Anda di halaman 1dari 8

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : MUH YAHYA

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 048982334

Program Studi : Sistem Informasi

Kode/Nama Mata Kuliah : MKWU4108 / Bahasa Indonesia

Kode/Nama UPBJJ : 13 / UPBJJ-UT Batam

Masa Ujian : 2022 / 23.2(2023.1)

Internal
TUGAS TUTORIAL I

Kerjakanlah soal-soal berikut ini dengan baik.

1. Jelaskan fungsi bahasa menurut M.A.K. Halliday.


2. Jelaskanlah perkembangan (peningkatan) bahasa Indonesia berdasarkan hasil kongres
VII s.d. XI dengan menggunakan peta konsep (mind mapping).
3. Bacalah artikel berikut dengan menerapkan teknik SQ3R!

Sisi Positif Parenting Budaya Jepang


Oleh: Buyung Okita

Parenting menjadi isu yang hangat dewasa ini. Semakin tinggi kesadaran masyarakat untuk lebih
mempelajari bagaimana ilmu-ilmu parenting agar dapat diimplementasikan bagi putra-putrinya,
atau sebagai bekal untuk membina rumah tangga di kemudian hari. Terdapat 4 jenis gaya
parenting, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif, dan terlalu protektif. berikut adalah
sedikit penjelasan mengenai keempat gaya asuh tersebut.

1) Hubungan antara orang tua dan anak yang sangat dekat

Ibu dan anak memiliki hubungan yang sangat dekat. Setidaknya sampai usia 5 tahun anak tidur
bersama orangtuanya. Ibu juga selalu menemani di manapun anaknya berada. Tidak jarang kita
melihat ibu menggendong anaknya sambil melakukan kegiatan rumah seperti menyapu,
memasak, berbelanja, dan lain-lain. Bahkan hampir setiap perempuan yang telah melahirkan dan
menjadi ibu rela untuk berhenti bekerja dan fokus untuk mendidik anaknya di rumah.

Pada usia 0-5 tahun, anak juga diajak untuk bersosialisasi dengan keluarga dan kerabat sehingga
dapat lebih mengenal saudara dan mudah bersosialisasi. Orang tua di Jepang juga beranggapan
bahwa sebisa mungkin menemani putra-putrinya sehingga anak merasakan kasih sayang
orangtuanya.

Internal
2. Orang tua adalah cerminan anak

Setelah fase usia 5 tahun, anak boleh bereksplorasi melakukan sesuatu, lalu usia 5-15 tahun anak
mulai diajari untuk melakukan kegiatan seperti membersihkan rumah, belajar untuk disiplin, dan
melakukan apa yang dilakukan oleh orang tua. Fase ini mengajari anak-anak untuk dapat
berkontribusi melakukan cara-cara yang telah dilakukan secara turun temurun. Pada fase ini
orangtua memberikan batasan yang jelas mengenai hak dan kewajiban anak, apa yang boleh
dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.

Oleh karena itu kegiatan pendidikan moral di sekolah juga mulai diajarkan, tidak hanya sebagai
mata pelajaran yang diselipkan pada mata pelajaran lain. Di sini anak diajarkan dan diberikan
ruang untuk melakukan kegiatan sosial seperti saling melayani, kegiatan makan siang di sekolah,
dan kegiatan lain yang juga kerap dilakukan di sekolah-sekolah Indonesia. Kegiatan sekolah dan
rumah yang bersifat rutin, meskipun terkesan monoton merupakan cara Jepang untuk menbuat
anak-anak belajar untuk disiplin.

3. Orang tua dan anak adalah setara

Setelah anak berusia 15 tahun, orang tua mulai memberikan ruang agar anak dapat lebih mandiri
dengan mengurangi batasan yang diterapkan pada fase sebelumnya. Hubungan tidak hanya
sebagai orang tua dan anak, tetapi juga sebagai teman dan setara. Anak didukung untuk menjadi
pribadi yang mandiri, dapat berpikir dan menentukan pilihan dan lebih bersifat demokratis.

Fase ini mempersiapkan anak untuk melakukan kegiatan keterampilan bagi dirinya sendiri dan
keluarga serta belajar bertingkah laku yang baik dan sopan (menurut adat Jepang). Anak mulai
diajarkan independent (mandiri) dan dipersiapkan untuk dapat siap menjadi orang
dewasa. Setelah usia 20 tahun anak dianggap resmi menjadi dewasa dengan biasanya

4. Memperhatikan tentang perasaan dan emosi

Selain mengajari dan mempersiapkan anak untuk dapat hidup di komunitas sosial masyarakat
yang lebih luas, anak juga diberikan semangat untuk dapat memahami dan menghormati
perasaanya sendiri. Orang tua mengajarkan anaknya untuk melakukan hal yang tidak
mempermalukannya. Contohnya tidak menegur anaknya atau menasehati anaknya di muka
umum ketika melakukan hal yang dirasa kurang pantas. Orangtua memilih menunggu situasi dan

Internal
tempat yang lebih privasi untuk menasehatinya. Anak diajarkan untuk dapat memiliki sikap
empati dan saling menghormati orang lain.

Orang tua di Jepang tidak menggangap gaya asuh mereka menjadi gaya asuh yang terbaik. Begitu
pula dewasa ini nilai budaya barat pun menginsipirasi cara orangtua di Jepang dalam mendidik
anaknya. Meskipun terjadi pergeseran dan perubahan, namun gaya asuh orang tua di Jepang
yang menyayangi putra-putrinya tidak berubah.

Setelah membaca gaya asuh orang tua di Jepang, dapat dipahami bahwa gaya asuh mereka
merupakan perpaduan antara sedikit gaya permisif dan gaya authoritative (berwibawa).
Demikian, perbedaan gaya asuh orang tua di amerika dan gaya asuh orang tua di Jepang

Dimodifikasi dari: https://www.kompasiana.com/buyungokita/%205f22b2a4d541df59d84bebe2/sisi-positif-


parenting-budaya-jepang?page=all#section2

Setelah Anda membaca artikel di atas, selesaikanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!


1. Temukanlah informs awal, identitas, dan topik artikel! (langkah survey)
2. Buatlah tiga pertanyaan yang relevan dengan isi teks! (langkah question)
3. Temukanlah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sudah dibuat pada nomor 2!
(langkah read)
4. Catatlah dengan bahasa sendiri jawaban-jawaban yang sudah ditemukan pada nomor 3!
(langkah recite)
5. Catatlah informasi utama dari artikel di atas! (langkah review)

Internal
Jawaban :
1. Tujuh ( 7 ) fungsi bahasa menurut M.A.K Halliday yaitu “
a. Fungsi Instrumental

Berfungsi memanipulasi lingkungan, menyebabkan hal atau peristiwa tertentu terjadi.


Contoh “jangan membuka jendela’ mempunyai fungsi instrumental. Memiliki daya
perlokusioner atau efek sebuah kondisi tertentu.
b. Fungsi Regulatoris Bahasa
Mengontrol peristiwa, fungsi regulatoris bahasa tidak begitu “mengumbar” kekuatan
ketika menjalankan kontrol. Contoh:
“dengan berkelakuan baik, anda dapat memperoleh pembebasan bersyarat dalam 10
bulan”
aturan-aturan perjumpaan diantara manusia-persetujuan, ketidaksetujuan, control
perilaku, penetapan hukum dan kaidah, semuanya adalah ciri-ciri regulatoris bahasa.
c. Fungsi Representasional

Berfungsi untuk membuat pernyatan, menyatakan fakta dan pengetahuan, menjelaskan


atau melaporkan. “menghadirkan kembali” realitas sebagaimana orang melihatnya.
Contoh “matahari panas”, “presiden berpidato tadi malam”. Semuanya menjalankan
fungsi representasional.
d. Fungsi Interaksional
Berfungsi memastikan pemeliharaan sosial, istilah Malinowsky merujuk pada kontak
komunikatif antara dan di kalangan manusia yang memungkinkan mereka membangun
kontak sosial dan menjaga saluran-saluran komunikasi tetap terbuka, adalah bagian dari
fungsi interaksional bahasa. Komunikasi interaksional berhasil menghendaki
pengetahuan tentang slang, jargon, gurauan, folklore, norma budaya, sopan santun dan
pengharapan formalitas, dan kunci-kunci lain bagi pergaulan sosial.
e. Fungsi Personal
Memungkinkan seseorang untuk mengungkapkan perasaan, emosi, personalitas, reaksi-
reaksi “naluriah”. Individualitas seseorang biasanya dicirikan oleh penggunaan fungsi
personalnya dalam berkomunikasi. Dalam watak personal bahasa, kognisi, afeksi, dan
budaya semuanya berinteraksi.
f. Fungsi heuristik
Berfungsi melibatkan bahasa yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan, untuk
mempelajari lingkungan. Fungsi heuristic sering disampaikan dalam bentuk pertanyaan
yang mengundang jawaban. Anak-anak umumnya menggunakan fungsi heuristik sebagai
pertanyaan yang tak henti-hentinya “mengapa” tentang dunia sekitar mereka.

Internal
Penyelidikan adalah sebuah metode heuristik untuk memancing representasi realitas
dari orang lain.
g. Fungsi Imajinatif

Berfungsi menciptakan sistem-sistem imajiner atau ide-ide. Mendongeng, bergurau,


atau menulis novel membutuhkan penggunaan fungsi imajinatif. Puisi, kata-kata yang
janggal diucapkan, permainan kata, dan contoh-contoh lain permainan bahasa juga
termasuk fungsi imajinatif. Melalui dimensi-dimensi imajinatif bahasa kita bebas
melampaui dunia nyata untuk melayang ke ketinggian keindahan bahasa itu sendiri.
2. Peta konsep perkembangan (peningkatan) bahasa Indonesia berdasarkan hasil kongres VII
s.d. XI

3. Dari artikel di atas


a. Temukanlah informasi awal, identitas, dan topik artikel! (langkah survey)
b. Buatlah tiga pertanyaan yang relevan dengan isi teks! (langkah question)
c. Temukanlah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sudah dibuat pada nomor 2!
(langkah read)
d. Catatlah dengan bahasa sendiri jawaban-jawaban yang sudah ditemukan pada nomor 3!
(langkah recite)

Internal
e. Catatlah informasi utama dari artikel di atas! (langkah review)

Jawaban :

a. Informasi awal, Identitas, Topik artikel


 Informasi awal :
(<https://www.kompasiana.com/tag/parenting>)
Parenting menjadi isu yang hangat dewasa ini. Semakin tinggi kesadaran masyarakat
untuk lebih mempelajari bagaimana ilmu-ilmu parenting agar dapat diimplementasikan
bagi putra-putrinya, atau sebagai bekal untuk membina rumah tangga di kemudian hari.
Terdapat 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif, dan
terlalu protektif

 Identitas artikel :
Judul : Sisi positif parenting budaya Jepang
Penulis : Buyung Okita
www.kompasiana.com

 Topik artikel :
Parenting
b. Tiga pertanyaan yang relevan dengan artikel
 Sebutkan 4 jenis gaya parenting ?
 Sebutkan dua jenis budaya positif parenting di Jepang ?
 Bagaimana gaya asuh orang tua di Jepang ?
c. Membaca artikel untuk menemukan tiga pertanyaan yang relevan
d. Jawaban pertanyaan di nomor 2
 Terdapat 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif,
dan terlalu protektif.
 Orang tua dan anak adalah setara, mempehatikan perkembangan emosi
 gaya asuh di Jepang merupakan perpaduan antara sedikit gaya permisif dan gaya
authoritative (berwibawa).
e. Membaca ulang artikel berupa informasi utama :

 Terdapat 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif, dan
terlalu protektif.

Internal
 Gaya asuh orang tua di Jepang meliputi : hubungan orang tua dan anaka yang dekat,
orang tua adalah cerminann anak, orang tua dan anak adalah setara, mempehatikan
perkembangan emosi
 Gaya asuh di Jepang merupakan perpaduan antara sedikit gaya permisif dan gaya
authoritative (berwibawa).

Referensi : www.kompasiana.com

Internal

Anda mungkin juga menyukai