UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2020/21.1
Tugas :1
SOAL
Jawab :
Parenting menjadi isu yang hangat dewasa ini. Semakin tinggi kesadaran
masyarakat untuk lebih mempelajari bagaimana ilmu-ilmu parenting agar dapat
diimplementasikan bagi putra-putrinya, atau sebagai bekal untuk membina rumah
tangga di kemudian hari. Terdapat 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter,
berwibawa, permisif, dan terlalu protektif, berikut adalah sedikit penjelasan mengenai
keempat gaya asuh tersebut.
Secara sederhana gaya asuh otoriter adalah gaya asuh di mana orang tua
memaksakan kehendaknya tanpa memperhatikan atau mempedulikan bagaimana
perspektif sang anak.
Gaya asuh orang tua berwibawa adalah gaya asuh di mana orang tua menjadi
panutan yang teladan, memberikan batasan yang cermat untuk putra-putrinya, dan
memberikan pujian untuk upaya yang telah putra-putrinya lakukan.
Gaya asuh permisif adalah gaya asuh di mana orang tua tidak memberikan
batasan kepada anak-anaknya, semisal tidak memberikan garis yang jelas apa yang
boleh dilakukan atau tidak. Memercayakan putra-putrinya untuk melakukan apa yang
ia inginkan, cenderung tidak mengintervensi kecuali untuk hal yang bersifat sangat
serius.
2. Orang tua adalah cerminan anak Studi di Amerika dan Jepang pernah
dilakukan untuk mengetahui bagaimana orang tua mengasuh anaknya. Orang
tua di Amerika cenderung bersifat netral dan menunjukan anak cara untuk
membuat suatu piramida, sesudah itu membiarkan anaknya untuk membuat
piramida dengan apa yang telah diajarkan atau dengan caranya sendiri.
Sedangkan orang tua di Jepang cenderung mentransmisikan apa yang ia
lakukan kepada anaknya, sehingga orang tua sepenuhnya menjadi role model
bagi anaknya. Setelah fase usia 5 tahun, anak boleh bereksplorasi melakukan
sesuatu, lalu usia 5-15 tahun anak mulai diajari untuk melakukan kegiatan
seperti membersihkan rumah, belajar untuk disiplin, dan melakukan apa yang
dilakukan oleh orang tua. Fase ini mengajari anak-anak untuk dapat
berkontribusi melakukan cara-cara yang telah dilakukan secara turun temurun.
Pada fase ini orangtua memberikan batasan yang jelas mengenai hak dan
kewajiban, apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
Oleh karena itu kegiatan pendidikan moral di sekolah juga mulai
diajarkan, tidak hanya sebagai mata pelajaran yang diselipkan pada mata
pelajaran lain. Di sini anak diajarkan dan diberikan ruang untuk melakukan
kegiatan sosial seperti saling melayani, kegiatan makan siang di sekolah, dan
kegiatan lain yang juga kerap dilakukan di sekolah-sekolah Indonesia.
Kegiatan sekolah dan rumah yang bersifat rutin, meskipun terkesan monoton
merupakan cara Jepang untuk menbuat anak-anak belajar untuk disiplin.
3. Orang tua dan anak adalah setara setelah anak berusia 15 tahun, orang
tua mulai memberikan ruang agar anak dapat lebih mandiri dengan
mengurangi batasan yang diterapkan pada fase sebelumnya. Hubungan tidak
hanya sebagai orang tua dan anak, tetapi juga sebagai teman dan setara. Anak
didukung untuk menjadi pribadi yang mandiri, dapat berpikir dan menentukan
pilihan dan lebih bersifat demokratis.
Fase ini mempersiapkan anak untuk melakukan kegiatan keterampilan
bagi dirinya sendiri dan keluarga serta belajar bertingkah laku yang baik dan
sopan (menurut adat Jepang). Anak mulai diajarkan independent (mandiri)
dan dipersiapkan untuk dapat siap menjadi orang dewasa. Setelah usia 20
tahun anak dianggap resmi menjadi dewasa dengan biasanya diadakan
upacara hari kedewasaan yang diselenggarakan di distrik/kota setempat yang
diikuti oleh pemuda berusia 20 tahun
4. Memperhatikan tentang perasaan dan emosi Selain mengajari dan
mempersiapkan anak untuk dapat hidup di komunitas sosial masyarakat yang
lebih luas, anak juga diberikan semangat untuk dapat memahami dan
menghormati perasaanya sendiri. Orang tua mengajarkan anaknya untuk
melakukan hal yang tidak mempermalukannya. Contohnya tidak menegur
anaknya atau menasehati anaknya di muka umum ketika melakukan hal yang
dirasa kurang pantas. Orangtua memilih menunggu situasi dan tempat yang
lebih privasi untuk menasehatinya. Anak diajarkan untuk dapat memiliki
sikap empati dan saling menghormati orang lain.
Orang tua di Jepang tidak menggangap gaya asuh mereka menjadi
gaya asuh yang terbaik. Begitu pula dewasa ini nilai budaya barat pun
menginsipirasi cara orangtua di Jepang dalam mendidik anaknya. Meskipun
terjadi pergeseran dan perubahan, namun gaya asuh orang tua di Jepang yang
menyayangi putra-putrinya tidak berubah.
Setelah membaca gaya asuh orang tua di Jepang, dapat dipahami
bahwa gaya asuh mereka merupakan perpaduan antara sedikit gaya permisif
dan gaya authoritative (berwibawa). Demikian, perbedaan gaya asuh orang tua
di amerika dan gaya asuh orang tua di Jepang
2. Buatlah tiga pertanyaan yang relevan dengan isi teks! (langkah question)
Mengapa penting untuk mempelajari Parenting?
Jelaskan apa yang dimaksud dengan jenis gaya asuh otoriter,
berwibawa, permisif, dan protektif!
Jelaskan bagaimana cara orang Jepang mengasuh anak mereka setelah
berumur 15 tahun?
Secara sederhana gaya asuh otoriter adalah gaya asuh di mana orang
tua memaksakan kehendaknya tanpa memperhatikan atau
mempedulikan bagaimana perspektif sang anak. Gaya asuh orang tua
berwibawa adalah gaya asuh di mana orang tua menjadi panutan yang
teladan, memberikan batasan yang cermat untuk putra-putrinya, dan
memberikan pujian untuk upaya yang telah putra-putrinya lakukan.
Gaya asuh permisif adalah gaya asuh di mana orang tua tidak
memberikan batasan kepada anak-anaknya, semisal tidak memberikan
garis yang jelas apa yang boleh dilakukan atau tidak. Memercayakan
putra-putrinya untuk melakukan apa yang ia inginkan, cenderung tidak
mengintervensi kecuali untuk hal yang bersifat sangat serius. Gaya
asuh overprotektif adalah gaya asuh di mana orangtua sangat
melindungi putra-putrinya dari segala hal buruk, rasa sakit,
pengalaman yang buruk, dan lain-lain. Karena itu banyak membatasi
putra-putrinya di berbagai aspek.
Yang dilakukan orang tua setelah anak berusia 15 tahun adalah mulai
memberikan ruang agar anak dapat lebih mandiri dengan mengurangi
batasan yang diterapkan pada fase sebelumnya. Hubungan tidak hanya
sebagai orang tua dan anak, tetapi juga sebagai teman dan setara. Anak
didukung untuk menjadi pribadi yang mandiri, dapat berpikir dan
menentukan pilihan dan lebih bersifat demokratis. Fase ini
mempersiapkan anak untuk melakukan kegiatan keterampilan bagi
dirinya sendiri dan keluarga serta belajar bertingkah laku yang baik
dan sopan (menurut adat Jepang). Anak mulai diajarkan independent
(mandiri) dan dipersiapkan untuk dapat siap menjadi orang dewasa.
Setelah usia 20 tahun anak dianggap resmi menjadi dewasa dengan
biasanya diadakan upacara hari kedewasaan yang diselenggarakan di
distrik/kota setempat yang diikuti oleh pemuda berusia 20 tahun.
4. Catatlah dengan bahasa sendiri jawaban-jawaban yang sudah ditemukan pada
nomor 3! (langkah recite)
Jawab :
Seperti yang telah kita ketahui bahwa, guru pertama kali dari seorang
manusia adalah orang tuanya. Orang tua sangat berperan penting bagi
perkembangan anaknya baik cara berpikirnya, jiwa sosialnya maupun
kepribadiannya. Maka dari itu parenting sangatlah penting untuk
dipelajari oleh siapapun yang akan menjadi orang tua atau bagi yang
sudah menjadi orang tua. Jika orang tua mengerti dengan baik
bagaimana cara mendidik, mengasuh serta membimbing anak maka
anak itu pun akan tumbuh dengan baik. Mindsetnya tertata
rapih, perilakunya terjaga, tidak melenceng dari aturan, dan berbakti
kepada kedua orang tuanya.
Gaya asuh otoriter adalah gaya asuh di mana orang tua memaksakan
kehendaknya tanpa mempedulikan sang anak. Gaya asuh orang tua
berwibawa adalah gaya asuh di mana orang tua menjadi panutan yang
teladan. Gaya asuh permisif adalah gaya asuh di mana orang tua tidak
memberikan batasan kepada anak-anaknya, semisal tidak memberikan
garis yang jelas apa yang boleh dilakukan atau tidak. Gaya asuh
overprotektif adalah gaya asuh di mana orangtua sangat melindungi
putra-putrinya dan banyak membatasi putra-putrinya di berbagai
aspek.
Yang dilakukan orang tua setelah anak berusia 15 tahun adalah mulai
memberikan ruang agar anak dapat lebih mandiri dengan mengurangi
batasan yang diterapkan pada fase sebelumnya. Anak didukung untuk
menjadi pribadi yang mandiri, dapat berpikir dan menentukan pilihan
dan lebih bersifat demokratis. Anak mulai diajarkan independent dan
dipersiapkan untuk dapat siap menjadi orang dewasa.
Sewindu Riset Pesisir, Data Karbon Biru Padang Lamun Indonesia Tercapai
Oleh: Dr. A'an Johan Wahyudi
PADANG lamun merupakan ekosistem laut dangkal yang didominasi oleh
tumbuhan lamun, yaitu tumbuhan berbunga yang telah beradaptasi dengan air asin.
Laut Indonesia tercatat memiliki 13 spesies lamun dari 60 spesies yang tercatat di
dunia.
Tidak seperti ekosistem terumbu karang dan mangrove, padang lamun
mendapat perhatian yang relatif minim. Namun demikian, hasil riset di seluruh dunia
menyatakan berbagai nilai penting dari padang lamun terutama karena layanan
ekosistemnya.
Layanan ekosistem yang dimaksud misalnya sebagai tempat pemijahan dan
pembesaran berbagai spesies ikan, penyaring material tersuspensi pada air laut,
sumber makanan mamalia laut dugong, dan layanan karbon biru untuk mitigasi
perubahan iklim.
Istilah karbon biru (blue carbon) digunakan untuk karbon yang diserap,
disimpan dan dilepaskan kembali oleh ekosistem vegetasi laut (mangrove dan padang
lamun). Karbon biru menjadi layanan ekosistem yang penting terutama karena terkait
aksi mitigasi perubahan iklim melalui penurunan emisi karbon
Target penurunan emisi karbon Sesuai dengan inisiatif Pembangunan Rendah
Karbon (PRK), Indonesia memiliki target penurunan emisi karbon sebesar 29% (atau
41% dengan bantuan luar negeri) relatif terhadap business as usual (BAU) sampai
tahun 2030.
Target penurunan emisi ini salah satunya harus disumbangkan oleh sektor laut
dan perikanan, dengan terlebih dahulu menentukan beberapa prasyarat. Prasyarat
minimal antara lain penentuan faktor emisi alih lahan ekosistem pesisir, catatan
perubahan luas area, dan neraca karbon (cadangan dan serapan karbon) ekosistem
vegetasi pesisir termasuk padang lamun.
Ketika pertama kali isu karbon biru mendapat perhatian peneliti Indonesia
satu dekade terakhir, langkah awal yang dilakukan adalah melakukan riset mengenai
cadangan dan serapan karbon ckosistem pesisir. Pengembangan metode riset di
Indonesia dilakukan dengan mengacu pada perkembangan terakhir riset karbon biru
di dunia.
Namun demikian, berbagai panduan dan metode riset umumnya
menitikberatkan pada sampling lapangan dan analisis laboratorium dengan sarana
yang canggih dan maju. Kendala ini menjadi salah satu tantangan di Indonesia,
terutama karena tidak banyak peneliti yang mendapatkan kesempatan melakukan riset
karbon biru dengan sarana memadai.
Sementara itu, wilayah cakupan nasional Indonesia sangat luas, apalagi jika
ditargetkan untuk memperoleh data yang representatif secara nasional untuk data
faktor emisi dan neraca karbon yang diperlukan dalam perhitungan penurunan emisi
karbon pada konteks PRK.
Riset karbon biru padang lamun menemukan momentumnya sekitar awal
tahun 2013 lalu, ketika dimulainya riset untuk menentukan neraca karbon, di samping
inventarisasi dan riset ekologis ekosistem.
Namun, terkendala oleh sarana laboratorium dan akses lapangan, wilayah
Indonesia yang luas tidak cukup terwakili. Tercatat hanya ada sembilan lokasi di
Indonesia yang telah diteliti dalam rangka riset karbon biru. Tentunya sebaran
wilayah ini masih jauh dari cukup.
Meskipun demikian, terdapat data dan informasi terkait padang lamun
(biomas, kepadatan dan persentase tutupan) di sekitar 19 lokasi di Indonesia yang
diperoleh dari program COREMAP-CTI.
Termotivasi oleh inisiatif PRK, pada tahun 2018 peneliti dari berbagai
lembaga tergerak untuk saling berbagi data dan informasi terkait riset karbon biru.
Data lengkap neraca karbon padang lamun dari sembilan lokasi kemudian
dikombinasikan dengan data dari 19 lokasi lainnya.
Model statistik yaitu Robust Linear Mixed Models (FLMMs) digunakan
untuk menentukan korelasi antar parameter padang lamun terkait neraca karbon, yaitu
biomassa, kepadatan, persentase tutupan, cadangan karbon, dan serapan karbon.
Hanya ada 13 lokasi (dari 28 lokasi) yang cukup lengkap untuk digunakan datanya
dalam penentuan formula model.
Hasil kerja tim peneliti tersebut akhimya dapat dipublikasikan dalam majalah
ilmiah internasional, Ocean Science Journal (https://rdcu.be/b14ic) pada tahun 2020.
Hasilnya, perhitungan neraca karbon padang lamun di Indonesia dapat
dilakukan dengan memanfaatkan formula yang telah dikembangkan. Data dasar
terkait padang lamun (biomassa, kepadatan, dan persentase tutupan) yang banyak
tersedia di lembaga penelitian daerah dan universitas dapat dikonversi ke nilai neraca
karbon dengan formula yang tersedia pada publikasi ilmiah tersebut.
Hasil riset tersebut juga dapat memperkirakan total cadangan karbon yang
tersimpan di ekosistem padang lamun Indonesia yaitu sekitar 1.005 kilo ton karbon
dengan potensi penyerapan karbon sebesar 7,4 mega ton karbon per tahun. Rata-rata
cadangan karbon lamun di Indonesia tercatat maksimum sebesar 0,36 dan 0,79 ton
karbon per hektar, masing-masing untuk cadangan karbon atas dan bawah
permukaan.
Seagrass Carbon Converter (SCC), faktor emisi karbon, dan PRK Sebagai
tindak lanjut agar hasil riset dapat dengan mudah dipakai oleh pemangku
kepentingan, maka dikembangkanlah sebuah aplikasi berbasis web, yaitu Seagrass
Carbon Converter SCC dibuat dengan mengacu pada formula untuk mengkonversi
nilai biomas, kepadatan dan persentase tutupan lamun menjadi nilai cadangan dan
serapan karbon
SCC diharapkan menjadi alternatif yang memudahkan bagi praktisi di daerah
dalam hal pelaporan potensi neraca karbon biru ekosistem padang lamun. Pelaporan-
pelaporan semacam ini biasanya secara rutin diminta oleh sekretariat PRK untuk
dipantau dan dievaluasi dalam kaitannya target penurunan emisi karbon
Berdasarkan nilai rata-rata cadangan karbon padang lamun nasional, maka
kita bisa menentukan faktor emisi aktivitas antropogenik alih guna lahan padang
lamun yaitu sebesar 0,05 ton karbon. Nilai ini adalah 4% dari rata-rata cadangan
karbon (jumlah cadangan karbon atas dan bawah permukaan = 1.15 ton karbon),
Konstanta 4% berdasarkan hasil riset sebelumnya bahwa, setiap hektar padang
lamun akan mulai melepas karbon ke udara secara bertahap sebesar 4% per tahun dari
total cadangan karbon tersimpan dimulai sejak terjadinya kerusakan atau alih guna
lahan.
SCC dalam konteks penentuan faktor emisi dan pelaporan PRK, dapat
dimanfaatkan berbasis data lokal sesuai dengan luasan area, kepadatan, biomassa
maupun persentase tutupan padang lamun. Sehingga faktor emisi juga dapat
ditentukan dan disesuaikan dengan kondisi riil di daerah dimana padang lamun
berada.
Hal ini cukup relevan dengan fakta bahwa kondisi padang lamun akan
berbeda di satu tempat dengan tempat lainnya mengikuti skala mikro atau meso
ekosistem. Artinya, dengan demikian SCC dapat memenuhi target Tier 2 (atau
bahkan Tier 3) dalam konteks aksi mitigasi perubahan iklim. Dr.
A'an Johan Wahyudi Diplomat Sains ASEAN 2020; Peneliti Madya Bidang
Biogeokimia Laut Pusat Penelitian Oseanografi - Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI).