Anda di halaman 1dari 6

Tugas Review Buku “Teori Perbandingan Politi” Karya Ronald H.

Chilcote

Nama : Ismail Bagus Fauzi

NPM : 1810631190103

Kelas : 5D

Mata Kuliah : Perbandingan Politik

BAB 1 – TELAAH KOMPARATIF

Bab awal ini membahas secara singka ilmu perbandingan politik sebagai salah satu
cabang studi politik dan ilmu politik.

Ilmu politik dan ilmu perbandingan politik berkaitan dalam hal teori dan metode.
Teori adalah serankaian generalisasi yang tersusun secara sistematik, sedangkan metodde
adalah suatu prosedur atau proses yang menggunakan teknik-teknik dan perangkat-perangkat
tertentu dalam mengkaji sesuatuguna menelaah, menguji dan mengevaluasi teori. Sedangkan
metoologi mencakup berbagai metode, prosedur, konsep-ko nsep kerja, aturan, dan
sebagainya, yang digunakan untuk menguji teori dan menjadi pedoman kajian, serta kerangka
arahan dalam mencari solusi atas berbagai persoalan di dunia nyata. Pada intinya, metodologi
adalah suatu cara tertentu dalam memandang, mengorganisasikan dan membentuk kegiatan
pengkajian.

Lali, Sejak tahun 1953 kecenderungan teoritis umum dibidang studi komparatif
terbagi ke dalam empat kelompok teori, Teori system, teori budaya, teori pembangunan dan
teori kelas.

1.Teori Sistem

Kepustakaan teori system dalam perbandingan politik mulai mencuat di awal 1950an .
ada tiga penulis yang dapat dibilang wakil perintis dan pengembang terori system ini dan
semuanya menggunakan system sebagai suatu uit makro dalam analisis komparatif. Yaitu,
David Easton, Gabriel Almond dan Karl Deutsch.

2.Teori Budaya

Teori ini dalam perbandingan politik marak selama 1960an. Konsep budaya politik
dikaitkan ke konsep Negara atau budaya-budaya nasional. Dalam hal ini budaya politik
dilihat sebagai penjelmaan kembali kosep lama karakter nasional. Budaya politik juga
berkaitan dengan system. Budaya politik terdiri dari serangkaian keyakinan, symbol-simbol
dan nilai-nilai yang melatarbelakangi situasi dimana suatu peristiwa politik terjadi.

Jenis budaya politik pun merupakan ciri dari sitem politik yang bersangkutan,
misalkan saja budaya politik parokial, budaya politik subjek dan budaya politik partisipan.
Jenis jenin ini merupakan merefleksasikan orientasi psikologis dan subyektif dari orang orang
yang menjadi warga suatu Negara terhadap system nasional mereka.

Tokoh yang merintis pengembangan teori budaya politik adalah Gabriel Almod dan
Sydney Verba melalui buku yang berjudul Civic Culture yang didasarkan pada hasil
serangkaian dan Meksiko.

3.Teori Pembangunan

Teori ini atas dasar perhatian terhadao pembangunan terdorong oleh kemunculan
Negara-negara baru didunia ketiga.

Kepustakaan perbandingan politik tentang pembanguan dapat dibagi menjadi 5


kategori. Yang pertama adalah dengan Almond DKK. Mereka mencoba memanfaatkan
konsep-konsep tradisional seperti demokrasi dan demokrasi politik.Kategori yang kedua
berffokus pada konsepsi pembangunan bangsa.stui-studinya mencoba memadukan konsep
lama seperti nasionalisme dengan penafsiran baru tentang makna pembangunan itu
sendiri..yang ketiga adalah kategori modernisasi.Kategori keempat mencakup studi-studi
perubahan.kategori kelima adalah meliputi studi-studi kritis teori pembangunan etnosentris

4.Teori Kelas.

Sekitar pertengahan 1960an, Komite perbandingan politik SSRC memutuskan untuk


memberi perhatian kepada studi-studi tentang elite, Tapi sebelumnya, sejak 1950an
memutuskan perhatian mereka pada berbagai pertanyaan sekitar kekuasaan dan siapa yang
sebenarnya berkuasa..

Kajian kritis terhadap empat pendekatan diatas merupakan inti dari buku ini.
Pembahasan mnggunakan terminology tradisional dalam perbanddingan politik dan ilmu
social. Namun banyak dari istilah tersebut berasal dari jalur pemikiran raddikal maupun
ortodoks.
Bab 2 IDEOLOGI DAN ISU-ISU PERBANDINGAN POLITIK

Kita perlu membedakan mitos dari kenyataan dalam studi politik. Para pengamat
politik pu yang kertis sering sengaja mencari kesenjangan politik atau penyimpanganyang
dilakukan pemerintah maupun kelompok-kelompok swasta yang berpengaruhi. Masalahnya,
kesimpulan-kesimpulan sering terjebak dalam klise atau generalisasi tak bergunayang lemah
perspektif historiatau pemahamanya tentang tindakan efektif yang harus dilakukan.

Perspektif kritis yang biasa muncul adalah

 Pemerintah itu korup


 Kelas menengah itu dangkal,Hanya mementingkan diri sendiri dan moral
 Kelas atas itu licik
 Kelas pekerja gampang disuap

Persfektif seperti ini tidak banyak menawarkan pemahamanyang berarti dan ujung-
ujungnya penjelasan pamungkas yang lajim dikemukan adalah semua itu akibat rasismeyang
terus bertahan di AS.

Mitos dan kenyataan sama-sama mempengaruhi pemahaman. Jadi jelaslah bahwa


penafsiran terhadap kepolitikan nasional dan internasional selalui diwarnai oleh cita-
cita,keinginan,nilai-nilai dan bias atau dalam kalimat sederhana adalah ideology senantiasa
melekat pada setiap orang, tidak kecuali dikalangan mereka yang menyatakan ideology sudah
mati.

Istilah ideology muncul dari kalangan teorisi dan ideology diera pasca pencerahan yang
mengartikan sebagai ilmu gagasan. Jadi ideology adalah suatu cara menemukan kebenaran
dan mengenyahkan ilusi.

Sejak lama ideology selalu hadir dalam proses industrialisasi dan berbagai konsekuensi
ekonomi dan sosialnya. Ideology biasanya dikaitkan dengan cita-cita serba luhur atau
pemecahan tuntas atas suatu persoalan mendasa, sehingga ideology biasanya dijabarkan
dalam kalimat-kalimat serba muluk yang tidak realistis. Kaum kapitalis selalu
membanggakan pasar bebas sedangkan Kaum komunis selalu memuja masyarakat tanpa
kelas, yang keduanya dinyatakan sebagai kunci untuk membawa suatu masyarakat ke kondisi
yang lebih baik.
kegagalan para ilmuwan sosial dalam mengritisi kebijakan dan tindakan pemerintah
dengan nilai-nilai demokrasi tradisional. Sehingga menimbulkan kesan bahwa
profesionalisasi ilmu mereka semata-mata hanya untuk memperoleh harta dan kekuasaan.

Dalam diskusi mahasiswa ilmu politik di University of California di Berkeley, mereka


menyatakan bahwa para peneliti politik ternyata sering menyembunyikan keberpihakan
mereka, padahal mereka menyatakan bahwa mereka adalah ilmuwan yang mencari
kebenaran, sebagai pengungkap rahasia alam dan sejarah, serta penemu dalil-dalil ilmu
pengetahuan yang objektif.

Perhatian para ilmuwan politik tertuju pada kebijakan (policy), riset riset yang mereka
lakukan begitu berpotensi dalam perumusan suatu kebijakan menyebabkan pihak pemerintah
mendanai riset tersebut yang tentunya dengan adanya implikasi-implikasi etis.Hal ini
menyebabkan para peneliti tidak merdeka sepenuhnya dalam menerbitkan temuan-temuan
mereka, meskipun ada pihak intelijen yang berkepentingan untuk mengontrol riset-riset
tersebut atau yang sering disebutkan merupakan bagian dari Proyek Camelot. Keterbatasan
sumber daya menjadikan banyak universitas tergantung pada bantuan pemerintah federal bagi
penyediaan dana-dana guna melakukan penelitian dengan timbal balik dari pihak universitas
berupa “sumber daya intelektual teknis”.

Argument yang ditekankan disini adalah bahwa ideology itu terkait erat dengan politik.
Asumsi-asumsi ideologis tentang industrialisasi dan moderinisasi, kemajuan, stabilitas dan
juga ketertiban, senantiasa mewarnai berbagai kebijakan dan tindakan kalangan universitas,
pemeritntah ddan dunia usaha. Bahkan, ideology juga mewarnai ilu politik dan dan studi
pembangunan politik itu sendiri.

BAB 3 Politik Dan Ilmu Politik Dalam Penalahaan Komparatif

Bab ini menjelaskan tentang paradigma dalam perbandingan politik. Sintesis analisis
komparatif pada umumnya dapat dibedakan tiga pendekatan dalam ilmu politik. Tiga
pendekatan tersebut yakni :

1. Pendekatan tradisional (Pendekatan ini saling mengaitkan fakta dan nilai dalam ilmu
politik),

2. Pendekatan Behavioral (Pendekatan ini memisahkan fakta dan nilai dalam ilmu politik),
3. Pendekatan Paskabehavioral (Pendekatan ini fakta dan nilainya dikaitkan pada tindakan
dan relevansi).

Dua gaya pemikiran telah menjadi landasan analisis Perbandingan Politik, yaitu:

1. Historisme : tumbuh dari perdebatan akademik Jerman di akhir abad ke19, Historisme
dianut oleh Hegel, Marx, dan lain-lain. Historisme berurusan dengan sejarah.Karl
Mannheim : memandang historisme sebagai suatu kekuatan intelektual luar biasa yang
melambangkan “wawasan-wawasan dunia” dan masuk kedalam pemikiran sehari-hari.

2. Positivisme : bertindak sebagai reaksi terhadap Historisme.

Kelompok historis ini tidak sepaham dengan pemikiran positivisme yang berpendapat
bahwa data yang di dasarkan pada sensai tidak diperlukan dengan situasi-situasi biasa.
Historisisme ini mempertanyakan keyakinan positivis atas karakter progresif perkembangan-
perkembangan ilmiah, ilmu harus dipahami dalam pengertian sejarah. Liberalisme dan
positivisme ini jelas-jelas berjaya dalam studi politik. Tapi tradisi historis antipositivis dan
upaya untuk membentuk satu paradigma radikal selalu tetap menjadi tantangan.

Historisisme di dukung juga oleh pemikir dan sosiolog Jerman bernama Karl
Mannheim yang percaya seluruh pemikiran ditentukan secara sosial dan secara historis
beragam, yang terlihat dalam karyanya Ideology and Utopia dan konsepsi tentang ideologi-
ideologi “khusus” dan “total”.

Persaingan kelompok positivis dan historis timbul pula dalam ilmu politik,
khususnya dala studi politik Amerika Serikat. Samuel P. Huntington (1974) mengidentifikasi
3 model bersaing politik Amerika Serikat, kemudian ia mengganti istilahmodel menjadi
paradigma. Model progresif didukung para sejarahwan dan model pluralis didukung para
ilmuwan politik hingga Perang Dunia II. Sesudah itu, interpretasi konsensus atas politik
Amerika Serikat mempengaruhi banyak sejarahwan untuk menanggalkan interpretasi
progresif, dimana dipromosikan adanya “ akhir dari ideology” dan model-model
kesetimbangan. Empirisisme logis mengasumsikan adanya ikatan antara makna dan verifikasi
suatu pernyataan; pernyataan-pernyataan yang tidak dapat diverifikasi berarti tidak bermakna.

Perbandingan Ringkasan Paradigma-Paradigma Dominan Dalam Perbandingan


Politik
Pergerakannya dapat dilihat secara tradisi positif, sebagian besar paradigm
ortodoks berkembang dari reaksi terhadap pendekatan tradisional yang berkarakter tidak
komparatif, deskriptif, sempit dan statik, yang berfokus pada aspek legal dan formal
pemerintah. Paradigma ortodoks juga menggabungkan marxisme sebagai fakta dan nilai
dalam analisis komparatif. Paradigma ortodoks kenyataannya mengambil beberapa alasan
liberal, contohnya pemisahan agama dalam pemerintah, bahwa setiap orang memiliki hak
untuk memegang dan memiliki opini yang bersifat tidak menghasut. Kemerdekaan juga
dianggap sebagai suatu hukum alam.

Anda mungkin juga menyukai