Anda di halaman 1dari 8

JAWABAN TUGAS TUTORIAL I

NAMA: FADILYA YUNITA NINGRUM

NIM: 048988564

JAWABAN

1. Jelaskan fungsi bahasa menurut M.A.K. Halliday.


M.A.K. Halliday dalam bukunya yang berjudul Explanations in the Functions of
Language (1973) menjelaskan bahwa terdapat 7 fungsi bahasa, yaitu:

a. Fungsi Instrumental
Fungsi instrumental yaitu bahasa bertujuan untuk memanipulasi lingkungan dimana
bahasa tersebut digunakan dan memicu suatu peristiwa terjadi.
Contoh: "Jangan membuka pintu" dalam contoh ini fungsi instrumental bahasa
menyebabkan pintu tidak terbuka.

b. Fungsi Regulasi
Fungsi regulasi meliputi penggunaan bahasa yang ditujukan untuk mengendalikan
atau mengatur keadaan. Mirip dengan fungsi instrumental, tetapi fungsi regulasi
cenderung ditujukan pada orang lain karena berhubungan dengan penerapa norma,
peraturan, kaidah, maupun nilai.
Contoh: Seorang ibu mengatakan pada anaknya "Jika kamu nakal, kamu tidak
mendapat uang jajan" dalam contoh ini fungsi regulasi bahasa mengendalikan
perilaku anak.

c. Fungsi Representasional
Fungsi representasional ialah fungsi bahasa untuk menyampaikan fakta dan
pengetahuan, serta menyampaikan atau menjelaskan suatu peristiwa yang dapat
dibuktikan kebenarannya.
Contoh: "Matahari terbit di timur" dalam contoh ini fungsi representasional bahasa
menyatakan suatu fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya.
d. Fungsi Interaksional
Fungsi interaksional adalah penggunaan bahasa yang bertujuan untuk menunjang
keberadaan manusia sebagai makhluk sosial yaitu sebagai alat untuk melakukan
kontak sosial dengan orang lain.
Contoh: "Bagaimana kabarmu hari ini?" dalam contoh ini fungsi interaksional bahasa
bertugas membuka percakapan agar tercipta komunikasi.
e. Fungsi Personal
Fungsi personal meliputi penerapan bahasa sebagai media untuk menggambarkan
keadaan emosi atau perasaan pembicara.
Contoh: "Wah, indah sekali pemandangan di gedung ini" dalam contoh ini fungsi
personal bahasa menunjukkan perasaan kagum dari pembicara mengenai
pemandangan yang ia lihat.
f. Fungsi Heuristik
Fungsi heuristik ialah fungsi bahasa yang ditujukan untuk memperoleh pengetahuan
dan mempelajari lingkungan sekitar.
Contoh: "Mengapa ibu bekerja?" merupakan contoh penggunaan fungsi heuristik
bahasa untuk mendapatkan pengetahuan mengenai alasan atau penyebab ibu
bekerja.
g. Fungsi Imajinatif
Yang dimaksud dengan fungsi imajinatif ialah penggunaan bahasa untuk menciptakan
hal-hal atau peristiwa-peristiwa fiktif (tidak nyata), seperti dongeng.
Contoh: "Semalam aku bermimpi bertemu naga" merupakan contoh penggunaan
fungsi imajinatif bahasa dimana pembicara mengungkapkan peristiwa fiktif.
2. Jelaskanlah perkembangan (peningkatan) bahasa Indonesia berdasarkan hasil
kongres VII s.d. XI dengan menggunakan peta konsep (mind mapping).

Dibentuk Badan
pertimbangan Bahasa
Indonesia dan
Menghasilkan 4 Pokok
penting yang secara garis
besar Menegaskan agar
Kualitas Bahasa
Indonesia di Tingkat dan
de kembangkan dalam IX di Jakarta 21
menghadapi Oktober 1 November Dengan Tema: Menjayakan
Perkembangan Ilmu 2008 Bahasa & sastra Indonesia
Pengetahuan & Teknologi
Serta diluncurkan produk
Kebahasaan & ke sastra

Kongres Bahasa
VII di Jakarta Indonesia
XI di Jakarta 21-
26-30 Oktober
31 Oktober 2011
1991

VIII di Jakarta
14-17
Oktober 2003 X di Jakarta 21-31
Oktober 2013

Bulan Oktober
sebagai Bulan
Bahasa
Diikuti oleh 1.168 Peserta dari
12 Negara Menghasilkan 9
Rekomendasi Yang Ditujukan
untuk Pemerintah Indonesia
3. Bacalah artikel berikut dengan menerapkan teknik SQ3R!

Sisi Positif Parenting Budaya Jepang


Oleh: Buyung Okita

Parenting menjadi isu yang hangat dewasa ini. Semakin tinggi kesadaran masyarakat untuk
lebih mempelajari bagaimana ilmu-ilmu parenting agar dapat diimplementasikan bagi putra-
putrinya, atau sebagai bekal untuk membina rumah tangga di kemudian hari. Terdapat 4 jenis
gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif, dan terlalu protektif. berikut
adalah sedikit penjelasan mengenai keempat gaya asuh tersebut.

1) Hubungan antara orang tua dan anak yang sangat dekat

Ibu dan anak memiliki hubungan yang sangat dekat. Setidaknya sampai usia 5 tahun anak tidur
bersama orangtuanya. Ibu juga selalu menemani di manapun anaknya berada. Tidak jarang
kita melihat ibu menggendong anaknya sambil melakukan kegiatan rumah seperti menyapu,
memasak, berbelanja, dan lain-lain. Bahkan hampir setiap perempuan yang telah melahirkan
dan menjadi ibu rela untuk berhenti bekerja dan fokus untuk mendidik anaknya di rumah.
Pada usia 0-5 tahun, anak juga diajak untuk bersosialisasi dengan keluarga dan kerabat
sehingga dapat lebih mengenal saudara dan mudah bersosialisasi. Orang tua di Jepang juga
beranggapan bahwa sebisa mungkin menemani putra-putrinya sehingga anak merasakan
kasih sayang orangtuanya.

2. Orang tua adalah cerminan anak

Setelah fase usia 5 tahun, anak boleh bereksplorasi melakukan sesuatu, lalu usia 5-15 tahun
anak mulai diajari untuk melakukan kegiatan seperti membersihkan rumah, belajar untuk
disiplin, dan melakukan apa yang dilakukan oleh orang tua. Fase ini mengajari anak-anak
untuk dapat berkontribusi melakukan cara-cara yang telah dilakukan secara turun temurun.
Pada fase ini orangtua memberikan batasan yang jelas mengenai hak dan kewajiban anak, apa
yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.

Oleh karena itu kegiatan pendidikan moral di sekolah juga mulai diajarkan, tidak hanya
sebagai mata pelajaran yang diselipkan pada mata pelajaran lain. Di sini anak diajarkan dan
diberikan ruang untuk melakukan kegiatan sosial seperti saling melayani, kegiatan makan
siang di sekolah, dan kegiatan lain yang juga kerap dilakukan di sekolah-sekolah Indonesia.
Kegiatan sekolah dan rumah yang bersifat rutin, meskipun terkesan monoton merupakan cara
Jepang untuk menbuat anak-anak belajar untuk disiplin.

3. Orang tua dan anak adalah setara

Setelah anak berusia 15 tahun, orang tua mulai memberikan ruang agar anak dapat lebih
mandiri dengan mengurangi batasan yang diterapkan pada fase sebelumnya. Hubungan tidak
hanya sebagai orang tua dan anak, tetapi juga sebagai teman dan setara. Anak didukung untuk
menjadi pribadi yang mandiri, dapat berpikir dan menentukan pilihan dan lebih bersifat
demokratis.

Fase ini mempersiapkan anak untuk melakukan kegiatan keterampilan bagi dirinya sendiri dan
keluarga serta belajar bertingkah laku yang baik dan sopan (menurut adat Jepang). Anak mulai
diajarkan independent (mandiri) dan dipersiapkan untuk dapat siap menjadi orang
dewasa. Setelah usia 20 tahun anak dianggap resmi menjadi dewasa dengan biasanya
diadakan upacara hari kedewasaan yang diselenggarakan di distrik/kota setempat yang diikuti
oleh pemuda berusia 20 tahun.

4. Memperhatikan tentang perasaan dan emosi

Selain mengajari dan mempersiapkan anak untuk dapat hidup di komunitas sosial masyarakat
yang lebih luas, anak juga diberikan semangat untuk dapat memahami dan menghormati
perasaanya sendiri. Orang tua mengajarkan anaknya untuk melakukan hal yang tidak
mempermalukannya. Contohnya tidak menegur anaknya atau menasehati anaknya di muka
umum ketika melakukan hal yang dirasa kurang pantas. Orangtua memilih menunggu situasi
dan tempat yang lebih privasi untuk menasehatinya. Anak diajarkan untuk dapat memiliki
sikap empati dan saling menghormati orang lain.

Orang tua di Jepang tidak menggangap gaya asuh mereka menjadi gaya asuh yang terbaik.
Begitu pula dewasa ini nilai budaya barat pun menginsipirasi cara orangtua di Jepang dalam
mendidik anaknya. Meskipun terjadi pergeseran dan perubahan, namun gaya asuh orang tua
di Jepang yang menyayangi putra-putrinya tidak berubah.
Setelah membaca gaya asuh orang tua di Jepang, dapat dipahami bahwa gaya asuh mereka
merupakan perpaduan antara sedikit gaya permisif dan gaya authoritative (berwibawa).
Demikian, perbedaan gaya asuh orang tua di amerika dan gaya asuh orang tua di Jepang

Dimodifikasi dari: https://www.kompasiana.com/buyungokita/%205f22b2a4d541df59d84bebe2/sisi-positif-


parenting-budaya-jepang?page=all#section2

Setelah Anda membaca artikel di atas, selesaikanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!


1. Temukanlah informasi awal, identitas, dan topik artikel! (langkah survey)
2. Buatlah tiga pertanyaan yang relevan dengan isi teks! (langkah question)
3. Temukanlah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sudah dibuat pada nomor 2!
(langkah read)
4. Catatlah dengan bahasa sendiri jawaban-jawaban yang sudah ditemukan pada nomor 3!
(langkah recite)
5. Catatlah informasi utama dari artikel di atas! (langkah review)

JAWABAN

1. Survey
• nama majalah (sumber) :
https://www.kompasiana.com/buyungokita/%205f22b2a4d541df59d84bebe
2/sisi-positif-parenting-budaya-jepang?page=all#section2
• Bagian Pembuka : Parenting menjadi isu yang hangat dewasa ini. Semakin
tinggi kesadaran masyarakat untuk lebih mempelajari bagaimana ilmu-ilmu
parenting agar dapat diimplementasikan bagi putra-putrinya, atau sebagai
bekal untuk membina rumah tangga di kemudian hari. Terdapat 4 jenis gaya
parenting, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif, dan terlalu protektif.
• Sub Judul : Hubungan antara orang tua dan anak yang sangat dekat, Orang
tua adalah cerminan anak, orang tua dan anak adalah setara, memperhatikan
tentang perasaan dan emosi.
• Bagian penutup : Setelah membaca gaya asuh orang tua di Jepang, dapat
dipahami bahwa gaya asuh mereka merupakan perpaduan antara sedikit gaya
permisif dan gaya authoritative (berwibawa). Demikian, perbedaan gaya asuh
orang tua di amerika dan gaya asuh orang tua di Jepang
• Penulis : Buyung Okita
• Tahun Terbit : 2020
2. Question
• Apa saja fase-fase gaya asuh orang tua di Jepang?
• Jenis gaya asuh orang tua apa yang diterapkan di Jepang?
• Apa saja jenis-jenis gaya parenting?
3. Read
• Fase-fase gaya asuh orang tua di jepang
- Fase Balita usia 0-5 tahun, anak juga diajak untuk bersosialisasi dengan
keluarga dan kerabat sehingga dapat lebih mengenal saudara dan mudah
bersosialisasi. Orang tua di Jepang juga beranggapan bahwa sebisa
mungkin menemani putra-putrinya.
- Fase Anak-anak Fase ini mengajari anak-anak untuk dapat berkontribusi
melakukan cara-cara yang telah dilakukan secara turun temurun. Pada
fase ini orangtua memberikan batasan yang jelas mengenai hak dan
kewajiban anak, apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh
dilakukan.
- Fase Remaja (15-20), fase ini mempersiapkan anak untuk melakukan
kegiatan ketrampilan bagi dirinya sendiri dan keluarga serta belajar
bertingkah laku yang baik dan sopan (menurut adat Jepang). Anak mulai
diajarkan independent (mandiri) dan dipersiapkan untuk dapat siap
menjadi orang dewasa.

• Jadi gaya asuh orang tua di jepang merupakan perpaduan antara sedikit gaya
permisif dan gaya authoritative (berwibawa)
• Jenis-jenis Parenting ada 4, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif, dan
terlalu protektif
4. Recite
• Jenis gaya asuh orang tua pada umumnya ada 4 yaitu:
- Otoriter dimana orang tua memaksakan kehendaknya begitu
memperhatikan perspektif anak.
- Berwibawa dimana orang tua menjadi panutan teladan bagi anak-
anaknya
- Permisif dimana orang tua tidak memberikan Batasan-batasan pada
anaknya
• Fase-fase gaya asuh orang tua di jepang
- Fase balita (0-5 tahun), pada fase ini hubungan orang tua dan anak
sangat dekat , orang tua sebisa mungkin menemani anak-anaknya,
pada fase ini anak dibiarkan bebas bereksplorasi.
- Fase anak-anak (5-15 tahun), pada fase ini anak mulai diajak dan
diajarkan disiplin, mulai diberi Batasan-batasan
- Fase remaja (15-20 tahun), pada fase ini anak dipersiapkan untuk
menjadi dewasa, orang tua memberikan ruang untuk anak menjadi
lebih mandiri, sehingga hubungan orang tua dan anak tidak hanya
sebatas orang tua tetapi juga menjadi teman
• Dilihat dari fase-fase yang ada Nampak jelas jenis gaya asuh orang tua di
jepang adalah perpaduan antara gaya permisif dan gaya berwibawa, dimana
anak diberi kebebasan namun peran orang tua tetap menjadi panutan bagi
anak-anaknya.
5. Review
Ada 4 jenis parenting yaitu Otoriter, Berwibawa, Permisif dan protektif. Di jepang
gaya asuh orang tua diterapkan pada beberapa fase seperti fase Balita (0-5 tahun),
Fase anak-anak (5-15 tahun) dan Fase Remaja (15-20 tahun). Pada masing-masing
fase ini gaya asuh orang tua di jepang berkembang dari gaya Permisif perlahan
menjadi gaya Berwibawa, pada fase balita dibiarkan untuk bebas bereksplorasi, lalu
pada fase anak-anak mulai diajarkan kedisiplinan hingga pada fase remaja orang tua
mempersiapkan anak-anaknya untuk mandiri untuk menjadi dewasa. Meskipun
terjadi pergeseran dan perubahan nilai budaya barat yang menginspirasi, Namun
gaya asuh orang tua di Jepang dalam menyayangi anak-anaknya tidak berubah

Anda mungkin juga menyukai