Anda di halaman 1dari 12

Kurniawan Sandi Ramadan

048680911
TUGAS TUTORIAL I

Kerjakanlah soal-soal berikut ini dengan baik.


1. Jelaskan fungsi bahasa menurut M.A.K. Halliday.
2. Jelaskanlah perkembangan (peningkatan) bahasa Indonesia berdasarkan hasil kongres
VII s.d. XI dengan menggunakan peta konsep (mind mapping).
3. Bacalah artikel berikut dengan menerapkan teknik SQ3R!

Sisi Positif Parenting Budaya Jepang


Oleh: Buyung Okita

Parenting menjadi isu yang hangat dewasa ini. Semakin tinggi kesadaran masyarakat untuk lebih
mempelajari bagaimana ilmu-ilmu parenting agar dapat diimplementasikan bagi putra-putrinya,
atau sebagai bekal untuk membina rumah tangga di kemudian hari. Terdapat 4 jenis gaya
parenting, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif, dan terlalu protektif. berikut adalah
sedikit penjelasan mengenai keempat gaya asuh tersebut.

1) Hubungan antara orang tua dan anak yang sangat dekat

Ibu dan anak memiliki hubungan yang sangat dekat. Setidaknya sampai usia 5 tahun anak tidur
bersama orangtuanya. Ibu juga selalu menemani di manapun anaknya berada. Tidak jarang kita
melihat ibu menggendong anaknya sambil melakukan kegiatan rumah seperti menyapu,
memasak, berbelanja, dan lain-lain. Bahkan hampir setiap perempuan yang telah melahirkan dan
menjadi ibu rela untuk berhenti bekerja dan fokus untuk mendidik anaknya di rumah.
Pada usia 0-5 tahun, anak juga diajak untuk bersosialisasi dengan keluarga dan kerabat sehingga
dapat lebih mengenal saudara dan mudah bersosialisasi. Orang tua di Jepang juga beranggapan
bahwa sebisa mungkin menemani putra-putrinya sehingga anak merasakan kasih sayang
orangtuanya.

2. Orang tua adalah cerminan anak

Setelah fase usia 5 tahun, anak boleh bereksplorasi melakukan sesuatu, lalu usia 5-15 tahun anak
mulai diajari untuk melakukan kegiatan seperti membersihkan rumah, belajar untuk disiplin, dan
melakukan apa yang dilakukan oleh orang tua. Fase ini mengajari anak-anak untuk dapat
berkontribusi melakukan cara-cara yang telah dilakukan secara turun temurun. Pada fase ini
orangtua memberikan batasan yang jelas mengenai hak dan kewajiban anak, apa yang boleh
dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.

Oleh karena itu kegiatan pendidikan moral di sekolah juga mulai diajarkan, tidak hanya sebagai
mata pelajaran yang diselipkan pada mata pelajaran lain. Di sini anak diajarkan dan diberikan
ruang untuk melakukan kegiatan sosial seperti saling melayani, kegiatan makan siang di sekolah,
dan kegiatan lain yang juga kerap dilakukan di sekolah-sekolah Indonesia. Kegiatan sekolah dan
rumah yang bersifat rutin, meskipun terkesan monoton merupakan cara Jepang untuk menbuat
anak-anak belajar untuk disiplin.

3. Orang tua dan anak adalah setara

Setelah anak berusia 15 tahun, orang tua mulai memberikan ruang agar anak dapat lebih mandiri
dengan mengurangi batasan yang diterapkan pada fase sebelumnya. Hubungan tidak hanya
sebagai orang tua dan anak, tetapi juga sebagai teman dan setara. Anak didukung untuk menjadi
pribadi yang mandiri, dapat berpikir dan menentukan pilihan dan lebih bersifat demokratis.

Fase ini mempersiapkan anak untuk melakukan kegiatan keterampilan bagi dirinya sendiri dan
keluarga serta belajar bertingkah laku yang baik dan sopan (menurut adat Jepang). Anak mulai
diajarkan independent (mandiri) dan dipersiapkan untuk dapat siap menjadi orang
dewasa. Setelah usia 20 tahun anak dianggap resmi menjadi dewasa dengan biasanya .
4. Memperhatikan tentang perasaan dan emosi

Selain mengajari dan mempersiapkan anak untuk dapat hidup di komunitas sosial masyarakat
yang lebih luas, anak juga diberikan semangat untuk dapat memahami dan menghormati
perasaanya sendiri. Orang tua mengajarkan anaknya untuk melakukan hal yang tidak
mempermalukannya. Contohnya tidak menegur anaknya atau menasehati anaknya di muka
umum ketika melakukan hal yang dirasa kurang pantas. Orangtua memilih menunggu situasi dan
tempat yang lebih privasi untuk menasehatinya. Anak diajarkan untuk dapat memiliki sikap
empati dan saling menghormati orang lain.

Orang tua di Jepang tidak menggangap gaya asuh mereka menjadi gaya asuh yang terbaik. Begitu
pula dewasa ini nilai budaya barat pun menginsipirasi cara orangtua di Jepang dalam mendidik
anaknya. Meskipun terjadi pergeseran dan perubahan, namun gaya asuh orang tua di Jepang yang
menyayangi putra-putrinya tidak berubah.

Setelah membaca gaya asuh orang tua di Jepang, dapat dipahami bahwa gaya asuh mereka
merupakan perpaduan antara sedikit gaya permisif dan gaya authoritative (berwibawa).
Demikian, perbedaan gaya asuh orang tua di amerika dan gaya asuh orang tua di Jepang

Dimodifikasi dari: https://www.kompasiana.com/buyungokita/%205f22b2a4d541df59d84bebe2/sisi-positif-


parenting-budaya-jepang?page=all#section2

Setelah Anda membaca artikel di atas, selesaikanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!


1. Temukanlah informasi awal, identitas, dan topik artikel! (langkah survey)
2. Buatlah tiga pertanyaan yang relevan dengan isi teks! (langkah question)
3. Temukanlah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sudah dibuat pada nomor 2!
(langkah read)
4. Catatlah dengan bahasa sendiri jawaban-jawaban yang sudah ditemukan pada nomor 3!
(langkah recite)
5. Catatlah informasi utama dari artikel di atas! (langkah review)
1.M.A.K. Halliday adalah seorang ahli bahasa Inggris yang terkenal dengan teori
fungsionalisnya. Menurut teori fungsionalis Halliday, bahasa memiliki tiga fungsi utama yaitu
fungsi ideational, interpersonal, dan tekstual.

hubungan antara orang dan untuk menyampaikan perasaan, sikap, atau maksud pembicara.
Fungsi interpersonal dapat dibagi menjadi tiga aspek, yaitu:

-Fungsi Representasional : yaitu kemampuan bahasa untuk mengungkapkan pikiran, opini, dan
penilaian pembicara.
-Fungsi Direktif : yaitu kemampuan bahasa untuk memberi perintah, meminta, atau memberi
saran.
-Fungsi Ekspresif : yaitu kemampuan bahasa untuk mengekspresikan emosi, perasaan, dan sikap
pembicara.

Fungsi tekstual adalah fungsi bahasa yang berkaitan dengan struktur dan organisasi teks. Fungsi
ini menunjukkan bagaimana bahasa digunakan untuk menyusun teks secara koheren dan kohesif,
sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau pendengar.

Fungsi tekstual dapat dibagi menjadi tiga aspek, yaitu :

-Fungsi Keterkaitan: yaitu kemampuan bahasa untuk menyusun kalimat dan teks yang
terorganisasi dengan baik dan saling terkait.
-Fungsi Kohesi: yaitu kemampuan bahasa untuk menghubungkan kalimat dan teks secara
grammatis, leksikal, dan referensial.
-Fungsi Keteraturan: yaitu kemampuan bahasa untuk menyesuaikan teks dengan konteks
komunikasi, seperti tujuan, tema, dan audiens.
M.A.K. Halliday membagi fungsi bahasa menjadi tiga, yaitu fungsi ideational, interpersonal, dan
tekstual.

Fungsi ideational berkaitan dengan penggunaan bahasa untuk merepresentasikan realitas dunia
luar, fungsi interpersonal berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam membangun hubungan
sosial dan interaksi antara pembicara atau penulis dengan pendengar atau pembaca, dan fungsi
tekstual berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam menyusun teks secara koheren dan kohesif.

Ketiga fungsi bahasa ini saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain dalam penggunaan
bahasa dalam konteks tertentu.

Pemahaman tentang fungsi bahasa menurut M.A.K. Halliday dapat membantu dalam memahami
penggunaan bahasa dalam berbagai konteks dan situasi, serta merancang materi pembelajaran
dan konten yang lebih baik dan terstruktur.

2. Kongres Bahasa Indonesia (KBI) adalah pertemuan para ahli bahasa, penutur, pengajar, dan
peneliti bahasa Indonesia yang diselenggarakan secara periodik oleh pemerintah Indonesia.

Kongres ini bertujuan untuk membahas berbagai isu dan permasalahan terkait pengembangan,
pemakaian, dan penyebarluasan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara dan sebagai
bahasa pengantar dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, sastra, media, hukum, dan
sebagainya.

KBI dianggap sebagai salah satu wadah penting dalam menghasilkan kebijakan dan
standar bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta mempromosikan pemakaian bahasa
Indonesia sebagai bahasa identitas dan jati diri bangsa Indonesia.

Beberapa kongres bahasa Indonesia yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:


1. Kongres Bahasa Indonesia VII (1998)

Kongres Bahasa Indonesia VII dilaksanakan pada tanggal 26-30 Oktober 1998 di Jakarta.

Kongres ini menghasilkan keputusan tentang pembentukan Badan Pertimbangan Bahasa


Indonesia yang bertugas menyusun dan menyusun pedoman penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar.

Selain itu, Kongres ini juga membahas tentang upaya untuk memperkaya kosakata bahasa
Indonesia, mengembangkan metode pembelajaran bahasa Indonesia, dan memperkenalkan
ragam bahasa Indonesia yang beragam.

2. Kongres Bahasa Indonesia VIII (2003) Kongres Bahasa Indonesia VIII dilaksanakan pada
tanggal 14-17 Oktober 2003 di Jakarta.

Kongres ini menghasilkan pengusulan bulan Oktober sebagai bulan bahasa, yang diharapkan
dapat menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat Indonesia
tentang pentingnya bahasa Indonesia.

3. Kongres Bahasa Indonesia IX (2008)

Kongres Bahasa Indonesia IX dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober-1 November 2008 di


Jakarta.

Kongres ini membahas tentang Bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing, serta upaya
untuk mempertahankan keberadaan dan penggunaan bahasa-bahasa tersebut di tengah arus
globalisasi dan modernisasi yang semakin pesat.
4. Kongres Bahasa Indonesia X (2008)

Kongres Bahasa Indonesia X dilaksanakan pada tanggal 28-31 Oktober 2008 di Jakarta.

Hasilnya yaitu direkomendasikannya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan hal-hal lain yang
perlu dilakukan oleh pemerintah dalam rangka memperkuat penggunaan bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional yang memiliki peran penting dalam mempersatukan bangsa.
1. Teks di atas merupakan cuplikan dari artikel berjudul Sisi Positif Parenting Budaya
Jepang yang ditulis oleh Buyung Okita. Berikut adalah jawaban mengenai informasi awal,
identitas, dan topik artikel tersebut:

Informasi awal: Parenting menjadi isu yang hangat dewasa ini.

Identitas artikel:

• Judul artikel: Sisi Positif Parenting Budaya Jepang.


• Penulis artikel: Buyung Okita.

Topik artikel: Keluarga dan parenting.

Artikel adalah jenis karangan nonfiksi yang bersifat faktual dengan jumlah kata dan panjang
tertentu yang biasanya diterbitkan di media online. Tujuan penulisan artikel adalah untuk
menyampaikan gagasan dan fakta mengenai suatu topik agar dapat meyakinkan, menghibur,
hingga mendidik para pembacanya.

Pada artikel di atas, kita bisa mengetahui bahwa isinya membahas mengenai sisi positif dari gaya
parenting budaya Jepang. Informasi awal dapat kita lihat pada paragraf awal artikel yang
merupakan tesis. Kita tinggal mencari gagasan utama pada paragraf pertama, yaitu: Parenting
menjadi isu yang hangat dewasa ini.

Artikel pada umumnya memiliki tiga struktur, yakni:

1. Tesis atau pernyataan pendapat. Biasanya membahas dasar atau pijakan dari topik yang
akan dijabarkan.
2. Argumentasi. Membahas permasalahan seputar topik dengan pendapat dan fakta yang
mendukung.
3. Reiterasi. Merupakan bagian yang menegaskan ulang argumentasi yang telah
disampaikan.
2. -Apa saja yang harus dilakukan ibu Ketika anak di usia 0-5 tahun?

-Selain ibu siapa yang bisa mendidik anak ?

-Bagaimana cara orangtua mendidik anak Ketika sudah berumur 15 – 20 tahun?

3. - menurut artikel diatas diajak untuk bersosialisasi dengan keluarga dan kerabat sehingga
dapat lebih mengenal saudara dan mudah bersosialisasi. Orang tua di Jepang juga beranggapan
bahwa sebisa mungkin menemani putra-putrinya sehingga anak merasakan kasih sayang
orangtuanya.

- menurut pengalaman saya anak itu bisa dididik oleh kakek nenenya atau saudara -
saudaranya , biasanya anak di usia 2 taun sering bermain dengan adiknya atau pergi ke rumah
kakek atau nenenya disitulah anak mendapat didikan tersebut.

- orang tua mulai memberikan ruang agar anak dapat lebih mandiri dengan mengurangi
batasan yang diterapkan pada fase sebelumnya. Hubungan tidak hanya sebagai orang tua dan
anak, tetapi juga sebagai teman dan setara. Anak didukung untuk menjadi pribadi yang mandiri,
dapat berpikir dan menentukan pilihan dan lebih bersifat demokratis.

Fase ini mempersiapkan anak untuk melakukan kegiatan keterampilan bagi dirinya sendiri dan
keluarga serta belajar bertingkah laku yang baik dan sopan (menurut adat Jepang). Anak mulai
diajarkan independent (mandiri) dan dipersiapkan untuk dapat siap menjadi orang
dewasa. Setelah usia 20 tahun anak dianggap resmi menjadi dewasa dengan biasanya
4. Di usia 0 – 5 tahun anak memiliki hubungan erat bersama ibunya karena aktifitas anak
tidak jauh dari ibunya , ibu juga mengajarkan anak untuk bersosialisasi dengan keluarga
dan kerabat sehingga dapat lebih mengenal saudara dan mudah bersosialisasi.
Setalah itu anak bisa mendapatkan Pendidikan dari saudara-saudaranya.Setelah anak
beranjak dewasa orang tua mulai memberikan ruang agar anak dapat lebih mandiri
dengan mengurangi batasan yang diterapkan pada fase sebelumnya. Hubungan tidak
hanya sebagai orang tua dan anak, tetapi juga sebagai teman dan setara. Anak didukung
untuk menjadi pribadi yang mandiri, dapat berpikir dan menentukan pilihan dan lebih
bersifat demokratis.

Fase ini mempersiapkan anak untuk melakukan kegiatan keterampilan bagi dirinya
sendiri dan keluarga serta belajar bertingkah laku yang baik dan sopan (menurut adat
Jepang). Anak mulai diajarkan independent (mandiri) dan dipersiapkan untuk dapat siap
menjadi orang dewasa. Setelah usia 20 tahun anak dianggap resmi menjadi dewasa
dengan biasanya

5. Informasi utamanya Hubungan antara orang tua dan anak yang sangat dekat juga jangan
lupa Orang tua adalah cerminan anak dan hal yang hatus diperhatikan itu Orang tua dan
anak adalah setara dan orang tua juga harus Memperhatikan tentang perasaan dan emosi
anak .
Sumber:MKWU4108/mustakim.org/dikasihinfo.com

https://assets.ayobandung.com/crop/0x0:0x0/750x0/webp/photo/2023/04/25/Image-1_11zon-
3005962700.jpg

Anda mungkin juga menyukai