Anda di halaman 1dari 13

PERBANDINGAN SISTEM KEPARTAIAN DAN PEMILIHAN UMUM

ANTARA INDONESIA DENGAN BRAZIL

Muhammad Farhan Faturrohman1) *, Muhammad Rifqi Pratama 2),


Muhammad Rizky Ferdian Juanda 3), Nadila Rahmawati 4), Novy Riesa
Sellfia 5)

Dosen Pengampu : Haura Athahara, S.IP., M.IP.

Program Studi Ilmu Pemerintahan, Universitas Singaperbangsa Karawang. Jalan


HS. Ronggowaluyo
Teluk Jambe Timur, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, 41361 Indonesia.
E-mail: , Telp: +62

Abstrak
Indonesia dan Brazil merupakan negara demokrasi terbesar yang terdapat
di wilayahnya. Pemilihan umum telah menjadi sebuah fenomena global yang terjadi di setiap
belahan dunia, baik negara maju maupun berkembang. Pemilu menjadi sarana terbaik untuk
memfasilitasi pergantian kekuasaan yang damai. Namun dalam prakteknya pemilu di berbagai negara
di dunia menunjukkan variasi pelaksanaan yang beragam. Seperti yang terjadi di negara Indonesia dan
Brazil. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan sistem kepartaian dan pemilihan umum
negara Indonesia dengan Brazil. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian
Kualitatif. Berdasarkan hasil analisis, terdapat perbedaan dan persamaan di dalam sistem kepartaian
dan pemilihan umum Indonesia dan Brazil. Sistem kepartaian Indonesia dan Brazil menganut sistem
multi partai. Sedangkan pemilihan umum negara Indonesia dengan Brazil memiliki perbedaan.
Indonesia masih menggunakan cara konvensional atau manual dalam pemilihan umumnya, sedangkan
Brazil sudah menggunakan alat pemilihan umum elektronik dalam pemilihan umumnya.

Kata kunci: Perbandingan, Sistem Kepartaian, Sistem Pemilihan Umum,


Indonesia, Brazil

COMPARATIVE SYSTEM OF PARTING AND GENERAL ELECTIONS BETWEEN


INDONESIA AND BRAZIL

Abstract
Indonesia and Brazil are the largest democratic countries in the region. The
elections have become a global phenomenon occurring in every part of the
world, both developed and developing countries. Elections are the best means of
facilitating peaceful power change. But in practice elections in various countries
of the world shows various variations of implementation. As is the case in the
country of Indonesia and Brazil. The purpose of this research is to compare
Indonesia's system of the Indonesian elections with Brazil. In this research
authors use qualitative research methods. Based on the results of the analysis,
there are differences and similarities in the Indonesian and Brazilian electoral
systems and elections. The Indonesian and Brazilian parting system adopted a
multi-party system. While the Indonesian general elections with Brazil have a
difference. Indonesia is still using conventional or manual means in general
elections, whereas Brazil has used the electronic elections tool in general
elections.

Keywords: Comparisons, parting systems, electoral systems, Indonesia, Brazil


1. Latar belakang
Pengertian Pemilihan Umum adalah suatu proses untuk memilih orang-orang yang akan
menduduki kursi pemerintahan. Pemilihan umum ini diadakan untuk mewujudkan negara
yang demokrasi, di mana para pemimpinnya dipilih berdasarkan suara mayoritas terbanyak.
Pemilihan umum (pemilu) telah menjadi sebuah fenomena global. Baik negara maju
maupun berkembang, pemilu menjadi sarana terbaik untuk memfasilitasi pergantian
kekuasaan yang damai. Namun demikian, praktek pemilu di berbagai negara di dunia
menunjukkan variasi pelaksanaan yang beragam, dari yang dilaksanakan secara bebas dan adil
sampai kepada penyelenggaraan pemilu yang penuh dengan pelanggaran dan kecurangan
(Ham, 2015; Levin & Alvarez, 2012).

Pemilihan Umum dalam studi politik dapat dikatakan sebagai sebuah aktivitas politik
dimana pemilihan umum merupakan lembaga sekaligus juga praktis politik yang
memungkinkan terbentuknya sebuah pemerintahan perwakilan dalam negara demokrasi. salah
satu unsur yang sangat vital, karena salah satu parameter mengukur demokratis tidaknya suatu
negara adalah dari bagaimana perjalanan pemilihan umum yang dilaksanakan oleh negara
tersebut. Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan oleh rakyat.
Menurut C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil Fungsi Pemilihan Umum yaitu
sebagai alat demokrasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan sistem pemilu antara
negara Indonesia dengan Brazil dan untuk mengetahui konsep mekanisme pemilihan umum di
kedua negara tersebut. Maka penelitian ini lebih terfokus dalam pembahasan konsep dan
mekanisme sistem pemilu sebagai alat dalam berdemokrasi di kedua negara tersebut

2. Identifikasi Masalah
Perbandingan mekanisme sistem pemilu negara Indonesia dengan negara Brazil
menjadi hal menarik untuk dibicarakakan. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan dalam
setiap negara untuk menjalankan sistem pemilu yang sesuai dengan situasi dari masing-
masing negara, sehingga melahirkan dua karasteristik yang terdapat dalam sistem pemilu di
masing-masing negara tersebut.

3. Kerangka teori
Sigmund Neumann mengemukaan definisi partai politik sebagai berikut. Partai politik
adalah organisasi dari aktifitas-aktifitas politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan
pemerintahan serta merebut dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan atau
golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda (a political party is the
articulate organization of society’s active political agent; those who are concerned with the
control of govermental policy power, and who complete for popular support with other group
or groups holding divergent view) (Miriam Budiardjo 2008:404).
Berangkat dari anggapan bahwa dengan membentuk wadah organisasi partai politik bisa
menyatukan orang-orang yang mempunyai pikiran serupa sehingga pikiran dan orientasi
mereka bisa dikonsolidasikan. Dengan begitu pengaruh mereka bisa lebih besar dalam
pembuatan dan pelaksanaan keputusan (Miriam Budiardjo, 2008: 403).
Menurut Morissan pemilihan umum adalah cara atau sarana untuk mengetahui keinginan
rakyat mengenai arah dan kebijakan negara kedepan. Paling tidak ada 3 macam tujuan
pemilihan umum, yaitu :
1. Memungkinkan peralihan pemerintahan secara aman dan tertib.
2. Untuk melaksanakan kedaulatan rakyat.
3. Dalam rangka melaksanakan hak asasi warga negara.

Menurut ramlan, pemilu adalah mekanisme penyeleksian dan pendelegasian atau


pecerahan edaulatan kepada orang atau partai yang dipercayai.
Menurut Suryo Untoro pemilu adalah suatu pemilihan yang dilakukan oleh warga negara
indonesia yang memiliki hak pilih untuk memilih wakil-wakilnya yang duduk dalam badan
perwakilan rakyat.

Menurut Ali Moertopo, Pemilu adalah sarana yang tersedia bagi rakyat untuk
menjalankan kedaulatannya sesuai dengan azas yang bermaktub dalam pembukaan UUD
1945.

4. Metode penelitian
Menurut Rosdy Ruslan (2003:24), metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan
dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu objek penelitian, sebagai upaya
untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Sedangkan Sugiyono (2013:2), mengemukakan bahwa metode penelitian adalah cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian
merupakan cara yang digunakan untuk mendapatkan data sesuai dengan kebutuhan.
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif. Menurut Saryono (2010),
penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan,
menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak
dapat dijelaskan diukur, atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif. Pada penelitian ini,
peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terperinci dari
pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami.
Data Sekunder adalah data yang berkenaan dengan topik penelitian yang diperoleh
dari sumber data tidak langsung, yaitu melalui studi pustaka dari literatur, buku-buku serta
artikel-artikel dari internet yang berhubungan dengan masalah yang penulis kaji dalam
penulisan tugas. Untuk memperolah data dan informasi yang dibutuhkan dalam penulisan
penelitian ini, dilakukan metode penelitian yakni Penelitian kepustakaan (library research).

4.1 Sumber Data


Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari naskah atau berita, jurnal, dan buku. Data di
sini merupakan data sekunder, data sekunder adalah data yang tidak didapatkan langsung oleh
peneliti, data di sini bisa berupa dokumen atau arsip-arsip yang dimiliki oleh lembaga atau
seseorang yang menjadi subjek penelitian.

4.2 Teknik Pengumpulan Data


Menurut Sugiyono (2013:224), teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik studi kepustakaan. Studi pustaka Menurut
Nazir (2013 : 93) teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-
buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan
masalah yang dipecahkan.
Teknik ini digunakan untuk memperoleh dasar-dasar dan pendapat secara tertulis yang
dilakukan dengan cara mempelajari berbagai literatur yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti. Hal ini juga dilakukan untuk mendapatkan data sekunder yang akan digunakan sebagai
landasan dalam penelitian ini.

4.3 Analisis Data


Menurut Bogdan (dalam Sugiyono, 2013:244) analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada
orang lain.
Langkah-langkah menganalisis data:
1. Kategorisasi data.
2. Reduksi data.
3. Mencari hubungan data dengan teori.
4. Menarik kesimpulan.
5. Pembahasan

A. Profil Negara

a. Indonesia

Republik Indonesia (RI) atau Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), atau lebih umum


disebut Indonesia, adalah negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada
di antara daratan benua Asia dan Australia, serta antara Samudra Pasifik dan Samudra
Hindia.Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504
pulau. Nama alternatif yang biasa dipakai adalah Nusantara. Dengan populasi Hampir
270.054.853 jiwa pada tahun 2018, Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di
dunia dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, dengan lebih dari 230 juta jiwa.
Bentuk negara Indonesia adalah negara kesatuan dan bentuk pemerintahan Indonesia
adalah republik, dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah dan Presiden yang dipilih secara langsung. Ibu kota negara Indonesia adalah Jakarta.
Indonesia berbatasan darat dengan Malaysia di Pulau Kalimantan, dengan Papua
Nugini di Pulau Papua dan dengan Timor Leste di Pulau Timor. Negara tetangga lainnya adalah
Singapura, Filipina, Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan
Nikobar di India.
Menurut Konstitusi Negara Indonesia menganut bentuk negara kesatuan. Hal ini dapat dicerna
dalam Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan bahwa “Negara Indonesia adalah negara
kesatuan yang berbentuk Republik“. Dengan demikian dari pasal tersebut sudah tercermin
bentuk negara Indonesia dalam arti bahwa pemerintah daerah memiliki kekuasaan yang terinci
sesuai dengan pemberian pemerintah pusat yang diatur dalam undang-undang, sedangkan
pemerintah pusat mempunyai kekuasaan yang sangat luas. Bentuk negara kesatuan Indonesia
akan melahirkan strategi dalam pembagian kekuasaan antara pusat dan daerah guna
mewujudkan tujuan dari negara sebagaimana di atur dalam aline ke IV pembukaan UUD 1945
yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta dalam melaksanakan
ketertiban dunia. Sebagai langkah dalam mencapai tujuan tersebut dilaksanakanlah sistem
desentralisasi dan dekonsentrasi.

b. Brazil

Republik Federasi Brazil adalah negara paling besar dan paling banyak penduduknya (204.5
juta jiwa pada tahun 2017) di Amerika Selatan. Ibu kota negara Brasil adalah Brasilia. Negara
ini merupakan negara paling timur di Benua Amerika dan berbatasan dengan Pegunungan
Andes dan Samudra Atlantik. Brasil merupakan tempat pertanian ekstensif dan hutan hujan
tropis. Sebagai bekas koloni Portugal, bahasa resmi Brasil adalah bahasa Portugis. Selain itu,
Brasil juga sebagai penghasil kopi terbesar di dunia.Brasil dibatasi oleh laut di sebelah timur
yaitu Samudra Atlantik. Negara-negara yang berbatasan darat dengan Brasil
adalah Uruguay, Argentina, Paraguay, Bolivia, Peru, Kolombia,
Venezuela,Guyana, Suriname dan département Guyana Prancis; semua negara di Amerika
Selatan kecuali Ekuador dan Chili.
Di bagian utara Brasil terdapat Hutan Amazon dan semakin terbuka ke arah selatan dengan
bukit-bukit dan gunung kecil. Daerah selatan merupakan pusat populasi dan agrikultur Brasil.
Beberapa pegunungan terletak di pesisir Samudra Atlantik yang mencapai 2.900 meter dengan
puncak tertinggi Pico da Neblina setinggi 2.994 m. Sungai-sungai yang terdapat di Brasil antara
lain Sungai Amazon, Parana, dan Iguaçu di mana terdapat Air Terjun Iguaçu.
Iklim negara Brasil adalah tropis karena terletak di khatulistiwa dengan sedikit variasi. Di
selatan, iklimnya lebih sedang, namun kadang mengalami salju. Curah hujan sangat tinggi di
daerah Amazon sedangkan daerah yang lebih kering bisa ditemukan di daerah timur laut.
Sebagian besar wilayah Brasil berupa dataran tinggi dan pegunungan. Dataran tinggi paling luas
adalah dataran tinggi Brasil (dibagian timur). Di sebelah timur terdapat pegunungan Brasil. Di
bagian tengah terdapat dataran tinggi Mato Grosso dan bagian selatan terdapat dataran tinggi
Panama.

a. Sistem Kepartaian

a. Indonesia

Pemilihan umum merupakan salah satu bagian dari proses sekaligus hasil dari sebuah sistem
demokrasi. Meski demokrasi secara substansial dengan nilai-nilai yang menjunjung tinggi
keterbukaan, kebebasan dan hak asasi baru sepenuhnya dijalakan pasca runtuhnya kekuasaan
Orde Baru di bawah Presiden Soeharto, Indonesia sendiri sebenarnya telah mengenal
Pemilihan Umum pertama sejak tahun 1955 hingga yang terakhir pada 2019 lalu.
Sistem pemilu di Indonesia didasarkan pada Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan
utama dan undang-undang lainnya yang lebih terperinci yakni Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012
tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Undang-Undang 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum
Presiden dan Wakil Presiden, Undang-Undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(mencakup pemilu kepala daerah), Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai
Politik, Undang-undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyarawatan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah. Keseluruhan landasan hukum tersebut mencerminkan sistem demokrasi Indonesia
yang telah tertanam dan terus diperbaharui. Model pemilu Indonesia memiliki karakteristik
tersendiri jika dibandingkan dengan negara demokrasi lainnya. Sebagai negara dengan
struktur pemerintahan yang berjenjang, pemilu Indonesia pun diadakan pada pada hampir
semua level dalam struktur kekuasaan baik pada tingkat eksekutif maupun legislatif. Mulai
dari pemilu tingkat presiden sebagai kepala negara hingga kepada kepala desa yang
memerintah pada tingkat terbawah dalam stuktur eksekutif. Begitu pula dengan lembaga
legislatif yang dipilih pada tingkat daerah dan pusat. Berdasarkan sistem administrasinya,
pemerintahan daerah di Indonesia dibagi menjadi 34 provinsi yang terdiri atas 508 kabupaten
(pedesaan) dan kota (perkotaan), 6.994 kecamatan, dan 81.253 kelurahan (perkotaan) dan desa
(pedesaan).

b. Brazil

Pemilu Indonesia yang kompleks tidak lepas dari eksistensi partai politik. Indonesia sendiri
sejak awal berdirinya telah mengenal partai sebagai wadah perjuangan melawan kolonialisme.
Ada berbagai macam partai dengan berbagai macambasis ideologi, dari religius, nasionalis
bahkan komunis. Eksistensi partai yang beragam tersebut terus ada hingga kini dimana
Indonesia menganut sistem multi partai.
Sistem Kepartaian di Brazil secara tradisonal merupakan sistem kepartaian yang kurang
padu, kurang disiplin, serta terfragmentasi secara kuat. Basis Ideologi dianggap bukan sesuatu
yang penting. Para politisinya pun memiliki frekuesni berpindah partai yang sangat sering.
Sistem kepartaian dikatakan kurang padu karena para representasi partai di legislative
cenderung tidak mengadopsi secara tepat posisi yang sama pada pemilihan legislative kunci.
Walaupun partai di Brazil tidak sedisiplin partai di Amerika Latin lainnya tapi pada
kenyataannya kedisiplinan partai dalam legislative terkadang lebih kuat dari apa yang selama
ini dipergunjingkan. Politisi di Brazil sering berpindah partai bukan karena perbedaan filosofi
dengan partai yang bersangkutan. Melainkan hanya untuk meningkatkan prospek
elektabilitasnya di pemilu yang akan datang. Mereka yang berada pada partai oposisi berusaha
berpindah ke partai yang pro pemerintah yang memiliki akses langsung pada federal
resources.
Partai politik di Brazil juga tidak memiliki akar yang kuat pada tingkatan grassroots.
Sehingga Sistem multi partai yang di anut oleh pemerintah Brazil menyebabkan para pemilih
kebanyakan menjadi swing voters yang suaranya dengan mudah berpindah dari satu partai ke
partai lain pada setiap pemilu. Sistem Kepartaian di Brazil yang tradisional mayoritas diisi
oleh para elit politik, yang didasari dengan pola-pola Patron-Klien yang kuat yang lebih
dikenal sebagai Coronelisme.
Pada tahun 1965, angkatan bersenjata melakukan suatu transformasi pada sistem multipartai
yang terfragmentasi lalu diwariskan kedalam sistem dua partai. Namun pada perjalanannya,
sistem dua partai ini di tinggalkan karena dirasa tidak cocok bagi Brazil. Pada 1979 rejim yang
berkuasa mengurangi pembatasan pada pembentukan partai politik. Setelah transisi
demokrasi, partai komunis Brazil dilegalkan dan banyak lagi partai baru yang terbentuk yang
semakin melanggengkan sistem multi partai di Brazil.
Pada perkembangannya, seiring dengan globalisasi lambat laun sistem kepartaian
tradisional mulai bertransformasi menuju sistem kepartaian yang kontemporer. Sistem
kepartaian yang kontemporer ini merepresentasikan rentangan posisi ideologi yang lebih luas
dari yang mungkin pernah ada sebelumnya pada masa sistem kepartaian tradisional yang
notabenenya tidak terlalu mementingkan basis ideologi pada partai. Rentangan ideologi partai
di Brazil itu sendiri terbagi menjadi tiga yaitu, Spektrum kiri (the left), spektrum tengah (the
center) dan spektrum kanan (the right).
Berdasarkan data representasi kongres Brazil 2014-2018 terdapat 7 partai yang berada di
spektrum kiri. Ketujuh partai itu antara lain: PT (partai Pekerja), yang kedua adalah PSB
(Partai sosialis Brazil), ketiga adalah PDT (Partai Buruh Demokratik), keempat adalah
PCdoB(Partai komunis Brazil), Kelima adalah PV (Green Party), keenam adalah PPS (Partai
Sosialis POpuler) dan yang terakhir adalah PSOL (Partai sosialis dan liberty). Spektrum kiri
sebagian besar delegasi kongresnya adalah para intelektual dan juga pekerja. Spektrum
Tengah diisi oleh dua partai yaitu. PMDB (Partai pergerakan demokrasi Brazil) dan PSDB
(partai sosialis demokratis Brazil). Kedua partai ini tidak memiliki basis ideologi yang jelas.
Sementara itu spektrum kanan diisi oleh lima partai besar dan sekitar delapan partai kecil.
Kelima partai besar itu adalah PSC (partai Sosialis Kristen), PTB (Partai buruh Brazil), PR
(Partai Republik), DEM (Demokrat) dan PP (Partai Progresif). Sementara itu delapan partai
kecil lainnya adalah PTC (Partai buruh Kristen), PRB (parai republican Brazil), PRTB (Partai
buruh Brazil baru), PMN (Partai Municipalist Nasional), PTdoB (Partai buruh Brazil), PRP
(Partai republic Progresif), PHS (Partai solidaritas Humanistik), dan PSL (Partai Sosial
liberal). Partai spektrum kanan menentang reformasi agraria dan liberalisasi hukum aborsi,
serta lebih memilih untuk mengadopsi hukum dan ketertiban yang kuat.
Sistem multipartai dengan rentang ideologi yang luas seperti di Brazil secara umum terlihat
bagus karena merepresentasikan masyarakat secara luas. Namun disisi lain hal ini membuat
pembentukan koalisi pemerintahan di dalam kongres menjadi hal yang terpenting.
Saat ini Partai di Brazil mungkin saja masih melakukan praktek Patron-klien, namun
praktek ini sekarang akan jauh lebih susah dari sebelumnya. Hal ini disebabkan karena Vote-
Buying mulai diharamkan. Terlebih lagi ketik toleransi public terhadap Vote-Buying dan
praktek patron-klien ini juga mulai berkurang. Hal ini membuat mau tidak
mau kedepannya partai harus berkompetisi dan tidak hanya mengandalkan Patronase saja, tapi
juga mengandalkan kinerja nya.
Relaitasnya sistem partai memiliki signifikansi terhadap pendukung serta oposisi di tipe
legislative. Ada dua tipe sistem mayoritas legislatif yang biasanya diaplikasikan. Pertama,
mayoritas legislative yang terdiri dari partai yang solid atau koalisi yang mengontrol 50% dari
bangku legislatif. Kedua, mayoritas legislative yang terbentuk dari hasil konsolidasi partai
kecil yang berkoalisi untuk mengontrol 50% bangku legislative. Brazil menerapkan sistem
multipartai ekstrem. Namun pemerintahannya cenderung stabil, karena presiden nya berani
(tegas).
Hal yang terpenting adalah mecocokan antara sistem pemerintahan dan sistem pemilu.
Ketika Pemilu legislatif dan pemilu presiden bila dilakukan bersamaan waktunya, maka akan
timbul kecenderungan bahwa keterpilihan anggota legislatif juga ikut mempengaruhi
keterpilihan calon presiden.

b. Sistem Pemilihan Umum

a. Indonesia

Pemilihan umum merupakan salah satu bagian dari proses sekaligus hasil dari sebuah
sistem demokrasi.Meski demokrasi secara substansial dengan nilai-nilai yang menjunjung
tinggi keterbukaan, kebebasan dan hak asasi baru sepenuhnya dijalakan pasca runtuhnya
kekuasaan Orde Baru di bawah Presiden Soeharto, Indonesia sendiri sebenarnya telah
mengenal Pemilihan Umum pertama sejak tahun 1955 hingga yang terakhir pada 2019 lalu.
Sistem pemilu di Indonesia didasarkan pada Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
landasan utama dan undang-undang lainnya yang lebih terperinci yakni Undang-Undang 15
Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, Undang-Undang 8 Tahun 2012 tentang
Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, Undang-Undang 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum
Presiden dan Wakil Presiden, Undang-Undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(mencakup pemilu kepala daerah), Undang-Undang 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik,
Undang-undang 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyarawatan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Keseluruhan
landasan hukum tersebut mencerminkan sistem demokrasi Indonesia yang telah tertanam dan
terus diperbaharui.
Model pemilu Indonesia memiliki karakteristik tersendiri jika dibandingkan dengan
negara demokrasi lainnya. Sebagai negara dengan struktur pemerintahan yang berjenjang,
pemilu Indonesia pun diadakan pada pada hampir semua level dalam struktur kekuasaan baik
pada tingkat eksekutif maupun legislatif. Mulai dari pemilu tingkat presiden sebagai kepala
negara hingga kepada kepala desa yang memerintah pada tingkat terbawah dalam stuktur
eksekutif. Begitu pula dengan lembaga legislatif yang dipilih pada tingkat daerah dan pusat.
Berdasarkan sistem administrasinya, pemerintahan daerah di Indonesia dibagi menjadi 34
provinsi yang terdiri atas 508 kabupaten (pedesaan) dan kota (perkotaan), 6.994 kecamatan,
dan 81.253 kelurahan (perkotaan) dan desa (pedesaan).
Pemilu Indonesia yang kompleks tidak lepas dari eksistensi partai politik. Indonesia
sendiri sejak awal berdirinya telah mengenal partai sebagai wadah perjuangan melawan
kolonialisme. Ada berbagai macam partai dengan berbagai macambasis ideologi, dari religius,
nasionalis bahkan komunis. Eksistensi partai yang beragam tersebut terus ada hingga kini
dimana Indonesia menganut sistem multi partai.

b. Brazil

Pusat politik demokratis adalah legislatif. Legislatif juga memiliki peranan yang reaktif
dalam menegaskan dan ikut serta dalam proses pembuatan kebijakan dalam suatu
kepemerintahan. Costa Rica, Chile, dan Uruguay merupakan contoh negara dimana legislative
memiliki posisi yang sangat kuat dalam pembutan kebijakan. Tidak seperti di
negara Amerika Latin seperti di Brazil. Posisi legislatifnya lemah dan perannya cukup sedikit
dalam pembuatan kebijakan. Umumnya dalam pembuatan kebijakan terdapat tiga peran dasar
legislative, yaitu:
a. Yang Menciptakan, mengangkat dan menurunkan eksekutif,
b. Secara proaktif membuat dan meloloskan usulan legislatif mereka,
c. Reaktif dalam mengubah dan memveto usulan eksekutif.
Pemilihan umum di Brazil pertama kali diadakan pada tahun 1532 yang dilakukan untuk
memilih Dewan Kota Vila de São Vicente-SP. Selanjutnya pemilu tahun 1821, pemilihan umum
diadakan untuk memilih wakil yang akan mewakili Brazil di Lisbon Cortes. Pemilihan ini
berlangsung beberapa bulan karena banyaknya formalitas mereka, dan beberapa provinsi
bahkan tidak memilih wakil mereka.
Tak dapat dipungkiri bahwa Sistem pemilu dapat memberi efek pada beberapa aspek
sistem partai sekaligus dinamika internal dalam partai. Aspek-aspek ini memberikan pengaruh
di tipe legislatif, bahwa sistem pemilu memiliki signifikansi terhadap persatuan partai (koalisi
atau fraksi) dengan cara mengatur dorongan bagi para kandidat legislatif dari berbagai partai
untuk berkompetisi dengan sesamanya atau bekerjasama sebagai suatu tim.
Brazil adalah salah satu negara demokrasi dengan penduduk terbesar di dunia. Di Brazil
memberi suara pada saat pemilihan umum merupakan satu kewajiban. Penggunaan sistem
pemilihan elektronik pada pemilihn umum d
Brazil memungkinkan untuk mengetahui hasil pemilihan umum itu dengan cepat dan
akurat.
Brazil menggunakan 3 sistem pemilu yang berbeda.  Presiden, Gubernur, dan bupati yang
dipilih oleh sidikitnya 200.000 pemilih dipilih dengan suara mayoritas. Ketika pada putaran
pertama tidak ada yang mendapatkan 50% dari suara, maka di adakan lah ronde kedua, dimana
pesertanya adalah dua pemilik suara terbesar di ronde pertama. Senator dan Bupati dengan
kurang dari 200.000 pemilih dipilih dengan sistem kedua yang dinamai “First Past the Post”,
dimana mereka hanya perlu memenangkan pluralitas dari suaranya saja untuk memenangkan
pemilu, tanpa perlu ronde kedua. Pemilihan deputi federal, dan negara bagian serta konselor
lokal dilakukan dengan sistem yang ketiga “Representasi proporsional dengan List Terbuka”
dengan banyak anggota distrik. Per-distrik dipilih lebih dari satu representative. Deputi
merepresentasikan dan menggambarkan suara dari keseluruhan negara bagiannya. Pemilih
memilih satu kandidat dari sekian banyak list partai.
Sistem representasi proporsional dengan list terbuka yang diterapkan di Brazil memang
dapat menimbulkan aroma kompetisi di internal partai. Namun disisi lain juga dapat membuat
konflik dan kompetisi semakin tajam terasa di internal partai yang bisa saja menjadi pemicu
perpecahan dalam internal partai itu sendiri. Terlebih lagi ketika pemimpin partai di Brazil
kurang dapat mengontrol partainya sehingga gejolak yang terjadi menjadi semakin tinggi.
Dalam sistem representasi proporsional, jumlah kursi di legislative atau dewan lokal
diberikan kepada setiap partai berdasarkan pada pembagian suara total yang diperoleh oleh
setiap kandidat partai. Brazil yang menggunakan representasi proporsional dengan list terbuka
memberikan peluang yang sebebasnya bagi para pemilih untuk menentukan pilihannya,
kandidat dari partai mana yang hendak mereka pilih untuk maju ke tataran legislative.
Ketiga tipe sistem pemilu di Brazil mencerminkan betapa pemerintah begitu berusaha untuk
menerapkan demokrasi di Brazil. Keterbukaan dan kebebasan dari pemilih untuk menentukan
pilihan pada setiap pemilu menjadi nilai positif bagi demokrasi di Brazil. Walaupun demikian
masih ada kritik yang muncul dari sistem pemilu yang dilaksanakan oleh Brazil ini. Sistem
pemilu di Brazil yang menitik beratkan pada popular voting ketimbang organisasi kepartaian
dalam menentukan siapa yang terpilih, dianggap sebagai pola yang disatu sisi merusak partai
tapi disisi lain meningkatkan perilaku individualistis diantara para politisi yng memiliki lebih
banyak dorongan untuk berkampanye melawan anggota dari partainya sendiri ketimbang
melawan lawan politiknya di partai yang lain.
Aturan dalam pemilu juga secara jelas memberikan kontribusi yang signifikan pada
terfragmentasinya sistem kepartaian di Brazil, kurangnya comparative cohesion suatu partai di
legislative, dan kurangnya institusionalisasi partai terhadap para orang orang yang memiliki hak
memilih dalam pemilu.

c. Analisis

A. Sistem kepartaian
partai politik menjadi salah satu aktor penting bagi tegaknya negara demokrasi.
Hal ini dikarenakan partai politik menjadi sarana mobilitas aspirasi masyarakat dan
pemerintah. Selain itu, partai politik menjadi sarana informasi dalam memberikan
penjelasan mengenai keputusan- keputusan politik yang diambil pemerintah
(https://eprints.uny.ac.id/22291/4/4.%20BAB%20II.pdf

a. Indonesia
Berdasarkan teori Sistem kepartaian menurut Sigmund Neumann yang
mengemukaan bahwa partai politik adalah organisasi dari aktifitas-aktifitas politik
yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta
merebut dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan atau
golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda.Dalam hal
tersebut sistem kepartaian di negara Indonesia yaitu multi partai. Dengan adanya
banyak partai sama dengan banyak nya organisasi tentunya tiap partai selalu
mengirimkan kader terbaiknya untuk memenangkan kontestasi dalam pemilu dan
mengambil alih kekusaan. Dengan cara merebut hati masyarakat dan menjadi pesaing
dengan partai politik yang mempunyai pandangan yang berbeda contohnya seperti
PDIP yang merupakan partai ber ideology kan nasionalis dengan PKB yang ber
ideologikan islam.namun tetap ber landaskan Pancasila. Berikut jumlah multi partai
negara Indonesia :
b. Brazil

Berdasarkan teori sistem kepartaian menurut sigmud Neuman sistem


kepartaian di Brazil merupakan wadah organisasi yang akan menjadi jembatan untuk
kader memenangkan kontestasi dalam pemilu. dalam memenangkan kontestasi
tersebut tentunya terdapat persaingan dengan partai lain yang berbeda ideology di
negara Brazil terdaoat beberapa partai dengan ideology yang berbeda-beda
diantaranya : Sepuluh Partai Politik besar dalam percaturan politik Brazil adalah PT
Partido dos Trabalhadores = Partai Buruh (kiri); PMDB (Partido do Movimento
Democrático Brazileiro = Partai Gerakan Demokrasi Brazil (tengah); PL (Partido
Liberal = Partai Liberal /tengah-kanan); PDT (Partido Democrático Trabalhista =
Partai Demokrasi Buruh (kiri);  PC do B (Partido Comunista do Brazil = Partai
Komunis Brazil (kiri); PPB (Partido Progressista Brazileiro = Partai Progresif Brazil
(tengah-kiri); PPS (Partido Popular Socialista = Partai Masyarakat Sosialis/kiri); PTB
(Partido Trabalhista Brazileiro = Partai Buruh Brazil/tengah-kiri); PSDB (Partido da
Social Democracia Brazileira = Partai Sosial Demokrasi Brazil/tengah-kiri); dan
PFL(Partido da Frente Liberal = Partai Front Liberal/tengah-kanan).

i. Perbedaan sistem kepartaian dan pemilihan umum negara Indonesia dengan


negara Brazil

Sistem kepartaian Indonesia menganut sistem multi partai, dan memiliki Electroral
Threshold sebesar 3%, tetapi ambang batas bisa juga dinaikan lagi atau diturunkan. Sedangkan
sistem kepartaian brazil Brazil menerapkan sistem multipartai ekstrem, namun pemerintahannya
cenderung stabil, karena presiden nya berani (tegas). Di negara Indonesia posisi badan
legislatifnya sangat kuat dan berperan dalam pembuatan kebijakan. Sedangkan di negara Brazil
posisi badan legislatifnya lemah dan perannya cukup sedikit dalam pembuatan kebijakan.
Sistem pemilihan umum dan penghitungan suara di Indonesia masih menggunakan cara yang
konvensional (manual) yang cenderung membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya yang besar.
Sedangkan di negara Brazil sistem pemilihan umum dan penghitungannya sudah dilakukan
menggunakan sistem pemilihan elektronik dan dilakukan secara online dengan waktu, tenaga,
dan biaya yang lebih murah karena mesin pemilihan dapat digunakan secara berulang kali.
ii. Persamaan sistem kepartaian dan pemilihan umum negara Indonesia dengan
negara Brazil

Bentuk negara Indonesia dengan negara brazil merupakan negara demokrasi yang
memiliki jumlah penduduk yang besar. Negara Indonesia dan Brazil memiliki sistem
kepartaian yang multi partai. Indonesia dan Brazil pernah mengalami penyederhanaan jumlah
partai, di Indonesia terjadi pada rezim Orde Baru pada tahun 1971 (10 Partai politik) dan 1974
(3 Partai Politik), sedangkan di Brazil terjadi pada tahun 1965 (2 Partai Politik).

d. KESIMPULAN

Pada umumya negara Indonesia dengan negara brazil memiliki bentuk negara yang
sama yakni demokrasi. Sejarah dan proses sistem kepartaiannya pun memiliki beberapa
persamaan. Namun dalam penerapan demokrasinya memiliki sedikit banyak perbedaan, salah
satunya yakni sisitem pemilihan umum. Sistem pemilihan di Indonesia masih menggunakan
cara yang sederhana, sedangkan negara Brazil memiliki sistem pemilihan umum telah
berinovasi menjadi sistem pemilihan umum yang lebih modern dan canggih yakni
menggunakan alat pemilihan elektronik dan berbasis online yang tentunya lebih efisien dan
murah karena mesin tersebut dapat digunakan lebih dari satu kali.

e. SARAN

Dari hasil penulisan di atas, maka penulis menyarankan kepada pemerintah Indonesia
untuk terus ber-inovasi dalam penerapan sistem pemilihan umum di Indonesia, kita dapat
mengambil contoh dari negara Brazil karena ia berhasil menerapkan sistem pemilihan umum
yang cepat, tepat, dan aman melalui mesin pemilihan elektroniknya. Tentunya hal ini dapat
membantu mengurangi APBN Indonesia dalam melakukan pesta demokrasi karena mesin
yang digunakan dapat digunakan berkali-kali, saat perhitungan suara pun mesin akan
menghitung jumlah pemilih setiap kandidat dalam pemilu, tentu saja ini merupakan
hal positif jika dapat diterapkan di Indonesia. Anggaran pengeluaran APBN untuk
pemilu akan menurun dan dapat digunakan untuk keperluan negara lainnya, waktu
penghitungan suara lebih cepat dan singkat, serta kecurangan dalam kontestasi pemilu
pun dapat di minimalisir.

DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung:Alfabeta.

Amei Mulyana (2016) Sitem pemilu di Indonesia.


https://bawaslu.go.id/sites/default/files/publikasi/01%20JURNAL
%20BAWASLU.pdf
Adhitia ( 2015) Poltik legislatif di amerika latin.
https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/30626496/AdhitiaPahl
awanPutra-LatinAmerica_Legislative_Politics.pdf?response-content-
disposition=inline%3B%20filename
%3DPolitik_Legislatif_di_Amerika_Latin_Legi.pdf&X-Amz-Algorithm=AWS4-
HMAC-SHA256&X-Amz-

Farahdiba Rahma Bachtiar (2014) Pemilu Indonesia : Kiblat negara demokrasi dari beberapa
refrensatif . Volume 3 Nomor 1
Hal 8-13

Kemenkumham. Partai Politik Dan Demokrasi Indonesia Menyongsong Pemilihan Umum 2014.
Jurnal Legislasi Indonesia Vol.9 No.4 Desember 2014. Hal.509.

Andrew Reynolds Ben Reilly and Andrew Ellis (2005 english editon). Desain Sistem Pemilu:
Buku Panduan Baru International IDEA. Stockholm Swedia. Hal 111-115.

Al Jazeera (2018) Pemilu Brasil 2018: Semua yang Perlu Anda Tahu.
https://www.matamatapolitik.com/in-depth-pemilu-brasil-2018-semua-yang-perlu-anda-tahu/

Ni Nyoman Ayu Nikki Avalokitesvari (2014). Sistem Kepartaian dan Sistem


Pemilu di Brazil. Hal 2-15
f. Dari kumpulan abstrak penelitian atau

Anda mungkin juga menyukai