Penduduknya diatas 260 juta jiwa. Di Negara besar seperti Indonesia ini konflik sosial sudah
sering terjadi. Entah itu konflik pribadi, konflik rasial, konflik antar kelas social, Konflik
Politik Antar golongan dalam Satu Masyarakat maupun antara Negara-Negara yang
Berdaulat , konflik bersifat internasional, dan konflik-konflik lainnya. Tidak hanya Indonesia,
Negara-negara selain Indonesia pun pasti tidak luput dari konflik.
Perseturuan dua kubu di DPR merupakan tontonan yang tidak mendidik dan dibenci
masyarakat. Mayoritas masyarakat kecewa dengan perilaku egositis yang ditampilkan para
angota DPR tersebut.
Janji mereka yang katanya akan memperjuangankan amanat rakyat menjadi tidak terbukti
dan mungkin tidak dipercayai oleh rakyat sendiri. Banyak komentar miring dari rakyat yang
bisa kita baca di dunia sosial media dan surat pembaca koran-koran, mengenai tontonan
pertikaian KMP dan KIH.
Untuk itu, sebaiknya para wakil rakyat tersebut segera menyudahi dan bekerja menjalankan
tugas dan fungsinya, sebagaimana tanggung jawab yang diembanya.
Mestinya DPR harus lebih peka terhadap kepentingan dan suara rakyat ketimbang
supersensitif terhadap jabatan dan posisi yang hari ini diperebutkan. Mestinya juga, mereka
segera menghentikan kegaduhan politik dan memulai bekerja mengawal program-program
pemerintah yang benar-benar menyejahterakan rakyat. Kalo hal demikian tidak disudahi, citra
DPR bakal semakin buruk lagi di mata rakyat.
hal ini akan berdampak pada ketidakpercayaan rakyat terhadap lembaga legislatif, yang
tentunya 5 tahun kedepan, rakyat mungkin akan bersikap antipati atau mungkin berbalas
dendam dengan 'mengorot" uang caleg-caleg yang sedang bersaing merebut simpati dan
kepercayaanya.
harus diminimalisir. Harus diakui saat ini partai-partai politik di Indonesia sebagai
pilar demokrasi belum mampu menjalankan fungsinya dengan baik terutama
sebagai sarana pengatur konflik. kisruh PPP dan Golkar menunjukkan betapa
partai-partai kita belum mampu melaksanakan fungsinya sebagai pengatur
konflik.
Bagaimana mau mengatur konflik, kalau di internal partainya saja berkonflik?
Harusnya partai-partai itu malu kepada publik, partai itu seharusnya
memberikan contoh kepada publik bagaimana cara menyelasaikan konflik, bukan
malah terlibat konflik di internalnya masing-masing.
Dengan konflik yang terjadi seperti saat ini, tentu bukan hanya anggota dan
kader partai yang dirugikan, akan tetapi juga konstituen dan masyarakat secara
umum.
Konflik dan Perseteruan menjelang suksesi kepemimpinan di internal partai
politik memang telah menjadi masalah klasik di Indonesia. Munculnya faksi-faksi
terutama menjelang suksesi itu seperti sudah menjadi tradisi.
Perseteruan itu harusnya bisa diantisipasi, mengingat PPP dan Partai Golkar
bukanlah partai 'kemaren sore'. Kedua partai tersebut sudah banyak makan
asam garam dalam kancah perpolitikan nasional, sehingga harusnya bisa
bersikap lebih dewasa dalam menghadapi dinamika internalnya
Konflik dan perseteruan yang terjadi itu sebenarnya menunjukkan para elit
parpol masih mengedepankan kepentingan individu untuk meraih kekuasaan
daripada mengedepankan kepentingan bangsa dan Negara.
para elit parpol harus ingat bahwa pembentukan parpol sebagaimana tertuang
dalam UU Partai politik ditujukan untuk memperjuangkan dan membelas
kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa, dan negara, serta memelihara
keutuhan NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Kalau setiap elit menyadari dan menginsyafinya, tentu tidak akan terjadi lagi
konflik-konflik seperti sekarang ini.