Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 1

BAHASA INDONESIA

1. Fungsi ragam bahasa jenis jargon menurut Halliday (dalam pranowo, 1996:93) ada tujuh
fungsi bahasa yaitu fungsi instrumental, regulasi, reseprentasi, interaksi, perorangan,
heuristik, dan imajinatif. Ulasan lebih lengkap mengenai ketujuh fungsi ragam bahasa jenis
jargon menurut Halliday meliputi :
1. Fungsi instrumental, bahasa berfungsi menghasilkan kondisi-kondisi tertentu dan
menyebabkan terjadinya peristiwa-peristiwa tertentu. Fungsi instrumental yakni
fungsi bahasa yang dilihat dari segi pendengar atau lawan bicara. Dalam hal ini
bahasa mengatur tingkah laku pendengar. Disini bahasa tidak hanya membuat si
pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan yang sesuai dengan yang
diinginkan si pembicara. Hal ini dapat dilakukan si penutur dengan menggunakan
kalimat-kalimat yang menyatakan perintah, permohonan, imbauan, permintaan,
pemberian, perhatian, maupun rayuan.
2. Fungsi regulasi, bahasa berfungsi sebagai pengawas, pengendali atau pengatur
peristiwa atau berfungsi untuk mengendalikan serta mengatur orang lain. Tuturanya
dapat berupa bentuk larangan, ancaman, peraturan persetujuan, penolakan atau
perjanjian.
3. Fungsi representasi, bahasa berfungsi untuk membuat pernyataan, meyampaikan
fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan atau melaporkan realitas sebenarnya
sebagaimana yang dilihat atau dialami orang. Bila dilihat dari segi topik ujaran maka
bahasa befungsi representasional. Di sini bahasa berfungsi sebagai alat untuk
membicarakan objek atau peristiwa yang ada di sekeliling penutur atau yang ada
dalam budaya pada umumnya.
4. Fungsi interaksional, bahasa berfungsi menjamin dan memantapkan ketahanan dan
keberlangsungan komunikasi serta menjalin interaksi sosial. Keberhasilan interaksi
ini menuntut pengetahuan secukupnya mengenai logat, jargon, lelucon, sebagai
bumbu komunikasi, cerita rakyat (folkore), adat-istiadat dan budaya setempat
(termasuk di dalamnya tata krama pergaulan).
5. Fungsi personal, Fungsi ini melibatkan penggunaan bahasa untuk memperoleh ilmu
pengetahuan sebanyak-banyaknya dan mempelajari seluk-beluk lingkunganya.
Fungsi ini mengingatkan dengan apa yang sering disebut pertanyaan, sebab fungsi
ini sering disampaikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang menuntut
jawaban.
6. Fungsi heuristik, Fungsi ini memberi kesempatan kepada pembicara untuk
mengekspresikan perasaan, emosi pribadi, serta reaksi-reaksi yang mendalam.
Dalam hal ini bahasa yang dipakai untuk berkomunikasi biasanya menunjukan
kepribadian seseorang . dari bahasa yang dipakai oleh seseorang maka akan di
ketahui apakah dia sedang marah, jengkel, sedih, gembira, dan sebagainya.
7. Fungsi imajinatif, Bahasa berfungsi sebagai pencipta sistem, gagasan, atau kisah
yang imajinatif. Fungsi ini biasanya untuk mengisahkan cerita-cerita, dongeng-
dongeng, membacakan lelucon, atau menuliskan cerpen, novel, dan sebagainya.
Melalui bahasa kita bebas menciptakan mimpi-mimpi yang mustahil sekallipun jika
kita inginkan memang seperti itu. Dengan bahasa kita mengekpresikan perasaan
dalam bentuk puisi yang indah.
2.

VII DI JAKARTA 26-30 OKTOBER 1991

Dibentuknya badan pertimbangan Bahasa Indonesia dan menghasilkan


4 pokok penting secara garis besar menegaskan agar kualitas Bahasa
Indonesia di tingkatkan dan di kembangkan dalam menghadapi
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekonlogi.

VIII DI JAKARTA 14- X DI JAKARTA 21-31


17 OKTOBER 2003 OKTOBER 2013

Bulan Oktober Di ikuti oleh 1.168 Peserta


sebagai bulan Bahasa dari 12 Negara
KONGRES menghasilkan 9
BAHASA rekomendasi yang
ditujukan untuk
INDONESIA pemerintah Indonesia

IX DI JAKARTA 21 OKTOBER - 1
NOVEMBER X1 DI JAKARTA 21-31
OKTOBER 2011
Memperingati 100 tahun
kebangkitan Nasional Dengan tema : Menjayakan
Memperingati 80 Tahun Sumpah bahasa dan Sastra Indonesia
Pemuda serta diluncurkan produk
60 Tahun Berdirinya Pusat Bahasa kebahasan dan ke sastraan
3. BACALAH ARTIKEL BERIKUT DENGAN MENERAPKAN TEKNIK SQ3R!
1. Survey
 Judul
Sisi Positif Parenting Budaya Jepang
 Pembuka
Parenting menjadi isu yang hangat dewasa ini. Semakin tinggi kesadaran
masyarakat untuk lebih mempelajari bagaimana ilmu-ilmu parenting agar dapat
diimplemtasikan bagi putra-putri nya, atau sebagai bekal untuk membina rumah
tangga di kemudian hari.
 Sub Judul
Hubungan antara orang tua dan anak yang sangat dekat, orang tua adalah
cerminan anak, orang tua dan anak adalah setara, memperhatikan tentang
perasaan dan emosi
 Bagian penutup
Setelah membaca gaya asuh orang tua di Jepang, dapat dipahami bahwa gaya
asuh mereka merupakan perpaduan antara sedikit gaya permisif dan gaya
authorative (berwibawa). Demikian perbedaan gaya asuh orang tua di amerika
dan gaya asuh orang tua di jepang.
 Penulis
Buyung Okta
 Tahun terbit
2020

2. Question
a. Apa saja jenis-jenis gaya parenting budaya Jepang?
b. Apa saja fase-fase gaya asuh orang tua di Jepang?
c. Jenis haya asuh orang tua apa yang di terapkan di jepang?

3. Read
a. Terdapat 4 jenis gaya parenting budaya jepang yaitu gaya asuh otoriter,
berwibawa, permisif, dan terlalu protektif.
b. Fase-fase gaya asuh orang tua di jepang
 Fase balita (0-5 Tahun), anak diajak untuk bersosialisasi dengan keluarga
dan kerabat sehingga dapat lebih mengenal saudara dan mudah
bersosialisi. Orang tua beranggapan sebisa mungkin menemani putra-
putrinya.
 Fase anak-anak (5-15 Tahun), fase ini mengajari anak-anak untuk dapat
berkontribusi melakukan cara-cara yang telah dilakukan secara turun
temurun. Pada fase ini orangtua memberikan batasan yang jelas
mengenai hak dan kewajiban anak, apa yang boelh dilakukan dan yang
tidak boleh dilakukan.
 Fase remaja (15-20 Tahun), fase ini mempersiapkan anak untuk
melakukan kegiatan keterampilan bagi dirinya sendiri dan keluarga serta
belajar bertingkah laku yang baik dan sopan (menurut adat Jepang).
Anak mulai diajarkan independent (mandiri) dam dipersiapkan untuk
dapat siap menjadi orang dewasa.
c. Jenis gaya asuh orang tua di Jepang merupakan perpaduan antara sedikit
gaya permisif dan gaya authoritative (berwibawa)

4. Recite
a. Jenis gaya asuh orang tua pada umumnya ada 4 yaitu
 Otoriter dimana orang tua memaksakan kehendaknya tanpa begitu
memperhatikan perspektif anak.
 Berwibawa dimana orang tua menjadi panutan teladan bagi anak-
anaknya.
 Permisif dimana orang tua tidak memberikan batasan-batasan pada
ananknya.
 Protektif dimana orang tua banyak memberikan batasan-batasan pada
anaknya.
b. Fase-fase gaya asuh orang tua di jepang
 Fase balita (0-5 Tahun), pada fase ini hubungan orang tua dan anak
sangat dekat, orang tua sebisa mungkin menemani anak-anaknya, pada
fase ini dibiarkan bebas berekplorasi.
 Fase anak-anak (5-15 Tahun), pada fase ini anak mulai diajak dan
diajarkan disiplin, mulai diberi batasan-batasan.
 Fase remaja (15-20 Tahun), pada fase ini anak dipersiapkan untuk
menjadi dewasa, orang tua memberikan ruang untuk anak menjadi lebih
mandiri, sehingga hubungan orang tua dan anak tidak hanya sebatas
orang tua tetapi juga menjadi teman.

5. Dilihat dari fase-fase yang ada nampak jelas jenis gaya asuh orang tua di Jepang
adalah perpaduan antara Gaya permisif dan Gaya berwibawa, dimana anak diberi
kebebasan namun peran orang tua tetap menjadi panutan bagi anak-anaknya.

4.

Anda mungkin juga menyukai