Anda di halaman 1dari 27

PATOLOGI BIROKRASI DALAM PELAYANAN PUBLIK DI

KANTOR BADAN PERTANAHAN KOTA BANDAR


LAMPUNG

GALIH ARTO GUMELAR

1516021043

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG 2019


PATOLOGI BIROKRASI DALAM PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR BADAN
PERTANAHAN KOTA BANDAR LAMPUNG

A. Latar BelakangMasalah

Pelayanan publik sebagai bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik
maupunjasapublikpadaprinsipnyamerupakantanggungjawabadministrasipublikdalamhalini
pemerintah pusat, daerah sampai pada level pemerintahan desa. Aktivitas pelayanan publik
dilaksanakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun pelaksanaan ketentuan
peraturanperundang-undangan.

Salah satu jenis pelayanan publik yang menjadi obyek penelitian adalah pelayanan
administrasi pertanahan, yakni proses penerbitan sertifikat atas tanah. Peyelenggaraan
pelayanan
publikinibanyakmendapatsorotandariberbagaikalangandikarenakanadanyaberbagaimasalah
yangmunculdalampelaksanaannya,sepertikelambanandalampelayanan,kelazimanpenggunaan
perantara dalam mengakses layanan, munculnya biaya-biaya tambahan dalam pelayanan, dan
perilaku aparat birokrasi lainnya yang bertentangan dengan norma-norma etika, bahkan yang
sangat fatal adalah kerapkali muncul sertifikat ganda sebagai produk layanan, sehingga
banyak menimbulkan masalah di dalammasyarakat.
Persoalan-persoalan patologis tersebut akan dikaji berdasarkan berbagai aspek yang
dianggapberpeluangmenjadipemicuterjadinyapatologibirokrasi.Adapunfaktor-faktortersebut,
yaitu: (1) Struktur birokrasi; (2) Sumber Daya Manusia; (3) Penggunaan Teknologi
Imformasi dan (4) Lingkunganbudaya.
Pembangunan kota Bandar Lampung tersebut ditandai dengan meningkatnya jumlah
penduduk, tingkat pertumbuhan ekonomi masyarakat, besarnya Potensi Asli Daerah (PAD)
dan semakin bekembang pula masalah-masalah yang berkaitan dengan Pengurusan sertifikat
tanah dan lain sebagainya.Berikut permasalahan yag timbul di Badan Pertanahan Nasional di
Kota Bandar Lampung yang peneliti coba sajikan dibawah inidiantaranya:
1. Terbitnya sertifikat yang bermasalah(Ganda).
2. Adanya Pungutan liar Program Nasional Agraria yang melibatkan petugas dan
Pejabat di lingkungan BPN kota Bandar Lampung yang sebetulnya pengurusannyagratis.
3. Masih banyak kasus ditemukan tidak jelasnya tentang waktu serta biaya dalam
pengurusan surat maupun sertifikat tanah.
Berdasarkan beberapa hal yang terjadi diatas peneliti ingin mengetahui penyebab hal
tersebut terjadi serta diharapkan ada solusi masukan kedepan untuk Kota Bandar Lampung,
agar besarnya Potensi Asli Daerah yang dimiliki oleh kota Bandar Lampung dapat lebih
optimal dalam pembangunan yang tersajikan dalam bentuk penelitian Disertasi dengan
judul”Patologi Birokrasi Dalam PelayananPublik Di Kantor Pertanahan Kota Bandar
Lampung”.

B. RumusanMasalah

Makna birokrasi sebagai lembaga pemerintah muncul karena lembaga pemerintah pada
umumnya selalu berbentuk birokrasi.Skala organisasi pemerintah yang besar dan luas
cakupannya mendorong mereka untuk memiliki birokrasi yang karakteristiknya sama dengan
birokrasi Weberian. Karakteristik utama yang dapat dijumpai dalam organisasi pemerintah
padaumumnya, yaitu adanya pembagian kerja, hierarki, prosedur tertulis, impersonalitas, dan
sebagainya juga dimiliki oleh organisasi pemerintah yang dijadikan sebagai objek
penelitian.Adapun instansi pemerintah yang dimaksud adalah keseluruhan instansi pemerintah
yang berkaitan langsung dengan pelayanan administrasi pertanahan di Kota Bandar Lampung,
yaitu Pemerintah Kelurahan, Pemerintah Kecamatan, dan Badan Pertanahan Kota Bandar
Lampung.
Berdasar pada lingkup penelitian tersebut di atas, maka permasalahan utama penelitianini
adalah “Mengapa patologi birokrasi terjadi dalam pelayanan publik (Pelayanan Administrasi
Pertanahan) di Kota Bandar Lampung?”. Permasalahan utama tersebut dikembangkan dalam
beberapa pertanyaan penelitian, yaitu;
1. Bagaimana bentuk patologi birokrasi dalam pelayanan publik (Pelayanan Administrasi
Pertanahan) di Kota Bandar Lampung?
2. Bagaimana bentuk terapi patologi birokrasi di kantor BPN Kota Bandar Lampung?
3. Bagaimana Strategi pelayanan administrasi pertanahan yang dapat meminimalisir patologi
tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang terjadinya patologi birokrasi dalam
pelayanan publik (Pelayanan Administrasi Pertanahan) di Kota Bandar Lampung. Berkaitan
dengan permasalahan tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk Mengidentifikasi dan menjelaskan bentuk/jenis patologi birokrasi dalam
pelayanan publik (pelayanan Administrasi Pertanahan) di Kota Bandar Lampung
2. Untuk mengatasi serta memberikan terapi terhadap patologi yang diderita oleh kantor
BPN kota Bandar Lampung
3. Untuk menjelaskan dan menganalisis sistem pelayanan administrasi pertanahan yang
dapat meminimalisir patologibirokrasi.
D. KegunaanPenelitian

Birokrasipemerintahdewasainibanyakmendapatkansorotandarimasyarakat,baikyang
berkaitan dengan pengambilan keputusan maupun perilaku aparat dan kualitas layanan di sektor
publik.Bahkan munculnya citra buruk birokrasi pada umumnya bersumber pada kedua faktor
tersebut yang secara spesifik lazim disebut dengan patologi birokrasi. Kondisi seperti ini
menunjukkan bahwa di lingkungan birokrasi itu terdapat suatu masalah yang menyebabkan
birokrasi tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Bertolak dari pemikiran tersebut, maka penelitian ini diharapkan memberikan berbagai
kontribusiteoritikmaupunpraktisdalamrangkamengatasipermasalahanyangberkaitandengan
penyelenggaraan pelayanan publik di lingkungan birokrasi pemerintah, khususnya dalam
pelayanan adminsitrasi pertanahan di Kota Bandar Lampung. Adapun manfaat yang diharapkan
dari penelitian ini adalah sebagaiberikut:
1. Memperkaya kajian teoritik dalam pengembangan ilmu administrasi publik, terutama yang
berkaitan dengan studi tentang birokrasi, khususnya dalam aspek patologi birokrasi dalam
pelayanan publik. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi para
peneliti lain yang berminat untuk melakukan pengembangan kajian, khususnya dalam hal
studi tentang birokrasi dan pengembangan teori administrasi publik padaumumnya.
2. Memberikan kontribusi kepada Pemerintah Kota Bandar Lampung untuk menemu-kenali
berbagai permasalahan yang terjadi di lingkungan birokrasi, khususnya berbagai bentuk
patologi birokrasi yang terjadi dalam penyelenggaraan pelayanan publik (administrasi
pertanahan),
sertaberbagaisolusiyangditawarkanuntukmengatasipermasalahantersebut,sehinggadapat
menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan perumusan berbagai
kebijakan yang terkait.

E. Kerangka berpikir
Kerangka berpikir ini dikembangkan berdasarkan berbagai macam pemikiran yang bersifat
dialogis dimana diskusi tentang penerapan birokrasi Weberian dalam organisasi public
mengalami pro dan kontra. Perdebatan teoritik yang penting untuk diketengahkan sebagai
landasan kerangka pikiri n iantara lain kritik yang disampaikan Warren
Bennis(Robbins,1994:349),bahwa struktur birokratik terlalu mekanis bagi kebutuhan
organisasi modern. Menurut Bennis ,birokrasi
merupakan penemuan sosial yang sangat elegan, suatu bentuk kemampuan yang luar biasa untuk
mengorganisasikan, mengkoordinasikan proses-proses kegiatan yang produktif pada masa
revolusi Industri. Birokrasi dikembangkan untuk menjawab berbagai persoalan yang hangat pada
waktu itu, misalnya persoalan pengurangan peran-peran personal, persoalan subyektivitas yang
berlebihan, dan tidak dihargainya hubungan kerja kemanusiaan.Bennis menegaskan bahwa kita
sangatmembutuhkanbirokrasiyangberorientasikemanusiaan,tidaksecarakonseptualsematatapi
merambah pada tataran praktis di lapangan.Hal ini menjadi pekerjaan sangat penting untuk
mendekatkan birokrasi pada manusia, bukan lagi pada mesin. Sebuah teori akan diuji menurut
kelayakan historis dan kebutuhan pada sebuah masa. Birokrasi yang humanis masih menjadi
pekerjaan rumah yang harus serius digarap oleh para pemerhati masalah-masalah administrasi
negara dan kebijakanpublik.
Nada pesimistik Bennis dibantah oleh Robert Miewald (Robbins, 1994: 349-352) dengan
menegaskan bahwa Weber tidak pernah mengatakan bahwa karakteristik-karakteristik birokrasi
akanberlakuuntukselama-lamanya.SasaranutamadariWeberadalahmenciptakansebuahbentuk
rasional dan efisien.Bentuk tersebut adalah birokrasi. Bentuk apapun yang diperlukan untuk
mempertahankan rasionalitas seperti efisiensi akan menghasilkan birokrasi. Perkembangan
birokrasi professional adalah contoh yang sempurna mengenai karakteristik birokrasi yang
dimodifikasi.
Perdebatan teoritik tersebut di atas menjadi dasar inspirasi yang melahirkan suatu
pemikiran bahwa dalam konteks kekinian birokrasi Weberian dengan berbagai kelebihan dan
kekurangannya memerlukan nuansa baru untuk menjawab tantangan masyarakat organisasional
yang selalu berubah dan berkembang.Nuansa baru tersebut secara sederhana dapat difahami
melalui pergeseran paradigma dari Old Public Administration ke New Public Management dan
New Public Service.
Adaptasi terhadap prinsip-prinsip baru tersebut bukanlah merupakan hal yang mudah,
karena bersentuhan dengan berbagai aspek-aspek organisasional yang lainnya, seperti: struktur
birokrasi, sumber daya manusia, penerapan teknologi, dan lingkungan budaya masyarakat yang
bersifat paternalistik. Berbagai aspek ini saling berinteraksi secara sistemik yang jika dikelola
dengan baik akan melahirkan sistem birokrasi yang sesuai dengan tuntutan masyarakatnya.
Demikian juga sebaliknya, jika interaksi antara berbagai aspek tersebut tidak sinerjik, maka akan
berpeluang melahirkan berbagai patologi birokrasi.
(Dwiyanto, 2011:64) dalam konteks Indonesia, menyatakanbahwa:

fenomena patologi birokrasi terjadi sebagai hasil interaksi antara struktur birokrasi yang salah
dan variabel lingkungan yang salah. Struktur birokrasi yang hierarkis berinteraksi dengan
budaya masyarakat yang paternalistis, sistem politik yang tidak demokratis dan
ketidakberdayaan kelompok masyarakat madani cenderung melahirkan perilaku birokrasi
paternalistis yang merugikan kepentingan publik. Dengan kata lain bahwa patologi birokrasi
bukan hanya disebabkan oleh struktur birokrasi yang salah dan tidak tepat, seperti hierarchi yang
berlebihan, prosedur yang rigid,fragmentaasi birokrasi yang terlalu banyak,dan
masalahstrukturlainnya.Selain masalah struktural, penyakit birokrasi disebabkan juga oleh
interaksi berbagai variabel yang saling berkaitan antara satu sama lainnya, baik yang terdapat
dalam struktur birokrasi, budaya birokrasi, maupun variabel-variabel lain yang terdapat dalam
lingkungan. Termasuk di dalam variabel lingkungan itu adalah budaya masyarakat, sistem
politik yang kurang demokratis, dan kelompok masyarakat madani yang tidak mampu
menjalankan fungsi control Pendapat diatas mengambarkan bahwa patologi yang terjadi tidak
hanya disebabkan oleh struktur birokrasi yang salah dan tidak tepat, budaya paternalistik, SDM
serta penggunanaan IT serta lingkungan yang menakibatkan terjadinya patologi yang terjadi
dalam birokrasi
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka Siagian (1994:36-145), mengidentifikasi berbagai
patologi birokrasi yang dikategorikan kedaam lima kelompok, yaitu:
1. Patologi yang timbul karena persepsi dan gaya manajerial para pejabat dilingkungan birokrasi.
2. Patologi yang disebabkan karena kurangnya atau rendahnya pengetahuan dan keterampilan para
petugas pelaksana berbagai kegiatanoperasional.
3. Patologi yang timbul karena tindakan para aparat birokrasi yang melanggar norma- norma
hukum dan peraturan perundang-undangan yangberlaku.
4. Patologi yang dimanifestasikan dalam perilaku para birokrat yang bersifat
disfungsional ataunegatif.
5. Patologi yang merupakan akibat situasi internal dalam berbagai instansi dalam
lingkunganpemerintahan.
Penggunaan teori ini dirasa sangat tepat dan sesuai pada kondisi di lokus yang akan
dilakukan oleh peneliti dan diharakan dapat menemukan lebih bak berbagai jenis patologi yang
diderita oleh birokrasi di kantor BPN. yang akan dilakukan oleh peneliti.
Kast dan Rosenzweig dalam (Sedarmayanti, 2010:11), mengemukan bahwa struktur
internal setiap “sistem organisasi” terdiri dari beberapa sub sistem: goal values (bersumber dari
lingkungan sosial budaya yang luas), technical termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi yang
diperlukan dalam pelaksanaan tugas), psychosocial (terdiri dari individu dan kelompok individu
denganberbagaisikap,aspirasi,motivasi,status,interaksi,dansebagainya),structural(terdiridari
pembagian pekerjaan dan koordinasi, dengan pola kewenangan dan sistem komunikasi tertentu),
danmanagerial(berperanuntukmelakukankepemimpinandalamorganisasisertadalaminteraksi
denganlingkungannya.
Upaya mengatasi patologi birokrasi sesungguhnya sejak lama telah dilakukan oleh
pemerintah melalui reformasi birokrasi dalam berbagai bentuk. Beberapa diantaranya dapat
disebutkan, seperti pelayanan yang berbelit-belit (red tape), misalnya telah diatasi dengan cara
memperpendek mekanisme dan prosedur pelayanan di beberapa jajaran birokrasi. Sebagaicontoh
pelayanan Kartu Tanda Penduduk yang semula sampai pada tingkat kabupaten, telahdiperpendek
hanya sampai pada tingkat kecamatan, sehingga dengan demikian telah memangkas jalur dan
waktu pelayanan. Demikian juga halnya dengan reformasi di bidang pelayanan perizinan, seperti
IMByangsekarangdilakukandengansistemsatupintu,jugadapatdiartikansebagaipemangkasan
matarantaibirokrasiyangterlalupanjang.Sementarapelayananpublikdalambidangadministrasi
pertanahan sampai saat ini masih menimbulkan berbagai masalah, seperti kelambanan dalam
proses penerbitan sertifikat tanah, munculnya perantara (calo) dalam proses pelayanan yang
berpeluangmenimbulkanmasalah-masalahpatologis,misalnya;munculnyabiaya-biayatambahan
dalam proses pelayanan, terjadinya perbedaan-perbedaan perlakuan terhadap masyarakat dalam
menerima layanan yang bertentangan dengan prinsip impersonalitas, bahkan persoalan fatal
yang kerapkali muncul yaitu terbitnya sertifikat ganda, serta masalah-masalah krusial lainnya
yang banyak menimbulkan keluhan masyarakat penerima layanan.
Teori- teori di atas peneliti gunakan sebagai alat analisis dengan alasan bahwa teori-teori
tersebut alat ukurnya sesuai dengan karakteristik masalah yang terjadi dilapangan. Untuk lebih
jelasnya kerangka pemikiran diatas dapat dijelaskan paradigma pemikiran penelitian sebagai
berikut:
paradigma pemikiran penelitian sebagai berikut:
Struktur Birokrasi
SDM
PENERAPAN TEKNOLOGI
LINGKUNGAN
PATERNALISTIK
(Dwiyanto,2011:64)

EFEKTIF BELUM EFEKTIF

TERWUJUDNYA PELAYANAN PRIMA


PATOLOGIBIROKRASI
1.Persepsi dan gaya manajerialpara pejabat lingkungan birokrasi 2.Rendahnya pengetahuan dan kualitas petugaspelaksana
Aparat melanggar normahukum dan perundangan yangberlaku
Perlikudisfungsional
SituasiLingkungan Pemerintahan
(Siagian, 1994:36-145)

STRATEGI
Hilderbrand (1995)

Model Kerangka Penelitian


F. Proposisi

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan, maka
proposisi penelitian ini adalah sebagai berikut:
4. Berbagai bentuk patologi yang terjadi di kantor Badan Pertanahan Nasionaladalah:
a. Patologi yang timbul karena persepsi dan gaya manajerial para pejabat
dilingkunganbirokrasi.
b. Patologi yang disebabkan karena kurangnya atau rendahnya pengetahuan dan
keterampilan para petugas pelaksana berbagai kegiatanoperasional.
c. Patologiyangtimbulkarenatindakanparaaparatbirokrasiyangmelanggarnorma-
norma hukum dan peraturan perundang-undangan yangberlaku.
d. Patologi yang dimanifestasikan dalam perilaku para birokrat yang bersifat
disfungsional ataunegatif.
e. Patologi yang merupakan akibat situasi internal dalam berbagai instansi dalam
linkunganpemerintahan.
5. Berbagai bentuk terapi sistem pelayanan yang diterapkan pada Kantor Badan
Pertanahan Nasional dalam rangka meminimalisir patologi birokrasi diantaranya
adalah:
a. Manajemensumberdayamanusiaharusmendapatperhatianterutamadalamupaya
peningkatan kualitasnya. Dalam hubungan pengembangan sumber daya manusia,
juga diperlukan pengembangan strategi yang tepat, yaitu: Inward looking,outward
looking, dan mengembangkan kemitraan. Pemberdayaan sumberdaya manusia
dimaksud, diimplementasikan pada organisasi melalui pemberian kewenangan
yang jelas, pengembangan kompetensi, pengembangan kepercayaan, pemanfaatan
peluang, pemberian tanggung jawab dan pengembangan budayaorganisasi.
b. Penggunaan teknologi informasi dalam pelayanan publik yang bergunauntuk:
1. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholder-nya
( masyarakat, kalangan usahawan, dan industri) terutama dalam hal kinerja
efektivitas dan efesiensi diberbagai kehidupan bernegara.
2. Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelengaraan
pemerintahan dalam rangka penerapan konsep good corporategovernance.
3. Mengurangi secara signifikan total biaya adaministrasi, relasi dan interakasi
yang dikeluarkan pemerintah maupun stakeholder-nya untuk keperluan
aktivitassehari-hari.
c. Lingkungan kerja yang baik dankondusif.
d. Birokrasi yang menjalankan asas etis dalam pelayanan publik.
6. Strategipelayananadministrasidalammeminimalisirpatologibirokrasiadalahstrategi
penguatan birokrasi itu sendiri baik secara individu, organisasi maupunsistem.
G. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan proses berfikir yang bersifat Induktif, yaitu suatu
penelitianyangdidekatidarisegikonsepdanteoriyangberkaitandenganpatologibirokrasidalam
pelayanan publik yang selama ini telah banyak disoroti, dan dikaji, serta dikembangkan oleh
berbagai kalangan. Berbagai konsep dan teori yang relevan tersebut kemudian dilakukan
modifikasidanreduksisehinggamelahirkanfokuspenelitiandankerangkakonseptual.Sedangkan
pendekatan berdasarkan paradigma penelitian yang digunakan adalah paradigma Induktif, karena
datayangdigunakanadalahdatakualitatifyangdiperolehmelaluimetodesurveydananalisisdata
kualitatif. Bogdan dan Taylor menyebutnya sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati
(Moleong, 1994:3). Meskipun demikian data kuantitatif tetap diperlukan sebagai data pendukung
untuk kelengkapan analisis datapenelitian.
Strategi penelitian yang digunakan adalah Triangulasi konkuren. Menurut Creswell
(2010:315) Strategi Triangulasi konkurenmelibatkan pengumpulan data kuantitatif secara
bersamaan pada tahap penelitian, kemudian membandingkan antara data kualitatif dengan data
kuantitatifuntukmengetahuiperbedaanataukombinasidanbilamanafokuspenelitiannyaterletak pada
fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata. Berkaitan dengan
fenomena yang akan diteliti, yaitu “Patologi Birokrasi Dalam Pelayanan Publik: Studi Pelayanan
AdministrasiPertanahandiKotaCimahi”,makastrategipenelitianTriangulasikonkurendianggap
cocok untukdigunakan.

KUAN KUAL

Pengumpulandata Pengumpulandata
KUAN
Hasil-hasil data yang di KUAL
Analisis
komparasikan
Data Analisis
Data
Gambar 3.3

Strategi metode campuran


Sumber: Creswell et al (2010:315)
Metode penelitian ini dipilih karena pada penelitian mengenai kejelekan atau keburukan
seseorang atau suatu institusi biasanya akan ditutupi oleh pegawai bil;a menggunakan angket,
maka akan cenderung menjawab netral karena itu data yang akan didapatkan cenderung abu-abu
dandengandikombinasikandenganmetodekualitatifdimanapenelitisebagaiinstrumensehingga akan
didapatkan data yang akan berimbang dan dapat menganalisis langsung kejadian atau keadaan
yang sebenarnya.
Penelitian ini memilih jenis kedua yaitu studi kasus instrumental, karena penelitian ini
dimaksudkan untuk menuntun peneliti dalam menggambarkan bagaimana perhatian peneliti dan
teoretisi tercermin dalam suatu kasus.Dalam studi kasus instrumental, tidak menentukan terlebih
dahulu kasusnya, melainkan mencari kasus yang sesuai untuk dipilih.Penelitian ini berkenaan
dengan patologi birokrasi dalam pelayanan publik dengan memfokuskan diri pada aktivitas
birokrasidalampelayananadministrasipertanahan.Dalamprosesiniakanterlihatinteraksiantara
aparaturbirokrasidenganmasyarakatyangmembutuhkanpelayanan,sertabagaimana
keterkaitannya dengan struktur birokrasi, manajemen sumber daya manusia, penerapan teknologi,
dan pengaruh lingkungan terutama budaya masyarakat yang bersifat paternalistic.

H. FokusPenelitian

Fokus penelitian ini adalah mengenai patologi birokrasi yang dikategori kedalam lima
kelompok serta mengidentifikasi masing-masing indikator yang terdapat dalam kelompok-
kelompoktersebut dan memberikan terapinya pada masing-masing kelompok kemudian
dilakukan strategi untuk pelayanan publik yang dapat meminimalisir patologi birokrasi.

I. PEMBAHASAN

Pada penelitian menggunakan metode kuantitatif untuk karakteristik patologi birokrasi


yangtimbulkarenapersepsidangayamanjerialparapejabatdilingkunganbirokrasimenghasilkan
rentangnilaiyangsangatrendahdanpadatabelfrekuensimasing-masingindikatorterlihatdengan jelas
walaupun konsenterasinya kecil dalam hal ini peneliti masukan indikator yang frekuensinya
diatas 10 % diantaranya: pertentangan kepentingan, Empire building, pilih kasih, bersikap
sombong, ketidak pedulian terhadap kritik dan saran, kredibilitas yang rendah, ketakutan pada
perubahan,inovasidanresiko,sedangkanpadaanalisadeskriptifkualitatifmenghasilkanindikator
penggaburanmasalahdanmenerimasogoksertapenipuanternyatalebihdominanyangdidapatkan dari
proses wawancara. Hasil yang didapatkan pada masing-masing metode memang ada sedikit
perbedaankalaukuantitatifterlihatjelaspadarentangtabeldandistribusifrekuensimasing-masing dari
indikator sedangkan pada analisa deskriptif kualitatif hanya dari hasil wawancara dan studi
lapangan, namun kita tahu berapa masing-masing persentase dari indikator yang diketemukan
namun masing-masing metode saling melengkapi kekurangan dan kelebihan masing-masing
sehingga membuat hasil penelitian ini akan semakin mendekati sempurna danmendalam.
1. Pada penelitian dengan metode kuantitatif untuk patologi yang disebabkan karena
kurangnyaataurendahnyapengetahuandanketerampilanparapetugaspelaksanakegiatan
operasional menghasilkan data dalam bentuk rentang nilai sebesar=938 dari sangatrendah
menuju rendah dan pada tabel distribusi frekuensi terlihat masing-masing indikator
menghasilkan persentasi yang sangat kecil dalam hal ini peneliti memasukan
indikatornyanya diatas 10% diantaranya adalah: tidak mampu menjabarkankebijaksanaan
pimpinan, ketidak telitian, rasa puas diri, bertindak tanpa berfikir, kebinggungan, sogok,
mutu hasil pekerjaan rendah, kedangkalan, ketidaktepatan tindakan, inkompetensi, sikap
ragu-ragu, bekerja tidak produktif, ketidakrapian, stagnasi, sedangkan pada analisa
diskriptif kualitatif diketemukan indikator inkompetensi dari hasil petikanwawancara.
2. Selanjutnya untuk hasil penelitian dengan metode kuantitatif untuk karakteristik patologi
yang timbul karena tindakan para anggota birokrasi yang melanggar norma-norma hukum
danperaturanperundang-undanganyangberlakumenghasilkanrentangnilaisebesar=445
dengan rentang sangat rendah menuju rendah pada beberapa indikator yang didapatkan
pada tabel distribusi frekuensi masing-masing persentasenya sangat rendah dalam hal ini
yang peneliti masukan hanya indikator diatas 10% diantaranya adalah: penggemukan
biaya, menerima sogok, penipuan, kleptokrasi, namun pada hasil penelitian diskriptif
kualitatif tergambar jelas indikator yang lebih menonjol dari hasil wawancara dengan
informan pegawai di lingkungan kantor BPN kota Cimahi diantaranya menerima sogok
dankorupsi.
3. Berikutnyauntukhasilpenelitianuntukkarakteristikpatologiyangdimanifestasikandalam
perilaku birokrat yang bersifat disfungsional atau negatif menghsilkan data kuantitatatif
denganrentangnilai1194sangatrendahmenujurendahdanpadatabeldistribusiprekuensi
terdapatbeberapaindikatoryangkurangsignifikandalamhalyangmempengaruhipatologi
diatas disini peneliti memasukkan indikator diats 10% saja diantaranya: paksaan, sikap
takut,penurunanmutu,tidaksopan,carakerjayanglegalistik,dramatisasi,sulitdijangkau, sikap
tak acuh, tidak disiplin, sikap kaku, tidak peka, sikap lunak, melalaikan tugas, lesuh
darah, namun pada hasil penelitian data deskriptif kualitatif dari hasil wawancara ada
indikator yang paling menonjol dirasakan oleh peneliti dan disini karena peneliti juga
sebagai instrumen jadi dapat merasakan sekali yang terjadi dan pada data kuantitatif
diketemukan disribusi frekuensi yang sangat kecil karena ketidak jujuran dalam mengisi
angket yang diberikan, namun hal ini terjadi dilapangan pada saat instrumen peneliti
melihat yang terjadi dilapangan sehari –hari yakni indikator tidak disiplin.
4. Sementara untuk patologi yang merupakan akibat situasi internal dalam berbagai instansi
dilingkungan pemerintahan pada hasil peneelitian menggunakan metode kuantitatif
menghasilkan data dengan rentang nilai 910 dari rentang antara sangat rendah menuju
rendah dan diketemukan beberapa indikator walaupun persentasenya sangat rendahdalam
tabel distribusi frekuensi dalam hal ini peneliti memasukan indikator diatas 10%
diantaranya:ekploitasi,imbalanyangtidakmemadai,kondisikerjayangkurangmemadai,
misskomunikasi,missinformasi,bebankerjayangterjalauberat,kondisikerjayangtidak
aman,perubahansikapyangmendadak,sertadalamhasilwawancarauntukdatadeskriptif
kualitatif diantara nya imbalan yang tidakmemadai.
5. Sementarauntukvariabelkualitaspelayananpadapenelitiankuantitatifmenghasilkandata
rentang nilai untuk tangibel=512, berada pada rentang jawaban antara sedang menuju
tinggi dan realibility menghasilkan data rentang nilai =640 berada pada rentang antara
sedang menuju tinggi, sedangkan responsiviness menghasilkan data rentang nilai=496,
berada pada rentang jawaban antara sedang menuju tinggi, berikutnya untuk Assurance
menghasilkan rentang nilai= 172, berada pada rentang tinggi menuju sangat tinggi dan
untukEmphatymenghasilkanrentangnilai=338,beradapadarentangtinggimenujusangat
tinggi sedangkan pada data diskriptif kualitatif ada beberapa indikator yang sangat
menonjol adalah tentang waktu penyelesaian produk, serta biaya yang harus dibayar dan
terkadang kemempuan pegawai dalam melayani masih agak lamban dan penggunaan alat
bantu yang masih kurang yang terkadang menjadi kendala dalam proses pelayanan prima
yang diharapkan dapat diperbaiki sedikit demi sedikit walaupun proses pelayanan sudah
cukup berjalan denganbaik.
Beberapa masalah patologi yang peneliti sudah identifikasi pada hasil penelitian dan
pembahasan peneliti mecoba memberikan beberapa terapi yang dapat dicegah maupun diobati
dalam hal penyakit pada birokrasi di kantor BPN kota Cimahi, diantaranya:
1. Perlu adanya reformasi administrasi yang global di kantor BPN kota Cimahi. Artinya
reformasi administrasi bukan hanya mengganti personelnya saja, tetapi juga melakukan
reformasi padahal yang tak kasat mata seperti upgrading kualitas birokrat, sekolah moral
dan menggunakan cara pandang birokrat terhadap dirinya dan instansi bahwa birokrasi
merupakan suatu alat pelayanan publik dan bukan untuk mencarikeuntungan.
2. Pembentukan kekuatan hukum dan perundang-undangan yang jelas baik reward maupun
punishment yang berlaku, dimana kekuatan hukum sangat berpengaruh pada kejahatan
termasuk kejahatan yang terdapat dalam penyakit-penyakit birokrasi dengancara:
a. Alat penegak hukum yang kuat dan bersih dari kepentingan politik.
b. Adanya pengawasan yang tidak berpihak dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan
dalam birokrasi di kantor BPN kotaCimahi.
c. SertamenerapkanasasetisdikantorBPNkotaCimahiyangpokokdalamadministrasi
pemerintahan, yaitu: Pertanggung jawaban (responsibility), Pengabdian (dedication),
Kesetiaan (loyality), Kepekaan (sensitivity), Persamaan (equality), Kepantasan
(equity).
d. Dengan cara meciptakan sistem akuntabilitas dan transparansi dimana kurang
bertanggung jawab yang ada dalam birokrasi membuat para birokrat semakin berani
untuk menyelewengkan dari hal yang semestinya dilakukan. Pengawasan dari bawah
dan dari atas merupakan alat dari penciptaan akuntabilitas dan transparansi ini. Dan
pembentukan e-goverment di kantor BPN kota Cimahi diharapkan mampu menambah
transparansi sehingga mampu memperkuat akuntabilitas parabirokrat.
e. Manajemen Sumber DayaManusia
Adapun langka-langka yang dapat diambil adalah mulai dari perencanaan, rekruitmen
seleksi, penempatan sementara, penempatan tetap, penentuan sistem imbalan,
perencanaan dan pembinaan karier, peningkatan pengetahuan dan keterampilan,
pemutusan hubungan kerja dan audit kepegawaian ini semua perlu dilakukan agar
pegawai dilingkungan BPN kota Cimahi dapat meniti karir dan menambah ilmu
pengetahuansertamendapatkanpelatihan,tidaksepertisekaranginiyangjarangsekali ada
pendidikan dan latihan dilingkungan BPN sehingga dapat meningkatkan kemampuan
dari pegawai di BPN kota Cimahi itusendiri.
Agar sumber daya manusia dapat menunjukkan “daya yang lebih” maka perlu adanya
model pemberdayaan seperti; pemberian peran, penempatan dalam jabatan, motivasi
pimpinan, menghubungkan tanggung jawab dan menumbuhkembangkan budaya
organisasi yang kondusif untuk meningkatkan kinerja organisasi. Dalam hubungan
pemberdayaan sumber daya manusia, juga diperlukan pengembangan strategi yang
tepat, yaitu: inward looking, outward looking, dan mengembangkan kemitraan.
Pemberdayaan sumber daya manusia dimaksud, diimplementasikan pada organisasi
melalui pemberian kewenangan yang jelas, pengembangan kompetensi,
pengembangan kepercayaan, pemanfaatan peluang, pemberian tanggung jawab, dan
pengembangan budaya organisasi.
3. Pengembangan citra birokrasi di BPN yang negatif menjadi ke arah yangpositif.
Citra birokrasi di BPN yang negatif dapat dengan menanamkan nila-nilai loyalitas,
kejujuran, semangat pengabdian, disiplin kerja, mendahulukan kepentingan bangsa diatas
kepentingan sendiri, tidak memperhitungkan untung dan rugi dalam pelaksanaan tugas,
kesediaan berkorban, dedikasi harus selalu ditekankan.
Beberapa cara yang dapat menghilangkan citra negatif pegawai dilingkungan BPN kota
Cimahi, yaitu:
a. Mendorongprosesdemokrasidalammasyarakat,antaralaindalambentukpengawasan
sosial agar penyimpangan oleh para anggota birokrasi di lingkungan kantor BPN kota
Cimahi semakinberkurang.
b. Menggunakan setiap kesempatan untuk menumbuhkan persepsi mengenai pentingnya
orientasi pelayanan, bukan orientasi kekuasaan dalam berfikir danbertindak.
c. Mengharuskan pejabat tinggi di kantor BPN kota Cimahi membuat pernyataan
mengenai kekayaan pada waktu mulai menjabat.
4. Mengenalkan dengan sedini mungkin kepada birokrat di BPN kota Cimahi tentang
teknologi informasi dilingkungan kantor BPN kota Cimahi dalam hal ini menggunakan
KKP (Komputerisasi Kantor Pertanahan) yang mana dapat menghindarkan interaksi/
transaksi uang cash antara pelanggan dan pelayan. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa
semakinseringpegawaidiBPNmengadakankontaklangsungdenganuangtunai,semakin besar
pula kesempatan pegawai di BPN untuk mengadakan KKN. Walaupun katakanlah
sudahsecaraekplisitditerangkanbiayamelaluileafleatsertawaktuyangdiperlukanuntuk
menyelesaikan proses pelayanan, akan tetapi praktek dilapangan akan berbicara lain. Hal
sepertiinidisiasatidenganmesin.Dimanamanfaatyangdapatdiperolehdenganadanyae-
government,yaitu:
5. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholder-nya (masyarakat,
kalangan usahawan, dan industri), terutama dalam hal kinerja efektivitas dan efisiensi
diberbagai kehidupanbernegara;
6. Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraanpemerintahan
dalam rangka penerapan konsep good corporategovernance.
7. Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi dan interaksi yang
dikeluarkan pemerintah maupun stakeholder-nya untuk keperluan aktivitassehari-hari.
8. Memberikan peluang pemerintah untuk mendapatkan sumber-sumber pendapatan yang
baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak yangberkepentingan.
9. Menciptakan suatu lingkungan baru yang dapat menjawab berbagai permasalahan yang
dihadapi secara cepat dan tepat sejalan dengan perubahan global dan trend yangada.
10. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak yang lain sebagai mitra pemerintah dalam
proses pengambilan kebijakan publik secara merata dandemokratis.
11. Upaya pemberdayaan masyarakat melalui pembangunan infrastruktur politik yang
dimaksudkangunameningkatkanbargainningpositionmasyarakat,termasukagarmampu
melaksanakan perannya sebagai social control terhadap tindakan-tindakan birokrasi yang
menyimpang ini dilakukan oleh Orsospol, LSM, Mahasiswa dan pers hendaknya tetap
diberikan kesempatan menyuarakan” pesan moral” dan “budaya malu”terhadap tindakan
birokrat yangtercela.

Strategi penguatan peran birokrasi secara individu terkait dengan kualitas SDM dalam
meminimalisir patologi birokrasi.Sumber daya manusia (SDM) dalam hal ini birokrasi
pemerintahan secara individu merupakan salah satu faktor yang memiliki peran strategis dalam
penyelengaraan pemerintahan atau administrasi publik. Sebagai individu, SDM birokrasi adalah
penyelengaraan pemerintahan dan pembangunan dalam peningkatan kualitas pelayanan
publik.Adapun langka-langka yang dapat diambil adalah mulai dari perencanaan, rekruitmen
seleksi, penempatan sementara, penempatan tetap, penentuan sistem imbalan, perencanaan dan
pembinaan karier, peningkatan pengetahuan dan keterampilan, pemutusan hubungan kerja dan
audit kepegawaian ini semua perlu dilakukan agar pegawai dilingkungan BPN kota Cimahi dapat
menitikarirdanmenambahilmupengetahuansertamendapatkanpelatihan,tidaksepertisekarang
iniyangjarangsekaliadapendidikandanlatihandilingkunganBPNsehinggadapatmeningkatkan
kemampuan dari pegawai di BPN kota Cimahi itusendiri.
Agar sumber daya manusia dapat menunjukkan “daya yang lebih” maka perlu adanya
model pemberdayaan seperti; pemberian peran, penempatan dalam jabatan, motivasi pimpinan,
menghubungkan tanggung jawab dan menumbuhkembangkan budaya organisasi yang kondusif
untuk meningkatkan kinerja organisasi. Dalam hubungan pemberdayaan sumber daya manusia,
juga diperlukan pengembangan strategi yang tepat, yaitu: inward looking, outward looking, dan
mengembangkan kemitraan. Pemberdayaan sumber daya manusia dimaksud, diimplementasikan
pada organisasi melalui pemberian kewenangan yang jelas, pengembangan kompetensi,
pengembangan kepercayaan, pemanfaatan peluang, pemberian tanggung jawab, dan
pengembangan budaya organisasi.Serta menggunakan System Modelyaitu:Anticipating
(antisipasi), Atracting (penarikan), Developing (pengembangan), Motivating (memotivasi),
Maintaining (memelihara),Changing for Success (perubahan untuk sukses), Focusing
(pemfokusan). Bila strategi diatas dilaksanakan dengan baik serta berjalan sebagaimana mestinya
peran penguatan birokrasi secara individu ini dapat meminimalisir beberapa patologi birokrasi
yang diakibatkan oleh SDM yang kurang profesional diantaranya patologi yang disebabkan oleh
masalah pengetahuan dan keterampilan, patologi birokrasi yang dikaitkan dengan keperilakuan.
Strategi penguatan peran birokrasi secara organisasi dalam rangka meminimalisirpatologi
birokrasi.Strategi yang dapat dilakukan dalam penguatan peran administrasi publik dapat
dilakukan dengan empat pendekatan,yaitu:
a. Pendekatan struktural yang penekannya menitik beratkan pada struktur
organisasi, terutama perubahan struktur kelembagaanorganisasi.
b. Pendekatan teknologi, yang terfokus pada tata letak sarana fisik yang baru.
Penekannnya pada penggunaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana/
teknologi dalam melaksanakan pekerjaan (tugas dan fungsi).
c. Pendekatan tugas (task approach), berfokus pada kinerja ( job performance)
individual dengan menekankan pada perubahan dan peningkatan kinerja
melalui prosedur kerja yangefektif.
d. Pendekatanorang(peopleapproach),berfokuspadamodifikasiterhadapsikap,
motivasi, perilaku, keahlian yang dicapai melalui program trainning, prosedur
seleksi atau perlengkapan yangbaru.
Strategipenguatanperanbirokrasisecarakesistemandalamrangkameminimalisirpatologi
birokrasi.Strategi yang dapat dikembangkan untuk memperkuat strategi sistem dalam
meminimalisir patologi birokrasi adalah sistem administrasi pelayanan prima pola layanan satu
atap. Strategi pelayanan satu atap atau sering disebut sebagai layanan terpadu pada kantor BPN
kota cimahi agar dapat meminimalisir patologi birokrasi yang terjadi di kantor BPN kotacimahi.

J. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana diuraikan pada Bab IV, maka
peneliti akan menarik kesimpulan sebagai berikut:
7. Beberapa bentuk patologi birokrasi yang ditemukan dikantor BPN kota Bandar
Lampung antara lain:
a. Bahwa patologi karena persepsi dan gaya para pejabat dilingkungan birokrasi
kantor BPN kota Bandar Lampung ditemukan beberapa indikator yang
menyebabkan pelayanan public tergangu,walaupun sudah cukup baik namun pada
pelaksaaannya masyarakat masih mengalami kerugian oleh karena pengaburan
masalah serta prosedur yang berbelit yang terkandang membuat masyarakat
mengeluarkan dana yang tidak sesuai dari yang sudah ditetapkan, sehingga
transparansi perlu ditegakkan di kantor BPN kota Bandar Lampung untuk
menghindari jenis patologi diatas yang diderita oleh BPN kota Bandar Lampung
b. Untuk patologi yang disebabkan karena kurangnya atau rendahnya pengetahuan
dan keterampilan para petugas pelaksana berbagai kegiatan operasionalditemukan
adanya pegawai dilingkungan kantor BPN kota Bandar Lampung yang
Inkomptensi yang dalam hal ini sangat berpengaruh pada hasil produk yang akan
dihasilkan, namun penyakit jenis ini seharusnya diterapi serta diberikan obat
yakni dengan cara proses rekrutmen yang sesuai dengan kebutuhan, kemudian
diberikan pendidikan serta pelatihan disesuaikan bidang atau seksi yang akan
dimana nantinya dia akan ditempatkan serta adanya pelatihan dan pendidikan
secara berkala untuk meningkatkan serta kemampuan para pegawai akan
kebutuhan masyarakat yang semakin besar akan kepengurusan sertifikat dan
lainsebagainya.
c. Sementara patologi yang timbul karena tindakan para anggota birokrasi yang
melanggar norma-norma hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan pada penyakit jenis ini biasanya dikarenakan keinginan mendapatkan uang
lebih,inibiasanyaterjadidisebabkanolehpihakbaikmasyarakatataupunbirokrat,
misalnya dengan cara memberikan sogok, sehingga bila persyaratan yang kurang
dapat diganti dengan uang sogokan, sehingga terapi untuk jenis ini yang diderita
oleh kantor BPN kota Bandar Lampung ini perlu disadarkan dari kedua belah
pihak dengan cara memberikan pemahaman dan transparansi soal syarat-syarat,
serta prosedur baik waktu dan biaya yang itempuh sehingga dapat menanggulangi
masalah penyogokan yang terjadi dan diterapkannya hukuman yang berat untuk
yang memberi sogok maupun yang diberi sogok sehingga menimbulkan efek jera
dan diharapkan dapat menggurangi penyogokan yang ada di kantor BPN kota
Bandar Lampung
d. Patologi yang dimanifestasikan dalam perilaku birokrat yang bersifat fungsional
atau negatif di kantor BPN kota Bandar Lampung ditemukan beberapa indikator
yangpaling mencolok adalah tentang kedisiplinan dalam kehadiran datang ke
kantor, masih banyak sekali baik pejabat maupun pegawainya yang dating telat
diatas jam masuk kantor, untuk penyakit jenis ini harus diberikan reward dan
punishment supaya tidak menjadi kebiasaan dan ini akan menjadi faktor
penghambat mulurnya waktu pelayanan dan dengan ditegakkan kedisiplinan akan
membuat pelayanan publik di kantor BPN Bandar Lampung akan semakin baik
terhadap masyarakat pengguna jasa layanan.
e. Sementara untuk patologi yang merupakan akibat situasi internal dalam berbagai
instansi pemerintahan ditemukan indikator yang paling menonjol yaitu mengenai
imbalan yang tidak memadai, penyakit jenis ini yang diderita oleh pegawai di
kantor BPN kota Bandar Lampung dengan cara memberikan renumerasi, karena
di kantor BPN Kota Bandar Lampungan belum dilakukan kebijakan tersebut
dengan cara ini diharapkan dapat meningkatkan penghasilan serta kesejateraan
terhadap para pegawai baik untuk dirinya maupun keluarganya sehingga
implikasinya diharapkanparapegawai akan lebih bertanggung jawab terhadap
pekerjaan dan dalam hal ini pelayanan terhadap masyarakat penggunalayanan.
8. Berikut beberapa terapi yang bisa diberikan di kantor BPN kota Bandar Lampung
antaralain:
a. Untuk meminimalisir patologi birokrasi yang ada dikantor BPN kota Bandar
Lampung perlu dilakukan langkah-langkah yang konkret bukan hanya sebagai
retorika semata dan masalah transparansi baik waktu serta biaya dalam pelayanan
seharusnya dijelaskan pada saat masyarakat mendaftarkan sertifikat yang
diinginkan.
b. Untuk pegawai yang inkompetensi seharusnya dalam penempatan sesuai dengan
pedoman rightmanontherightplace sehingga tidak banyak terjadi kesalahan
dalam hal pelayanan terhadap masyarakat serta pengisian atau rekruitmen jabatan,
batasan serta wewenang dan tanggung jawab dalam hal jabatan, persyaratan
jabatan, penghasilan jabatan, menciptakan kondisi sosial yang baik, menciptakan
emosional yang cerdas, mencerdaskan intelektualitas yang baik, menciptkan
karakter yang baik serta menciptakan spiritualitas yang baik.
c. Para pejabat di lingkungan BPN kota Bandar Lampung hendaknya melaporkan
kekayaan yang dimiliki dimulai dari pertama menjabat, serta diberikan
Penyadaran etika, penyadaran moralitas, peningkatan keimanan, kelayakan hidup,
melalui interaksi sosial, melalui keterbukaan, melalui pendidikan dan latihan,
melalui kelompok informal danformal.
9. Strategipelayananadministrasiyangdapatmeminimalisirpatologibirokrasibaikyang
bersifat mal administrasi maupun disfunction of Beureucracy antara lain dengancara:
a. Strategi penguatan peran birokrasi secara individu terkait dengan kualitas SDM
dalam hal ini birokrasi dalam meminimalisir patologibirokrasi.
b. Strategipenguatanperanbirokrasisecaraorganisasidilakukandengancaramelalui
empat pendekatan antara lain: pendekatan struktural, pendekatan teknologi,
pendekatan tugas, pendekatanorang.
c. Strategi penguatan birokrasi secara kesisteman dalam meminimalisir patologi bir
d. Birokrasi adalah sistem administrasi pelayanan prima pola layanan satuatap.

J. Saran
a. Untuk memperkaya dan menambah khasanah keilmuan umumnya ilmu administrasi
publik khususnya mengenai yang berkaitan dengan patologi birokrasi maupun patologi
administrasi dan diharapkan dapat dikembangkan oleh peneliti lain secara jauh dan
mendalam terhadap indikator yangaada.
b. Penelitian ini mengkritisasi teori yang sudah ada yakni terutama yang dipakai pada
penelitian ini mempunyai kelemahan, dimana teori yang digunakan tidak membagi
patologi kedalam dua konsep dasar, yakni: disfunction of Beureucracy dan mal
administrasisupayalebihmudahmelakukanterapinyadanpadateoriiniterjaditumpang tindih
pada indikator yang diberikan, sebagai contoh indikator menerima sogok dan indikator
penipuan itu ada di dua dimensi maing-masing yakni patologi karena persepsi dan
perilaku dan gaya manajerial dan dimensi tindakan melanggar hukum. Dalam
penelitianinipenelitianinipenelitimembagilimajenispatologiyangsudahadakedalam dua
kelompok yakni : disfunction of beureaucracy meliputi patologi yang timbulkarena
persepsi dan gaya manajerial para pejabat dilingkungan birokrasi, patologi yang
merupakan akibat situasi internal dalam berbagai instansi dilingkunganpemerintah.
Mal administration meliputi patologi yang timbul karena kurangnya atau rendahnya
pengetahuan keterampilan para petugas pelaksana berbagai kegiatan operasional,
patologi yang timbul karena tindakan para anggota birokrasi melanggar norma hukum
dan perundang-undangan yang berlaku, serta patlogi yang dimanifestasikan dalam
perilaku para birokrasi yang bersifat disfungsional atau negatif.
Oleh karena itu disarankan kepada peneliti lain untuk dapat mengembang teori tersebut
dengan masalah dan obyek yang berbeda.
K. Saran Praktis

1. Pengembangan Sumber Daya Manusia birokrasi sebagai individu hendaknya


diarahkan kepada pembentukan birokrasi yang berkualitas, bersih, taat dan
bersahabat serta memberikan Penyadaran etika, penyadaran moralitas, peningkatan
keimanan, kelayakan hidup,melalui interaksi sosial,melalui keterbukaan,melalui
pendidikan dan latihan, melalui kelompok informal dan formal dan dapat diwujudkan
dengan trainning dan kebijakan distribusi SDM yang merata baik dilihat dari aspek
kuantitas dan kualitas.
2. Untuk menciptakan pelayanan yang efektif dan tidak berbelit- belit, maka dibutuhkan
keterbukaan informasi tentang standar waktu penyelesaian agar masyarakat yang
mengurus sertifikat tanah dapat mengetahui biaya serta waktu penyelesaianyangseuai
dengan regulasi danSOP.
3. Hendaknya ditetapkan Standar pelayanan minimum,Standar Operasioal Prosedurdan
kebijakan kesisteman lainnya untuk pelayanan publik,sehingga pengawasan terhadap
pelayanann publik dapat dilakukan oleh siapa saja baik KPK, media massa dan
masyarakat dapat memberikan kontribusi dalam menilai kinerja dan kualitas
pelayanan publik sehingga dapat mengatasi patologi yang terjadi di lingkugan BPN
kota Bandar Lampung
4. Bentuk patologi birokrasi yang ditemukan di kantor BPN kota Bandar Lampung serta
terapiyang dapat dilakukan agar hal ini tidak terjadi berkesinambungan serta strategi
yang dilakukan baik individu, organisasi maupun sitem yang ada dalam birokrasi
dapat memperbaiki kualitas pelayanan publik baik hari ini dan esok hari agar
masyarakat kita merasa dirugikan dan mendapatkan pelayanan prima oleh para aparat
birokrat yang menjadi abdi masyarakat dan bukan hanya abdinegara.
DAFTAR PUSTAKA

Albrow, Martin,1989. Birokrasi.Yogyakarta: PT. TiaraWacana


Andrianto, Nico. 2007. Good E-Government: Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui
E.Governement. Malang: Bayu Media Publishing
Armstrong, Michael and Angela Baron. 1998. Performance Management the New Realities,
Institute of Personnel and Development, London.
Arep, Ishak dan Hendri Tanjung. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Penerbit
Universitas Trisakti.
Bellion, Carl J.,1980. Organization Theory and The New Public Administration. Boston,
Massachusetts: Allyn and Bacon Inc.
Bertens, K., 1993. Etika. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Bethan David, 1990. Birokrasi, Bumi Aksara, Jakarta
Bevir,Mark(editor),2007.EncyclopediaofGovernance,SAGEPublication,ThousandOaks-
London-NewDelhi.
Blau Peter M dan Marshall W. Meyer, 2000. Birokrasi Dalam Masyarakat Modern, Penerbit
Prestasi Pustakaraya, Jakarta.
Blumberg, M. dan Charles D.Pringgle. 1992. The Missing Opportunities of Organizational
Research : Some Implications for a theory of work performance. Academy of
Management Review, Vol. 7, No. 4.
Bouckaert, G., Verhoest, K. and Verschuere, B., 2003, Public Management and Governance:
An Introductory Text, London: Routledge.
Bryant, Caroline., dan Louise G White. 1989. Manajemen Pembangunan untuk Negara
Berkembang, LP3ES, Jakarta.
Caiden,G.E, 1991. Administrative Reforms Comes of Age, New York, Walter deGruyter.
Caiden, G.E., 1991. “What Really is Public Administration?” dalamPublic
Admnistration Review, Vol.51, No. 6.
Chandler Ralph C. and and Plano Jack, C. 1982. The Public Administration Dictionary, John
Wiley & Sons, New York, Brisbane,
Creswell, W. John. 2009. Qualitative, Quantitive, and Mixed Methods Approaches.
SAGEPublications. Thousand Oaks California 91320.
Crouch, Harold, “Patrimonialism and Military Rule in Indonesia,” dalam World Politics, Vol.
31, 1989.
Cooper,P.J. 1998. Public Administration for the Twenty-first Century. Orlando, Florida, :
Harcourt Brace.
Davis, Keith dan John W. Newstrom. 1985. Perilaku dalam Organisasi, Penerbit Erlangga
Denhardt Robert B. dan Denhardt Janet V. 2006.Public Administration: An Action Overview,
Fifth Edition.
---------------, 2003.The New Public Service Serving, not Steering, M.E. Sharpe, Armonk New
York, London England.
Denzin, Norman K., & Lincoln, Yvonna S., 2009. Handbook Of Qualitative Research.,
Yogyakarta; Pustaka Pelajar.
Dessler, Gary. 2000. Human Resource Management. New Jersey 07458, Prentice Hall Inc.
Denhardt Robert, B. and Janet V. Denhardt. 2006. Public Administration:An Action Overview,
Fisth Edition, Thomson Wadsworth, United States of America.
DerhartJanetV.danRobertB.Denhart,2007.TheNewPublicService–Serving,NotSteering,
Expanded Edition, M.F. Sharpe, Armonk, New York, London, England.
Donovan, F. & A.C. Jackson. 1991. Managing Human Service Organization. New York, N.Y.
Prentice Hall.
Dwiyanto Agus, dkk. 2003. Reformasi Tata Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Yogyakarta:
Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gajah Mada.
---------------, 2006.Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia, Seri Kajian Birokrasi:
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Dwiyanto Agus (editor), 2006. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik,
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
---------------, 2010. Manajemen Pelayanan Publik: Peduli, Inklusif, danKolaboratif.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
---------------, 2011. Mengembalikan Kepercayaan Publik Melalui Reformasi Birokrasi.
Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
Dwiyanto, Agus, dkk., 2008. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Eisanstadt, S.N, 1973. Traditional Patrimonialism and Modern Neopatrimonialism.
California: Sage Publications.
Farazmand, Ali (ed). 2009. Bureaucracy and Administration, New York: Taylor & Francis
Geou.
Fink, Hans, 2003. Filsafat Sosial Dari Feodalisme Hingga Pasar Bebas. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Frederickson, George H., (terjmh), 1987. Administrasi Negara Baru. Jakarta: LP3ES.
Frederickson, George H., 1977. Spirit of Public Administration. Jossey Bas Public
AdministrationSeries. Alabama.
Frederickson, George H, 1997. The Spirit of Public Administration. SanFrancisco
United States OfAmerica: Jossey- BasInc.
Frederickson, George, H., dan Kevin B. Smith, 2003. The Public Administration Theory
Primer. Westview Press.
Gareth R. Jones, 2007. Organizational Theory, Design and Change. New Jessey : Pearson
Prentice Hall.
Gerlof,E.A. 1985. Organizational Theory and Design: A Strategi Aproach For Management.
Singapura:McGraw-Hill.
Golembbiewski, Robert T. 2003. Ironies in Organization Development , New York: Marcell
Dekker.
Gruber, J>E. (1988).Controlling Bureaucracies: Dilemmas in Democratic Governance.
Berkeley: University of California Press.
Hardiman, Budi F. 2009. Demokrasi Deliberatif – Menimbang Negara Hukum dan Ruang
Publik dalam Teori Diskursus Jürgen Hubermas, Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
Harmon, M.M, 1995. Responsibility as Paradox: A Critique of Rational Discourse on
Gornment. London Sage Publications.
Haryatmoko, 2011. Etika Publik : Untuk Integritas Pejabat Publik dan Politisi. Jakarta; PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Hasibuan, Malayu SP. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta
:Penerbit Bumi Aksara.

Hatch,M.J. 1997. Organization Theory Modern, Symbolic, and Post Modern Perspective
Oxford Univ. Press.
Hatch Mary Jo dengan Cunliffe Ann, L. 2006. Organization Theory, Modern, Syimbolic, and
Postmodern Perspectives, Second Edition, Oxford University Press.
Henry Nicholas, 1995. Administrasi Negara dan Masalah-Masalah Publik, RajaGrafindo
Persada, Jakarta.
Heselbein,Prances,MarshalGoldsmithdanRichardBeckhard.2001.OrganisasiMasaDepan
(terjemahan). Jakarta: PT. Elex MediaKomputelindo.
Hidayat,Syarif,2007.TooMuchTooSoon:LocalStateElite’sPerspectiveOnandThePuzzle Of
Contemporarry Indonesian Regional Autonomy Policy. Jakarta: PT.
RajaGrafindoPersada.
Hilderbrand,ME&Grindle,MS1997,BuildingSustainablecapacityinthepublicsectorwhat
canbedone?’inMS,Grindle(Ed),Gettinggoodgovernment:capacitybuilding in
the public sectors of developing countries, Harvad University Press, Pp. 31- 61
Hood, Christopher, 1995/ “The New Public Management’ in the 1980s: Variations on the
theme” , Accounting, Organization and Society. Volume 20 Number 2/3.
Huberts, Maesschalek & Jurkiewicz, (ed.), 2008. Ethics and Integrity of Governance:
Perspectives Actors Frontiers. Edward Elgar, Cheltenham, UK- Northampton,
MA, USA.
Hughest, K, Eds. The Future of UK Compettitiveness and Role of Industrial Policy.London
:Policy Studies Institute
Hutagalung, Arie Sukanti dan Gunawan, Markus, 2008.Kewenangan Pemerintah di Bidang
Pertanahan.jJakarta: RajaGrafindo Persada.
Irmawati.2004. Peranan Goal Setting Dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Kerja
Karyawan. Medan: Digitized by USU.
Istianto, Bambang.2011. Demokratisasi Birokrasi. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Ivancevich, M.John. 2007. Perilaku dan Manajemen Organisasi (Jilid 2). Jakarta:Erlangga.
Jabbra, G.Joseph dan O. P. Dwivedi, 1988.Public Service Accountability: A Comparative
Perspective, Kumarian Press Inc.
Jackson,KarlD.,BureaucraticPolityATheoriticalframeworkForTheAnalysisofPowerand
Communication in Indonesia, Berkeley: University of California,1988.
Jones, Greath R., 2007. Organizational Theory, Design, and Change, Fifth Edition, Pearson
Prentice Hall.
Kane,Kimberly,F.1993.SituationalFaktorsandPerformance:AnOverview.DalamHuman
Resources Management Review, Vol.3No.2.
Kaloh, J. 2007. Mencari Bentuk Otonomi Daerah: Suatu Solusi Dalam Menjawab Kebutuhan
Lokal dan Tantangan Global. Jakarta: Rineka Cipta.
Keban, T. Yeremias, 2008. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik: Konsep Teori dan
Isu. Yogyakarta: Gaya Media.
Kettl, Donald, F., 2002. The Transformation of Governance : Public Administration for
Twenty –First Century America. Baltimore and London: The John Hopkins
University Press.
Kumorotomo, Wahyudi, 2002. Etika Administrasi Negara. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Kusdi, 2009.Teori Organisasi dan Administrasi. Jakarta: Salemba Humanika
------, 2011. Budaya Organisasi: Teori, Penelitian, dan Praktek. Jakarta: Salemba Empat.
LeMay, C. Michael, 2006. Public Administration : Clashing Values in the Administration of
Public Policy.Thomson Wadsworth.
Lipsky,Michael,1980.StreetLevelBureaucracy;DilemasofTheIndividualinPublicService.
Russel Sage Foundation, New York.
Makmur, 2007. Patologi serta terapinya: dalam ilmu administrasi dan organisasi, Makassar:
Refika Aditama.
Mangkunegara, Prabu, Anwar. 2008. Perilaku dan Budaya Organisasi. Bandung: Reflika
Aditama.
Menzel, Donal C., 2007. Ethics management For Public Administration; Building
Organization of Integrity. ME. Sharpe, Inc. Anmork, New York.
Miles, Mathew B., dan Huberman, A. Michael, 1992. Analisisi Data Kualitatif: Buku Sumber
Tentang Metode-Metode Baru. Penerjemah: Tjetjep Rohendi Rohidi, Jakarta:
University Press.
Moleong, Lexy J., 1994. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Monsod, T.C., 2008.The Philippine Bureaucracy: Incentive Structures and implications for
Performance. Human Development Network (HDN) Discussion Paper Series,
No.4.
Morgan, G, 1986. Images Of Organization. Beverly Hils, Ca: Sage Puvlications.
Muhammad,Fadel.2008.ReiventingLocalGovernment:PengalamanDariDaerah.Jakarta:
PT. Elex Komputindo.
Mulder, N. 1985.Pribadi dan Masyarakat Jawa. Jakarta: Sinar Harapan.
Muluk,, Khairul, 2006. Desentralisasi Pemerintahan Daerah. Malang: Bayumedia Publishing
& Center For Indonesian Reform.
Nasucha, Chaizi, 2004. Reformasi Administrasi Publik: Teori dan Praktek. Jakarta: Grasindo.
Nawawi,Ismail,2009.PerilakuAdministrasi:Kajian,Teori,danPengantarPraktek.Surabaya:
ITSPress.
Nurmandi, Achmad, 2010. Manajemen Pelayanan Publik. Yogyakarta: Sinergi Visi Utama.
Osborne, D. and Gaebler, T. 1993. Reinventing Governent: How the Enterpreneurial Spirit is
Transforming the Public Sektor New York : Plume.
Osborne,D.andPlastrik,P.,1997.BanishingBureaucracy:TheFiveStrategiesforReiventing
Government.Addison-Wesley, reading, MA..
Permana, Surya, 2008. Kebijakan Publik: Sebuah Tinjauan Filosofis. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Pollit, Christopher. 1993. Managerialism and Public Service The Ango-American Experience
2end Edition: Oxford University Press.
Pramusinto, Agus & Kumorotomo. 2009. Governance Reform di Indonesia: Mencari Arah
Kelembagaan Politik yang demokratis dan Birokrasi yang Professional.
Yogyakarta: Gaya Media.
Pramusinto dan Purwanto (ed), 2009. Reformasi Birokrasi, Kepemimpinan, dan Pelayanan
Publik: Kajian tentang Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia. Yogyakarta:
Gaya Media.
Pye,L.W. 1978. “Participation and Authority”, dalam Verba,S. & Pye (ed). The Citizen and
Politics: A Comparative. Standford: Grey Look Ltd.
Rakhmat, 2009.Teori Administrasi dan Manajemen Publik. Tangerang-Banten: Pustaka Arif.
Ripley, R.B & Frranklin, G.A. (1986).Policy Implementation and Bureaucracy.Chicago : The
Dosey Press.
Robbins, P.Stephen, 1994. Teori Organisasi: Struktur, Desain dan Aplikasi. Jakarta: Arcan.
---------------, 2003. Perilaku Organisasi, (Jilid 1 dan 2). Jakarta : PT. Indeks Kelompok
Gramedia.
Rosenbloom, David H. & Kravchuk, Robert. S. 2005. Public Administration Understanding
Management, Politics and Law in the Public Sector. USA: Mc.Graw Hill.
Ruky, Ahmad.S. 2001. Sistem manajemen Kinerja. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Ryavec, Karl W., 2003. Russian Bureaucracy Power and Pathology.Rowman & Littlefield
Publisher, Inc. Lanham-Boulder-New York—Toronto-Oxford.
Sampford, Charles & Preston, Noel, (ed), 1998. Public Sektor Ethics.The Federation Press/
Routledge.
Sangkala,2007.KnowledgeManagement:SuatuPengantarMemahamiBagaimanaOrganisasi
MengelolaPengetahuansehinggaMenjadiOrganisasiyangUnggul,Jakarta:PT.
RajagrafindoPersada.
Sangkala 2010.Perubahan Paradigma Administrasi Negara dan Implikasinya Terhadap
Karakter dan Desain Birokrasi Dalam Pelayanan Publik, Pidato Penerimaan
Jabatan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Manajemen Publik, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Santoso, Urip, 2005. Hukum Agraria dan hak-Hak Atas tanah. Jakarta: Kencana.
Santoso, Priyo Budi. Birokrasi Pemerintah Orde Baru: perspektif Kultural dan Struktual.
Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.
Sedarmayanti,2010.ManajemenSumberDayaManusia:ReformasiBirokrasidanManajemen
Pegawai Negeri Sipil. Bandung:Aditama.
-----------------, 2010. Reformasi Administrasi Publik, Reformasi Birokrasi, dan
Kepemimpinan Masa Depan (Mewujudkan Pelayanan Prima dan
Kepemerintahan yang Baik. Bandung: Aditama.
Shafritz, Jay M. dan Ott, J. Steven, 1987.Classics of Organization Theory, Second Edition,
Brooks/Cole Publishing Company Pasific Grove, California.
Shafritz, Jay M. ed., 2000.Defining Public Administration Selections from the International
EncyclopediaofPublicPolicyandAdministration,Westview,AMamberofthe
Perseus BooksGroup.
Shafritz, Jay M., Hyde, Albert, C. Parkes, Sandra, J. 2004 .Classics of Public Administration,
Fifth Edition, Thomson.
Siagian, Sondang P. 1994. Patologi Birokrasi: Analisis, Identifikasi, dan Terapinya. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Siagian, P. Sondang, 2000. Administrasi Penbangunan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sigit, Soehardi. 2003. Perilaku Organisasional (Esensi). Yogyakarta: Bagian Penerbitan
Fakultas Ekonomi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa.
Sinambella, Poltak, Lijan, 2006. Reformasi Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan dan
Implementasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sjamsuddin, Sjamsiar, 2005. Kepemerintahan & Kemitraan. Malang: Yayasan Pembangunan
Nasional & CV. Sofa Mandiri.
Smith, B.C, 1985. Dezentralization: The teritorial Dimension of the State . London : George
Allen & Urwin.
Sobhan, Syafuan Rozi, 2000, Masalah Birokrasi di Indonesia. Jurnal Transparansi, Edisi 18
Maret 2000.
Steer, M. Richard, 1977. Organizational Effectiveness A Behavioral View. Santa Monica,,
California: Goodyear Publishing Inc.
Stinger, Robert. 2002. Leadership and Organizational Climate: The Cloud Chamber Effect.
Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.
Subiyanto, Ibnu. 2002. Peluang dan Tantangan Peningkatan Pelayanan Kepada Masyarakat di
Era Desentralisasi, Jakarta: Bappenas.
Sukidin dan Damai Darmadi., Administrasi Publik. Yogyakarta: LaksBang Pressindo.
Sulistiyani, Ambar T. (ed), 2011. Memahami Good Governance Dalam Perspektif Sumber
Daya Manusia. Yogyakarta: Gaya Media.
Sumihardjo, Tumar, 2008. Penyelenggaaan Pemerintahan Daerah Melalui Pengembangan
Daya Saing Berbasis Potensi Daerah. Bandung: Fokusmedia.
Thoha, Miftah. 2002. Dimensi-dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara. Jakarta: PT,
RajaGrafindo Persada.
----------------.2002. Perspektif Perilaku Birokrasi (Dimensi-dimensi Prima Ilmu Administrasi
Negara, Jilid II. Jakarta: PT Rajagrafindo persada.
----------------,2005. Birokrasi Politik di Indonesia. Jakarta :PT. RajaGrafindo Persada.
----------------,2008. Birokrasi Pemerintah Indonesia di Era Reformasi. Jakarta: Kencana.
----------------, 2008.Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
----------------, 2008. Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Jakarta: Kencana.
Travers, Max, 2007. The New Bureaucracy: Quality Assurance and Its Critics. The Policy
Press University of Bristol UK.
Turmudzi, Didi, 2012. Budaya Birokrasi. Bandung: PT Prisma Press
Vroom, V., 1964.Work and Motivation. New York: Wiley.
Waters, Malcolm, 1994, Modern Sociological Theory, Sage Publications, London, Thousand
Oaks, New Delhi.
Weber, Max, (terjmh), 2009. Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Widaningrum, Ambar, 2009. Reformasi Manajemen Pelayanan Kesehatan, dalam Pramusinto
danPurwanto(ed).ReformasiBirokrasi,Kepemimpinan,danPelayananPublik:
Kajian tentang pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia. Yogyakarta; Gaya
Media.
Wilson, James Q.,1989. Bureaucracy: What Government Agencies Do and Why They Do It.
Basic Book. United State Of America.
Winardi, J. 2004. Manajemen Perilaku Organisasi, (Edisi Revisi). Jakarta : Penerbit Kencana.
--------------. 2004. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
Yin, Robert, K. 1996. Studi Kasus :Desain dan Metode. Jakarta: RajaGrafindo.

Publikasi Khusus dan Dokumen


II. TujuanPenelitian

Anda mungkin juga menyukai