Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PKL

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN,


PERLINDUNGAN ANAK PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA
BERENCANA KOTA BATU

JAWA TIMUR

NAMA KELOMPOK :

1. CHIKA N AMANDA 1541010011


2. TRIANTO WILLI 1541010013
3. AZMI EL SAFFAH 1541010050
4. BAYU SEPTIAN 1541010058
5. LULUK UL MAGNUN 1541010078

ILMU ADMINISTRASI NEGARA (A)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN “VETERAN” JAWA TIMUR

2017

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan
berupa kesehatan , kesempatan kepada penulis sehingga maampu menyelesaikan
Laporan Praktek Kuliah Lapangan ini.Laporan Praktek Kuliah Lapangan ini berjudul
Implementasi Kebijakan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak
Pengendalian Penduduk Dan Keluarga BerencanaKota Batu.

Laporan Praktek Kuliah Lapangan ini merupakan tugas yang harus


diselesaikan oleh Kelompok Mahasiswa Jurusan Administrasi Negara program S1 di
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur.Tujuan utama dari kuliah
lapangan ini adalah untuk memantapkan teori dan praktek yang telah dipelajari di
kampus dan dapat diselesaikan dengan serta diaplikasikan di lapangan.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dengan
segala kekurangannya. Untuk itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran dari
semua pihak demi kesempurnaan dari Laporan Praktek Kuliah Lapangan ini. Akhir
kata kami berharap, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan
mahasiswa-mahasiswi dan pembaca sekaligus demi menambah pengetahuan
tentang Praktek Kuliah Lapangan.

Penulis

Anggota Kelompok

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. 2

DAFTAR ISI .............................................................................................................. 3

BAB I ........................................................................................................................ 5

PENDAHULUAN....................................................................................................... 5

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 5

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 7

1.3 Tujuan ........................................................................................................ 8

1.4 Manfaat ...................................................................................................... 8

BAB II ....................................................................................................................... 9

LANDASAN TEORI .................................................................................................. 9

2.1 Konsep Kebijakan Publik ............................................................................ 9

2.2 Konsep Implementasi ............................................................................... 10

2.3 Kampung Keluarga Berencana ................................................................. 15

BAB III .................................................................................................................... 18

DESKRIPSI DINAS................................................................................................. 18

3.1 Sejarah Awal Pembentukan Dinas............................................................ 18

3.2 Tugas dan Fungsi Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak,


Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana Kota Batu .......................... 18

3.3 Visi dan Misi Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak,


Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana Kota Batu .......................... 19

BAB IV .................................................................................................................... 21

HASIL STUDI LAPANGAN ..................................................................................... 21

4.1 Tujuan Kebijakan ...................................................................................... 21

3
4.2 Sumber Daya............................................................................................ 23

BAB V ..................................................................................................................... 31

PENUTUP .............................................................................................................. 31

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 32

LAMPIRAN FOTO KEGIATAN................................................................................ 33

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki penduduk
terbanyak di dunia. jumlah penduduk Indonesia berada di urutan ke empat
terbesar di dunia setelah berturut-turut China, India, Amerika Serikat dan
keempat adalah Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus
2010 mencapai angka 237.641.326 (www.bps.go.id). Dari tahun ke tahun
jumlah penduduk Indonesia semakin bertambah. Dari sensus tahun 1971-
2010, jumlah penduduk Indonesia semakin bertambah. Contoh kasus dalam
Provinsi Jawa Timur dari tahun 2011-2015 berturut-turut yakni 37.840.657
(2011), 38.106.590 (2012), 38.363.195 (2013), 38.610.202 (2014),
38.847.561 (2015).Hal ini tentunya memberikan berbagai dampak postif dan
negatif. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya jumlah penduduk
yaitu besarnya laju pertumbuhan penduduk atau tingginya tingkat
pertumbuhan penduduk.

Kota batu adalah salah satu ibukota yang ada di provinsi Jawa Timur.
Kota Batu dahulu merupakan bagian dari Kabupaten Malang, yang kemudian
ditetapkan menjadi kota administratif pada 6 Maret 1993. Pada tanggal 17
Oktober 2001, Batu ditetapkan sebagai kota otonom yang terpisah dari
Kabupaten Malang. Sebagai kota yang tergolong masih muda, dalam upaya
mencegah terjadi atau mengurangi tingginya tingkat pertumbuhan penduduk
di Kota Batu,DP3AP2KB (Dinas Pemberdayaan Perempuan. Perlindungan
Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana)Kota Batu juga
berperan aktif dalam hal ini. Keluarga Berencana (KB) adalah program
program BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional)
Kota Batu untuk menyeimbangkan jumlah penduduk dan pertumbuhan
penduduk. Program keluarga berencana oleh Dinas Pemberdayaan
Perempuan. Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga

5
Berencana (DP3AP2KB) dibuat untuk membentuk sebuah keluarga yang
sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran dan merencanakan
keluarga. Tujuan lain diadakannya Program Keluarga Berencana adalah
untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak untuk mewujudkan NKKBS
(Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) adalah dasar perwujudan
masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran juga untuk
mengendalikan laju pertambahan penduduk.

Pemerintah Kota Batu DP3AP2KB (Dinas Pemberdayaan Perempuan.


Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana)
mencanangkan Kampung Keluarga Berencana di Dusun Sawahan, Desa
Giripurno, Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Pencanangan kampung KB
tersebut adalah langkah untuk menjalankan kembali program pemerintah
mengenai Keluarga Berencana yang sudah mulai sedikit
peminatnya. Pencanangan Kampung KB ini merupakan langkah untuk
menyuluhkan kepada masyarakat agar dalam menerima pelayanan KB bisa
lebih efisien dan lebih cepat. Dalam masa pertumbuhannya, nantinya
masyarakat bisa hidup lebih berkualitas lagi. Jika pencapaian program
kampung KB di wilayah Dusun Sawahan, Desa Giripurno, Kecamatan
Bumiaji Kota Batu cukup baik, maka wilayah tersebut bisa dikatakan layak
sebagai percontohan Kampung KB. Diharapkan Kampung KB menjadi figur
pelaksanaan program Keluarga Berencana dan pembangunan keluarga
sejahtera di wilayah tingkat RW, Dusun, Kelurahan atau yang setara dengan
syarat atau kriteria yang telah ditentukan.
Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah
rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi
biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap sempurna.
Menurut Usman (2002:70), Implementasi adalah bermuara pada aktivitas,
aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem, implementasi bukan
sekedar aktivitas, tapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai
tujuan kegiatan. Dalam perkembangan studi implementasi kebijakan publik
Setiawan (2004:39) berpendapat, Implementasi adalah perluasan aktivitas

6
yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk
mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif.
Dari pengertian-pengertian diatas memperlihatkan bahwa kata
implementasi bermuara pada mekanisme suatu sistem. Berdasarkan
pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa implementasi
adalah suatu kegiatan yang terencana, bukan hanya suatu aktivitas dan
dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma-norma
tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu, implementasi tidak
berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh objek berikutnya yaitu kurikulum.
Implementasi kurikulum merupakan proses pelaksanaan ide, program atau
aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat menerima dan
melakukanperubahan terhadap suatu pembelajaran dan memperoleh hasil
yang diharapkan.
Sasaran program Kampung KB di Dusun Sawahan, Desa Giripurno,
Kecamatan Bumiaji Kota Batu adalah masyarakat Dusun Sawahan, Desa
Giripurno, Kecamatan Bumiaji Kota Batu, Provinsi Jawa Timur dimana
program ini sudah dijalankan sekitar bulan Maret tahun 2016
(malangvoice.com). Dengan adanya program Kampung KB tersebut,
kelompok tujuh Mata Kuliah Kebijakan Publik ingin menganalisis tentang
program tersebut. Maka berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas
kelompok tujuh Mata Kuliah Kebijakan Publik mengambil judul: Implementasi
Program Kampung KB (Keluarga Berencana) di Kota Batu oleh DP3AP2KB
(Dinas Pemberdayaan Perempuan. Perlindungan Anak, Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Implementasi Program Kampung KB (Keluarga
Berencana) di Kota Batu oleh DP3AP2KB (Dinas Pemberdayaan
Perempuan. Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana).

7
1.3 Tujuan
Tujuan yang hendak kami capai dalam pembuatan laporan PKL Kota
Batu adalah sebagai berikut:
1. Menyelesaikan tugas mata kuliah Kebijakan Publik (KP)
2. Menambah pengetahuan dan pengalaman mahasiswa.
3. Mengembangkan potensi, etika, estetika, dan pratika.
4. Untuk memupuk rasa cinta terhadap tanah air.
5. Dapat menerapkan ilmu dan pengetahuan yang telah didapat sehingga
dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

1.4 Manfaat
Manfaat yang hendak kami capai dalam pembuatan laporan PKL Kota
Batu adalah sebagai berikut:
1. Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Kebijakan Publik (KP)
2. Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman mahasiswa.
3. Untuk mengembangkan potensi, etika, estetika, dan pratika.
4. Untuk memupuk rasa cinta terhadap tanah air.
5. Dapat menerapkan ilmu dan pengetahuan yang telah didapat sehingga
dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
6. Bermanfaat bagi pembaca dalam menambah pengetahuan mengenai
seputar objek wisata.

8
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Kebijakan Publik


Secara etimologis, istilah kebijakan atau policy berasal dari
bahasaYunani “polis” berarti negara, kota yang kemudian masuk ke dalam
bahasa Latin menjadi “politia” yang berarti negara. Akhirnya masuk ke dalam
bahasa Inggris “policie” yang artinya berkenaan dengan pengendalian
masalah-masalah publik atau administrasi pemerintahan. Istilah “kebijakan”
atau “policy” dipergunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor (misalnya
seorang pejabat,suatu kelompok maupun suatu badan pemerintah) atau
sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu. Pengertian kebijakan
seperti ini dapat kita gunakan dan relatif memadai untuk keperluan
pembicaraan-pembicaraan biasa, namun menjadi kurang memadai untuk
pembicaraan-pembicaraan yang lebih bersifat ilmiah dan sistematis
menyangkut analisis kebijakan publik.
Budi Winarno (2008:16) menyebutkan secara umum istilah“kebijakan”
atau “policy” digunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor (misalnya
seorang pejabat, suatu kelompok maupun suatu lembaga pemerintahan)
atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu, pengertian
kebijakan seperti ini dapat kita gunakan dan relatif memadai untuk
pembicaraan-pembicaraan-pembicaraan biasa, namun menjadi kurang
memadai untuk pembicaraan-pembicaraan yang kebih bersifat ilmiah dan
sistematis menyangkut analisis kebijakan publik oleh karena itu diperlukan
batasan atau konsep kebijakan publik yang lebih tepat.
Frederickson dan Hart dalam Tangkilisan (2003:19), mengemukakan
kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan
oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu

9
sehubungan adanya hambatan-hambatan tertentu sambil mencari peluang-
peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.
Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa kebijakan adalah
suatu tindakan yang bermaksud untuk mencapai tujuan, sedangkan
kebijakan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Kawasan Terbatas
Merokok (KTM) di Universitas Pembanguan Nasional “Veteran” Jawa Timur
adalah suatu kebijakan yang dibuat Pemerintah Daerah yang telah diatur
dalam Perda No.5/2008 untuk memberikan perlindungan yang efektif dari
bahaya asap rokok, memberikan ruang dan lingkungan yang bersih dan
sehat bagi masyarakat dan melindungi kesehatan masyarakat secara umum
dari dampak buruk merokok baik langsung maupun tidak langsung.

2.2 Konsep Implementasi


Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah
kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih dan tidak kurang. Untuk
mengimplementasikan kebijakan publik, ada dua pilihan langkah yang ada,
yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program atau melalui
formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik tersebut.
Rangkaian implementasi kebijakan dapat diamati dengan jelas yaitu dimulai
dari program, ke proyek dan ke kegiatan. Model tersebut mengadaptasi
mekanisme yang lazim dalam manajemen, khususnya manajemen sektor
publik. Kebijakan diturunkan berupa program program yang kemudian
diturunkan menjadi proyek-proyek, dan akhirnya berwujud pada kegiatan-
kegiatan, baik yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat maupun
kerjasama pemerintah dengan masyarakat.
Van Meter dan Van Horn (dalam Budi Winarno,2008:146-147)
mendefinisikan implementasi kebijakan publik sebagai tindakan-tindakan
dalam keputusan-keputusan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup
usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-
tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka
melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai perubahan besar dan kecil yang
ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan yang dilakukan oleh

10
organisasi publik yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan.
Adapun makna implementasi menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul
Sabatier (1979) sebagaimana dikutip dalam buku Solihin Abdul Wahab
(2008: 65), mengatakan bahwa:
Implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu
program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian
implementasi kebijaksanaan yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan
yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijaksanaan Negara
yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun
untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-
kejadian.
Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
implementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan-tujuan dan
sasaran-sasaran ditetapkan atau diidentifikasi oleh keputusan-keputusan
kebijakan. Jadi implementasi merupakan suatu proses kegiatan yang
dilakukan oleh berbagai aktor sehingga pada akhirnya akan mendapatkan
suatu hasil yang sesuai dengan tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran
kebijakan itu sendiri.
Terdapat beberapa teori dari beberapa ahli mengenai implementasi
kebijakan, yaitu:
1. Teori George C. Edward
Edward III (dalam Subarsono, 2011: 90-92) berpandangan bahwa
implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yaitu:
a. Komunikasi, yaitu keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan
agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan, dimana yang
menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada
kelompok sasaran (target group), sehingga akan mengurangi distorsi
implementasi.
b. Sumberdaya, meskipun isi kebijakan telah dikomunikasikan secara
jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya

11
untuk melaksanakan, maka implementasi tidak akan berjalan efektif.
Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, misalnya
kompetensi implementor dan sumber daya finansial.
c. Disposisi, adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh
implementor, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila
implementor memiliki disposisi yang baik, maka implementor tersebut dapat
menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh
pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang
berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan
juga menjadi tidak efektif.
d. Struktur Birokrasi, Struktur organisasi yang bertugas
mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap implementasi kebijakan. Aspek dari struktur organisasi adalah
Standard Operating Procedure (SOP) dan fragmentasi. Struktur organisasi
yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan
menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks,
yang menjadikan aktivitas organisasi tidak fleksibel.
Menurut pandangan Edwards (dalam Budi Winarno, 2008: 181)
sumber-sumber yang penting meliputi, staff yang memadai serta keahlian-
keahlian yang baik untuk melaksanakan tugas-tugas mereka, wewenang
dan fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk menerjemahkan usul-usul di
atas kertas guna melaksanakan pelayanan-pelayanan publik.
Struktur Birokrasi menurut Edwards (dalam Budi Winarno, 2008:
203) terdapat dua karakteristik utama, yakni Standard Operating
Procedures (SOP) dan Fragmentasi :
SOP atau prosedur-prosedur kerja ukuran-ukuran dasar berkembang
sebagai tanggapan internal terhadap waktu yang terbatas dan sumber-
sumber dari para pelaksana serta keinginan untuk keseragaman dalam
bekerjanya organisasi-organisasi yang kompleks dan tersebar luas.
Sedangkan fragmentasi berasal dari tekanan-tekanan diluar unit-unit
birokrasi, seperti komite-komite legislatif, kelompok-kelompok kepentingan

12
pejabat-pejabat eksekutif, konstitusi negara dan sifat kebijakan yang
mempengaruhi organisasi birokrasi pemerintah.

2. Teori Merilee S. Grindle


Keberhasilan implementasi menurut Merilee S. Grindle (dalam
Subarsono, 2011:93) dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni isi
kebijakan (content of policy) dan lingkungan implementasi (context of
implementation). Variabel tersebut mencakup: sejauh mana kepentingan
kelompok sasaran atau target group termuat dalam isi kebijakan, jenis
manfaat yang diterima oleh target group, sejauhmana perubahan yang
diinginkan dari sebuah kebijakan, apakah letak sebuah program sudah
tepat, apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya
dengan rinci, dan apakah sebuah program didukung oleh sumberdaya yang
memadai.

Sedangkan Wibawa (dalam Samodra Wibawa dkk,1994: 22-23)


mengemukakan model Grindle ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks
implementasinya. Ide dasarnya adalah bahwa setelah kebijakan
ditransformasikan, barulah implementasi kebijakan dilakukan.
Keberhasilannya ditentukan oleh derajat implementability dari kebijakan
tersebut. Isi kebijakan tersebut mencakup hal-hal berikut:Kepentingan yang
terpengaruhi oleh kebijakan.

a. Jenis manfaat yang akan dihasilkan.


b. Derajat perubahan yang diinginkan.
c. Kedudukan pembuat kebijakan.
d. (Siapa) pelaksana program.
e. Sumber daya yang dihasilkan

Sementara itu, konteks implementasinya adalah:


a. Kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat.
b. Karakteristik lembaga dan penguasa.

13
c. Kepatuhan dan daya tanggap.

Keunikan dari model Grindle terletak pada pemahamannya yang


komprehensif akan konteks kebijakan, khususnya yang menyangkut dengan
implementor, penerima implementasi, dan arena konflik yang mungkin terjadi
di antara para aktor implementasi, serta kondisi-kondisi sumber daya
implementasi yang diperlukan.

3. Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier


Menurut Mazmanian dan Sabatier (dalam Subarsono, 2011: 94) ada
tiga kelompok variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi,
yakni karakteristik dari masalah (tractability of the problems), karakteristik
kebijakan/undang-undang (ability of statute to structure implementation) dan
variabel lingkungan (nonstatutory variables affecting implementation).

4. Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn

Menurut Meter dan Horn (dalam Subarsono, 2011: 99) ada lima
variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yakni standar dan
sasaran kebijakan, sumberdaya, komunikasi antarorganisasi dan penguatan
aktivitas, karakteristik agen pelaksana dan kondisi sosial, ekonomi dan
politik.

5. Teori Edward III


Menurut pandangan Edward III (Budi Winarno, 2008: 175-177) proses
komunikasi kebijakan dipengaruhi tiga hal penting, yaitu:
a. Faktor pertama yang berpengaruh terhadap komunikasi kebijakan
adalah transmisi. Sebelum pejabat dapat mengimplementasikan suatu
keputusan, ia harus menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat
dan suatu perintah untuk pelaksanaannya telah dikeluarkan.

14
b. Faktor kedua adalah kejelasan, jika kebijakan-kebijakan
diimplementasikan sebagaimana yang diinginkan, maka petunjuk-
petunjuk pelaksanaan tidak hanya harus diterima oleh para pelaksana
kebijakan, tetapi juga komunikasi kebijakan tersebut harus jelas.
Seringkali instruksi-intruksi yang diteruskan kepada pelaksana kabur
dan tidak menetapkan kapan dan bagaimana suatu program
dilaksanakan.
c. Faktor ketiga adalah konsistensi, jika implementasi kebijakan ingin
berlangsung efektif, maka perintah-perintah pelaksaan harus
konsisten dan jelas. Walaupun perintah-perintah yang disampaikan
kepada pelaksana kebijakan jelas, tetapi bila perintah tersebut
bertentangan maka perintah tersebut tidak akan memudahkan para
pelaksana kebijakan menjalankan tugasnya dengan baik.

2.3 Kampung Keluarga Berencana


Kampung Keluarga Berencana (KB) adalah miniatur pelaksanaan
program KB secara terpadu dan komprehensif ditingkat lini lapangan
(desa/kelurahan/dusun/RW).Konsep Kampung KB merupakan konsep
terpadu program KB dengan program pembangunan lainnya seperti
pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lain-lain. Kampung KB didesain sebagai
upaya pemberdayaan masyarakat terhadap pengelolaan program KB.
Kegiatannya dikelola berdasarkan prinsip dari oleh, dan untuk masyarakat itu
sendiri.Tujuan akhirnya tentu pembangunan masyarakat itu
sendiri.Pemerintah hanya menstimulasi dan melakukan pendampingan,
selebihnya menjadi tanggung jawab masyarakat.Yakni melalui upaya
menjadikan kampung KB sebagai program yang diselenggarakan dari oleh,
dan untuk masyarakat.
Partisipasi berbagai instansi dalam Kampung KB sangat penting
sehingga pelayanan paripurna dapat dirasakan langsung oleh masyarakat
menuju kesejahteraan rakyat.Kampung KB berupaya memberdayakan dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh pelayanan

15
total program KB sebagai upaya mewujudkan keluarga sejahtera yang
berkualitas.
Kampung KB adalah satu kesatuan wilayah setingkat
desa/kelurahan/dusun/RW yang mengimplementasikan operasional program
kependudukan, keluarga berencana, dan pembangunan keluarga (KKBPK)
dengan program-program lintas sektor terkait dan terintegrasi, dikelola dari,
oleh, dan untuk masyarakat melalui pemberdayaan untuk memberikan
kemudahan akses terhadap masyarakat menuju terbentuknya keluarga kecil
berkualitas. Kampung KB direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi oleh
dan untuk masyarakat.Pemerintah, Pemerintah daerah, lembaga non
pemerintah dan swasta berperan dalam fasilitasi dan pendampingan dan
pembinaan.
1. Tujuan Umum:
Meningkatkan kualitas hidup masyarakat di tingkat kampung
melalui program kependudukan, keluarga berencana, pembangunan
keluarga, serta pembangunan sektor terkait untuk mewujudkan
keluarga kecil berkualitas.
2. Tujuan Khusus:
a. Meningkatkan peran pemerintah, pemerintah daerah, lembaga non
pemerintah dan swasta, dalam memfasilitasi, pendampingan dan
pembinaan masyarakat untuk menyelenggarakan program
kependudukan, keluarga berencana, pembangunan keluarga dan
pembangunan sektor terkait.
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pembangunan
berwawasan kependudukan.
c. Meningkatkan jumlah peserta KB aktif modern.
d. Meningkatkan ketahanan keluarga melalui program Bina Keluarga
Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina Keluarga Lansia
(BKL).
e. Meningkatkan pemberdayaan keluarga melalui Kelompok UPPKS.
f. Menurunkan angka Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

16
g. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
h. Meningkatkan rata-rata lama sekolah penduduk usia sekolah.
i. Meningkatkan sarana dan prasarana pembangunan kampung.
j. Meningkatkan sanitasi dan lingkungan kampung yang sehat dan
bersih.
k. Meningkatkan kualitas keimanan para remaja/mahasiswa dalam
kegiatan keagamaan (pesantren kelompok ibadah/kelompok doa
ceramah keagamaan).
l. Meningkatkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air pada remaja
atau mahasiswa dalam kegiatan sosial budaya.

Analisis dalam PKL ini menggunakan teori dari Model yang diajukan
oleh Van Meterdan Van Horn menekankanpentingnya partisipasi
implementor dalam penyususnan tujuan kebijakan, namun pendekatan
mereka termasuk kategori pendekatan top-down. Mereka mengatakan
bahwa standardan tujuan kebijakan dikomunikasikan pada implementor
melalui jaringan interorganisasional. Dengan perkataan lain, para
implementor memahami serta menyetujui tujuan dan standar yang telah
ditetapkan, bukan turut menentukan tujuan dan standar
tersebut.Penggunaan teori tersebut dapat membantu untuk menganalisis
implementasi Program Kampung KB (Keluarga Berencana) di Kota Batu oleh
DP3AP2KB (Dinas Pemberdayaan Perempuan. Perlindungan Anak,
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana) secara mendalam.

17
BAB III

DESKRIPSI DINAS

3.1 Sejarah Awal Pembentukan Dinas


Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian
Penduduk Dan Keluarga Berencana mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang
Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk
Dan Keluarga Berencana. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Dinas
Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk
Dan Keluarga Berencana

3.2 Tugas dan Fungsi Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan


Anak, Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana Kota Batu
Tugas :
Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat
spesifik di bidang pemberdyaana perempuan, perlindungan anak,
pengendalian penduduk dan keluarga berencana dan keluarga sejahtera.

Fungsi :

 Perumusan kebijakan teknis di bidang pemberdayaan masyarakat,


pemberdayaan perempuan serta keluarga berencana dan keluarga
sejahtera;
 Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di
bidang pemberdayaan masyarakat dan perempuan serta keluarga
berencana dan sejahtera;
 Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pemberdayaan
masyarakat dan perempuan serta keluarga berencana dan keluarga
sejahtera;

18
 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan
tugas dan fungsi

3.3 Visi dan Misi Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak,


Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana Kota Batu
Visi :

Berdasarkan mandat yang diberikan dalam tugas pokok dan fungsi serta visi
Kepala Daerah maka visi Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan
dan Keluarga Berencana sebagi berikut :

“MENJADI LEMBAGA YANG BAIK,BERSIH BERKUALIITAS, INOVATIF


DAN TANGGGAP DALAM MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT,
KELUARGA DAN PEREMPUAN MENUJU MASYARAKAT PERTANIAN
BERBASIS PARIWISATA YANG SEJAHTERA “

Misi :

Sebagaimana gambaran tugas pokok untuk dilaksanakan dalam


rangka mencapai tujuan , adapun misi Badan Pemberdayaan Masyarakat,
Perempuan dan Keluarga Berencana sebagai berikut :
1. Meningkatnya keberdayaaan masyarakat,,kesetaraan gender, KB dan
kesejahteraan ibu/ anak dan , keluarga
2. Pengembangan data yang akurat dan keterpaduan perencanaan dan
pengambilan kebijakan .
3. Pengembangan desa berdaya yang bertumpu pada penciptaan daya
saing dengan , penciptaan kesejahteraan keluarga.
4. Pengembangan kader pemberdayaan masyarakat, gender, KB, dan
kesejahteraan keluarga melalui sekolah inovator kader pemberdayaan.
5. Penciptaan Pusat Pengembangan, Pengetahuan dan Teknologi Lokal
(knowledge shelter) untuk pusat pembelajaran ( learning center )
teknologi tepat guna dan pertukaran kearifan lokal dari berbagai

19
sumber untuk pemberdayaan ekonomi produktif dan peningkatan peran
perempuan menuju kesejahteraan keluarga dan masyarakat.
6. Pengembangan pusat perlindungan hak – hak anak, perempuan, dan
kesejahteraan keluarga melalui gerakan cinta keluargapengembangan
PKK sebagai motor pemberdayaan , pengarusutamaan dan
peningkatan

20
BAB IV

HASIL STUDI LAPANGAN

Hasil yang dapat penulis laporkan sesuai dengan pelaksanaan selama


melaksanakan PKL di DP3AP2KB (Dinas Pemberdayaan Perempuan. Perlindungan
Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana) Kota Batu. Dan untuk
melengkapi pengumpulan data yang terkait dengan Implementasi Program
Kampung KB (Keluarga Berencana) kelompok tujuh Mata Kuliah Kebijakan Publik
mencari informasi dan melakukan wawancara kepada key informan Dr. Sri Rahati
(Sekretaris DP3AP2KB)

Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan laporan ini yaitu menganalisis
Implementasi Program Kampung Keluarga Berencana di Dusun Sawahan, Desa
Giripurno, Kecamatan Bumiaji Kota Batu, dengan fokus meliputi: 1. Tujuan
Kebijakan, 2. Sumber Daya, 3. Komunikasi, 4. Karakteristik Organisasi,
5.Lingkungan Politik, Sosial, dan Ekonomi, serta 6. Sikap Pelaksana. Berikut
diuraikan temuan hasil penelitian masing-masing fokus secara berurutan :

4.1 Tujuan Kebijakan


Fokus penelitian ini adalah tujuan dan standar yang jelas dari
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 87 Tahun untuk
melaksanakan ketentuan Pasal 12 ayat (2), Pasal 22 ayat (3), dan Pasal 50
ayat (4) Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga yaitu dengan mencanangkan
Program Kampung Keluarga Berencana di daerah yang sesuai dengan
kriteria yang telah ditentukan.Yang dimaksud dengan tujuan kebijakan dan
standar yang jelas yaitu perincian mengenai sasaran yang ingin dicapai
melalui kebijakan beserta standar untuk mengukur pencapaiannya.

21
Temuan di lapangan tentang implementasi program Kampung KB,
didapat dari hasil wawancara dengan key Informan, dan berbagai informasi
yang di dapat dari berbagai bacaan tentang kampung KB yang ada di Batu
Hasil wawancara salah satu anggota kelompok tujuh (Luluk Ul magnun)
dengan Sekretaris Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak,
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Batu Dr. Sri Rahati
selaku key Informan , beliau mengatakan bahwa :
“......Iya memang berita di web tersebut benar program Kampung KB ini
sebenarnya juga merupakan salah program dari DP3AP2KB (Dinas
Pemberdayaan Perempuan. Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk
dan Keluarga Berencana) yang menganut program dari BKKBN. Di Kampung
KB ternyata sekarang tidak hanya masalah KB saja yang harus di
selesaikan. Namun, pendidikan remaja pendidikan balita juga perlu
diutamakan juga.....” (Hasil wawancara 03 Mei 2017)

Dalam malangvoice.com tertulis bahwa :


“..............Wali Kota Batu, Eddy Rumpoko, dalam sambutan yang
disampaikan Wakil Wali Kota, Punjul Santoso, mengatakan, kampung KB
didesain sebagai upaya pemberdayaan masyarakat terhadap pengelolaan
KB.

“Pemerintah hanya menstimulasi dan melakukan pendampingan. Selebihnya


menjadi tanggung jawan masyaraka. Namun semua instansi perlu berperan
agar masyarakat dapat sejahtera,” ungkap wali kota.

Ditambahkan, Kampung KB berupaya memberdayakan dan memberikan


kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh pelayanan total program
KB sebagai upaya mewujudkan keluarga yang berkualitas itu.

“Kita akan bersama-sama mewujudkan layanan KB dan pembinaan,


memperkuat pelayanan dalam informasi kependudukan, serta memfasilitasi

22
kelompok-kelompok kegiatan seperti keluarga balita, bina keluarga remaja,
hingga lansia,” tandas Punjul.

Kepala Perwakilan BKKBN Jatim, Dwi Listyowardhani, dalam sambutannya,


berjanji akan memberikan fasilitas kepada warga yang dicanangkan sebagai
kampung KB. Sehingga ia tak berharap bila kegiatan ini hanya berhenti di
sini.

“Jangan hanya seremonial ya, karena kami akan support dengan pelatihan
dan panduan-panduan dalam pelaksanaan Kampung KB,” jelas
Dwi...............”

Berdasarkan hasil temuan diatas tentang fokus pertama yaitu tujuan


kebijakan atau standar yang jelas dapat dinyatakan bahwa semua program
Kampung KB seperti Posyandu, BKL (Bina Keluarga Lansia), BKR (Bina
Keluarga Remaja), BKB (Bina Keluarga Balita), dan UPPKS (Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera) sudah terbentuk meskipun
masih ada yang masih direncanakan.

4.2 Sumber Daya


a. Sumber daya manusia dalam implementasi
Sumber daya (dana atau berbagai insentif yang dapat
memfasilitasi keefektifan implementasi). Keberhasilan proses
implementasi kebijakan dipengaruhi oleh pemanfaatan sumber daya
manusia, biaya, dan waktu.
Dalam suatu kebijakan mempunyai tujuan yang telah ditetapkan
dengan jelas, tetapi bukan hanya faktor tersebut yang mempengaruhi
pengimplementasian suatu kebijakan. Faktor sumber daya juga
mempunyai pengaruh yang sangat penting. Pemanfaatan sumber daya
dalam melaksanakan sebuah kebijakan perlu diperhatikan. Dalam hal ini
sumber daya yang dimaksud adalah sumber daya manusia, sumber

23
daya biaya, sumber daya waktu untuk mendukung jalannya
Implementasi Program Kampung Keluarga Berencana di Dusun
Sawahan, Desa Giripurno, Kecamatan Bumiaji Kota Batu.
Dalam malangtimes.com tertulis bahwa :

“....Pencanangan tersebut dilakukan secara simbolis oleh Wakil Wali


Kota Batu Punjul Santoso. Acara pencanangan dihadiri oleh perwakilan
BKKBN Provinsi Jawa Timur Dwi Listyawardani dan Ketua Tim
Penggerak PKK Kota Batu Dewanti Rumpoko.

Dalam sambutannya, Punjul mengatakan bahwa pencanangan kampung


KB ini merupakan upaya tindak lanjut dari program nasonal. Presiden
terlebih dahulu sudah mencanangkan kampung KB di Cirebon beberapa
waktu lalu......”

Jadi dalam Program Kampung Keluarga Berencana ini yang


terlibat yaitu Pemerintahan Pusat, Wali Kota Batu, BKKBN (Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) Provinsi Jawa Timur,
Tim Penggerak PKK Kota Batu, dan Masyarakat Kota Batu khususnya
warga Dusun Sawahan, Desa Giripurno, Kecamatan Bumiaji Kota Batu.

Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa sumber daya manusia


untuk mengimplementasikan program-program Kampung KB sudah
cukup baik dan mendapat respon positif dari masyarakat.
(malangtimes.com dan malangvoice.com)

b. Sumber daya biaya yaitu pengalokasian anggaran kegiatan


Kampung KB.
Sumber daya biaya menjadi sangat penting juga dalam
menentukan berhasil atau tidaknya sebuah implementasi. Seperti halnya
pelaksanaan implan, suntik,intrauterine device (IUD) dan lain lain
dibiayai oleh APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)

24
Perwakilan BKKBN Provinsi, APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah), SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Keluarga Berencana,
Alokasi Dana Desa, atau lintas sektor terkait. Sebagaimana berita yang
tertulis pada beritasatu.com :

“.....Di samping APBN, BKKBN mendapat tambahan anggaran melalui


Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp 210 miliar atau 35 persen.
Dengan demikian anggaran DAK-KB 2016 menjadi Rp 819 miliar, naik
dari Rp 569 miliar di 2015.

Anggaran sebesar itu untuk sementara telah didistribusikan ke 470


kabupaten/kota yang telah mengajukan proposal ke Kementerian
Keuangan, Bappenas, dan BKKBN. Dengan demikian, total anggaran
untuk program Kependudukan, KB, dan pembangunan keluarga 2016
mencapai Rp 4,7 triliun.....”

c. Sumber daya waktu yaitu pelaksanaan program-program


Kampung KB di Dusun Sawahan, Desa Giripurno, Kecamatan
Bumiaji Kota Batu.
Dalam melaksanakan suatu kebijakan, sumber daya waktu juga
sangatlah penting dalam proses pelaksanaan kebijakan karena waktu
sebagai pendukung keberhasilan kebijakan. Untuk melihat indikator
keberhasilan Program Kampung KB ditentukan dalam kurun waktu 5
tahun. Seperti yang dijelaskan dalam berita malangvoice.com bahwa :
“.....Kabid KB di BPMPKB, Ismail A Gani, lemanjutkan, target tuntas KB
di Desa Giripurno nantinya adalah 7000 orang. Jumlah ini sangat besar
sehingga akan dilaksanakan terprogram sampai lima tahun ke
depan.....”

Berdasarkan hasil temuan diatas pada fokus kedua sumber


daya manusia yang terlibat dalam implementasi yaitu BKKBN, PLKB di
Dusun Sawahan, Desa Giripurno, Kecamatan Bumiaji Kota Batu dan

25
masyarakat atau kader-kader yang telah dibentuk. Kader yang bertugas
di Kampung KB di Dusun Sawahan, Desa Giripurno, Kecamatan
Bumiaji Kota Batu merupaka volunteer atau sukarelawan dengan
sumber daya manusia yang bervariasi yaitu dengan tidak mengenal
pendidikan terakhir, usia, dan keterbatasan lainnya. Yang terpenting
adalah spirit mereka untuk tetap menggerakan masyarakat untuk
melaksanakan program yang ada. Sedangkan sumber daya waktu,
progress Kampung KB di Dusun Sawahan, Desa Giripurno, Kecamatan
Bumiaji Kota Batu ini dilihat dalam kurun waktu 5 (lima) tahun yaitu
dengan melihat keberhasilan input yang ditandai dengan jumlah
PLKB/PKB Proposional, kuantitas dan kualitas IMP (Institusi
Masyarakat Pedesaan), ketersediaan dukungan operasional (anggaran)
untuk program KKBPK dari APBD dan APBN maupun sumber dana lain
seperti Anggaran Dana Desa, ketersediaan alat dan obat kontrasepsi
dan sarana pendukung lainnya.
Keberhasilan Proses dilihat dari peningkatan frekuensi dan
kualitas kegiatan advokasi, peningkatan kualitas pelayanan KB,
pertemuan berkala kelompok kegiatan Posyandu, BKB, BKR, BKL, dan
UPPKS.
Keberhasilan Output dilihat dari meningkatnya presentasi
peserta KB yang aktif, meningkatnya keikutsertaan KB MJKP, dan
semua masyarakat terlayani dalam masing-masing program yang ada.

1. Komunikasi
Komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari
implementasi kebijakan. Implementasi yang efektif terjadi apabila para pelaksana
sudah mengetahui apa yang akan mereka kerjakan. Dan pekerjaan yang mereka
kerjakan dapat berjalan dengan baik apabila komunikasi berjalan dengan baik.
Sehingga implementasi kebijakan harus dikomunikasikan dengan baik kepada
pihak – pihak yang terkait. Selain itu, kebijakan yang dikomunikasikan pun harus
tepat, akurat, dan konsisten.

26
Instansi-instansi terkait program Kampung KB di Dusun Sawahan, Desa
Giripurno, Kecamatan Bumiaji Kota Batu ini ada banyak, tergantung permasalahn
yang ada karena Kampung KB merupakan suatu sinergi program pembangunan.
Hasil wawancara dengan Sekretaris Dinas Pemberdayaan Perempuan,
Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Batu
Dr. Sri Rahati selaku key Informan mengetakan bahwa :

“.....Saya kemaren juga diundang kesana bersama para mahasiswa yang


menjadi sukarelawan dalam penyuluhan pembinaan remaja...”

Berdasarkan berita dalam malangvoice.com bahwa :

“.......Kita akan bersama-sama mewujudkan layanan KB dan pembinaan,


memperkuat pelayanan dalam informasi kependudukan, serta memfasilitasi
kelompok-kelompok kegiatan seperti keluarga balita, bina keluarga remaja,
hingga lansia,” tandas Punjul.

Kepala Perwakilan BKKBN Jatim, Dwi Listyowardhani, dalam


sambutannya, berjanji akan memberikan fasilitas kepada warga yang
dicanangkan sebagai kampung KB. Sehingga ia tak berharap bila kegiatan ini
hanya berhenti di sini.

“Jangan hanya seremonial ya, karena kami akan support dengan pelatihan
dan panduan-panduan dalam pelaksanaan Kampung KB,” jelas Dwi....”

Berdasarkan berita-berita yang ada di malangtimes.com dan


malangvoice.com dan hasil wawancara kepada Sekretaris Dinas
Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana Kota Batu Dr. Sri Rahati Komunikasi antarorganisasi
sudah cukup baik. Bentuk komunikasi yang diharapkan sudah bagus karena
adanya sinergi program pembangunan yang mengharuskan banyak instansi
menangani masalah tergantung dari masalah yang ada.

27
Setelah menguraikan hasil dari penelitian, maka penulis dapat menyatakan
bahwa komunikasi antarorganisasi yaitu dari BKKBN Provinsi Jawa Timur ke
PLKB Dusun Sawahan, Desa Giripurno, Kecamatan Bumiaji Kota Batu dan
masyarakat tidak ada masalah. Komunikasi antarorganisasi berjalan dengan
lancar dengan rapat koordinasi yang telah dilaksanakan oleh Kampung KB
setempat dengan BKKBN Provinsi Jawa Timur.

2. Karakteristik Organisasi
Karakteristik organisasi (termasuk kompetensi dan ukuran agen pelaksana,
tingkat kontrol hierarkis pada unit pelaksana terbawah pada saat implementasi,
dukungan politik dari eksekutif dan legislatif, serta keberkaitan formal dan
informal dengan lembaga pembuat kebijakan. Hal ini sangat penting karena
kinerja implementasi kebijakan akan sangat banyak dipengaruhi ciri – ciri yang
tepat serta cocok dengan para pelaksana kebijakan. Seberapa tegas para
pelaksana kebijakan dalam melaksanakan kebijakan program Kampung KB di
Dusun Sawahan, Desa Giripurno, Kecamatan Bumiaji Kota Batu.
Karakteristik dari Kampung KB Dusun Sawahan, Desa Giripurno,
Kecamatan Bumiaji Kota Batu, dalam pengimplementasian peraturan yaitu
sebagaimana yang diungkapkan oleh Sekretaris Dinas Pemberdayaan
Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana Kota Batu Dr. Sri Rahati, beliau mengatakan bahwa :
“.....Program ini didukung semua masyarakat meskipun ada program
bersalin gratis, dalam penyuluhan pun banyak yang berperan karena mereka
ingin maju dalam segala hal salah satunya ya ini untuk mensejahterahkan
kualitas hidup masyarakat dusun Sawahan.....” (Hasil wawancara 03 Mei 2017)

28
Salah satu kader KB saat memaparkan program KB ke warga setempat (fathul)
Sumber : malangvoice.com

Setelah menguraikan hasil wawancara dan berita dalam malangvoice.com


maka kelompok tujuh Mata Kuliah Kebijakan Publik menyatakan sudah cukup
baik karena berdasarkan ungkapan Sekretaris Dinas Pemberdayaan Perempuan,
Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Batu
Dr. Sri Rahati juga berita di malangtimes.com dan malangvoice.com semua pihak
yang berperan dalam Kampung Keluarga Berencana (KB) baik dari instansi-
instansi maupun masyarakat Dusun Sawahan, Desa Giripurno, Kecamatan
Bumiaji Kota Batu sudah melaksanakan tugasnya dengan baik.
3. Lingkungan Politik, Sosial, dan Ekonomi
Kondisi lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat penting pada
keinginan dan kemampuan para pelaksana. Lingkungan eksternal dalam hal ini
lingkungan politik, sosial, dan ekonomi yang mendukung keberhasilan dari
implementasi kebijakan. Dalam kondisi lingkungan yang dimaksud yaitu
lingkungan di Dusun Sawahan, Desa Giripurno, Kecamatan Bumiaji Kota Batu.
Setelah menguraikan hasil tentang lingkungan politik, sosial, dan ekonomi
dalam implementasi kebijakan, maka penulis dapat menyatakan bahwa dalam
lingkungan politik dalam pelaksanaan implementasi program Kampung KB,
lingkungan sosial masyarakat sangat peduli dan berpatisipasi pada program
Kampung KB. Mereka ingin memperbaiki kualitas hidup mereka dengan adanya

29
program Kampung KB ini sebagaimana dijelaskan di berita malangtimes.com dan
malangvoice.com.
4. Sikap Pelaksana
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya
implementasi kebijakan adalah sikap atau kecenderungan para pelaksana dalam
pemahaman isi dan tujuan kebijakan, sikap atas kebijakan. Didalam pelaksanaan
Implementasi program Kampung KB, sikap pelaksana atau petugas yang
melaksanakan kebijakan dapat diwujudkan.
Dalam sikap pelaksana ini telah dijelaskan dalam sumber daya manusia
dan karakteristik dari semua pihak dan dapat dikatakan bahwasanya sikap
pelaksana yaitu Petugas instansi-instansi yang berperan dalam Keluarga
Berencana siap dan tanggap untuk melayani masyarakat untuk mengikuti
program Kampung KB.

30
BAB V

PENUTUP

31
DAFTAR PUSTAKA

http://info.metrokota.go.id/dinas-pemberdayaan-perempuan-perlindungan-anak-
pengadilan-penduduk-dan-keluarga-berancana/

http://kotabatu.jdih.jatimprov.go.id/download/PeraturanWalikota/PERWALI2013/33.T
UPOKSIBPMPKB.pdf

http://www.tobasamosirkab.go.id/badan-pemberdayaan-perempuan-dan-keluarga-
berencana

32
LAMPIRAN FOTO KEGIATAN

33

Anda mungkin juga menyukai