Anda di halaman 1dari 7

FORMAT JAWABAN TUGAS TUTON

Judul Tugas 2(DUA)

Kode & nama mata kuliah :

MKDK4002/PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Nama mahasiswa : YULANDARI SARUMAHA


NIM : 850053374
Prodi : PGSD S1
UPBJJ : UT 12 MEDAN

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Universitas Terbuka
2023.1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang


Maha Kuasa yang telah memberikan nikmat kesehatan
dan nikmat kesempatan, yang telah diberikan kepada
saya dalam membuat laporan ini dalam “TUGAS 2” pada
mata kuliah “Perkembangan Peserta didik”. Terimakasih
kepada dosen yang telah mengarahkan saya dalam
membuat laporan ini sehingga dapat selesai tanpa
terkendala.

Alasan saya dalam membuat tugas ini untuk


memenuhi tugas yang telah diberikan oleh dosen pada
mata kuliah ini. Semoga tugas saya ini sebagai bahan
referensi pada mahasiswa berikutnya pada perkuliahan ini
di Universitas Terbuka.

Demikian yang saya sampaikan semoga, tugas ini


dapat bermanfaat untuk kita semua.

Gunungsitoli, 08 MEI 2023

Penulis,

YULANDARI SARUMAHA
PEMBAHASAN

TUGAS II

1. Menjelaskan cara pengembangan bahasa anak

Jawab :

a. Tahap Pralinguistik.

Tahapan perkembangan bahasa anak usia dini yang pertama dibagi menjadi 2.

 Usia 0 – 3 bulan – Pada rentang usia ini, suara anak masih berasal dari
tenggorok. Mereka membuat suara yang menyenangkan dan
mengulangi suara yang sama berulang-ulang. Komunikasi antara bayi
dengan orangtuanya atau orang-orang di sekitarnya lebih bersifat
reflektif daripada terencana.

Pesan bagi orangtua, meskipun bayi belum mengerti dan belum bisa
mengungkapkan bentuk bahasa, tapi mereka mampu mengamati dan
memproduksi suara dengan cara unik. Jadi, ajaklah mereka
berkomunikasi dengan sederhana namun penuh ekspresi dan sentuhan
kasih sayang.

 Usia 4 – 12 bulan – Anak-anak lebih banyak menggunakan bibir dan


langit-langit. Mereka suka berceloteh ketika sendirian dan
memanfaatkan suara tanpa tangisan untuk menarik perhatian orang-
orang di sekitarnya. Mereka juga suka melakukan imitasi untuk
berbagai jenis bunyi atau suara. Akhir dari rentang usia ini ditandai
dengan pengucapan kata-kata pertama meskipun belum jelas
pengucapannya. Arti dari kata-kata pertama mereka lebih sering
merujuk pada benda, orang, tempat atau kejadian di lingkungan anak.

Misalnya, orangtua mengajarkan kata pertama anak untuk


menyebut “ma…ma” atau “pa…pa”
b. Tahap Protolinguistik

Usia 12 bulan – 2 tahun – Tahapan perkembangan bahasa anak usia dini pada
rentang usia ini ditandai dengan anak yang sudah mulai berceloteh beberapa
patah kata. Biasanya kosa katanya dapat mencapai 200 – 300 kata.

Anak-anak telah mampu menyusun 2 kata yang menyatakan sesuatu yang


berhubungan. Contohnya, “mama kerja” atau “mau main”. Melalui
interaksinya yang semakin luas, anak mulai belajar memanfaatkan bahasa
dalam percakapannya. Mereka mulai berbicara memakai kata-kata yang
tersimpan dalam memorinya. Jadi, usahakan untuk menyediakan lingkungan
positif bagi anak. Mulai dari kata-kata yang Anda ucapkan kepada mereka
hingga pembicaraan yang Anda lakukan dengan pasangan atau kerabat di
depan anak.

c. Tahap linguistik

Usia 2 – 6 tahun – Pada rentang usia ini anak mulai belajar tata bahasa dan
perkembangan kosa katanya mencapai 3000 buah. Ciri awal yang paling
menonjol dari pada tahap linguistik adalah cara bicara anak sudah mampu
dipahami secara keseluruhan. Mereka pun mampu memahami tata bahasa
secara sederhana yang berhubungan dengan kegiatan sehari-hari anak.
Misalnya, “Aku mau main sepeda”. Akhir dari periode ini, anak sudah mampu
menggunakan bahasa yang lebih rumit, seperti, “Aku mau baju warna hijau.
Warna merah tidak bagus”.

Karena bahasa adalah identitas dari sebuah kelompok.


Dengan ketrampilan berbahasa, kita mudah diterima oleh kelompok sebaya
dan mendapatkan kesempatan yang lebih banyak dibandingkan mereka yang
kurang terampil atau tidak memiliki kemampuan berbahasa yang baik.

2. mejelaskan cara pengembangan cara berpikir matematis anak

jawab :
Pengembangan kemampuan berpikir matematis pada anak harus dilakukan sesuai
dengan pengalaman realitas dimana semua anak menggunakan ide-ide matematis
yang kuat dengan kompetensi, kepercayaan diri dan keseruan. Adapun pengalaman
yang paling dekat dengan anak adalah permainan. Permasalah pengalaman realitas
anak dapat digali dari beberapa situasi, antara lain:

a) Situasi personal siswa (kehidupan sehari-hari siswa)


b) Situasi sekolah/akademik (kehidupan akademik di sekolah dan kegiatan-
kegiatan dalam proses pembelajaran siswa)
c) Situasi masyarakat (kehidupan dan aktivitas masyarakat sekitar siswa tinggal)
d) Situasi saintifik/matematik (sains atau matematika itu sendiri)

Dengan menerjemahkan hal-hal nyata ke dalam ide matematik sebagai proses


matematisasi hingga menerapkan kembali pengetahuan tersebut menjadi suatu
penyelesaian masalah, maka dapat dilakukan suatu pembelajaran berbasis permainan.

Contoh : dilakukan pembelajaran matematis dengan permainan tradisional, seperti


oray-orayan, pecle/engkle, dan galah asin.

Melalui pembelajaran ini kemampuan berpikir matematis anak akan lebih tampak dan
lebih antusias dalam menjalaninya. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan kemampuan
anak dalam menerapkan materi berbasis matematik dalam masalah yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari. Melalui bermain, anak dapat memahami dan
mempelajari dunia mereka, mengenal dunia didalam dan diluar dirinya.

3. menjelaskan merancang pembelajaran dengan mempetimbangkan sosial emosional


anak

jawab :

Strategi pembelajaran yang digunakan untuk perkembangan sosial emosional anak


ialah:

a) memahami apa yang dimaksud dari anak , mulai dari gerakan, tingkah laku,
dan aktifitas perkembangbiakan anak seperti tumbuh tinggi , tanggap , dan
cara dia aktif dalam bermain maupun mengenal lingkungan luar
b) menggunakan pembelajaran seperti diluar kelas maupun di alam sekitar ,
dengan tujuan menambah motorik anak maupun menambah semangat anak
anak dalam belajar.
c) membatasi penggunaan gadget dan diganti dengan permainan permainan
tradisional dan kegiatan yang disukainya , baik dengan bakat maupun
minatnya.

Proses pembelajaran anak tidak tergantung pada aspek inteligensi atau


kemampuan kognitif saja, tetapi juga dipengaruhi oleh aspek lain seperti aspek
perkembangan emosi dan sosial. Aspek emosi dan sosial ini sangat berpengaruh
terhadap prilaku anak kepada dirinya, orang lain dan lingkungannya. Pada anak usia
dini aspek sosial emosi ini dapat dikembangkan melalui pembelajaran sosial
emosional. Dimana pembelajaran sosial emosional adalah proses mengembangkan
keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk memperoleh kompetensi
sosial dan emosional sebagai modal anak dalam berinteraksi dengan dirinya, orang
lain dan lingkungan sekitar. Pembelajaran sosial emosional ini dapat dijadikan
sebagai awal dan dasar penanaman pendidikan karakter kepada anak usia dini. Ada
empat kompetensi kunci pengembangan dalam aspek sosial emosional anak; self-
awareness, self-management, social awareness, responsible decision making, dan
relationship management. Keempat kompetensi ini penting dikembangkan sejak usia
dini untuk membangun dan menanamkan keterampilan sosial anak. Karena dengan
mengembangkan keempat aspek sosial emosional anak tersebut akan berimplikasi
pada tertanamnya sifat-sifat baik/ karakter-karakter unggul pada diri anak dalam dunia
sosial. Metode-metode seperti bermain, modeling, story telling, drama dan lainnya
tepat digunakan untuk mengembangkan keempat keterampilan tersebut.
REFERENSI :

https://geografi.ums.ac.id/id/2021/01/19/pesona-gawai-dalam-pembelajaran-di-masa-
pandemi/ di akses tanggal 08-05-2023

https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPAUD/article/view/42680/23113 di akses
tanggal 08-05-2023

Anda mungkin juga menyukai