Anda di halaman 1dari 8

TUGAS TUTORIAL I

Nama : Dwiky Leonardo


Nim : 048321929

Kerjakanlah soal-soal berikut ini dengan baik.


1. Jelaskan fungsi bahasa menurut M.A.K. Halliday.
2. Jelaskanlah perkembangan (peningkatan) bahasa Indonesia berdasarkan hasil kongres
VII s.d. XI dengan menggunakan peta konsep (mind mapping).
3. Bacalah artikel berikut dengan menerapkan teknik SQ3R!
Sisi Positif Parenting Budaya Jepang
Oleh: Buyung Okita

Parenting menjadi isu yang hangat dewasa ini. Semakin tinggi kesadaran masyarakat untuk lebih
mempelajari bagaimana ilmu-ilmu parenting agar dapat diimplementasikan bagi putra-putrinya,
atau sebagai bekal untuk membina rumah tangga di kemudian hari. Terdapat 4 jenis gaya
parenting, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif, dan terlalu protektif. berikut adalah
sedikit penjelasan mengenai keempat gaya asuh tersebut.

1) Hubungan antara orang tua dan anak yang sangat dekat

Ibu dan anak memiliki hubungan yang sangat dekat. Setidaknya sampai usia 5 tahun anak tidur
bersama orangtuanya. Ibu juga selalu menemani di manapun anaknya berada. Tidak jarang kita
melihat ibu menggendong anaknya sambil melakukan kegiatan rumah seperti menyapu,
memasak, berbelanja, dan lain-lain. Bahkan hampir setiap perempuan yang telah melahirkan dan
menjadi ibu rela untuk berhenti bekerja dan fokus untuk mendidik anaknya di rumah. Pada usia
0-5 tahun, anak juga diajak untuk bersosialisasi dengan keluarga dan kerabat sehingga dapat
lebih mengenal saudara dan mudah bersosialisasi. Orang tua di Jepang juga beranggapan bahwa
sebisa mungkin menemani putra-putrinya sehingga anak merasakan kasih sayang orangtuanya.

2. Orang tua adalah cerminan anak

Setelah fase usia 5 tahun, anak boleh bereksplorasi melakukan sesuatu, lalu usia 5-15 tahun anak
mulai diajari untuk melakukan kegiatan seperti membersihkan rumah, belajar untuk disiplin, dan
melakukan apa yang dilakukan oleh orang tua. Fase ini mengajari anak-anak untuk dapat
berkontribusi melakukan cara-cara yang telah dilakukan secara turun temurun. Pada fase ini
orangtua memberikan batasan yang jelas mengenai hak dan kewajiban anak, apa yang boleh
dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.

Oleh karena itu kegiatan pendidikan moral di sekolah juga mulai diajarkan, tidak hanya sebagai
mata pelajaran yang diselipkan pada mata pelajaran lain. Di sini anak diajarkan dan diberikan
ruang untuk melakukan kegiatan sosial seperti saling melayani, kegiatan makan siang di sekolah,
dan kegiatan lain yang juga kerap dilakukan di sekolah-sekolah Indonesia. Kegiatan sekolah dan
rumah yang bersifat rutin, meskipun terkesan monoton merupakan cara Jepang untuk menbuat
anak-anak belajar untuk disiplin.

3. Orang tua dan anak adalah setara

Setelah anak berusia 15 tahun, orang tua mulai memberikan ruang agar anak dapat lebih mandiri
dengan mengurangi batasan yang diterapkan pada fase sebelumnya. Hubungan tidak hanya
sebagai orang tua dan anak, tetapi juga sebagai teman dan setara. Anak didukung untuk menjadi
pribadi yang mandiri, dapat berpikir dan menentukan pilihan dan lebih bersifat demokratis.

Fase ini mempersiapkan anak untuk melakukan kegiatan keterampilan bagi dirinya sendiri dan
keluarga serta belajar bertingkah laku yang baik dan sopan (menurut adat Jepang). Anak mulai
diajarkan independent (mandiri) dan dipersiapkan untuk dapat siap menjadi orang
dewasa. Setelah usia 20 tahun anak dianggap resmi menjadi dewasa dengan biasanya

4. Memperhatikan tentang perasaan dan emosi


Selain mengajari dan mempersiapkan anak untuk dapat hidup di komunitas sosial masyarakat
yang lebih luas, anak juga diberikan semangat untuk dapat memahami dan menghormati
perasaanya sendiri. Orang tua mengajarkan anaknya untuk melakukan hal yang tidak
mempermalukannya. Contohnya tidak menegur anaknya atau menasehati anaknya di muka
umum ketika melakukan hal yang dirasa kurang pantas. Orangtua memilih menunggu situasi dan
tempat yang lebih privasi untuk menasehatinya. Anak diajarkan untuk dapat memiliki sikap
empati dan saling menghormati orang lain.

Orang tua di Jepang tidak menggangap gaya asuh mereka menjadi gaya asuh yang terbaik. Begitu
pula dewasa ini nilai budaya barat pun menginsipirasi cara orangtua di Jepang dalam mendidik
anaknya. Meskipun terjadi pergeseran dan perubahan, namun gaya asuh orang tua di Jepang
yang menyayangi putra-putrinya tidak berubah.

Setelah membaca gaya asuh orang tua di Jepang, dapat dipahami bahwa gaya asuh mereka
merupakan perpaduan antara sedikit gaya permisif dan gaya authoritative (berwibawa).
Demikian, perbedaan gaya asuh orang tua di amerika dan gaya asuh orang tua di Jepang

Dimodifikasi dari: https://www.kompasiana.com/buyungokita/%205f22b2a4d541df59d84bebe2/sisi-positif-


parenting-budaya-jepang?page=all#section2

Setelah Anda membaca artikel di atas, selesaikanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!


1. Temukanlah informasi awal, identitas, dan topik artikel! (langkah survey)
2. Buatlah tiga pertanyaan yang relevan dengan isi teks! (langkah question)
3. Temukanlah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sudah dibuat pada nomor 2!
(langkah read)
4. Catatlah dengan bahasa sendiri jawaban-jawaban yang sudah ditemukan pada nomor 3!
(langkah recite)
5. Catatlah informasi utama dari artikel di atas! (langkah review)

Jawaban :
1. M.A.K. Halliday adalah seorang ahli bahasa Inggris yang terkenal dengan
kontribusinya dalam mengembangkan teori Sistemik Fungsional (SFL) dalam
linguistik.Fungsi bahasa menurut M.A.K. Halliday terbagi menjadi 7,
yaitu fungsi instrumental, fungsi regulasi, fungsi representasional, fungsi interaksi
onal, fungsi personal, fungsi heuristik, dan fungsi imajinatif. Penjelasan beserta
contohnya.

- Penjelasan:

M.A.K. Halliday dalam bukunya yang berjudul Explanations in the Functions


of Language (1973) menjelaskan bahwa terdapat 7 fungsi bahasa, yaitu:

1. Fungsi Instrumental

Fungsi instrumental yaitu bahasa bertujuan untuk memanipulasi


lingkungan dimana bahasa tersebut digunakan dan memicu suatu
peristiwa terjadi.

Contoh:

"Jangan membuka pintu" dalam contoh


ini fungsi instrumental bahasa menyebabkan pintu tidak terbuka.

2. Fungsi Regulasi

Fungsi regulasi meliputi penggunaan bahasa yang ditujukan untuk


mengendalikan atau mengatur keadaan.

Mirip dengan fungsi instrumental, tetapi fungsi regulasi cenderung


ditujukan pada orang lain karena berhubungan dengan penerapa norma,
peraturan, kaidah, maupun nilai.

Contoh:

Seorang ibu mengatakan pada anaknya "Jika kamu nakal, kamu tidak
mendapat uang jajan" dalam contoh
ini fungsi regulasi bahasa mengendalikan perilaku anak.

3. Fungsi Representasional

Fungsi representasional ialah fungsi bahasa untuk menyampaikan fakta


dan pengetahuan, serta menyampaikan atau menjelaskan suatu peristiwa
yang dapat dibuktikan kebenarannya.

Contoh:
"Matahari terbit di timur" dalam contoh
ini fungsi representasional bahasa menyatakan suatu fakta yang dapat
dibuktikan kebenarannya.

4. Fungsi Interaksional

Fungsi interaksional adalah penggunaan bahasa yang bertujuan untuk


menunjang keberadaan manusia sebagai makhluk sosial yaitu sebagai
alat untuk melakukan kontak sosial dengan orang lain.

Contoh:

"Bagaimana kabarmu hari ini?" dalam contoh


ini fungsi interaksional bahasa bertugas membuka percakapan agar
tercipta komunikasi.

5. Fungsi Personal

Fungsi personal meliputi penerapan bahasa sebagai media untuk


menggambarkan keadaan emosi atau perasaan pembicara.

Contoh:

"Wah, indah sekali pemandangan di gedung ini" dalam contoh


ini fungsi personal bahasa menunjukkan perasaan kagum dari pembicara
mengenai pemandangan yang ia lihat.

6. Fungsi Heuristik

Fungsi heuristik ialah fungsi bahasa yang ditujukan untuk memperoleh


pengetahuan dan mempelajari lingkungan sekitar.

Contoh:

"Mengapa ibu bekerja?" merupakan contoh


penggunaan fungsi heuristik bahasa untuk mendapatkan pengetahuan
mengenai alasan atau penyebab ibu bekerja.

7. Fungsi Imajinatif

Yang dimaksud dengan fungsi imajinatif ialah penggunaan bahasa untuk


menciptakan hal-hal atau peristiwa-peristiwa fiktif (tidak nyata), seperti
dongeng.

Contoh:
"Semalam aku bermimpi bertemu naga" merupakan contoh
penggunaan fungsi imajinatif bahasa dimana pembicara mengungkapkan
peristiwa fiktif.

2. Kongres Bahasa Indonesia (KBI) adalah pertemuan para ahli bahasa, penutur, pengajar,
dan peneliti bahasa Indonesia yang diselenggarakan secara periodik oleh pemerintah
Indonesia.

Kongres ini bertujuan untuk membahas berbagai isu dan permasalahan terkait
pengembangan, pemakaian, dan penyebarluasan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi
negara dan sebagai bahasa pengantar dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, sastra,
media, hukum, dan sebagainya.

KBI dianggap sebagai salah satu wadah penting dalam menghasilkan kebijakan dan
standar bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta mempromosikan pemakaian bahasa
Indonesia sebagai bahasa identitas dan jati diri bangsa Indonesia.

Beberapa kongres bahasa Indonesia yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Kongres Bahasa Indonesia VII (1998)

Kongres Bahasa Indonesia VII dilaksanakan pada tanggal 26-30 Oktober 1998 di
Jakarta. Kongres ini menghasilkan keputusan tentang pembentukan Badan
Pertimbangan Bahasa Indonesia yang bertugas menyusun dan menyusun
pedoman penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Selain itu, Kongres ini juga membahas tentang upaya untuk memperkaya
kosakata bahasa Indonesia, mengembangkan metode
pembelajaran bahasa Indonesia, dan memperkenalkan ragam bahasa
Indonesia yang beragam.

2. Kongres Bahasa Indonesia VIII (2003) Kongres Bahasa Indonesia VIII


dilaksanakan pada tanggal 14-17 Oktober 2003 di Jakarta.

Kongres ini menghasilkan pengusulan bulan Oktober sebagai bulan


bahasa, yang diharapkan dapat menjadi momentum untuk meningkatkan
kesadaran dan pemahaman masyarakat Indonesia tentang
pentingnya bahasa Indonesia.

3. Kongres Bahasa Indonesia IX (2008)

Kongres Bahasa Indonesia IX dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober-1


November 2008 di Jakarta.

Kongres ini membahas tentang Bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan


bahasa asing, serta upaya untuk mempertahankan keberadaan dan
penggunaan bahasa-bahasa tersebut di tengah arus globalisasi dan
modernisasi yang semakin pesat.

4. Kongres Bahasa Indonesia X (2008)

Kongres Bahasa Indonesia X dilaksanakan pada tanggal 28-31 Oktober


2008 di Jakarta.

Hasilnya yaitu direkomendasikannya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan


dan hal-hal lain yang perlu dilakukan oleh pemerintah dalam rangka
memperkuat penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
yang memiliki peran penting dalam mempersatukan bangsa.

5.Kongres Bahasa Indonesia XI Tahun 2018

Pada Kongres Bahasa Indonesia XI akan diluncurkan beberapa produk


kebahasaan dan kesastraan, yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia Braille,
buku Bahasa dan Peta Bahasa, Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI)
Daring, Korpus Indonesia, Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)
Daring, buku Sastrawan Berkarya di Daerah 3T, 546 buah buku bahan
bacaan literasi, Kamus Vokasi, Kamus Bidang Ilmu, dan Aplikasi Senarai
Padanan Istilah Asing (SPAI). Selain itu, akan diberikan sejumlah
penghargaan, yaitu Adibahasa, Penghargaan Sastra, Anugerah Tokoh
Kebahasaan, Duta Bahasa Nasional 2018, dan Festival Musikalisasi Puisi
Tingkat Nasional 2018.

Pelaksanaan Kongres Bahasa Indonesia XI ini tidak dapat dilepaskan dari


hasil putusan dan rekomendasi KBI X yang dilaksanakan pada 2013. KBI X
2013 menghasilkan 33 butir putusan dan rekomendasi dalam rangka
pengembangan, pembinaan, serta pelindungan bahasa dan sastra Indonesia
serta daerah. Dalam jangka waktu lima tahun, dari 33 putusan dan
rekomendasi tersebut, 32 rumusan telah dilaksanakan. Satu rekomendasi
yang belum dapat terlaksana adalah penyiapan formasi dan penempatan
tenaga fungsional penyunting dan penerjemah bahasa di lembaga
pemerintahan dan swasta. Rekomendasi tersebut belum terlaksana karena
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa perlu bekerja sama dengan pemangku kebijakan lain
yang menaungi lembaga pemerintah dan swasta.

Kongres Bahasa Indonesia merupakan acara berkala yang diselenggarakan


setiap lima tahun sekali yang diharapkan dapat meningkatkan kedudukan
bahasa Indonesia di dunia Internasional, memperkuat tenun kebangsaan,
mengidentifikasi mutu pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa
dan sastra serta menghasilkan rumusan atau rekomendasi yang dapat
dijadikan arah kebijakan nasional maupun internasional kebahasaan dan
kesastraan
(Sumber: Nurhayati, S. (2014). Kebijakan Pemerintah dalam Pengembangan Bahasa Indonesia di Indonesia.

SALASIKA: Indonesian Journal of Gender, Women, Child, and Social Inclusion’s Studies, 1(1), 51-6)

3.

- Sisi positif parenting budaya dari jepang, budaya parentig budaya dari jepang
mempunyai 4 gaya yaitugaya asuh otoriter, berwibawa, permesif ,dan terlaluprotektif

- > Bagaimana cara membuat hubungan dengan anak menjadi dekat atau
akrab?

 Diusia berapa anak harus tidur Bersama orangtuanya?

 Diusia berapakah orang tua harus memberi ruang untuk anak mulai
bereksplorasi

- > cara agar membuat hubungan anak dekat dengan orang tu adalah dengan
cara ikut tidur dengan orang tua dan menemani anaknya kemanapun diam
au pergi.

 Usia maksimal untuk anak tidur Bersama orang tua adalah di usianya
yang ke 5 tahun, meskipun anak dibiarka tidur sendiri anak juga harus
tetap di awasi dan di jaga dari hal hal yang tidak di inginkan.

 Orang tua harus memberikan ruang untuk anak bereksplorai itu diusianya
yang ke 15 tahun dengan begini anak bias bereksplorasi dengan
maksimal karena di usia ini anak akan mencari jati dirinya namun sebagai
orang tua juga harus tetap mengawasi pergaulannya.

- Anak anak setidaknya di umur 5 tahun harus bias dan berani untuk tidur
pisah dengan orang tuanya dikarenkan di usia iniorang tua akan tau karakter
ankanya,dan diusia yang sudah menginjak 15 tahun orang tua juga wajib
memberikan ruang gerak untuk mereka berekplorasi meskipun harus tetap
dalm pemgawasan orang tua dupaya mereka tidak salah memilih jalan yang
akan mereka gapai nantinya.

- Dalam mengasuh anak mungkin budaya jepang memang baik namun bukan
yang terbaik menurut orang jepang akan tetapi menurut orang barat cara ini
sangat bagus untuk menidik anak.

Bagaimanapun anak akan berkembang dengan baik dengan didikan


orangtuanya juga gaya asuh merupakan hal yang terpenting agar anak juga
nyaman dengan orang tua mereka .

Anda mungkin juga menyukai