JAWA TIMUR
NAMA KELOMPOK :
2017
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan
berupa kesehatan , kesempatan kepada penulis sehingga maampu menyelesaikan
Laporan Praktek Kuliah Lapangan ini.Laporan Praktek Kuliah Lapangan ini berjudul
Implementasi Kebijakan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak
Pengendalian Penduduk Dan Keluarga BerencanaKota Batu.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dengan
segala kekurangannya. Untuk itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran dari
semua pihak demi kesempurnaan dari Laporan Praktek Kuliah Lapangan ini. Akhir
kata kami berharap, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan
mahasiswa-mahasiswi dan pembaca sekaligus demi menambah pengetahuan
tentang Praktek Kuliah Lapangan.
Penulis
Anggota Kelompok
2
DAFTAR ISI
BAB I ........................................................................................................................ 5
PENDAHULUAN....................................................................................................... 5
BAB II ....................................................................................................................... 9
DESKRIPSI DINAS................................................................................................. 18
BAB IV .................................................................................................................... 21
3
4.2 Sumber Daya............................................................................................ 23
BAB V ..................................................................................................................... 31
PENUTUP .............................................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 32
4
BAB I
PENDAHULUAN
Kota batu adalah salah satu ibukota yang ada di provinsi Jawa Timur.
Kota Batu dahulu merupakan bagian dari Kabupaten Malang, yang kemudian
ditetapkan menjadi kota administratif pada 6 Maret 1993. Pada tanggal 17
Oktober 2001, Batu ditetapkan sebagai kota otonom yang terpisah dari
Kabupaten Malang. Sebagai kota yang tergolong masih muda, dalam upaya
mencegah terjadi atau mengurangi tingginya tingkat pertumbuhan penduduk
di Kota Batu,DP3AP2KB (Dinas Pemberdayaan Perempuan. Perlindungan
Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana)Kota Batu juga
berperan aktif dalam hal ini. Keluarga Berencana (KB) adalah program
program BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional)
Kota Batu untuk menyeimbangkan jumlah penduduk dan pertumbuhan
penduduk. Program keluarga berencana oleh Dinas Pemberdayaan
Perempuan. Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga
5
Berencana (DP3AP2KB) dibuat untuk membentuk sebuah keluarga yang
sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran dan merencanakan
keluarga. Tujuan lain diadakannya Program Keluarga Berencana adalah
untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak untuk mewujudkan NKKBS
(Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) adalah dasar perwujudan
masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran juga untuk
mengendalikan laju pertambahan penduduk.
6
yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk
mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif.
Dari pengertian-pengertian diatas memperlihatkan bahwa kata
implementasi bermuara pada mekanisme suatu sistem. Berdasarkan
pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa implementasi
adalah suatu kegiatan yang terencana, bukan hanya suatu aktivitas dan
dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma-norma
tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu, implementasi tidak
berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh objek berikutnya yaitu kurikulum.
Implementasi kurikulum merupakan proses pelaksanaan ide, program atau
aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat menerima dan
melakukanperubahan terhadap suatu pembelajaran dan memperoleh hasil
yang diharapkan.
Sasaran program Kampung KB di Dusun Sawahan, Desa Giripurno,
Kecamatan Bumiaji Kota Batu adalah masyarakat Dusun Sawahan, Desa
Giripurno, Kecamatan Bumiaji Kota Batu, Provinsi Jawa Timur dimana
program ini sudah dijalankan sekitar bulan Maret tahun 2016
(malangvoice.com). Dengan adanya program Kampung KB tersebut,
kelompok tujuh Mata Kuliah Kebijakan Publik ingin menganalisis tentang
program tersebut. Maka berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas
kelompok tujuh Mata Kuliah Kebijakan Publik mengambil judul: Implementasi
Program Kampung KB (Keluarga Berencana) di Kota Batu oleh DP3AP2KB
(Dinas Pemberdayaan Perempuan. Perlindungan Anak, Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana).
7
1.3 Tujuan
Tujuan yang hendak kami capai dalam pembuatan laporan PKL Kota
Batu adalah sebagai berikut:
1. Menyelesaikan tugas mata kuliah Kebijakan Publik (KP)
2. Menambah pengetahuan dan pengalaman mahasiswa.
3. Mengembangkan potensi, etika, estetika, dan pratika.
4. Untuk memupuk rasa cinta terhadap tanah air.
5. Dapat menerapkan ilmu dan pengetahuan yang telah didapat sehingga
dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
1.4 Manfaat
Manfaat yang hendak kami capai dalam pembuatan laporan PKL Kota
Batu adalah sebagai berikut:
1. Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Kebijakan Publik (KP)
2. Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman mahasiswa.
3. Untuk mengembangkan potensi, etika, estetika, dan pratika.
4. Untuk memupuk rasa cinta terhadap tanah air.
5. Dapat menerapkan ilmu dan pengetahuan yang telah didapat sehingga
dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
6. Bermanfaat bagi pembaca dalam menambah pengetahuan mengenai
seputar objek wisata.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
9
sehubungan adanya hambatan-hambatan tertentu sambil mencari peluang-
peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.
Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa kebijakan adalah
suatu tindakan yang bermaksud untuk mencapai tujuan, sedangkan
kebijakan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Kawasan Terbatas
Merokok (KTM) di Universitas Pembanguan Nasional “Veteran” Jawa Timur
adalah suatu kebijakan yang dibuat Pemerintah Daerah yang telah diatur
dalam Perda No.5/2008 untuk memberikan perlindungan yang efektif dari
bahaya asap rokok, memberikan ruang dan lingkungan yang bersih dan
sehat bagi masyarakat dan melindungi kesehatan masyarakat secara umum
dari dampak buruk merokok baik langsung maupun tidak langsung.
10
organisasi publik yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan.
Adapun makna implementasi menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul
Sabatier (1979) sebagaimana dikutip dalam buku Solihin Abdul Wahab
(2008: 65), mengatakan bahwa:
Implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu
program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian
implementasi kebijaksanaan yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan
yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijaksanaan Negara
yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun
untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-
kejadian.
Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
implementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan-tujuan dan
sasaran-sasaran ditetapkan atau diidentifikasi oleh keputusan-keputusan
kebijakan. Jadi implementasi merupakan suatu proses kegiatan yang
dilakukan oleh berbagai aktor sehingga pada akhirnya akan mendapatkan
suatu hasil yang sesuai dengan tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran
kebijakan itu sendiri.
Terdapat beberapa teori dari beberapa ahli mengenai implementasi
kebijakan, yaitu:
1. Teori George C. Edward
Edward III (dalam Subarsono, 2011: 90-92) berpandangan bahwa
implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yaitu:
a. Komunikasi, yaitu keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan
agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan, dimana yang
menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada
kelompok sasaran (target group), sehingga akan mengurangi distorsi
implementasi.
b. Sumberdaya, meskipun isi kebijakan telah dikomunikasikan secara
jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya
11
untuk melaksanakan, maka implementasi tidak akan berjalan efektif.
Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, misalnya
kompetensi implementor dan sumber daya finansial.
c. Disposisi, adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh
implementor, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila
implementor memiliki disposisi yang baik, maka implementor tersebut dapat
menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh
pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang
berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan
juga menjadi tidak efektif.
d. Struktur Birokrasi, Struktur organisasi yang bertugas
mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap implementasi kebijakan. Aspek dari struktur organisasi adalah
Standard Operating Procedure (SOP) dan fragmentasi. Struktur organisasi
yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan
menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks,
yang menjadikan aktivitas organisasi tidak fleksibel.
Menurut pandangan Edwards (dalam Budi Winarno, 2008: 181)
sumber-sumber yang penting meliputi, staff yang memadai serta keahlian-
keahlian yang baik untuk melaksanakan tugas-tugas mereka, wewenang
dan fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk menerjemahkan usul-usul di
atas kertas guna melaksanakan pelayanan-pelayanan publik.
Struktur Birokrasi menurut Edwards (dalam Budi Winarno, 2008:
203) terdapat dua karakteristik utama, yakni Standard Operating
Procedures (SOP) dan Fragmentasi :
SOP atau prosedur-prosedur kerja ukuran-ukuran dasar berkembang
sebagai tanggapan internal terhadap waktu yang terbatas dan sumber-
sumber dari para pelaksana serta keinginan untuk keseragaman dalam
bekerjanya organisasi-organisasi yang kompleks dan tersebar luas.
Sedangkan fragmentasi berasal dari tekanan-tekanan diluar unit-unit
birokrasi, seperti komite-komite legislatif, kelompok-kelompok kepentingan
12
pejabat-pejabat eksekutif, konstitusi negara dan sifat kebijakan yang
mempengaruhi organisasi birokrasi pemerintah.
13
c. Kepatuhan dan daya tanggap.
Menurut Meter dan Horn (dalam Subarsono, 2011: 99) ada lima
variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yakni standar dan
sasaran kebijakan, sumberdaya, komunikasi antarorganisasi dan penguatan
aktivitas, karakteristik agen pelaksana dan kondisi sosial, ekonomi dan
politik.
14
b. Faktor kedua adalah kejelasan, jika kebijakan-kebijakan
diimplementasikan sebagaimana yang diinginkan, maka petunjuk-
petunjuk pelaksanaan tidak hanya harus diterima oleh para pelaksana
kebijakan, tetapi juga komunikasi kebijakan tersebut harus jelas.
Seringkali instruksi-intruksi yang diteruskan kepada pelaksana kabur
dan tidak menetapkan kapan dan bagaimana suatu program
dilaksanakan.
c. Faktor ketiga adalah konsistensi, jika implementasi kebijakan ingin
berlangsung efektif, maka perintah-perintah pelaksaan harus
konsisten dan jelas. Walaupun perintah-perintah yang disampaikan
kepada pelaksana kebijakan jelas, tetapi bila perintah tersebut
bertentangan maka perintah tersebut tidak akan memudahkan para
pelaksana kebijakan menjalankan tugasnya dengan baik.
15
total program KB sebagai upaya mewujudkan keluarga sejahtera yang
berkualitas.
Kampung KB adalah satu kesatuan wilayah setingkat
desa/kelurahan/dusun/RW yang mengimplementasikan operasional program
kependudukan, keluarga berencana, dan pembangunan keluarga (KKBPK)
dengan program-program lintas sektor terkait dan terintegrasi, dikelola dari,
oleh, dan untuk masyarakat melalui pemberdayaan untuk memberikan
kemudahan akses terhadap masyarakat menuju terbentuknya keluarga kecil
berkualitas. Kampung KB direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi oleh
dan untuk masyarakat.Pemerintah, Pemerintah daerah, lembaga non
pemerintah dan swasta berperan dalam fasilitasi dan pendampingan dan
pembinaan.
1. Tujuan Umum:
Meningkatkan kualitas hidup masyarakat di tingkat kampung
melalui program kependudukan, keluarga berencana, pembangunan
keluarga, serta pembangunan sektor terkait untuk mewujudkan
keluarga kecil berkualitas.
2. Tujuan Khusus:
a. Meningkatkan peran pemerintah, pemerintah daerah, lembaga non
pemerintah dan swasta, dalam memfasilitasi, pendampingan dan
pembinaan masyarakat untuk menyelenggarakan program
kependudukan, keluarga berencana, pembangunan keluarga dan
pembangunan sektor terkait.
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pembangunan
berwawasan kependudukan.
c. Meningkatkan jumlah peserta KB aktif modern.
d. Meningkatkan ketahanan keluarga melalui program Bina Keluarga
Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina Keluarga Lansia
(BKL).
e. Meningkatkan pemberdayaan keluarga melalui Kelompok UPPKS.
f. Menurunkan angka Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
16
g. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
h. Meningkatkan rata-rata lama sekolah penduduk usia sekolah.
i. Meningkatkan sarana dan prasarana pembangunan kampung.
j. Meningkatkan sanitasi dan lingkungan kampung yang sehat dan
bersih.
k. Meningkatkan kualitas keimanan para remaja/mahasiswa dalam
kegiatan keagamaan (pesantren kelompok ibadah/kelompok doa
ceramah keagamaan).
l. Meningkatkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air pada remaja
atau mahasiswa dalam kegiatan sosial budaya.
Analisis dalam PKL ini menggunakan teori dari Model yang diajukan
oleh Van Meterdan Van Horn menekankanpentingnya partisipasi
implementor dalam penyususnan tujuan kebijakan, namun pendekatan
mereka termasuk kategori pendekatan top-down. Mereka mengatakan
bahwa standardan tujuan kebijakan dikomunikasikan pada implementor
melalui jaringan interorganisasional. Dengan perkataan lain, para
implementor memahami serta menyetujui tujuan dan standar yang telah
ditetapkan, bukan turut menentukan tujuan dan standar
tersebut.Penggunaan teori tersebut dapat membantu untuk menganalisis
implementasi Program Kampung KB (Keluarga Berencana) di Kota Batu oleh
DP3AP2KB (Dinas Pemberdayaan Perempuan. Perlindungan Anak,
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana) secara mendalam.
17
BAB III
DESKRIPSI DINAS
Fungsi :
18
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan
tugas dan fungsi
Berdasarkan mandat yang diberikan dalam tugas pokok dan fungsi serta visi
Kepala Daerah maka visi Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan
dan Keluarga Berencana sebagi berikut :
Misi :
19
sumber untuk pemberdayaan ekonomi produktif dan peningkatan peran
perempuan menuju kesejahteraan keluarga dan masyarakat.
6. Pengembangan pusat perlindungan hak – hak anak, perempuan, dan
kesejahteraan keluarga melalui gerakan cinta keluargapengembangan
PKK sebagai motor pemberdayaan , pengarusutamaan dan
peningkatan
20
BAB IV
Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan laporan ini yaitu menganalisis
Implementasi Program Kampung Keluarga Berencana di Dusun Sawahan, Desa
Giripurno, Kecamatan Bumiaji Kota Batu, dengan fokus meliputi: 1. Tujuan
Kebijakan, 2. Sumber Daya, 3. Komunikasi, 4. Karakteristik Organisasi,
5.Lingkungan Politik, Sosial, dan Ekonomi, serta 6. Sikap Pelaksana. Berikut
diuraikan temuan hasil penelitian masing-masing fokus secara berurutan :
21
Temuan di lapangan tentang implementasi program Kampung KB,
didapat dari hasil wawancara dengan key Informan, dan berbagai informasi
yang di dapat dari berbagai bacaan tentang kampung KB yang ada di Batu
Hasil wawancara salah satu anggota kelompok tujuh (Luluk Ul magnun)
dengan Sekretaris Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak,
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Batu Dr. Sri Rahati
selaku key Informan , beliau mengatakan bahwa :
“......Iya memang berita di web tersebut benar program Kampung KB ini
sebenarnya juga merupakan salah program dari DP3AP2KB (Dinas
Pemberdayaan Perempuan. Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk
dan Keluarga Berencana) yang menganut program dari BKKBN. Di Kampung
KB ternyata sekarang tidak hanya masalah KB saja yang harus di
selesaikan. Namun, pendidikan remaja pendidikan balita juga perlu
diutamakan juga.....” (Hasil wawancara 03 Mei 2017)
22
kelompok-kelompok kegiatan seperti keluarga balita, bina keluarga remaja,
hingga lansia,” tandas Punjul.
“Jangan hanya seremonial ya, karena kami akan support dengan pelatihan
dan panduan-panduan dalam pelaksanaan Kampung KB,” jelas
Dwi...............”
23
daya biaya, sumber daya waktu untuk mendukung jalannya
Implementasi Program Kampung Keluarga Berencana di Dusun
Sawahan, Desa Giripurno, Kecamatan Bumiaji Kota Batu.
Dalam malangtimes.com tertulis bahwa :
24
Perwakilan BKKBN Provinsi, APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah), SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Keluarga Berencana,
Alokasi Dana Desa, atau lintas sektor terkait. Sebagaimana berita yang
tertulis pada beritasatu.com :
25
masyarakat atau kader-kader yang telah dibentuk. Kader yang bertugas
di Kampung KB di Dusun Sawahan, Desa Giripurno, Kecamatan
Bumiaji Kota Batu merupaka volunteer atau sukarelawan dengan
sumber daya manusia yang bervariasi yaitu dengan tidak mengenal
pendidikan terakhir, usia, dan keterbatasan lainnya. Yang terpenting
adalah spirit mereka untuk tetap menggerakan masyarakat untuk
melaksanakan program yang ada. Sedangkan sumber daya waktu,
progress Kampung KB di Dusun Sawahan, Desa Giripurno, Kecamatan
Bumiaji Kota Batu ini dilihat dalam kurun waktu 5 (lima) tahun yaitu
dengan melihat keberhasilan input yang ditandai dengan jumlah
PLKB/PKB Proposional, kuantitas dan kualitas IMP (Institusi
Masyarakat Pedesaan), ketersediaan dukungan operasional (anggaran)
untuk program KKBPK dari APBD dan APBN maupun sumber dana lain
seperti Anggaran Dana Desa, ketersediaan alat dan obat kontrasepsi
dan sarana pendukung lainnya.
Keberhasilan Proses dilihat dari peningkatan frekuensi dan
kualitas kegiatan advokasi, peningkatan kualitas pelayanan KB,
pertemuan berkala kelompok kegiatan Posyandu, BKB, BKR, BKL, dan
UPPKS.
Keberhasilan Output dilihat dari meningkatnya presentasi
peserta KB yang aktif, meningkatnya keikutsertaan KB MJKP, dan
semua masyarakat terlayani dalam masing-masing program yang ada.
1. Komunikasi
Komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari
implementasi kebijakan. Implementasi yang efektif terjadi apabila para pelaksana
sudah mengetahui apa yang akan mereka kerjakan. Dan pekerjaan yang mereka
kerjakan dapat berjalan dengan baik apabila komunikasi berjalan dengan baik.
Sehingga implementasi kebijakan harus dikomunikasikan dengan baik kepada
pihak – pihak yang terkait. Selain itu, kebijakan yang dikomunikasikan pun harus
tepat, akurat, dan konsisten.
26
Instansi-instansi terkait program Kampung KB di Dusun Sawahan, Desa
Giripurno, Kecamatan Bumiaji Kota Batu ini ada banyak, tergantung permasalahn
yang ada karena Kampung KB merupakan suatu sinergi program pembangunan.
Hasil wawancara dengan Sekretaris Dinas Pemberdayaan Perempuan,
Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Batu
Dr. Sri Rahati selaku key Informan mengetakan bahwa :
“Jangan hanya seremonial ya, karena kami akan support dengan pelatihan
dan panduan-panduan dalam pelaksanaan Kampung KB,” jelas Dwi....”
27
Setelah menguraikan hasil dari penelitian, maka penulis dapat menyatakan
bahwa komunikasi antarorganisasi yaitu dari BKKBN Provinsi Jawa Timur ke
PLKB Dusun Sawahan, Desa Giripurno, Kecamatan Bumiaji Kota Batu dan
masyarakat tidak ada masalah. Komunikasi antarorganisasi berjalan dengan
lancar dengan rapat koordinasi yang telah dilaksanakan oleh Kampung KB
setempat dengan BKKBN Provinsi Jawa Timur.
2. Karakteristik Organisasi
Karakteristik organisasi (termasuk kompetensi dan ukuran agen pelaksana,
tingkat kontrol hierarkis pada unit pelaksana terbawah pada saat implementasi,
dukungan politik dari eksekutif dan legislatif, serta keberkaitan formal dan
informal dengan lembaga pembuat kebijakan. Hal ini sangat penting karena
kinerja implementasi kebijakan akan sangat banyak dipengaruhi ciri – ciri yang
tepat serta cocok dengan para pelaksana kebijakan. Seberapa tegas para
pelaksana kebijakan dalam melaksanakan kebijakan program Kampung KB di
Dusun Sawahan, Desa Giripurno, Kecamatan Bumiaji Kota Batu.
Karakteristik dari Kampung KB Dusun Sawahan, Desa Giripurno,
Kecamatan Bumiaji Kota Batu, dalam pengimplementasian peraturan yaitu
sebagaimana yang diungkapkan oleh Sekretaris Dinas Pemberdayaan
Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana Kota Batu Dr. Sri Rahati, beliau mengatakan bahwa :
“.....Program ini didukung semua masyarakat meskipun ada program
bersalin gratis, dalam penyuluhan pun banyak yang berperan karena mereka
ingin maju dalam segala hal salah satunya ya ini untuk mensejahterahkan
kualitas hidup masyarakat dusun Sawahan.....” (Hasil wawancara 03 Mei 2017)
28
Salah satu kader KB saat memaparkan program KB ke warga setempat (fathul)
Sumber : malangvoice.com
29
program Kampung KB ini sebagaimana dijelaskan di berita malangtimes.com dan
malangvoice.com.
4. Sikap Pelaksana
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya
implementasi kebijakan adalah sikap atau kecenderungan para pelaksana dalam
pemahaman isi dan tujuan kebijakan, sikap atas kebijakan. Didalam pelaksanaan
Implementasi program Kampung KB, sikap pelaksana atau petugas yang
melaksanakan kebijakan dapat diwujudkan.
Dalam sikap pelaksana ini telah dijelaskan dalam sumber daya manusia
dan karakteristik dari semua pihak dan dapat dikatakan bahwasanya sikap
pelaksana yaitu Petugas instansi-instansi yang berperan dalam Keluarga
Berencana siap dan tanggap untuk melayani masyarakat untuk mengikuti
program Kampung KB.
30
BAB V
PENUTUP
31
DAFTAR PUSTAKA
http://info.metrokota.go.id/dinas-pemberdayaan-perempuan-perlindungan-anak-
pengadilan-penduduk-dan-keluarga-berancana/
http://kotabatu.jdih.jatimprov.go.id/download/PeraturanWalikota/PERWALI2013/33.T
UPOKSIBPMPKB.pdf
http://www.tobasamosirkab.go.id/badan-pemberdayaan-perempuan-dan-keluarga-
berencana
32
LAMPIRAN FOTO KEGIATAN
33