2. Gaya hidup sehat tumbuh pesat di Asia Tenggara, dengan meningkatnya kesadaran konsumen
untuk mengikuti pola makan sehat dan olah raga dengan teratur. Penelitian pada tahun 2017
menyebutkan bahwa 75% konsumen di kota besar di Indonesia dan 66% konsumen di kota besar
di Thailand menyatakan memiliki tujuan untuk menerapkan pola makan sehat. Sementar aitu,
58% konsumen perkotaan Indonesia dan 62% konsumen perkotaan Thailand mengatakan bahwa
akan berolahraga lebih banyak di tahun 2017. Salah satu cara yang dilakukan oleh konsumen di
Asia Tenggara yang ingin menerapkan pola makan yang sehat dan seimbang adalah dengan
mengonsumsi makanan dan minuman tinggi protein. Diet tinggi protein dipercaya mampu
menurunkan berat badan, lebih mengeyangkan, mampu membangun otot, dan membakar kalori
lebih banyak. Menurut penelitian, 47% konsumen kota besar di Thailand berpendapat bahwa
makanan atau minuman berprotein tinggi membantu pembentukan otot, sementara 37%
masyarakat kota besar di Indonesia berpendapat bahwa makanan berprotein tinggi membantu
dalam mengatur berat badan. Selain itu, 42% konsumen di perkotaan Indonesia (42%) dan
Thailand (41%) merasa bahwa makanan atau minuman berprotein tinggi memberi mereka energi
yang tahan lebih lama. Selain itu, penelitian juga menemukan bahwa 58% konsumen perkotaan
Thailand dan 63% konsumen perkotaan Indonesia percaya bahwa olahraga teratur penting untuk
gaya hidup sehat.
a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan gaya hidup, dan jelaskan bagaimana hubungan
gaya hidup dengan kepribadian!
Gaya hidup merupakan suatu pola hidup seseorang tentang bagaimana mereka
menghabiskan waktu mereka, apa yang mereka anggap paling penting bagi diri mereka
dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana pandangan mereka tentang diri mereka ataupun
tentang dunia luar sekitar mereka.
Gaya hidup dan kepribadian memiliki hubungan yang sangat erat. Konsumen yang
dikategotikan memiliki kepribadian yang berisiko rendah tidak mungkin mempunyai gaya
hidup seperti berspekulasi di pasar modal atau melakukan aktivitas-aktivitas kesenangan
seperti mendaki gunung, terbang laying, dan menjelajah hutan. Akan tetapi, jika
dihubungkan dengan setiap diri pribadi gaya hidup dan kepribadian perlu dibedakan dengan
dua alasan penting.
Pertama secara konseptual keduanya berbeda. Kepribadain merujuk pada karakteristik
internal seseorang, sedangkan gaya hidup merujuk pada manifestasi eksternal dari
karakteristik tersebut atau bagaimana seseorang hidup. Walaupun kedua konsep ini
menguraikan individu, namun keduanya menguraikan aspek individu yang berbeda.
Kedua, gaya hidup dan kepribadian memiliki implikasi manajerial yang berbeda. Beberapa
penulis telah merekomendasikan bahwa manajer pemasaran yang secara bertahap harus
mensegmen pasar dengan pertama-tama mengidentifikasi segmen gaya hidup dan kemudian
menganalisis segmen ini pada kepribadian yang berbeda. Dengan pertama-tama
mengidentifikasi orang-orang yang menunjukkan pola perilaku pembelian produk yang
konsisten, pengguna waktu mereka, dan terlibat dalam berbagai aktivitas, para pemasar dapat
mendefinisikan sejumlah besar individu dengan gaya hidup yang serupa. Setelah segmen
tersebut diidentifikasi, lalu mereka dapat menggunakan sifat-sifat kepribadian yang sesuai
untuk memperdalam pemahaman tentang faktor-faktor internal yang mendasari pola gaya
hidup.
Minuman protein ini adalah cara cepat dan nyaman untuk dimakan saat bepergian. Aspek
penting yang diperkirakan akan mendorong perluasan target pasar adalah meningkatnya
permintaan minuman berprotein tinggi dan semakin populernya gaya hidup sehat. Minuman
ini juga menawarkan cara praktis untuk mendapatkan protein saat dalam pelarian.
Ketersediaan minuman berprotein siap minum dalam berbagai rasa juga menjadi faktor
penting yang diharapkan dapat mendukung pertumbuhan industri minuman berprotein.
3. Pada tahun 2014, Bank Indonesia meluncurkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNTT) yaitu
gerakan dari Bank Indonesia sebagai otoritas moneter di Indonesia untuk mendorong
penggunaan instrumen non-tunai sebagai alat pembayaran. Transaksi non-tunai berarti transaksi
atau pembayaran melalui media non uang seperti kartu debit, kartu kredit, anjungan tunai
mandiri (ATM), uang elektronik, cek dan lain sebagainnya. Sistem transaksi ini mengalami
perkembangan cukup pesat di berbagai negara dewasa ini seiring dengan perkembangan
teknologi, salah satunya dengan trasnsaksi melalui smartphone. Pada lingkungan negara-negara
ASEAN, pada awal tahun 2019, angka transaksi pembayaran melalui smartphone di Indonesia
ada pada angka 47 persen. Namun angka tersebut masih dibawah Vietnam dan Thailand yang
masing-masing mencapai 61 persen dan 67 persen (PwC, 2019). Anda diminta untuk membuat
konsep kampanye GNTT untuk meningkatkan pengetahuan konsumen tentang transasksi non-
tunai.
a. Jelaskan apa yang dimaksud pengetahuan konsumen dan apa peran pengetahuan
konsumen terhadap perilaku konsumen!
Pengetahuan konsumen yaitu sejumlah pengalaman dengan dan informasi tentang produk
atau jasa tertentu yang dipahami oleh seseorang. Dengan adanya peningkatan pengetahuan
konsumen individu, hal ini memungkinkan bagi konsumen untuk berfikir tentang produk di
antara sejumlah dimensi yang lebih besar dan membuat perbedaan yang baik diantara merek-
merek. Sebagai contoh, dimana seorang yang memiliki pengetahuan yang baik tentang jeruk
dapat berfikir dalam beberapa dimensi, seperti warna jeruk.
Pengetahuan konsumen dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan pembelian,
ketika konsumen memiliki pengetahuan yang banyak tentang suatu produk dan jasa tersebut
maka konsumen akan lebih baik dan lebih yakin dalam mengambil keputusan dalam membeli
barang maupun jasa.
b. Buatlah analisa terhadap aspek pengetahuan produk yang dapat digunakan untuk
menyusun kampanye GNTT! Jelaskan aspek pengetahuan produk dari layanan
transaksi non-tunai dan jelaskan bagaimana hal ini dapat digunakan untuk membujuk
konsumen untuk menggunakan transaksi non-tunai!
Dalam GNNT, kampanye difokuskan tidak hanya pada uang elektronik namun juga pada
transaksi non tunai lainnya, seperti menggunakan kartu kredit, kartu ATM, kartu ATM/debet,
melalui kliring dan RTGS. Dengan uang elektronik, masyarakat dapat bertransaksi non tunai
tanpa perlu memiliki rekening di bank, tanpa biaya administrasi, tanpa minimum transaksi
dan tanpa minimum saldo.
Penggunaan uang elektronik sebagai pembayaran non tunai memiliki potensi yang besar
dalam mengurangi peredaran uang tunai. Dalam pelaksanaannya, sistem pembayaran secara
elektronik memberikan berbagai kelebihan jika dibandingkan dengan sistem pembayaran
tunai dikarenakan lebih aman, praktis serta memiliki akses yang lebih luas.
Membujuk konsumen untuk menggunakan transaksi non tunai dapat dilakukan dengan
memberikan informasi mengenai manfaat apa saja yang diperoleh ketika menggunakan uang
elektronik. Penggunaan Uang Elektronik sebagai alat pembayaran dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
Memberikan kemudahan dan kecepatan dalam melakukan transaksi transaksi
pembayaran tanpa perlu membawa uang tunai.
Tidak lagi menerima uang kembalian dalam bentuk barang (seperti permen) akibat
padagang tidak mempunyai uang kembalian bernilai kecil (receh).
Sangat applicable untuk transaksi massal yang nilainya kecil namun frekuensinya tinggi,
seperti: transportasi, parkir, tol, fast food, dll.
Sumber referensi:
Sumarwan, Ujang. (2019). Perilaku Konsumen. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka