendapat posisi kelompok dalam masyarakat.

3. Perbedaan Kelas Menurut Teori Marx konflik yang

didasarkan atas kelas telah merupakan sebuah Ideologi yang

pernah mempunyai pengaruh politik Internasional. Isue kelas

yang tertindas menyebabkan rakyat miskin menimbulkan

daya tarik untuk berkonflik dengan rasa solidaritas kelas.

4. Konflik kelompok horizontal Suatu konflik yang

terjadi antar sesama kelompok di dalam masyarakat,

sehingga membentuk garis mendatar atau horizontal.


29

5. Konflik kelompok Vertikal Suatu konflik yang terjadi

antara kelompok-kelompok masyarakat dengan penguasa

politik beserta kelompoknya.

H. Konflik Politik dan Teknologi

Konflik Politik berkaitan dengan teknologi, karena kemajuan

ekonomi hanya dapat dicapai apabila ada kemajuan teknologi.

Menurut Duverger konflik akan berkurang apabila beberapa

kebutuhan manusia terpenuhi. Pandangan ini beranggapan

bahwa faktor materi memainkan peran penting sebagai

penyebab konflik dalam masyarakat. Hal ini karena materi

menjadi sumber persengketaan manusia.

Dengan kemewahan juga belum tentu dapat menghapus

konflik di dalam masyarakat, karena kebutuhan manusia tidak

akan puas selalu ingin memenuhi kebutuhan yang lain. Hai ini

berarti bahwa dalam masyarakat tetap ada kelangkaan. Oleh


30

karena itu konflik akan tetap ada walaupun tingkat

kemakmuran dapat dicapai.

E. Konflik Politik dan Nilai Budaya

Menurut Clifford Geertz Konflik Politik terjadi karena peran

dari kelompok primordial yang terdapat dalam masyarakat.

Kelompok Primordial adalah keterikatan anggota kelompok

oleh nilai-nilai budaya karena hubungan darah dan persamaan

agama, ras, suku, bahasa, daerah dan adat-istiadat.

Kinflik politik dapat terjadi karena adanya solidaritas kelompok

yang dilatar belakangi oleh sentimen prmordial, ikatan

primordial dan kesetiaan primordial. Maka akan melahirkan

solidaritas yang kuat fanatisme. Sedangkan solidaritas

kebangsaan atau nasionalisme solidaritas kesetiaan warga

bangsa untuk rela berkorban demi keselamatan bangsa.

Selanjutnya Munurut C. Geertz bahwa kesetiaan kepada bangsa

dan negara mendapat ancaman dari kesetiaan kelompok

primordial. Kesetiaan kelompok primordial apabila berkembang


31

persepsi adanya perlakukan tidak adil terhadap kelompok

primordial dalam suatu negara, maka dapat terjadi adanya

keinginan kelompok primordial untuk memisahkan diri dari

negara tersebut. Persaingan antara negara bangsa dengan

kelompok-kelompok primordial akan dapat menimbulkan

konflik politik yang dapat melahirkan bentuk separatisme dan

perpecahan. Menguatnya ikatan primordial menyebabkan

parahnya konflik politik dinegara tersebut.

1. Konflik Politik dan Kesetiaan Primordial

Teori Konflik C. Geertz adalah terjadinya pecampuradukan

kesetiaan politik dengan kesetiaan primordial. Maka

penggunaan nilai-nilai primordial harus dihindari agar

supaya tidak terjadi konflik politik.

Kesetiaan Politik Kesetiaan yang relatif tidak kekal

yaitu kesetiaan terhadap partai politik atau pemimpin politik.


32

Kesetian Primordial Kesetiaan primordial bersifat

alami sehingga sangat kuat dan tidak mudah tergoyahkan.

Fanatisme menjadi ciri dari kesetiaan primordial.

2. Penyelesaian Konflik Politik

Untuk menyelesaikan konflik politik karena sentimen

primordial cenderung memakan waktu yang lama dan

mempunyai kecenderungan konflik tersebut sulit untuk secara

damai. Maka sebagai alternatif untuk meyelesaikan konflik

adalah dengan cara koersif atau kekerasan.

Kesulitan dilakukan cara damai guna menyelesaikan konflik

disebabkan oleh sulitnya ditempuh cara kompromi diantara

pihak-pihak yang terlibat konflik.


33

KONSENSUS DAN KONFLIK POLITIK

DI INDONESIA

A. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (17 - 08 1945)

Setelah bangsa Indonesia memproklamasikan mulai muncul

konflik dalam pemerintahan yaitu perbedaan pendapat antar

elit dalam pemerintahan mengenai pelaksanaan pemerintahan

yang dianggap tidak demokratis. Wakil Presiden melihat

penyimpangan dalam pelaksanaan pemerintahan dengan

mengambil kebijakan dengan mengeluarkan Maklumat Wapres


34

No. X. pada 16 Oktober 1945 yang isinya supaya KNIP

menjalankan fungsinya sebagai lembaga legislatif.

Presiden Soekarno dalam penyelesaian konflik yang terjadi

dengan mengeluarkan Maklumat Pemerintah pada 14

Nopember 1945 yang isinya tentang perubahan sistem Kabinet

dari Presidentil menjadi Parlementer. Perubahan tersebut

dengan maksud agar pemerintahan negara Indonesia

demokratis.

B. Konflik Politik Perang Kemerdekaan

Bangsa Indonesia tidak beberapa lama setelah merdeka harus

menghadapi Agresi Militer Belanda dengan cara membonceng

Sekutu (Inggris) datang ke Indonesia untuk kembali melakukan

penjajahan.

Negara Indonesia dalam menghadapi Agresi Militer Belanda

tidak dapat mengalahkan karena keterbatasan persenjataan,

sehingga secara fisik bangsa Indonesia dapat dikatakan kalah.

Namun upaya untuk menyelesaikan konflik politik tersebut


35

dengan cara damai melalui forum-forum perundingan antara

lain :

Perundingan Linggarjati

Perundingan Renville

Perundingan Roem Royen

Konferensi Meja Bundar

Dari perundingan-perundingan tersebut secara umum

merupakan dalih penjajah Belanda untuk menguasai kembali

di Indonesia. Hal ini karena setiap perundingan pihak

Indonesia selalu dipihak yang lemah, karena selalu

dirugikan oleh Belanda.

Dari perundingan tersebut ada yang menguntungkan

karena negara Indonesia dari hasil KMB diakui sebagai

negara yang merdeka oleh Belanda. Hal ini merupakan

perjuangan melalui politik diplomasi bangsa Indonesia

dalam menyelesaikan konflik politik dengan negara lain.


36

C. Konflik Politik Masa Demokrasi Parlementer

Pada masa ini terjadi konflik politik antar partai Politik yaitu

konflik partai Islam (Masyumi) dengan Partai Komunis (PKI).

Disamping itu juga konflik partai Nasionalis (PNI) dengan

Paartai Masyumi.

Sulitnya partai untuk bekerja sama antar partai karena hasil

pemilu pada tahun 1955 tidak ada partai yang mayoritas

menjadi pemenang Pemilu. Hal ini menjadikan

pemerintahannya tidak stabil. Pada masa itu kabinet tidak ada

yang dapat menjalankan sesuai dengan UU D 1945 yaitu lima

tahun. Kebanyakan hanya berusia satu tahun.

Untuk menyelesaikan konflik tersebut Presiden Soekarno

mengeluarkan sebuah Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959 yang

isinya perubahan bentuk pemerintahan dari sistem parlementer

kembali kepada sistem presidentil. Hal ini karena dalam dekrit

tersebut intinya kembali kepada UUD 1945.


37

Soekarno selaku Presiden menyatakan bahwa ia akan

menjalankan Demokrasi Terpimpin yang tujuannya untuk

menghasilkan pemerintahan yang kuat dan mampu bekerja

untuk kepentingan bangsa dan negara.

Cara yang ditempuh oleh Soekarno dalam menyelesaikan

konflik politik adalah melakukan tindakan represif terhadap

yang berbeda pendapat dengan pemerintah. Disamping itu

Soekarno melalukan indoktrinasi yakni sosialisasi politik yang

diadakan secara sistematis oleh negara untuk menanamkan

nilai-nilai yang dianggap ideal oleh Soekarno. Hal itu

dilakukan melalui pidato-pidato disetiap kesempatan, seperti :

Pidato Manifesto Politik

Pidato Jalannya Revolusi Kita

Pidato Jasmerah (Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah)

Selanjutnya Soekarno melakukan tindakan kepada

lawan-lawan politik yang berseberangan dengan cara :


38

Membubarkan partai politik (Partai Masyumi)

Media massa yang melawan akan dicabut ijin usaha

Anggota-Anggota DPRGR yang berbeda pendapat

disingkirkan.

Tujuan Soekarno melakukan tindakan represif untuk

menekan konflik sehingga konflik tidak dapat muncul

dipermukaan. Namun kenyataan konflik tidak dapat

dihilangkan, karena kalau ditekan akan muncul dalam bentuk

tersembunyi atau ilegal yang berupa isue-isue.

D. Konflik Politik PKI dan ABRI

Pada masa demokrasi terpimpin ditandai adanya usaha

Soekarno untuk mempertahankan keseimbangan antara dua

kekuatan politik PKI dan ABRI. Hal ini dilakukan oleh

Soekarno karena PKI merupakan kekuatan besar di desa-desa

sehingga memerlukan dukungan dari PKI. Selanjutnya ABRI

juga merupakan kekuatan politik yang dibutuhkan oleh


39

Soekarno dalam menumpas PKI karena tidak ada lagi

kekuatan politik yang dapat menumpas PKI kecuali ABRI.

Disamping itu ABRI dalam bidang politik semakin kuat dan

dapat diandalkan karena dapat menandingi kekuatan PKI.

Untuk menjaga keseimbangan dua kekuatan itu sulit

dipertahankan karena PKI semakin kuat dengan taktik

menghancurkan musuh-musuhnya.

Untuk menyelesaikan konflik PKI karena merasa dirinya kuat

melakukan G 30 S PKI untuk menghadapi ABRI dan

kelompok anti komunis lainnya.

Namun ternyata dugaan PKI ternyata salah karena kekuatan

ABRI dan kelompok anti komunis membalas tindakan PKI

dan akhirnya terjadi konflik kekerasan yang hebat yang berupa

G 30 S PKI di Indonesia.

E. Konflik Politik Masa Orde Baru


40

Pada masa Orde Baru ditandai dengan masa pemerintahan

Soeharto yang ternyata jauh lebih panjang dari demokrasi

Terpimpin.

Langkah-Langkah dilakukan oleh Orba yaitu :

Melaksanakan UU D 1945 dan Pancasila secara murni dan

konsekuen.

Melaksanakan Amanat Rakyat Tri Tura

Menyelenggarakan Pemilu pada tahun 1971.

Melaksankan pembangunan nasional (Pelita )

Menyederhanakan kepartaian dengan membentuk tiga partai

(PPP, GOLKAR dan PDI)

Mengeluarkan UU yang menetapkan Pancasila sebagai satu-

satunya azas dalam Orpol dan Ormas.

Dalam pelaksanaannya ternyata Orde Baru dapat

menekan konflik politik dengan cara melakukan tindakan-

tindakan pembatasan terhadap kebebasan warga negaranya

yaitu :
41

Kegiatan partai dibatasi dengan cara masa mengambang

partai tidak boleh sampai ke desa-desa.

Melarang PNS masuk memilih partai politik

Pelaksanaan pemerintahan secara sentralistik daerah hanya

kepanjangan tangan pemerintah pusat.

Melakukan tindakan yang tidak adil dan diskriminatif

Kejadian pada masa Orde Baru terulang seperti pada

masa Orde lama yaitu kekhawaaatiran yang berlebihan

terhadap konflik politik yang menghasilkan tindakan-tindakan

represif terhadap konflik yang menghilangkan kebebasan dan

menimbulkan ketakutan di dalam masyarakat.


42

Anda mungkin juga menyukai