Anda di halaman 1dari 10

EKONOMI POLITIK RADIKAL

(STRUKTURALISME)
KELOMPOK IV
Almae

( GAC 115 062 )

Alviani Lestari

( GAC 115 035 )

Septy Lia

( GAC 115 066 )

Tri Yusia

( GAC 115 002 )

Tri Seltiana ( GAC 115 083 )


Novia
( GAC 115 043 )
( GAC 115 062 )
Boy Steven ( GAC 115 082 )

Chandra W.A

BAB

I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah Amerika Serikat memerdekan diri dari negara negara induknya pada
akhir abad ke 18, negara negara Amerika Latin pada awal abad ke 19. Yang
menjadi pertanyaan mengapa negara Amerika Latin relatif terbelakang
dibanding Amerika Serikat. Persepsi awal tentang keterbelakangan yang
dialami negara negara Amerika Latin lebih disebabkan oleh faktor kelemahan
diri, seperti kemalasan, kesedihan dan keangkuhan. Selanjutnya
kecenderungan dari yang semula menyalahkan diri sendiri berubah dengan
mencari penyebab dari faktor luar. Kebetulan mereka menemukan kambing
hitam, bahwa terbelakangnya negara negara Amerika Latin karena sudah sejak
lama dieksploitasi oleh negara negara industri maju terutama oleh Amerika
Serikat.
Hasil penelitian ECLA yang dipimpin Prebisch membawa dampak dengan
muncul berbagai kritik terhadap teori teori yang berasal dari Barat, yang
paling terasa di negara Amerika Latin. Dalam kelompok strukturalisme
memanfaatkan perjuangan kelas internasional antara para pemilik modal dan
kaum buruh. Untuk memperbaiki nasib dan kedudukan mereka, kaum buruh
dunia perlu mengambil inisiatif untuk mengembangkan kekuasaan golongan
kelaspemerintah yang hanya menjadi alat dari pusat metropolitan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah dan Perkembangan Strukturalisme ?
2. Bagaimana Pendekatan Ekonomi Strukturalisme ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah dan Perkembangan Strukturalisme
Strukturalisme atau yang juga dikenal dengan nama Neo-Marxisme, Marxisme
Struktural, dan Marxisme Ilmiah dalam Ilmu Hubungan Internasional merupakan
suatu ajaran yang percaya akan bahwa struktur sistem internasional sangat
ditentukan oleh tingkah laku individu antar negara dan ditujukan sebagai batasan
atas pembuatan berbagai keputusan sebelum diputuskan oleh pemerintahan suatu
negara. Di dalam pandangan ini terdapat aktor lain selain negara. Dalam hal
pengambilan keputusan didasarkan pada isu-isu yang memiliki pengaruh lebih besar
atau lebih kecil terhadap struktur. Strukturalisme secara akademisi dimulai dari
pendekatan ilmu budaya dan sosial yang berusaha untuk membuka pola-pola dan
struktur yang tertutup dari elemen-elemen penting terhadap pola-pola tersebut yang
telah dibangun.
Strukturalisme berakar pada pemikiran Karl Marx akhir atau Neo-Klasik yang banyak
bernaung pada organisasi dibawah gerakan Kiri Baru (New Left). Terdapat dua unsur
dalam pemikiran Marx yang sangat berpengaruh terhadap pendekatan ini. Pertama,
ramalannya mengenai runtuhnya kapitalisme yang tidak terelakan. Kedua, etika humanis
yang meyakini bahwa manusia pada hakikatnya baik, dan dalam keadaan tertentu yang
menguntungkan akan dapat membebaskan diri dari lembaga-lembaga yang menindas,
menghina dan menyesatkan.
Strukturalisme dianggap sebagai kritikan terhadap realisme dan liberalisme dengan tujuan
untuk menciptakan dunia yang lebih adil karena kelahiran kapitalisme telah menciptakan
tatapan yang tidak adil, dan hubungan ekonomi global yang sekarang ini merupakan
rancangan sedemikian rupa untuk menguntungkan kelas-kelas sosial tertentu sehingga
menciptakan kelas-kelas sosial yang dimana dalam perspektif strukturalisme hal ini harus
dihapuskan.

B Pendekatan Ekonomi Politik Strukturalisme


Perspektif ini berkembang dari pemikiran para pengkritik liberalisme.
Perspektif strukturalis berkembang sebagai reaksi terhadap meluasnya
liberalisme di abad 19. Aliran strukturalis telah banyak mempengaruhi berbagai
tafsiran historis tentang masalah masalah yang dihadapi oleh negara Amerika
Latin. Pertama struktur perdagangan luar negeri Amerika Latin yang hanya
berperan sebagai pengekspor komoditas bahan mentah ke negara maju.
Kedua, dalam pertanian disebabkan struktu kepemilikan dan penguasaan
tanah, perilaku non ekonomis yang memiliki lahan luas untuk gengsi sosial
untuk melindungi diri dari inflasi. Ketiga, pendapatan yang timpang kekayaan
dan kekuasaan politik golongan elit akan menghambat mobilitas sosial (Thee
Kian Wie, 1987).
Sedangkan menurut Swasono (2003) berpendapat bahwa strukturalisme
paham yang menolak ketimpangan struktural sebagai sumber ketidakadilan
soaial ekonomi. Pengikut aliran strukturalis berusaha mengungkapkan
sekaligus mengusut ketimpangan ketimpangan struktural yang diakibatkan
pemusatan penguasaan dan pemilikan aset ekonomi, ketimpangan distribusi
pendapatan, roduksi dan kesempatan ekonomi

Kaum strukturalis menolak mekanisme pasar bebas karena mereka menilai


ketidakadilan soaial ekonomi yang korbannya golongan kelas bawah. Mekanisme
pasar diartikan suatu mekanisme dimana kelompok masyarakat yang tidak cukup
memiliki tenaga beli akan tersisih oleh arus pasar. Pasar bebas tidak mampu
mengatasi ketimpangan struktural justru mendorong ketimpangan struktural serta
memperenggang persatuan nasional. Dari ajaran Neo klasik percaya bahwa
kompetisi akan membawa masyarakat pada kemakmuran dari pada kerjasama,
namun kaum strukturalis lebih mengutamakan kerjasama. Bagi kaum strukturalis
ekonomi pasar bebas dunia lebih banyak menimbulkan kemiskinan dari pada
kemakmuran, meningkatkan angka pengangguran dari pada menciptakan lapangan
kerja, menimbulkan ketimpangan dari pada pemerataan. Pendukung strukturalis
sepakat bahwa internasionalisasi kapital, produksi dan perdagangan bebas hanya
akan memberdayakan (ekonomi dan politik) kelompok kaya dan daya beli tinggi
serta menyengsarakan kaum golongan bawah. Kaum strukturalis pada umumnya
menolak mekanisme pasar bebas . karena mereka menilai mekanisme pasar bebas
tersebut secara inheren cenderung menimbulkan ketidakadilian sosial-ekonomi .
Sritiua Arief dalam kata sambutannya untuk buku Sri Edi Swasono berjudul
Ekspose Ekonomika Globalisme dan Kompetensi Sarjana Ekonomi (2003) .
Mengutip pendapat J. K Galbraith yang mengatakan bahwa sistem modal,
produksi, dan perdagangan dalam konteks hubungan ekonomi internasional yang
bebas akan menimbulkan terbentuknya sistem hubungan harta antar pelaku
ekonomi yang mengakibatkan pemberdayaan ekonomi dan politik bagi kalangan
aktor ekonomi yang mapan, dengan korbannya adalah golongan kelas bawah
(underclass) ,yaitu golongan ekonomi rakyat.

Hal senada ini disampaikan oleh Sri Edi Swasono (2003) : Mekanisme pasar
diartikan sebagai suatu mekanisme dimana kelompok-kelompok masyarakat yang
tidak cukup memiliki tenaga beli akan tersisih oleh arus pasar dan hanya jadi
penonton., terpinggirkan, dan tersapu keluar serta berada diluar transaksi
ekonomi. Pada bagian tulisan yang lain, Swasono menulis pasar bebas ramah
pada mereka yang memiliki daya beli, tetapi diskriminatif terhadap mereka yang
tidak berkecukupan . Oleh karena itu, naf sekali kalau mengharapkan pasar
mampu mengatasi ketimpangan struktural,, baik dalam tatanan nasional maupun
internasional.

Pasar bebas terbukti tidak omniscient dan ommipotent, tidak self-regulating


dan self-correcting. Pasar bebas juga tidak mampu mengatasi , justru
memperkukuh, ketimpangan structural dan mendorong polarisasi sosialekonomi. Serta memperenggang integrasi sosial dan persatuan nasional.
Pasar bebas memelihara sisten ekonomi subordinasi yang eksploratif, non
partisipasif, dan nonemansipatif, atas kerugian yang lemah. Oleh karena itu,
baik Spiritua Arief maupun Sri Edi Swasono sama-sama menolak dan
menentang segala sesuatu yang berkaitan dengan pasar bebas dalam ruang
lingkup internasional yang tidak adil.

Selain menolak teori pasar bebas, Spiritua Arief dan Sri Edi Swasono juga menolak
teori invisible hand. Oleh kaum strukturalis, prinsip kepentingan pribadi dengan
perilaku homo economicus hanya akan melahirkan akhlak homo homeni lupus.
Swasono memperingatkan, jika asumsi asumsi Neoklasik yang diterapkan , maka
apa yang disebut invisble hand oleh Adam Smith bisa berubah menjadi
imperfect hand atau bahkan dirty hand

Kepincangan terjadi karena pola produksi yang hanya mengakomodasi selera


dan tuntutan ekonomis kelompok kaya dan tidak member perhatian terhadap
kepentingan kelompok miskin , pola investasi yang mengarah pada rentier
consumption, dan pola konsumsi yang timpang. Untuk meluruskan
ketimpangan-ketimpangan struktural Swasono menganggap perlu
dikembangkannya kooperativisme sekaligus dibatasinya insting dan obsesi
kompetitivisime serta diperlukannya intervensi pasar oleh negara.
Kaum strukturalis banyak menunjukkan kelemahan ajaran ekonomi Neoklasik
yang bersifat parsial . Menurut mereka salah satu kelemahan Neoklasik adalah
kegagalan pasar dan ketidaksempurnaan pasar dalam menyelesaikan micromacro rift, dimana antara ekonomi mikro dengan ekonomi makro tidak saling
terhubung. Artinya, efisiensi ekonomi yang dikembangkan berdasarkan tataran
mikro tidak sesuai atau tidak terhubung bahkan bertentangan dengan efisiensi
pada tataran makro. Walau pakar pakar Neoklasik mengakui kompetisi bebas
dan invisible hand akan membawa perekonomian pada alokasi sumber daya
yang efisien dan berujung pada Pareto Optimality. Hingga sekarang para pakar
ini belum mampu menjawab bagaimana Edgeworth Box dapat mendinamisasi
dan merestrukturisasi berbagai ketimpangan yang terdapat dalam
masyarakat. Ini menyebabkan ekonomi Neoklasik berdasarkan mekanisme
persaingan pasar bebas tidak mampu mengatasi ketimpangan ketimpangan
struktural.

Adapun salah satu contoh studi kasus yang kami sebagai berikut :
IMF memperingatkan negara miskin semakin menderita karena krisis
ekonomi dunia, kemungkinan memerlukan tambahan bantuan.
Dana Moneter Internasional, IMF mengeluarkan laporan baru yang
menyatakan negara negara miskin lebih dipengaruhi krisis ekonomi dunia
saat ini, dibandingkan masa lalu. Mereka lebih terintegrasi ke dalam
ekonomi internasional dibandingkan sebelumnya. Pengaruhnya
kemungkinan akan lebih kecil dirasakan karena berkurangnya
perdagangan, penanaman modal asing dan dana yang dikirimkan
penduduk yang bekerja di luar negeri. Direktur IMF Dominique Strauss
Kahn mengatakan negara negara pendonor perlu meningkatkan
dukungan, bukannya mengurangi. Dia mengatakan pada saat dimana
mereka mengeluarkan ratusan milyar dolar bagi paket stimulus dan
bantuan, seharusnya mereka lebih banyak memberikan bantuan kepada
negara berpenghasilan rendah.
Strauss Kahn menambahkan krisis ini membawa pengaruh negatif
kepada keuntungan yang baru didapat dengan susah payah pada
pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, kemiskinan yang memburuk dan
peningkatan stabiltas ekonomi. Dia mengatakan IMF sudah meningkatkan
bantuan bagi negara berpenghasilan rendah tahun lalu, dan sudah siap
untuk memberikan bantuan tambahan. Tetapi jumlahnya masih rendah.

IMF merupakan kepanjangan tangan dari kapitalisme. Asumsi ini berdasar Teori
Ketergantungan, yang menganggap ketergantungan sebagai gejala yang sangat umum
ditemui pada negara-negara miskin, disebabkan faktor eksternal, lebih sebagai
masalah ekonomi dan polarisasi regional ekonomi global (Barat dan Non-Barat,negara
industri dan negara ketiga, atau utara-selatan), dan kondisi ketergantungan adalah anti
pembangunan atau tak akan pernah melahirkan pembangunan dan tidak lebih
merupakan bentuk imprialisme baru.
Keterbelakangan adalah label untuk negara dengan kondisi teknologi dan ekonomi
yang rendah diukur dari sistem standarisasi negara maju penganut kapitalisme.
Karakteristik struktur ekonomi internasional tersebut, memungkinkan negara yang
memiliki power yang dominan untuk menciptakan aturan-aturan yang mengendalikan
aktifitas-aktifitas ekonomi internasional dalam rangka memenuhi kepentingankepentingan yang dimilikinya. Sebagai akibatnya terciptalah pola hubungan yang
bersifat asimetris di antara negara hegemon dengan negara lainnya yang berujung
pada ketergantungan negara dunia ketiga kepada negara hegemon, baik itu dari segi
ekonomi maupun politik, bahkan tidak jarang perubahan pada struktur domestik
sebuah negara yang tergantung ditentukan oleh pola hubungan yang asimetris
tersebut.
IMF merupakan suatu alat kebijakan negara pusat kapitalisme yaitu Amerika Serikat
dengan tujuan untuk memastikan keamanan dan mobilitas modal dengan tujuan akhir
untuk menciptakan arus investasi yang baik, namun pada prakteknya IMF malah
merusak pasar negara-negara miskin dengan menerapkan utang luar negeri tanpa
menimbang efek-efek yang akan terjadi di negara-negara tersebut. Melalui kacamata
strukturalisme, fenomena diatas dianggap sebagai suatu jebakan yang dibuat oleh IMF
agar negara-negara miskin tetap dalam cengkraman kapitalisme global meskipun
posisi negara-negara kapitalis sedang terjerambat krisis. Penarikan kesimpulan ini
merupakan hal yang sesuai dengan pandangan strukturalisme yang menyatakan bahwa
institusi internasional seperti layaknya

BAB III
KESIMPULAN
Bagi kaum strukturalis, ekonomi pasar bebas dunia lebih banyak
menimbulkan kemiskinan daripada kemakmuran, meningkatkan angka
pendapatan daripada penciptaan lapangan kerja, menimbulkan
ketimpangan dibanding pemerataan, mengakibatkan ketidakpastian
daripada stabilitas, mengakibatkan kerusakan budaya ketimbang
kemajuan.
Kaum strukturalis banyak mengejek ekonomi pasar bebas Neoklasik dan
Neoliberalisme serta globalisasi capital, produksi, dan perdagangan. Sayang,
mereka tidak (belum) mampu menyusun sibulus dan materi secara rapi untuk
diajarkan di kelas seperti yang sudah dikembangkan oleh pakar-pakar ekonomi
neoklasik. Ini yang menyebabkan pandangan mereka kurang diperhatikan, dan
makin lama makin diabaikan.

Anda mungkin juga menyukai