Anda di halaman 1dari 11

Nama : NURAINI

Nim : 049013208

1. M.A.K. Halliday dalam bukunya yang berjudul Explanations in the Functions of


Language (1973) menjelaskan bahwa terdapat 7 fungsi bahasa, yaitu :

a) Fungsi Instrumental
bahasa bertujuan untuk memanipulasi lingkungan dimana bahasa tersebut digunakan dan
memicu suatu peristiwa terjadi.

b) Fungsi Regulasi
meliputi penggunaan bahasa yang ditujukan untuk mengendalikan atau mengatur
keadaan. Mirip dengan fungsi instrumental, tetapi cenderung ditujukan pada orang lain
karena berhubungan dengan penerapan norma, peraturan, kaidah, maupun nilai.

c) Fungsi Representasional
ialah fungsi bahasa untuk menyampaikan fakta dan pengetahuan, serta menyampaikan
atau menjelaskan suatu peristiwa yang dapat dibuktikan kebenarannya.

d) Fungsi Interaksional
penggunaan bahasa yang bertujuan untuk menunjang keberadaan manusia sebagai
makhluk sosial yaitu sebagai alat untuk melakukan kontak sosial dengan orang lain.

5. Fungsi Personal
Fungsi personal meliputi
penerapan bahasa sebagai
media untuk menggambarkan
keadaan emosi atau perasaan
pembicara.
Contoh : "Wah, indah sekali
pemandangan di gedung ini"
dalam contoh ini fungsi
personal bahasa menunjukkan
perasaan kagum dari pembicara
mengenai
pemandangan yang ia lihat.
6. Fungsi Heuristik
Fungsi heuristik ialah fungsi
bahasa yang ditujukan untuk
memperoleh
pengetahuan dan mempelajari
lingkungan sekitar.
Contoh : "Mengapa ibu
bekerja?" merupakan contoh
penggunaan fungsi heuristik
bahasa untuk mendapatkan
pengetahuan mengenai alasan
atau penyebab
ibu bekerja.
7. Fungsi Imajinatif
Yang dimaksud dengan fungsi
imajinatif ialah penggunaan
bahasa untuk
menciptakan hal-hal atau
peristiwa-peristiwa fiktif ( tidak
nyata ), seperti dongeng.
Contoh : "Semalam aku
bermimpi bertemu naga"
merupakan contoh penggunaan
fungsi imajinatif bahasa dimana
pembicara mengungkapkan
peristiwa fiktif
e) Fungsi Personal
meliputi penerapan bahasa sebagai media untuk menggambarkan keadaan emosi atau
perasaan pembicara.

f) Fungsi Heuristik
ialah fungsi bahasa yang ditujukan untuk memperoleh pengetahuan dan mempelajari
lingkungan sekitar.

g) Fungsi Imajinatif
ialah penggunaan bahasa untuk menciptakan hal-hal atau peristiwa-peristiwa fiktif (tidak
nyata ), seperti dongeng.
2.
PETA Konsep Kongres VII s.d XI

Kongres VII Jakarta


Kongres VIII Jakarta
(26-30 Oktober 1998)
(14-17 Oktober 2003)
 Mengusulkan dibentuknya badan
pertimbangan bahasa Indonesia  Penempatan bulan oktober sebagai bulan
 Memperkukuh kedudukan bahasa di era bahasa
globalisasi  Berlangsungnya seminar bahasa indonesia
 Membentuk organisasi
 Membahas perkembangan imtek

Kongres X Jakarta
Kongres XI Jakarta
(28 – 31 Oktober 2013)
(08 Oktober – 1 November 2008)
 Diikuti 1168 peserta dari Indonesia dan luar
 Memperingati 100thn kebangkitan negeri
nasional,80thn sumpah pemuda,60thn  Membahas tentang usulan pemantapan
pusat bahasa kedudukan fungsi bahsa
 Membhas tentang pembahasan bahasa
 Pengoptimalan pembelajaran bahasa
Indonesia
Indonesia
 Membahas tentang bahasa
daerah,pengajaran bahasa dan sastra  Penerapan uji kemahiran bahasa

Kongres XI Jakarta

(28 – 31 Oktober 2018)

 Membahas pendidikan bahasa dan sastra Indonesia


 Membahas pengutamaan bahasa imdonesia didalam public
 Bahasa dan sastra untuk strategi dan diplomas pengelolaan
bahasa
3.
I. Survey
Judul Sisi Positif Parenting Budaya Jepang

Nama https://www.kompasiana.com/buyungokita/
Majalah %205f22b2a4d541df59d84bebe2/sisi-positif-parenting-budaya-
(Sumber) jepang?page=all#section2

Bagian Parenting menjadi isu yang hangat dewasa ini. Semakin tinggi
Pembuka kesadaran masyarakat untuk lebih mempelajari bagaimana
ilmu-ilmu parenting agar dapat diimplementasikan bagi putra-
putrinya,atau sebagai bekal untuk membina rumah tangga di
kemudian hari.Terdapat 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya asuh
otoriter,berwibawa, permisif, dan terlalu protektif.

Sub Judul Hubungan antara orang tua dan anak yang sangat dekat,
Orangtua adalah cerminan anak, Orang tua dan anak adalah
setara,Memperhatikan tentang perasaan dan emosi.

Bagian Setelah membaca gaya asuh orang tua di Jepang, dapat


Penutup dipahami bahwa gaya asuh mereka merupakan perpaduan
antara sedikit gaya permisif dan gaya authoritative
(berwibawa). Demikian, perbedaan gaya asuh orang tua di
amerika dan gaya asuh orang tua di Jepang.

Penulis Buyung Okita

Tahun 2020
Terbit

II. Question
1. Apa Saja Jenis – jenis gaya Parenting ?
2. Apa saja fase – fase gaya asuh orang tua di Jepang ?
3. Jenis gaya asuh orang tua apa yang diterapkan di Jepang ?
III. Read

1. Jenis – jenis Parenting ada 4, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif,
dan terlalu protektif
2. Fase – Fase gaya asuh orang tua di Jepang- Fase Balita (0-5 Tahun), anak
diajak untuk bersosialisasi dengan keluarga dan kerabat sehingga dapat lebih
mengenal saudara dan mudah bersosialisasi. Orang tua beranggapan sebisa
mungkin menemani putra-putrinya.- Fase Anak - Anak (5-15 Tahun), Fase ini
mengajari anak-anak untuk dapat berkontribusi melakukan cara-cara yang
telah dilakukan secara turun temurun. Pada fase ini orangtua memberikan
batasan yang jelas mengenai hak dan kewajiban anak, apa yang boleh
dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.- Fase Remaja (15-20 Tahun), Fase
ini mempersiapkan anak untuk melakukan kegiatan keterampilan bagi dirinya
sendiri dan keluarga serta belajar bertingkahlaku yang baik dan sopan
(menurut adat Jepang). Anak mulai diajarkan independent (mandiri) dan
dipersiapkan untuk dapat siap menjadi orang dewasa.
3. Jenis Gaya Asuh Orang Tua di Jepang merupakan perpaduan antara sedikit
gaya permisif dan gaya authoritative ( berwibawa ).

IV. Recite
1. Jenis gaya asuh orang tua pada umumnya ada 4 yaitu
 Otoriter dimana orang tua Memaksakan kehendaknya tanpa begitu
memperhatikan perspektif anak.
 Berwibawa dimana orang tua menjadi panutan teladan bagi anak –
Anaknya.
 Permisif dimana orang tua tidak memberikan batasan – batasan pada
Anaknya.
 Protektif dimana orang tua banyak memberikan batasan – batasan pada
anaknya.
2. Fase – fase gaya asuh orang tua di Jepang
 Fase Balita (0-5 Tahun), pada fase ini hubungan orang tua dan anak sangat
dekat, orang tua sebisa mungkin menemani anak – anaknya, pada fase ini
anak dibiarkan bebas bereksplorasi.
 Fase Anak – anak (5-15 Tahun), pada fase ini anak mulai diajak dan
diajarkan disiplin, mulai diberi batasan – batasan Fase Remaja (15-20
Tahun), Pada Fase ini anak dipersiapkan untuk menjadi dewasa, orang tua
memberikan ruang untuk anak menjadi lebih mandiri, sehingga hubungan
orang tua dan anak tidak hanya sebatas orang tua tetapi juga menjadi
teman.
3. Dilihat dari Fase – fase yang ada Nampak jelas Jenis gaya asuh orang tua di
Jepang adalah perpaduan antara Gaya Permisif dan gaya berwibawa, dimana
anak diberi kebebasan namun peran orang tua tetap menjadi panutan bagi
anak – anak nya.
V. Review
Ada Empat Jenis Parenting yaitu Otoriter, Berwibawa, Permisif dan Protektif. Di
Jepang Gaya asuh orang tua diterapkan pada beberapa fase seperti fase Balita (0-5
Tahun), Fase Anak – Anak (5-15 Tahun) dan Fase Remaja (15-20 Tahun). Pada
masing – masing fase ini gaya asuh orang tua di Jepang berkembang dari Gaya
Permisif perlahan menjadi Gaya Berwibawa, Pada fase balita dibiarkan untuk bebas
bereksplorasi, lalu pada fase anak – anak mulai diajarkan kedisiplinan hingga pada
fase remaja orang tua mempersiapkan anak – anak nya untuk mandiri untuk
menjadi dewasa. Meskipun terjadi pergeseran dan perubahan nilai budaya barat
yang menginspirasi, Namun gaya asuh orang tua di Jepang dalam menyayangi anak
anaknya tidak berubah

bahasa bertugas membuka


percakapan agar tercipta
komunikasi.
5. Fungsi Personal
Fungsi personal meliputi
penerapan bahasa sebagai
media untuk menggambarkan
keadaan emosi atau perasaan
pembicara.
Contoh : "Wah, indah sekali
pemandangan di gedung ini"
dalam contoh ini fungsi
personal bahasa menunjukkan
perasaan kagum dari pembicara
mengenai
pemandangan yang ia lihat.
6. Fungsi Heuristik
Fungsi heuristik ialah fungsi
bahasa yang ditujukan untuk
memperoleh
pengetahuan dan mempelajari
lingkungan sekitar.
Contoh : "Mengapa ibu
bekerja?" merupakan contoh
penggunaan fungsi heuristik
bahasa untuk mendapatkan
pengetahuan mengenai alasan
atau penyebab
ibu bekerja.
7. Fungsi Imajinatif
Yang dimaksud dengan fungsi
imajinatif ialah penggunaan
bahasa untuk
menciptakan hal-hal atau
peristiwa-peristiwa fiktif ( tidak
nyata ), seperti dongeng.
Contoh : "Semalam aku
bermimpi bertemu naga"
merupakan contoh penggunaan
fungsi imajinatif bahasa dimana
pembicara mengungkapkan
peristiwa

Anda mungkin juga menyukai