Anda di halaman 1dari 6

Nama : Zian Anjani

Nim : 048803555

Kode Matkul : MKWU4108

Kelas tuton : Bahasa Indonesia 609

Tugas Ke : 1

1. Jelaskan fungsi bahasa menurut M.A.K. Halliday.


Fungsi ragam bahasa jenis jargon menurut Halliday (dalam Pranowo, 1996:93) ada tujuh.

- Pertama, pada fungsi instrumental, bahasa berfungsi menghasilkan kondisi-kondisi


tertentu dan menyebabkan terjadinya peristiwa-peristiwa tertentu. Fungsi instrumental
yakni fungsi bahasa yang dilihat dari segi pendengar atau lawan bicara. Dalam hal ini
bahasa mengatur tingkah laku pendengar. Di sini bahasa tidak hanya membuat si
pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan yang sesuai dengan yang
diinginkan si pembicara.
- Pada fungsi regulasi, bahasa berfungsi sebagai pengawas, pengendali, atau pengatur
peristiwa atau berfungsi untuk mengendalikan serta mengatur orang lain. Tuturannya
dapat berupa bentuk larangan, ancaman, peraturan, persetujuan, penolakan atau
perjanjian.
- Ketiga, pada fungsi representasi, bahasa berfungsi untuk membuat pernyataan,
menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan, atau melaporkan realitas
sebenarnya sebagaimana yang dilihat atau dialami orang.
- Keempat, pada fungsi interaksional, bahasa berfungsi menjamin dan memantapkan
ketahanan dan keberlangsungan komunikasi serta menjalin interaksi sosial.
Keberhasilan interaksi ini menuntut pengetahuan secukupnya mengenai logat, jargon,
lelucon sebagai bumbu komunikasi, cerita rakyat (folklore), adat-istiadat dan budaya
setempat (termasuk di dalamnya tata krama pergaulan).
- Kelima, fungsi ini melibatkan penggunaan bahasa untuk memperoleh ilmu
pengetahuan sebanyak-banyaknya dan mempelajari selukbeluk lingkungannya.
Fungsi ini mengingatkan dengan apa yang sering disebut pertanyaan, sebab fungsi ini
sering disampaikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang menuntut jawaban.
- Keenam, fungsi ini memberi kesempatan kepada pembicara untuk mengekspresikan
perasaan, emosi pribadi, serta reaksi-reaksi yang mendalam. Dalam hal ini bahasa
yang dipakai untuk berkomunikasi biasanya menunjukkan kepribadian seseorang.
Dari bahasa yang dipakai oleh seseorang maka akan diketahui apakah dia sedang
marah, jengkel, sedih, gembira, dan sebagainya.
- Ketujuh, bahasa berfungsi sebagai pencipta sistem, gagasan, atau kisah yang
imajinatif. Fungsi ini biasanya untuk mengisahkan cerita-cerita, dongeng-dongeng,
membacakan lelucon, atau menuliskan cerpen, novel, dan sebagainya.
- Jelaskanlah perkembangan (peningkatan) bahasa Indonesia berdasarkan hasil.

2. Jelaskanlah perkembangan (peningkatan) bahasa Indonesia berdasarkan hasil Kongres


VII s.d. XI dengan menggunakan peta konsep (mind mapping).

Kongres Bahasa Indonesia VII di Jakarta (26-30 Oktober 1998). Hasil


kesimpulan dari kongres ini, menghasilkan usulan dibentuknya Badan
Pertimbangan Bahasa Indonesia.

Kongres Bahasa Indonesia VIII Jakarta (14-17 Oktober 2003). Pada kongres ini,
para pemerhati dan pakar bahasa Indonesia menyimpulkan bahwa berdasarkan
Kongres Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang menyatakan
bahwa para pemuda memiliki satu bahasa, yakni bahasa Indonesia dan bulan
Oktober ditetapkan sebagai Bulan bahasa.

Kongres Bahasa Indonesia IX di Jakarta (28 Oktober - 1 November 2008).


Kongres ini dilaksanakan dalam rangka memperingati 100 tahun Kebangkitan
Nasional, 80 tahun Sumpah Pemuda, dan memperingati 60 tahun berdirinya
Pusat Bahasa.

Kongres Bahasa Indonesia IX di Jakarta (28 Oktober - 1 November 2013). Di


kongres ini dihadiri oleh sekitar 1.168 peserta dari seluruh Indonesia dan luar
negeri.

Kongres Bahasa Indonesia XI di Jakarta (28 Oktober - 31 Oktober 2018).


Kongres ini digelar dengan mengusung tema "Menjayakan Bahasa dan Sastra
Indonesia". Dalam Kongres ini, diluncurkan beberapa produk kebahasaan dan
kesastraan seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia Braile, Buku Bahasa dan Peta
Bahasa, Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) Daring, dan lainnya.
3. Bacalah artikel berikut dengan menerapkan teknik SQ3R!
Sisi Positif Parenting Budaya Jepang
Oleh: Buyung Okita

Parenting menjadi isu yang hangat dewasa ini. Semakin tinggi kesadaran masyarakat untuk
lebih mempelajari bagaimana ilmu-ilmu parenting agar dapat diimplementasikan bagi putra-
putrinya, atau sebagai bekal untuk membina rumah tangga di kemudian hari. Terdapat 4 jenis
gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif, dan terlalu protektif. berikut
adalah sedikit penjelasan mengenai keempat gaya asuh tersebut.

1. Hubungan antara orang tua dan anak yang sangat dekat

Ibu dan anak memiliki hubungan yang sangat dekat. Setidaknya sampai usia 5 tahun anak tidur
bersama orangtuanya. Ibu juga selalu menemani di manapun anaknya berada. Tidak jarang kita
melihat ibu menggendong anaknya sambil melakukan kegiatan rumah seperti menyapu,
memasak, berbelanja, dan lain-lain. Bahkan hampir setiap perempuan yang telah melahirkan
dan menjadi ibu rela untuk berhenti bekerja dan fokus untuk mendidik anaknya di rumah.

Pada usia 0-5 tahun, anak juga diajak untuk bersosialisasi dengan keluarga dan kerabat
sehingga dapat lebih mengenal saudara dan mudah bersosialisasi. Orang tua di Jepang juga
beranggapan bahwa sebisa mungkin menemani putra-putrinya sehingga anak merasakan kasih
sayang orangtuanya.

2. Orang tua adalah cerminan anak

Setelah fase usia 5 tahun, anak boleh bereksplorasi melakukan sesuatu, lalu usia 5-15 tahun
anak mulai diajari untuk melakukan kegiatan seperti membersihkan rumah, belajar untuk
disiplin, dan melakukan apa yang dilakukan oleh orang tua. Fase ini mengajari anak-anak untuk
dapat berkontribusi melakukan cara-cara yang telah dilakukan secara turun temurun. Pada fase
ini orangtua memberikan batasan yang jelas mengenai hak dan kewajiban anak, apa yang boleh
dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.

Oleh karena itu kegiatan pendidikan moral di sekolah juga mulai diajarkan, tidak hanya sebagai
mata pelajaran yang diselipkan pada mata pelajaran lain. Di sini anak diajarkan dan diberikan
ruang untuk melakukan kegiatan sosial seperti saling melayani, kegiatan makan siang di
sekolah, dan kegiatan lain yang juga kerap dilakukan di sekolah-sekolah Indonesia. Kegiatan
sekolah dan rumah yang bersifat rutin, meskipun terkesan monoton merupakan cara Jepang
untuk menbuat anak-anak belajar untuk disiplin.

3. Orang tua dan anak adalah setara

Setelah anak berusia 15 tahun, orang tua mulai memberikan ruang agar anak dapat lebih
mandiri dengan mengurangi batasan yang diterapkan pada fase sebelumnya. Hubungan tidak
hanya sebagai orang tua dan anak, tetapi juga sebagai teman dan setara. Anak didukung untuk
menjadi pribadi yang mandiri, dapat berpikir dan menentukan pilihan dan lebih bersifat
demokratis.

Fase ini mempersiapkan anak untuk melakukan kegiatan keterampilan bagi dirinya sendiri
dan keluarga serta belajar bertingkah laku yang baik dan sopan (menurut adat Jepang). Anak
mulai diajarkan independent (mandiri) dan dipersiapkan untuk dapat siap menjadi orang
dewasa. Setelah usia 20 tahun anak dianggap resmi menjadi dewasa dengan biasanya.

4. Memperhatikan tentang perasaan dan emosi

Selain mengajari dan mempersiapkan anak untuk dapat hidup di komunitas sosial masyarakat
yang lebih luas, anak juga diberikan semangat untuk dapat memahami dan menghormati
perasaanya sendiri. Orang tua mengajarkan anaknya untuk melakukan hal yang tidak
mempermalukannya. Contohnya tidak menegur anaknya atau menasehati anaknya di muka
umum ketika melakukan hal yang dirasa kurang pantas. Orangtua memilih menunggu situasi
dan tempat yang lebih privasi untuk menasehatinya. Anak diajarkan untuk dapat memiliki sikap
empati dan saling menghormati orang lain.

Orang tua di Jepang tidak menggangap gaya asuh mereka menjadi gaya asuh yang terbaik.
Begitu pula dewasa ini nilai budaya barat pun menginsipirasi cara orangtua di Jepang dalam
mendidik anaknya. Meskipun terjadi pergeseran dan perubahan, namun gaya asuh orang tua di
Jepang yang menyayangi putra-putrinya tidak berubah.

Setelah membaca gaya asuh orang tua di Jepang, dapat dipahami bahwa gaya asuh mereka
merupakan perpaduan antara sedikit gaya permisif dan gaya authoritative (berwibawa).
Demikian, perbedaan gaya asuh orang tua di amerika dan gaya asuh orang tua di Jepang
Dimodifikasi dari:
https://www.kompasiana.com/buyungokita/%205f22b2a4d541df59d84bebe2/sisi-positif-
parenting-budaya-jepang?page=all#section2

a) Temukanlah informasi awal, identitas, dan topik artikel! (langkah survey)


Informasi awal : Parenting menjadi isu yang hangat dewasa ini. Semakin tinggi kesadaran
masyarakat untuk lebih mempelajari bagaimana ilmu-ilmu parenting agar dapat
diimplementasikan bagi putra-putrinya, atau sebagai bekal untuk membina rumah tangga di
kemudian hari. Terdapat 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif,
dan terlalu protektif. berikut adalah sedikit penjelasan mengenai keempat gaya asuh tersebut.
Identitas :
- Nama penulis : Buyung Okita
- Judul : Sisi Positif Parenting Budaya Jepang

Topik artikel : Parenting

b) Buatlah tiga pertanyaan yang relevan dengan isi teks! (langkah question)
1. Pada usia berapa anak diberikan batasan yang jelas mengenai hak dan kewajiban oleh
orangtuanya?
2. Ada berapa jenis gaya parenting yang di sebutkan di awal artikel?
3. Apa maksud dari poin ke-tiga orang tua dan anak adalah setara?

c) Temukanlah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sudah dibuat pada


nomor 2! (langkah read)
1. Pada usia 5-15 tahun ini orangtua memberikan batasan yang jelas mengenai hak dan
kewajiban anak, apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
2. Terdapat 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif, dan
terlalu protektif.
3. Setelah anak berusia 15 tahun, orang tua mulai memberikan ruang agar anak dapat lebih
mandiri dengan mengurangi batasan yang diterapkan pada fase sebelumnya. Hubungan
tidak hanya sebagai orang tua dan anak, tetapi juga sebagai teman dan setara.

d) Catatlah dengan bahasa sendiri jawaban-jawaban yang sudah ditemukan pada


nomor 3! (langkah recite)
1. Pada usia 5-15 tahun anak sudah diberitahu hal apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan, dan batasan yang jelas mengenai hak dan kewajiban.
2. Pada awal artikel dituliskan ada 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter,
berwibawa, permisif, dan terlalu protektif.
3. Saat anak telah mencapai umur 15 tahun, mereka dididik agar menjadi lebih mandiri
dengan cara mengurangi batasan yang diterapkan sebelumnya agar hubungan tidak
hanya sebagai orang tua dan anak, tetapi bisa sebagai teman dan setara.

e) Catatlah informasi utama dari artikel di atas! (langkah review)


Menurut artikel diatas terdapat 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter,
berwibawa, permisif, dan terlalu protektif. Contoh gaya asuh nya adalah hubungan
antara orang tua dan anak yang dekat, orang tua adalah cerminan anak, orang tua dan
anak adalah setara, dan yang terakhir memperhatikan perasaan dan emosi. Dapat
dipahami bahwa gaya asuh orang tua di Jepang merupakan perpaduan antara sedikit
gaya permisif dan gaya authoritative (berwibawa).

Setiawan, F (2018). KEMBARA: (Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya)


Volume 4, Nomor 1, hlm 48-55.

Repelita, T (2018). SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA (Ditinjau dari


Prespektif Sejarah Bangsa Indonesia)

Anda mungkin juga menyukai