Anda di halaman 1dari 5

Denisa Mariyatul Kiptiyah

049769731

Halliday (1975, dalam Tompkins dan Hoskisson, 1995) secara khusus


mengidentifikasi fungsi-fungsi bahasa sebagai berikut.

1. Fungsi personal, yaitu penggunaan bahasa untuk mengungkapkan pendapat,


pikiran, sikap atau perasaan pemakainya.
Contoh:
"Wah, indah sekali pemandangan di gedung ini" dalam contoh
ini fungsi personal bahasa menunjukkan perasaan kagum dari pembicara mengenai
pemandangan yang ia lihat.

2. Fungsi regulator, yaitu penggunaan bahasa untuk mempengaruhi sikap atau


pikiran/pendapat orang lain, seperti rujukan, rayuwan, permohonan atau perintah.

Contoh:

Seorang ibu mengatakan pada anaknya "Jika kamu nakal, kamu tidak mendapat
uang jajan" dalam contoh ini fungsi regulasi bahasa mengendalikan perilaku anak.

3. Fungsi interaksional, yaitu penggunaan bahasa untuk menjalin kontak dan


menjaga hubungan sosial, seperti sapaan, basa-basi, simpati atau penghiburan.

Contoh:

"Bagaimana kabarmu hari ini?" dalam contoh


ini fungsi interaksional bahasa bertugas membuka percakapan agar tercipta
komunikasi.

4. Fungsi informatif / Representasional yaitu penggunaan bahasa untuk


menyampaikan informasi, ilmu pengetahuan atau budaya.

Contoh:

"Matahari terbit di timur" dalam contoh


ini fungsi representasional bahasa menyatakan suatu fakta yang dapat dibuktikan
kebenarannya.
5. Fungsi imajinatif, yaitu penggunaan bahasa untuk memenuhi dan menyalurkan
rasa estetis (indah), seperti nyanyian dan karya sastra.

Contoh:

"Semalam aku bermimpi bertemu naga" merupakan contoh


penggunaan fungsi imajinatif bahasa dimana pembicara mengungkapkan peristiwa
fiktif.

6. Fungsi heuristik yaitu penggunaan bahasa untuk belajar atau memperoleh


informasi seperti pertanyaan atau permintaan penjelasan atau sesuatu hal.
"Mengapa ibu bekerja?" merupakan contoh
penggunaan fungsi heuristik bahasa untuk mendapatkan pengetahuan mengenai
alasan atau penyebab ibu bekerja.

7. Fungsi instrumental, yaitu penggunaan bahasa untuk mengungkapkan keinginan


atau kebutuhan pemakainya, bertujuan untuk memanipulasi lingkungan
dimana bahasa tersebut digunakan dan memicu suatu peristiwa terjadi.

Contoh:

"Jangan membuka pintu" dalam contoh ini fungsi instrumental bahasa menyebabkan


pintu tidak terbuka.

Dalam praktiknya, fungsi-fungsi tersebut jarang berdiri sendiri. Antara satu fungsi
dengan fungsi lain saling terkait dan saling mendukung. Dengan demikian, suatu
tindak berbahasa dapat mengandung lebih dari satu fungsi.

Kongres Bahasa Indonesia (KBI) adalah pertemuan para ahli bahasa, penutur,


pengajar, dan peneliti bahasa Indonesia yang diselenggarakan secara periodik oleh
pemerintah Indonesia.

Kongres ini bertujuan untuk membahas berbagai isu dan permasalahan terkait


pengembangan, pemakaian, dan penyebarluasan bahasa Indonesia sebagai bahasa
resmi negara dan sebagai bahasa pengantar dalam berbagai bidang, seperti
pendidikan, sastra, media, hukum, dan sebagainya.

KBI dianggap sebagai salah satu wadah penting dalam menghasilkan kebijakan dan
standar bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta mempromosikan
pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa identitas dan jati diri bangsa
Indonesia.

Beberapa kongres bahasa Indonesia yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Kongres Bahasa Indonesia VII (1998)

Kongres Bahasa Indonesia VII dilaksanakan pada tanggal 26-30 Oktober 1998 di


Jakarta.

Kongres ini menghasilkan keputusan tentang pembentukan Badan


Pertimbangan Bahasa Indonesia yang bertugas menyusun dan menyusun pedoman
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Selain itu, Kongres ini juga membahas tentang upaya untuk memperkaya


kosakata bahasa Indonesia, mengembangkan metode pembelajaran bahasa
Indonesia, dan memperkenalkan ragam bahasa Indonesia yang beragam.

2. Kongres Bahasa Indonesia VIII (2003) Kongres Bahasa Indonesia VIII


dilaksanakan pada tanggal 14-17 Oktober 2003 di Jakarta.

Kongres ini menghasilkan pengusulan bulan Oktober sebagai bulan bahasa, yang


diharapkan dapat menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran dan
pemahaman masyarakat Indonesia tentang pentingnya bahasa Indonesia.

3. Kongres Bahasa Indonesia IX (2008)

Kongres Bahasa Indonesia IX dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober-1 November


2008 di Jakarta.

ongres ini membahas tentang Bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing,


serta upaya untuk mempertahankan keberadaan dan penggunaan bahasa-bahasa
tersebut di tengah arus globalisasi dan modernisasi yang semakin pesat.

4. Kongres Bahasa Indonesia X (2008)

Kongres Bahasa Indonesia X dilaksanakan pada tanggal 28-31 Oktober 2008 di


Jakarta.

Hasilnya yaitu direkomendasikannya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan hal-


hal lain yang perlu dilakukan oleh pemerintah dalam rangka memperkuat
penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang memiliki peran
penting dalam mempersatukan bangsa.

5. Kongres Bahasa Indonesia XI (2018)


Kongres Bahasa Indonesia XI dilaksanakan sekaligus untuk memperingati Sumpah
Pemuda yang dicetuskan pada tanggal 28 Oktober 1928. Latar Belakang Kongres
Bahasa Indonesia XI ini salah satunya karena kecenderungan mengendurnya
penggunaan bahasa negara dan daerah pada generasi muda.

Pada Kongres Bahasa Indonesia XI tersebut, diluncurkan beberapa produk


kebahasaan dan kesastraan, yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia Braille, buku
Bahasa dan Peta Bahasa, Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) Daring,
Korpus Indonesia, Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) Daring, buku
Sastrawan Berkarya di Daerah 3T, 546 buah buku bahan bacaan literasi, Kamus
Vokasi, Kamus Bidang Ilmu, dan Aplikasi Senarai Padanan Istilah Asing (SPAI).
Selain itu, akan diberikan sejumlah penghargaan, yaitu Adibahasa, Penghargaan
Sastra, Anugerah Tokoh Kebahasaan, Duta Bahasa Nasional 2018, dan Festival
Musikalisasi Puisi Tingkat Nasional 2018. 
3. menerapkan teknik SQ3R
Identitas artikel :
Judul : Sisi positif parenting budaya Jepang
Penulis : Buyung Okita
Nama penerbit :
https://www.kompasiana.com/buyungokita/%205f22b2a4d541df59d84bebe2/sisi-
positif-parenting-budaya-jepang?page=all#section2
Topik artikel: Mengasuh anak

3 pertanyaan yang relevan:


1. Dalam artikel diatas, diketahuai Jepang menggunakan 4 gaya mengasuh
anak, sebutkan 2 gaya asuh di Jepang?
2. Bagaimana gaya asuh orang tua di Jepang?
3. Sebutkan sisi positif gaya asuh di Jepang?
Jawaban dari pertanyaan diatas sebagai berikut:
1. Gaya permisif dan gaya authoritative (berwibawa).
2. gaya asuh di Jepang merupakan perpaduan antara sedikit gaya permisif
dan gaya authoritative (berwibawa).
3. Hubungan antara orang tua dan anak yang sangat dekat, Orang
tua adalah cerminan anak, Orang tua dan anak adalah setara, dan
Memperhatikan tentang perasaan dan emosi

Hasil review sudah sangat jelas tercantum pada pernytaan diatas, berikut
penjabaran ulang hasil dari informasi utama pada jawab diatas.
1) Terdapat 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif,
dan terlalu protektif.

2) Gaya asuh orang tua di Jepang meliputi : hubungan orang tua dan anaka yang
dekat, orang tua adalah cerminann anak, orang tua dan anak adalah setara,
mempehatikan perkembangan emosi

3) gaya asuh di Jepang merupakan perpaduan antara sedikit gaya permisif dan
gaya authoritative (berwibawa).

SUMBER
BMP/MKWU4108
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2018/10/kongres-bahasa-indonesia-xi-
meneruskan-tradisi-sejarah#:~:text=Kongres%20Bahasa%20Indonesia%20XI
%20dilaksanakan,dan%20daerah%20pada%20generasi%20muda.
Nurhayati, S. (2014). Kebijakan Pemerintah dalam Pengembangan Bahasa
Indonesia di Indonesia.
https://www.trunojoyo.ac.id/pojok-kampus/kongres-bahasa-indonesia-kbi-xi.html
http://menurutahli.blogspot.com/2015/11/7-fungsi-bahasa-menurut-halliday.html

Anda mungkin juga menyukai