Anda di halaman 1dari 6

NAMA : FIFI INDRIANI

NIM : 043879423

M.K. : PERILAKU KONSUMEN

TUGAS : 1(SATU)

1. Soal :
a. Jelaskan perbedaan model keputusan konsumen berdasar perspektif pengambilan
keputusan, perspektif eksperensial, dan perspektif pengaruh perilaku.
b. Berikan contoh proses pengambilan keputusan pembelian berdasar perspektif
pengambilan keputusan, perspektif eksperensial, dan perspektif pengaruh
perilaku! Berikan alasan mengapa Anda mengategorikan berdasar perspektif
tersebut!

Jawab :

a. saya akan menjelaskan perbedaan model keputusan konsumen berdasarkan tiga


perspektif yang Anda sebutkan:
b. Perspektif Pengambilan Keputusan:
 Dalam perspektif ini, keputusan konsumen dipandang sebagai suatu proses
rasional di mana konsumen mengumpulkan informasi, mengevaluasi
pilihan, dan memilih produk atau layanan yang paling sesuai dengan
kebutuhan mereka.
 Model keputusan konsumen dalam konteks ini sering mencakup tahap-
tahap seperti pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif,
pembelian, dan evaluasi pascapembelian.
 Faktor-faktor seperti harga, kualitas, dan atribut produk lebih
mempengaruhi keputusan konsumen dalam perspektif ini.
c. Perspektif Eksperensial:
 Dalam perspektif ini, keputusan konsumen lebih dipengaruhi oleh
pengalaman subjektif dan emosi daripada pertimbangan rasional.
 Konsumen mungkin memilih produk atau layanan berdasarkan perasaan,
kepuasan pribadi, atau citra merek yang positif.
 Interaksi dengan merek dan produk dapat menciptakan pengalaman yang
memengaruhi keputusan konsumen, dan aspek seperti branding dan
estetika dapat menjadi lebih dominan dalam model ini.
d. Perspektif Pengaruh Perilaku:

 Perspektif ini mengakui bahwa konsumen sering dipengaruhi oleh lingkungan


sosial dan interaksi sosial dalam pengambilan keputusan.
 Faktor-faktor seperti kelompok teman, keluarga, iklan, dan tren sosial dapat
berperan penting dalam keputusan konsumen.
 Konsep seperti norma sosial, pengaruh kelompok, dan tekanan sebaya
memainkan peran penting dalam model keputusan konsumen ini.

Perlu diingat bahwa dalam praktiknya, keputusan konsumen sering kali melibatkan
unsur-unsur dari semua tiga perspektif ini, dan berbagai konteks dan produk dapat
memengaruhi proporsi relatif dari masing-masing perspektif dalam model keputusan
konsumen.

b. saya bisa memberikan contoh proses pengambilan keputusan pembelian dari


tiga perspektif yang berbeda:

 Perspektif Pengambilan Keputusan:


Seorang individu memutuskan untuk membeli ponsel baru berdasarkan
analisis fitur, harga, dan merek. Mereka mungkin membandingkan
berbagai pilihan, membaca ulasan online, dan mengambil keputusan
berdasarkan informasi yang mereka kumpulkan. Perspektif ini
menekankan pada logika dan analisis dalam pengambilan keputusan.

 Perspektif Eksperensial:
Seorang individu memilih ponsel baru karena merasa tertarik dan
terkoneksi emosional dengan merek tertentu. Mereka mungkin memiliki
pengalaman positif dengan merek tersebut sebelumnya atau merasa ponsel
tersebut mencerminkan gaya hidup dan nilai mereka. Perspektif ini
menekankan pada perasaan, emosi, dan identitas.
 Perspektif Pengaruh Perilaku:
Seorang individu membeli ponsel baru karena mendapat rekomendasi dari
teman-teman mereka atau dipengaruhi oleh iklan yang mereka lihat secara
berulang. Mereka juga dapat dipengaruhi oleh tren sosial atau norma-
norma kelompok mereka. Perspektif ini menekankan pada pengaruh
eksternal dalam pengambilan keputusan.

Alasan pengkategorian berdasarkan perspektif tersebut adalah untuk


menyoroti pendekatan yang berbeda dalam pengambilan keputusan. Perspektif
pengambilan keputusan lebih menekankan pada rasionalitas, perspektif
eksperensial lebih menekankan pada emosi dan pengalaman subjektif,
sementara perspektif pengaruh perilaku fokus pada pengaruh eksternal dalam
pengambilan keputusan.

2. Gaya hidup sehat tumbuh pesat di Asia Tenggara, dengan meningkatnya kesadaran
konsumen untuk mengikuti pola makan sehat dan olah raga dengan teratur. Penelitian
pada tahun 2017 menyebutkan bahwa 75% konsumen di kota besar di Indonesia dan
66% konsumen di kota besar di Thailand menyatakan memiliki tujuan untuk
menerapkan pola makan sehat. Sementar aitu, 58% konsumen perkotaan Indonesia
dan 62% konsumen perkotaan Thailand mengatakan bahwa akan berolahraga lebih
banyak di tahun 2017. Salah satu cara yang dilakukan oleh konsumen di Asia
Tenggara yang ingin menerapkan pola makan yang sehat dan seimbang adalah dengan
mengonsumsi makanan dan minuman tinggi protein. Diet tinggi protein dipercaya
mampu menurunkan berat badan, lebih mengeyangkan, mampu membangun otot, dan
membakar kalori lebih banyak. Menurut penelitian, 47% konsumen kota besar di
Thailand berpendapat bahwa makanan atau minuman berprotein tinggi membantu
pembentukan otot, sementara 37% masyarakat kota besar di Indonesia berpendapat
bahwa makanan berprotein tinggi membantu dalam mengatur berat badan. Selain itu,
42% konsumen di perkotaan Indonesia (42%) dan Thailand (41%) merasa bahwa
makanan atau minuman berprotein tinggi memberi mereka energi yang tahan lebih
lama. Selain itu, penelitian juga menemukan bahwa 58% konsumen perkotaan
Thailand dan 63% konsumen perkotaan Indonesia percaya bahwa olahraga teratur
penting untuk gaya hidup sehat.
a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan gaya hidup, dan jelaskan bagaimana
hubungan gaya hidup dengan kepribadian!
b. Jelaskan bagaimana gaya hidup berpengaruh terhadap perilaku konsumen!
Jelaskan dengan menggunakan kasus di atas!

Jawab :

a. Gaya hidup mengacu pada serangkaian pilihan, kebiasaan, dan aktivitas yang
dilakukan oleh individu sehari-hari. Ini mencakup pola makan, tingkat kebugaran,
kebiasaan tidur, kegiatan sosial, hobi, dan preferensi dalam berbagai aspek kehidupan.
Gaya hidup seseorang dapat mencerminkan kepribadian mereka, karena preferensi
dan pilihan ini sering kali mencerminkan nilai-nilai, minat, dan tujuan pribadi.
Sebagai contoh, seseorang yang memiliki kepribadian yang peduli tentang kesehatan
dan kebugaran mungkin akan memilih gaya hidup yang mencakup diet sehat,
berolahraga teratur, dan tidur yang cukup.

b. Gaya hidup dapat berpengaruh besar terhadap perilaku konsumen. Dalam kasus di
atas, peningkatan kesadaran konsumen di Asia Tenggara terkait dengan gaya hidup
sehat telah memengaruhi perilaku konsumen dalam beberapa cara:

 Pola Makan Sehat: Konsumen yang mengadopsi gaya hidup sehat


cenderung lebih memilih makanan dan minuman yang tinggi protein,
karena ini dianggap mendukung tujuan mereka untuk menjaga berat badan,
membangun otot, dan meningkatkan energi. Hal ini mencerminkan
bagaimana preferensi makanan terkait dengan gaya hidup sehat.
 Olahraga Teratur: Gaya hidup sehat juga mencakup berolahraga teratur,
dan ini telah mendorong konsumen di kota besar di Indonesia dan
Thailand untuk berkomitmen pada kebiasaan berolahraga. Ini
mencerminkan bagaimana gaya hidup berkontribusi pada perilaku
olahraga yang lebih aktif.
 Kesadaran Konsumen: Peningkatan kesadaran tentang manfaat gaya hidup
sehat, seperti peningkatan kesadaran akan pentingnya pola makan dan
olahraga, telah memotivasi konsumen untuk mengambil tindakan yang
lebih sejalan dengan gaya hidup tersebut.

Jadi, gaya hidup sehat telah mengubah pola konsumsi makanan, kebiasaan olahraga,
dan kesadaran konsumen di Asia Tenggara, yang pada gilirannya memengaruhi
perilaku konsumen dalam hal pilihan makanan dan aktivitas fisik.

3. Pada tahun 2014, Bank Indonesia meluncurkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNTT)
yaitu gerakan dari Bank Indonesia sebagai otoritas moneter di Indonesia untuk
mendorong penggunaan instrumen non-tunai sebagai alat pembayaran. Transaksi non-
tunai berarti transaksi atau pembayaran melalui media non uang seperti kartu debit,
kartu kredit, anjungan tunai mandiri (ATM), uang elektronik, cek dan lain
sebagainnya. Sistem transaksi ini mengalami perkembangan cukup pesat di berbagai
negara dewasa ini seiring dengan perkembangan teknologi, salah satunya dengan
trasnsaksi melalui smartphone. Pada lingkungan negara-negara ASEAN, pada awal
tahun 2019, angka transaksi pembayaran melalui smartphone di Indonesia ada pada
angka 47 persen. Namun angka tersebut masih dibawah Vietnam dan Thailand yang
masing-masing mencapai 61 persen dan 67 persen (PwC, 2019). Anda diminta untuk
membuat konsep kampanye GNTT untuk meningkatkan pengetahuan konsumen
tentang transasksi non-tunai.
a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pengetahuan konsumen dan apa peran
pengetahuan konsumen terhadap perilaku konsumen!
b. Buatlah analisa terhadap aspek pengetahuan produk yang dapat digunakan untuk
menyusun kampanye GNTT! Jelaskan aspek pengetahuan produk dari layanan
transaksi non-tunai dan jelaskan bagaimana hal itu dapat digunakan untuk
membujuk konsumen untuk menggunakan transaksi non-tunai!

Jawab :

a. Pengetahuan konsumen mengacu pada pemahaman konsumen tentang produk,


layanan, atau topik tertentu. Dalam konteks kampanye Gerakan Nasional Non Tunai
(GNTT), pengetahuan konsumen berkaitan dengan pemahaman mereka tentang
transaksi non-tunai, seperti cara menggunakan kartu debit, kredit, atau metode
pembayaran non-tunai lainnya. Peran pengetahuan konsumen dalam perilaku
konsumen adalah penting karena pemahaman yang baik tentang transaksi non-tunai
dapat membantu mereka mengadopsi dan menggunakan metode pembayaran ini
dengan percaya diri. Semakin baik pengetahuan konsumen tentang transaksi non-
tunai, semakin mungkin mereka akan menggunakannya.

b. Untuk menyusun kampanye GNTT, analisis terhadap aspek pengetahuan produk


yang relevan dapat mencakup:

 Keamanan: Memastikan konsumen memahami tingkat keamanan transaksi


non-tunai, seperti enkripsi data dan perlindungan terhadap penipuan.
 Kemudahan Penggunaan: Menjelaskan betapa mudahnya menggunakan alat
pembayaran non-tunai, seperti kartu debit atau aplikasi pembayaran di
smartphone.
 Keuntungan: Menyoroti manfaat transaksi non-tunai, seperti rekam transaksi,
penghematan waktu, atau insentif yang ditawarkan.
 Cakupan dan Dukungan: Menyampaikan informasi tentang sejauh mana
transaksi non-tunai didukung, seperti tempat penerimaan pembayaran.

Dalam kampanye, aspek pengetahuan produk ini dapat digunakan untuk membujuk
konsumen dengan menjelaskan dengan jelas manfaat, keamanan, dan kemudahan
transaksi non-tunai. Dalam hal ini, edukasi konsumen adalah kunci untuk
meningkatkan pemahaman dan mengubah perilaku mereka terkait transaksi non-tunai.

Anda mungkin juga menyukai