Anda di halaman 1dari 17

STREET LEVEL

BERAUCRACY AS
POLICY MAKERS

Siti aminatus Soleha 165030101111010


Nugraheni Novitasari 175030100111002
Novi Rina I 175030100111014
Muhammad Farhan 175030100111048
PENDAHULUAN Michael Lipsky memiliki pandangan
01 mendalam tentang Birokrasi Tingkat
Jalanan/Street Level Bureaucrats
dengan perannya sebagai
implementor kebijakan di lapangan
yang dapat menentukan keberhasilan
atau kegagalan kebijakan.

Peranan penting birokrat jalanan/


02 Street Level Bureaucrats adalah
karena keberadaannya tepat di
tengah antara warga dan negara.
Negara berharap ada keseimbangan
antara pelayanan publik dan beban
yang wajar bagi pengeluaran publik.
Sreet Level Beraucracy

Peran strategisnya adalah dalam menjalankan kebijakan sehari-hari.


Dimana hal tersebut akan bergantung atas diskresi street level bureaucrat
dalam melaksanakan suatu kebijakan.

Diskresi dan interpetasi atas kebijakan dilakukan untuk menjawab


tantangan dan tuntutan dari masyarakat yang menginginkan manfaat
langsung dari suatu kebijakan.Terlebih mengingat koteks masyarakat
sangat bervariasi dalam pelbagai sisi, seperti pendidikan dan ekspektasi
terhadap pelayanan publik yang menjadi tanggungjawab street level
bureaucracy.
• Infographic Style

Maka dari itu


kelompok kami
Permasalahan yang
mengangkat studi
diangkat dalam kasus ini
kasus pada sebuah
adalah bagaimana pola
Kebijakan BPJS-
diskresi yang terjadi dan
Kesehatan sebagai
pengaruhnya terhadap
kebijakan top-down,
implementasi Keputusan
memposisikan
Menteri No. 128 Tahun
puskesmas sebagai
2004 di puskesmas
ujung tombak
Krembangan Selatan,
pelayanan
Surabaya
kesehatan

Teacher Teacher
Pengertian Street Level Berauracy

Menurut Michael Lipsky (1980) “Pekerja


layanan public yang berinteraksi langsung dengan
masyarakat dalam pekerjaan mereka dan memiliki
substansial dalam pelaksanaan pekerjaan. Birokrat
tingkat jalanan contohnya adalah guru, polisi,
personal penegak hukum dan lainnya.
Street level beraucracy adalah bagian terpenting
pembuatan kebijakan dalam konsep pendekatan
buttom-up.
Street level beraucracy adalah pembuat kebijakan
nyata karena apa yang dilakukan adalah ekspresi
yang efektif dari kebijakan tersebut, tetapi, kondisi
tempat kerja membuatnya dilematis.
Tekanan dan Tantangan
Street Level Beraucracy :

Hubungan
Target yang
Keterbatasan dengan
Sumberdaya
ditetapkan
masyarakat

Portfolio Presentation
Persoalan Street level beraucracy
Akuntabilitas Kehilangan
yang sulit di rasa motivasi
pahami diri

Organisasi Pelayan
yang publik yang
bermasalah memiliki sifat
altruistik
Hubungan Implementasi Kebijakan dengan Street Level Beraucracy

40% Peran strategis dari street


level bureaucracy adalah
dalam menjalankan kebijakan
sehari-hari. Mereka adalah
etalase dari suatu birokrasi
yang mampu mempengaruhi
persepsi dan pandangan
10%
masyarakat terhadap
40%
kebijakan yang dilakukan.
20%

30%
Diskresi dan interpetasi atas
Diskresi menurut kebijakan dilakukan untuk
Michael Lipsky menjawab tantangan dan
(1980) tuntutan dari masyarakat
yang menginginkan manfaat
langsung dari suatu
kebijakan. Disitulah
“Tidak seperti pekerja tingkat bawah di
sebagian besar organisasi, birokrat kemudian diskresi dan
tingkat bawah memiliki keleluasaan intepretasi atas suatu
besar dalam menentukan sifat, jumlah,
kualitas tunjangan dan sanksi yang kebijakan menjadi
diberikan oleh agen mereka”
keharusan bagi para street
level bureaucrat
Bentuk diskresi menurut Lipsky
Pembatasan terhadap akses dan
permintaan

Ketidakadilan administrasi barang publik dan


pelayanan didistribusikan dengan menentukan biaya
dan membatasi jumlahnya.

Mengatur masyarakat dan situasi kerja

Street level beraucracy mempengaruhi


masyarakat
Fenomena Street level
beraucracy menunjukkan ada
perbedaan yang lebar antara
kebijakan pemerintah yang
harus dilakukan dan apa yang
sebenarnya terjadi ketika
kebijakan itu
diimplementasikan.
Dengan adanya realitas Street level
beraucracy seperti yang dijabarkan di
atas, Lipsky mengusulkan dua cara
untuk mengurangi ketegangan dan
ketidakpuasan masyarakat dan
membuat birokrat tingkat jalanan lebih
akuntabel yakni dengan peningkatan
partisipasi masyarakat dalam
pengambilan keputusan lembaga dan
kemunculan birokrat profesional baru
yang berketerampilan, berkomitmen,
profesional.
Sreet Level Beraucracy 1. Berdasarkan posisinya pada warga negara, street level
beraucracy memiliki peluang untuk memengaruhi
penyampaian kebijakan publik.
Karakteristik

2. Pekerja garis depan bertanggung jawab banyak kegiatan


yang paling sentral dari lembaga-lembaga publik, dari
menentukan kelayakan program untuk mengalokasikan
keuntungan, menilai kepatuhan, pemberian sanksi dll.
3. Karena kegiatan ini melibatkan interaksi langsung dengan
warga, pekerja lini depan juga menerapkan kebijaksanaan
yang cukup besar.
4. Sebagian besar output dari lembaga-lembaga publik
mengambil bentuk jasa tidak berwujud
5. ketika output ini melibatkan kontak langsung dengan warga,
kemampuan pengawas untuk memantau dan mengarahkan
Sreet Level Beraucracy kegiatan staf terbatas
6. proses ini membutuhkan layanan ‘mengubah orang' dan
regulasi lini depan pekerja untuk terlibat dalam proses
Karakteristik

produksi bersama dengan bahan baku mereka


7. saling ketergantungan ini memunculkan variabilitas yang
besar dan ketidakpastian dalam pekerjaan street level
beraucracy.
8. mengingat posisi mereka pada negara dan warga negara,
dan peluang mereka untuk menerapkan kebijaksanaan.
9. mereka beroperasi, sebagai birokrat yang tidak hanya
memberikan tapi secara aktif memengaruhi hasil-hasil
kebijakan dengan menafsirkan peraturan dan mengalokasikan
sumber daya
10. melalui rutinitas dan keputusan yang mereka buat, para
pekerja ini yang pada dasarnya memproduksi kebijakan publik
Maka Administrasi publik seharusnya tidak menjadi perintah
terpusat, tetapi fleksibel, kepemimpinan yang dapat mengilhami,
membutuhkan komitmen dan kerjasama. Pengetahuan birokrat
‘street-level’ yang menguasai kinerja pekerjaan sehari-hari harus
dimasukkan dalam pengembangan pedoman organisasi.
Studi Kasus
Puskesmas Kerembangan Selatan,
Surabaya

Puskesmas dapat dikatakan sebagai street level beraucracy


yang memiliki peran penting dalam pelaksanaan kebijakan
kesehatan.
Kegiatan promosi kesehatan sudah dilakukan cukup baik
dalam sisi target oleh puskesmas. Namun apabila
dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mencapai 58.167
upaya promotif yang dilakukan kurang berarti ketika kuantitas
pelaksanaanya sangat minim.
Upaya promotif kurang maksimal dilakukan karena puskesmas
disibukkan dengan kegiatan pengobatan atau kuratif.
Studi Kasus
Puskesmas Kerembangan Selatan,
Surabaya

Absennya fungsi promotif dari puskesmas memperlihatkan bahwa


adanya diskresi dalam pengelolaan pelayanan di puskesmas.
Dimana seseuai Keputusan Menteri Kesehatan No.128/2004
tentang kebijakan dasar puskesmas mengamanatkan bahwa
puskesmas merupakan institusi pelayanan dasar kesehatan yang
difokuskan pada upaya promotif dan preventif. Kecenderungan atas
diskresi tersebut dilakukan para street level bureaucrat di
puskesmas karena ada beberapa latar belakang yang mendorong
hal tersebut.
1. permintaan masyarakat lebih cenderung pada upaya
pengobatan atau kuratif
2. pola diskresi yang disebabkan oleh faktor internal yakni
ketersediaan jumlah tenaga kerja di puskesmas

Anda mungkin juga menyukai