NIM : 044337865
UPBJJ : Semarang
Fungsi Instrumental
Yang dimaksud dengan bahasa sebagai fungsi instrumental adalah penggunaan bahasa
dapat dipergunakan untuk melayani lingkungan dimana bahasa tersebut dipergunakan,
serta bahasa dapat menyebabkan terjadinya peristiwa tertentu. Sebagai contoh bahasa
Indonesia digunakan sebagai bahasa utama dalam rapat anggota DPR serta sekolah- sekolah
di Indonesia. Contoh riil lainnya adalah penggunaan bahasa jawa yang memiliki level.
Dimana telah menjadi unggah ungguh bagi masyarakat jawa untuk menggunakan bahasa
jawa krama inggil untuk orang yang dianggap lebih tua atau dipandang lebih tinggi status
sosialnya. Secara tidak langsung hal ini menjadi instrumen tidak tertulis yang ada dalam
kehiupan bermasyarakat.
Fungsi Regulasi
Fungsi regulasi ialah penggunaan bahasa yang digunakan untuk mengawasi serta
mengendalikan peristiwa- peristiwa yang terjadi dilingkungan manusia. Dengan kata lain,
fungsi bahasa sebagai regulasi yaitu untuk mengatur dan mengendalikan penggunaan
bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat, misalnya dalam tanda jalan seperti belok kiri,
belok kanan, jalan terus, dan lain – lain.
Fungsi Representasional
Fungsi representasional adalah bahasa yang bertujuan untuk mengambarkan maksud
dan tujuan tertentu. Maksud dan tujuan tersebut bisa berupa fakta dan pengetahuan,
menjelaskan suatu peristiwa, melaporkan sesuatu, serta lain- lainnnya. Sebagai contoh
ketika terjadi kecelakaan lalu lintas disuatu tempat, terdapat sejumlah wartawan yang
meliput dan menyampaikan peristiwa tersebut dalam stasiun televisi. Dengan demikian,
bahasa tersebut berfungsi sebagai representasional.
Fungsi Interaksional
Fungsi interaksional adalah bahasa yang dipergunakan sebagai media dalam menjamin
terjadinya interaksi serra memantapkan terjadinya komunikasi antara penutur dan
pendengar dalam berkomunikasi. Dengan demikian bahasa sebagai alat jaminan dan bukti
dalam proses terjadinya komunikasi.
Fungsi Imaginatif
Fungsi imaginatif ialah bahasa yang dipergunakan dalam proses penciptaan imajinasi.
Penciptaan imajinasi bisa berupa mendongeng, membuat cerita baik panjang maupun pendek,
menciptakan khayalan / mimpi, serta lain- lainnya. Contohnya adalah peulisan sebuah novel,
novel berisi cerita fiksi yang lahir akibat proses kreatif sang penulis.
Fungsi Personal
Fungsi personal ialah bahasa yang dipergunakan sebagai alat dalam mengekpresikan
diri, misalnya mengenai emosi, pendapat, perasaan, serta maksud- maksud yang bersifat
individu. Sebagai contoh ketika seseorang ingin menyatakan perasaaanya tentang keindahan di
pulau Bali, maka orang tersebut bisa menyampaikan perasaannya lewat tulisan, dan lainnya.
Fungsi Heuristik
Fungsi heuristik adalah bahasa yang dipergunakan dalam mempelajari dan mengkaji
ilmu pengetahuan, mengembangkan teknologi, serta menyampaikan rumusan- rumusan yang
bersifat ilmiah. Memonumenkan sebuah ilmu bermanfaat yang bisa diwariskan kepada generasi
penerus.
3. Teknik SQ3R
a) Survey
Judul Sisi Positif Parenting Budaya Jepang
Nama Majalah https://www.kompasiana.com/buyungokita/%205f22b2a4d541df59d84bebe2/sisi-
(Sumber) positif-parenting-budaya-jepang?page=all#section2
Bagian Pembuka Parenting menjadi isu yang hangat dewasa ini. Semakin tinggi kesadaran
masyarakat untuk lebih mempelajari bagaimana ilmu-ilmu parenting agar dapat
diimplementasikan bagi putra-putrinya, atau sebagai bekal untuk membina rumah
tangga di kemudian hari. Terdapat 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter,
berwibawa, permisif, dan terlalu protektif.
Sub Judul Hubungan antara orang tua dan anak yang sangat dekat, Orangtuaadalah
cerminan anak, Orang tua dan anak adalah setara,Memperhatikan tentang
perasaan dan emosi
Bagian Penutup Setelah membaca gaya asuh orang tua di Jepang, dapat dipahamibahwa gaya asuh
mereka merupakan perpaduan antara sedikit gayapermisif dan
gayaauthoritative(berwibawa). Demikian, perbedaangaya asuh orang tua di
amerika dan gaya asuh orang tua di Jepang
Penulis Buyung Okita
Tahun Terbit 2020
b) Questin
c) Read
- Fase Balita (0-5 Tahun), anak diajak untuk bersosialisasi dengan keluarga
dankerabat sehingga dapat lebih mengenal saudara dan mudah
bersosialisasi.Orang tua beranggapan sebisa mungkin menemani putra-
putrinya.
- Fase Anak - Anak (5-15 Tahun), Fase ini mengajari anak-anak untuk
dapatberkontribusi melakukan cara-cara yang telah dilakukan secara
turun temurun.Pada fase ini orangtua memberikan batasan yang jelas
mengenai hak dankewajiban anak, apa yang boleh dilakukan dan yang
tidak boleh dilakukan.
- Fase Remaja (15-20 Tahun), Fase ini mempersiapkan anak untuk
melakukankegiatan keterampilan bagi dirinya sendiri dan keluarga
serta belajarbertingkahlaku yang baik dan sopan (menurut adat Jepang).
Anak mulaidiajarkan independent (mandiri) dan dipersiapkan untuk
dapat siap menjadiorang dewas
2. Jenis – jenis Parenting ada 4, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif,
danterlalu protektif
3. Jenis Gaya Asuh Orang Tua di Jepang merupakan perpaduan antara sedikit
gayapermisif dan gaya authoritative (berwibawa)
d) Recite
- Fase Balita (0-5 Tahun), pada fase ini hubungan orang tua dan anak
sangat dekat, orang tua sebisa mungkin menemani anak – anaknya, pada
fase ini anakdibiarkan bebas bereksplorasi.
- Fase Anak – anak (5-15 Tahun), pada fase ini anak mulai diajak dan
diajarkandisiplin, mulai diberi batasan – batasan
- Fase Remaja (15-20 Tahun), Pada Fase ini anak dipersiapkan untuk
menjadidewasa, orang tua memberikan ruang untuk anak menjadi lebih
mandiri,sehingga hubungan orang tua dan anak tidak hanya sebatas
orang tua tetapijuga menjadi teman
3. Dilihat dari fase – fase yang ada nampak jelas jenis gaya asuh orang tua di
Jepang adalah perpaduan antara gaya permisif dan gaya berwibawa, dimana
anak diberi kebebasan namun peran orang tua tetap menjadi panutan bagi
anak – anaknya.
e) Review
Ada Empat Jenis Parenting yaitu Otoriter, Berwibawa, Permisif dan Protektif. Di
Jepang gaya asuh orang tua diterapkan pada beberapa fase seperti fase balita (0-
5Tahun), fase anak – anak (5-15 Tahun) dan fase remaja (15-20 Tahun). Pada
masing – masing fase ini gaya asuh orang tua di Jepang berkembang dari gaya
Permisif perlahan menjadi Gaya Berwibawa, Pada fase balita dibiarkan untuk
beba bereksplorasi, lalu pada fase anak – anak mulai diajarkan kedisiplinan
hingga pada fase remaja orang tua mempersiapkan anak – anak nya untuk
mandiri untuk menjadi dewasa. Meskipun terjadi pergeseran dan perubahan
nilai budaya barat yang menginspirasi, Namun gaya asuh orang tua di Jepang
dalam menyayangi anak –anaknya tidak berubah