1. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang menimbulkan makna. Pada hakikatnya
bahasa memiliki sifat-sifat indah, manusiawi, produktif, arbitrer, dinamis, konvensional,
dan variatif. Dilihat dari fungsinya, terdapat 4 fungsi bahasa yaitu fungsi ekspresif, fungsi
sinyal, fungsi deskrptif, dan fungsi argumentatif. Berdasarkan pemaparan di atas:
a. Siapakah yang mendefinisikan 4 fungsi bahasa tersebut?
b. Jelaskan dari masing-masing fungsinya!
Jawab:
a. Berkaitan dengan fungsi bahasa, Keraf (2004: 3) mengatakan bahwa bahasa mempunyai
empat fungsi yaitu : (1) sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, (2) alat komunikasi,
(3) alat mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, dan (4) alat mengadakan kontrol sosial.
b. Alat untuk Menyatakan Ekspresi Diri, Ekspresi diri berarti menggungkapkan segala hal
yang dirasakan oleh pikiran dan perasaan manusia. Bahasa menyatakan segala sesuatu
yang digunakan oleh manusia sebagai media untuk membebaskan diri dari persoalan-
persoalan dan tekanan hidup yang dialaminya.
Alat Komunikasi, Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan fungsi bahasa yang
bersifat intrapersonal karena bahasa digunakan sebagai alat untuk saling bertukar pikiran
dan perasaan antar manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, tentunya manusia tidak akan
lepas dari kegiatan komunikasi dengan media bahasa. Dengan begitu manusia dapat
menciptakan kerjasama dengan sesama warga.
Alat Mengadakan Integrasi dan Adaptasi Sosial Dalam kehidupan manusia selalu
membutuhkan eksistensi untuk diterima dan diakui oleh masyarakatnya. Dalam
pembentukan eksistensi itulah, manusia akan melakukan intregrasi dan adapatasi dengan
menggunakan bahasa sebagai perantaranya.
Alat Mengadakan Kontrol Sosial Bahasa akan dimobilisasi oleh seseorang sebagai
usaha untuk mempengaruhi pikiran dan tindakan orang. Hampir setiap hari kegiatan
kontrol sosial akan terjadi dalam masyarakat. Misalnya orang tua yang menasehati anak-
anaknya.
2. Tanggal 28 Oktober 1928 menjadi saat-saat yang paling menentukan dalam perkembangan
bahasa Indonesia karena pada tanggal itulah para pemuda pilihan mamancangkan tonggak
yang kukuh untuk perjalanan bahasa Indonesia, melalui butir ketiga di dalam teks Sumpah
Pemuda yaitu “Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia”. Bahasa Indonesia yang terlahir berasal dari bahasa Melayu telah mengalami
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan bahasa Indonesia tidaklah
berlangsung dengan sendirinya melainkan terlaksana dengan perencanaan yang cermat,
antara lain melalui Kongres Bahasa Indonesia.
Berdasarkan pemaparan di atas, buatlah peta pemikiran (mind mapping) terkait sejarah
perkembangan bahasa Indonesia di dalam Kongres Bahasa Indonesia II hingga X.
Jawab:
3. Bahasa Indonesia memiliki kedudukan dan fungsi yakni bahasa Indonesia berkedudukan
sebagai bahasa nasional dan bahasa negara.
a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional.
b. Apa fungsi bahasa Indonesia di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional? Jelaskan
dengan disertai contoh.
Jawab:
a. Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi negara.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai
sarana pemersatu berbagai suku bangsa dan sebagai sarana komunikasi antardaerah dan
antarbudaya daerah. Sementara itu, dalam kedudukannya sebagai bahasa resmi negara,
bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar
pendidikan, bahasa komunikasi tingkat nasional, bahasa media massa, serta bahasa
pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan kedudukan
seperti itu, bahasa Indonesia memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam
memfasilitasi proses kemajuan bangsa Indonesia.
b. Di dalam melaksanakan fungsi ini, bahasa Indonesia tentulah harus memiliki
identitasnya sendiri pula sehingga ia serasi dengan lambang kebangsaan kita yang lain.
Bahasa Indonesia dapat memiliki identitasnya hanya apabila masyarakat pemakainya
membina dan mengembangkannya sedemikian rupa sehingga tidak bergantung padai
unsur-unsur bahasa lain. Selain fungsi-fungsi di atas, bahasa Indonesia juga harus
berfungsi sebagai alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar
belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda-beda ke dalam satu kesatuan
kebangsaan yang bulat. Di dalam fungsi ini, bahasa Indonesia memungkinkan berbagai-
bagai suku bangsa itu mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan
tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial
budaya serta latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan. Lebih dari itu, dengan
bahasa nasional itu, kita dapat meletakkan kepentingan nasional jauh di atas kepentingan
daerah atau golongan.
5. Scanning merupakan suatu teknik membaca cepat untuk menemukan informasi yang kita
inginkan. Membaca dengan teknik scannning disebut juga dengan teknik memindai.
Informasi yang diperoleh dapat berupa fakta, data statistik, atau informasi tertentu.
Bacalah teks di bawah ini dengan teknik Scanning!
a) Temukan kata-kata dan istilah yang baru Anda jumpai, kemudian tuliskan maknanya!
b) Tuliskan informasi berbentuk data
c) Tulis informasi inti pada teks tersebut.
KRISIS GIZI
Indonesia sebelumnya merupakan contoh negara dengan “tiga beban malnutrisi”, jauh
sebelum pandemi COVID-19. Indonesia memiliki 7 juta anak yang mengalami stunting.
Kondisi ini menjadikan Indonesia sebagai negara kelima di dunia dengan balita stunting
terbanyak. Lebih dari 2 juta anak merupakan balita kurus (berat badan yang tidak sebanding
dengan tinggi badan) serta 2 juta anak lainnya mengalami kelebihan berat badan atau
obesitas. Nyaris setengah dari total ibu hamil mengalami anemia karena makanan yang
dikonsumsi tidak mengandung cukup vitamin dan mineral (zat gizi mikro) yang diperlukan.
Indonesia menghadapi tantangan yang kompleks akibat tiga beban tersebut yang
kemungkinan akan memburuk karena pandemi COVID-19. Anak dapat mengalami
malnutrisi karena berbagai sebab (penyebab langsung, yang sudah ada, dan yang bersifat
pokok).
Tiga penyebab langsung malnutrisi paling umum, yaitu: (i) praktik menyusui yang
tidak memadai dan pola makan yang buruk, ditambah praktik pengasuhan yang tidak
optimal; (ii) nutrisi dan perawatan yang tidak memadai bagi ibu dan perempuan hamil; serta
(iii) tingginya angka penyakit menular utamanya akibat lingkungan tempat tinggal yang
tidak bersih dan tidak memadainya akses ke layanan kesehatan yang kurang memadai.
Faktor-faktor tersebut diperparah dengan kemiskinan yang luas, angka pengangguran, dan
tingkat pendidikan yang rendah. Keluarga dan anak-anak yang jatuh miskin dalam waktu
singkat akan mengalami dampak berat dalam hal keamanan pangan rumah tangga dan
keterbatasan terkait akses, ketersediaan, dan keterjangkauan bahan makanan sehat. Survei
daring menunjukkan bahwa kebutuhan pangan semakin tidak aman: 36 persen dari
responden menyatakan bahwa mereka “sering kali” mengurangi porsi makan karena
masalah keuangan. Hilangnya pendapatan rumah tangga meningkatkan risiko anak
mengalami kurus dan kekurangan zat gizi mikro.
Gizi buruk merupakan salah satu bentuk kekurangan gizi yang membahayakan. Risiko
kematian pada anak dengan kondisi tersebut nyaris 12 kali lipat lebih tinggi daripada risiko
kematian pada anak dengan gizi baik. Anak-anak yang pulih dari gizi buruk mungkin akan
terus mengalami masalah perkembangan dan pertumbuhan selama hidupnya. Lebih jauh,
berbagai upaya untuk menekan infeksi COVID-19 dapat mempersulit identifikasi dan
pemberian perawatan serta layanan penting bagi anak-anak yang mengalami gizi buruk.
Pandemi ini berpotensi meningkatkan kekurangan gizi pada ibu.
Ketidakamanan pangan rumah tangga – ditambah dengan ketidaksetaraan gender
dalam hal distribusi pangan dalam rumah tangga dan praktik perawatan ibu yang tidak
memadai – diperkirakan akan meningkatkan prevalensi kekurangan gizi, khususnya anemia
dan kurangnya berat badan ibu. Akibatnya, kurangnya gizi pada ibu (terutama pada yang
menyusui) dapat menimbulkan berbagai bentuk kekurangan gizi pada anak. Kemungkinan
terganggunya layanan perbaikan gizi penting yang menyasar ibu hamil dan menyusui serta
wanita usia subur (termasuk pemberian zat gizi mikro dan konseling pola makan) juga
diperkirakan turut meningkatkan kekurangan gizi dan zat gizi mikro pada ibu.
Jika berbagai upaya yang diperlukan tidak segera dilakukan, dampak jangka panjang
terhadap tingkat gizi dapat meningkatkan jumlah balita stunting serta kelebihan berat badan
dan obesitas di semua kelompok usia. Dampak jangka panjang krisis COVID-19 mencakup
kenaikan tajam prevalensi stunting dan peningkatan prevalensi kelebihan berat badan dan
obesitas akibat terbatasnya aktifitas fisik dan meningkatnya konsumsi makanan olahan
secara terus-menerus yang mengandung kadar gula, garam, dan lemak yang tinggi.
(Sumber : https://www.unicef.org/indonesia/sites/unicef.org.indonesia/files/2020-
05/COVID-19-dan-Anak-anak-diIndonesia-2020_1.pdf)
Jawab:
a) COVID-19 : Corona Virus Disease 2019 atau yang biasa disingkat COVID-19 adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh SARS-CoV-2, salah satu jenis koronavirus.
Penderita COVID-19 dapat mengalami demam, batuk kering, dan kesulitan bernafas.
Malnutrisi : Malnutrisi adalah kondisi ketika asupan nutrisi tidak sesuai dengan
kebutuhan harian tubuh baik kekurangan atau kelebihan makro (karbohidrat, protein, dan
lemak) atau mikronutrien (vitamin dan mineral).
zat gizi mikro : Zat gizi mikro atau biasa juga disebut sebagai mikronutrien merupakan
salah satu kelompok utama zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Vitamin dan mineral
merupakan dua zat yang masuk dalam kategori ini. Vitamin diperlukan tubuh untuk
produksi energi, fungsi kekebalan tubuh, pembekuan darah dan fungsi lainnya.
b) Indonesia memiliki 7 juta anak yang mengalami stunting, Lebih dari 2 juta anak
merupakan balita kurus (berat badan yang tidak sebanding dengan tinggi badan) serta 2
juta anak lainnya mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, Survei daring
menunjukkan bahwa kebutuhan pangan semakin tidak aman: 36 persen dari responden
menyatakan bahwa mereka “sering kali” mengurangi porsi makan karena masalah
keuangan, Risiko kematian pada anak dengan kondisi tersebut nyaris 12 kali lipat lebih
tinggi daripada risiko kematian pada anak dengan gizi baik. Anak-anak yang pulih dari
gizi buruk mungkin akan terus mengalami masalah perkembangan dan pertumbuhan
selama hidupnya.
c) Indonesia sebelumnya merupakan contoh negara dengan “tiga beban malnutrisi”, Jika
berbagai upaya yang diperlukan tidak segera dilakukan, dampak jangka panjang terhadap
tingkat gizi dapat meningkatkan jumlah balita stunting serta kelebihan berat badan dan
obesitas di semua kelompok usia. Dampak jangka panjang krisis COVID-19 mencakup
kenaikan tajam prevalensi stunting dan peningkatan prevalensi kelebihan berat badan dan
obesitas akibat terbatasnya aktifitas fisik dan meningkatnya konsumsi makanan olahan
secara terus-menerus yang mengandung kadar gula, garam, dan lemak yang tinggi
Referensi :
Arifin, E. Zaenal dan Amran Tasai. (1989). Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit
Antarkota.
Bakry, Oemar. (1981). Bunga Rampai Sumpah Pemuda. Satu Bahasa, Bahasa Indonesia.
Jakarta: Mutiara
Tasai, Amran dan Abdul Rozak Zaidan. (2001). Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Indonesia (modul). Jakarta: Universitas Terbuka.