Anda di halaman 1dari 3

Menurut Miftah Thoha (1997) intervensi dimaksudkan untuk menetapkan cara-cara apakah yang

patut digunakan untuk merencanakan perbaikan berdasarkan masalah yang ditemukan dalam
proses diagnosis dan pemberian umpan balik.

Kita sering mendengar dari berbagai sumber dimana terdapat suatu instansi pemerintah atau
perusahaan swasta yang memberikan penataran atau pelatihan kepada para pegawainya. Apabila
setelah manajemen melakukan pengamatan dan penelitian kondisi organisasi tersebut, kemudian
membuat suatu kesimpulan dimana pelatih sebagai cara pemecahan yang terbaik bagi masalah
organisasi pada saat itu maka usaha yang dilakukan tersebut baik berupa pelatihan atau penataran
dapat digolongkan dalam salah satu hasil intervensi yang dilakukan oleh PO.

Jika kita mendengar kata intervensi maka yang mungkin terlintas pada pikiran kita adalah adanya
suatu tindakan yang sudah direncanakan dengan baik dan matang setelah diketahui terlebih
dahulu apa dan bagaimana objek yang akan di intervensi tersebut sehingga diharapkan intervensi
dapat berhasil sesuai dengan harapan.

Menurut Miftah Thoha (1997) yang perlu mendapat perhatian dalam merencanakan kegiatan
intervensi adalah berikut ini.

1. Kesiapan klien untuk melakukan perubahan


2. Kepastian bahwa perubahan tersebut masih dalam batas kekuasaan dan wewenangan
organisasi
3. Kesiapan sumber-sumber internal untuk membantu mengatur, memonitor, dan
memelihara proses perubahan.

Kategori intervensi

Dalam kegiatan pengembangan organisasi telah banyak dikembangkan model-model intervensi


yang beraneka macam bentuknya Huse ( dalam thoha, 1995) mengelompokkan intervensi PO
atau sebuah kategori sebagai berikut :

1. Konsultan perorangan
2. Latihan kelompok tak tersusun ( unstructured group training )
3. Latihan kelompok tersususn
4. Proses konsultasi
5. Survei pengembangan yang terpimpin
6. Penyusunan kembali pekerjaan
7. Sistem kepegawaian
8. Sistem informasi untuk menejemen dan pengawasan keuangan
9. Penyususn organisasi
10. Pendekatan yang terpadu

Dalam kasus UMR pemerintah Kabupaten/Kota berfungsi untuk menjembatani sekaligus


menjamin bahwa para pihak menyepakati kesepakatan penentuan UMR tersebut.
Apabila mengikuti konsep rencana intervensi yang dikemukakan oleh Miftah Thoha (1997)
maka intervensi yang bisa dilakukan pemerintah Kabupaten untuk menangani perbedaan
penetapan UMR diantara perusahaan dan serikat pekerja yaitu dengan syarat:
1. Apabila apara pihak (pihak perusahaan dan serikat pekerja) mau bermusyawarah besama dan
memberikan ruang bagi bekerjanya kewenangan yang dimiliki oleh pemrintah sebagai pihak
mediator sekaigus juga pemangku kepentingan yang memiliki kepentingana untuk mengambil
jalan tengah antara beroperasinya perusahaan dan terjaminnya kesejahteraana para karyawan.
Kondisi ini hanya akan tercipta apabila syarat kedua terpenuhi.

2. Kesiapan pihak perusahaan dan serikat pekerja (karyawan) untuk diatur oleh pemerintah
berdasarkan prinsip transparansi, akuntabilitas, dan efisiensi pengamblian kebijakan public yang
adil baik bagi para pengusaha maupun para karyawan.

3. Sumber-sumber internal yang ada dipemerintahan terutama yang berfungsi sebagai pengawas
dan pemberi sanksi agar supaya kesepakatan-kesepakatan tentang pengambilan keputusan UMR
dapat dilaksanakan oleh para pihak berkepentingan. Elemen intenal ini bisa dalam bentuk satuan
kerja khusus maupun dalam bentuk kebijakan-kebijakan yang mengikat para pihak agar patuh
terhadap keputusan yang disepakati.

Jika saya ditunjuk dalam Tim Pengembangan Pemerintah Kabupaten X, hal-hal apa saja yang
harus mendapat perhatian Anda dalam merencanakan kegiatan intervensi menyangkut penetapan
upah minimum di kabupaten tersebut adalah
1.Mengumpulkan data sebanyak-banyaknya.
2.Dalam pengambilan keputusan harus seimbang dengan kekuasaan yang dimiliki dalam
organisasi
3.Restrukturisasi organisasi agar struktur organisasi yang tepat akan tercapai suatu organisasi
yang efektif dan efisien.
4.Sistem imbalan baru dimana perlu dibuat suatu program imbalan yang mengaitkan jumlah
imbalan yang diterima seorang pegawai dengan kinerja yang dilakukannya.
5.Mempertimbangkan berbagai bentuk insentif dan pendapatan pegawai diluar gaji atau
tunjangan yang sifatnya ruti, dihitung berdasarkan kinerja tim kelompok dan prodeuktivitas kerja
kelompok bukan semata berdasarkan kinerja individual.

Maka dari hal ini jika saya adalah Tim Pengembangan Pemerintah Kabupaten , maka hal-hal
yang harus mendapat perhatian dalam merencanakan kegiatan intervensi menyangkut penetapan
upah minimum di kabupaten adalah :
a) Mempelajari perubahan - perubahan sesuai dengan kondisi esensial yang dapat memotivasi
organisasi agar dapat melakukan perubahan - perubahan dengan mengetahui konsekuensi yang
mungkin ada dan cara mengatasi dampak serta memiliki solusi dalam memecahkan masalah -
masalah yang mungkin terjadi.
b) Setelah itu, hal yang harus diperhatikan adalah kejelasan tujuan dalam organisasi, kemudian
harus adanya adaptasi serta rencana kerja dan strategi dalam membangun kesadaran.
c) Akan adanya perubahan yang mungkin terjadi , maka harus dapat mendiagnosa kondisi
organisasi, dan menggambarkan visi yang diperlukan dengan pengetahuan yang mampu
membawa perubahan ke arah yang di inginkan oleh organisasi sebagai tujuan akhir untuk
keberhasilan dalam meningkatakan efektifitas dan efisiensi organisasi tersebut.
Sehingga suatu organisasi dapat memiliki keterampilan menciptakan, menguasai dan
mempelajarkan pengetahuan serta dengan perubahan perilakunyadengan mampu melakukan
kilas balik terhadap pengetahuan baru serta pandangannya yaitu Memiliki otonomi, Memiliki
daya tangkal terhadap intervensi pihak eksternal, dan Menghasilkan kualitas asli (Genuine
Quality)

Referensi :

Istianda, Meitia, et.al. (2019). Buku Materi Pokok ADPU4441; Pengembangan Organisasi.
Tangerang Selatan. Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai