Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN MAGANG PUI – PT KETAHANAN PANGAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

DI CAGAR ALAM PULAU DUA

DISUSUN OLEH :

NAMA : HELEN ATMISURI

NIM : 2224170060

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2020
HALAMAN PENGESAHAN
MAGANG MAHASISWA PUI-PT UNTIRTA
Judul : Dinamika Keanekaragaman Burung pada Tutupan Lahan
Mangrove di Pulau dengan Remote Sensing sebagai
Ketahanan Pangan Masyarakat Sekitar
Topik Unggulan : Inovasi Pangan Lokal di Provinsi Banten

a. Nama Mahasiswa : Helen Atmisuri


b. NIM : 2224170060
c. Jurusan/Prodi : Pendidikan Biologi
d. Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
e. No Hp : 081291451733
f. Alamat surel (e- : atmisurihelen@gmail.com
mail)
Dosen Pembimbing
a. Nama Lengkap : Dr. Enggar Utari, M.Si.
b. NIDN : 0015037106
c. Program Studi : Pendidikan Biologi
Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Lama Magang : 1 bulan

Mengetahui, Serang, 1 Desember 2020


Dosen Pembimbing Mahasiswa Magang,

Dr. Enggar Utari, M.Si Helen Atmisuri


NIP. 197103152002122001 NIM. 2224170060

Menyetujui,
Ketua PUI PT Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Prof. Dr. Meutia, SE., M.P.


NIP. 197208282003122001

i
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
PUSAT UNGGULAN IPTEK PERGURUAN TINGGI
KETAHANAN PANGAN
Jl. Raya Jakarta, KM 4 Pakupatan, Kota Serang – Banten
Telepon (0254) 208330. Fax (0254) 281254

Nomor : B/021/UN43/PUI-PT/TA.00/2020 Serang, 1 Desember 2020

Surat Keterangan Magang Kerja

Dengan Hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Prof. Dr. Meutia, SE., MP
Jabatan : Ketua PUI-PT Ketahanan Pangan (Inovasi Pangan Lokal) UNTIRTA
Dengan ini menerangkan bahwa
Nama : Helen Atmisuri
Asal : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Bahwa nama yang disebutkan di atas telah menyelesaikan kegiatan magang kerja atau praktik
kerja lapangan (PKL) di lembaga kami selama 1 (satu) bulan sejak tanggal 2 November 2020
sampai dengan 30 November 2020 dibawah bimbingan Dr. Enggar Utari, M.Si. di
laboratorium Pendidikan Biologi FKIP Untirta Ciwaru.

Helen Atmisuri telah selesai melaksanakan tugas serta tanggung jawab dengan baik selama
kegiatan magang kerja di lembaga kami. Selain itu, pihak yang bersangkutan juga cukup aktif
mempelajari serta mengikuti semua kegiatan yang dilaksanakan di lembaga.

Demikian, surat keterangan ini kami buat agar dipergunakan semestinya.

Ketua PUI – PT Mengetahui,


Ketahanan Pangan (Inovasi Ketua Jurusan
Pangan Lokal) UNTIRTA Pendidikan Biologi

Prof. Dr. Meutia, SE., MP


NIP. 197208282003122001 Mila Ermila Hendriyani, M.Pd
NIP. 197509192003122002

ii
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
PUSAT UNGGULAN IPTEK PERGURUAN TINGGI
KETAHANAN PANGAN
Jl. Raya Jakarta, KM 4 Pakupatan, Kota Serang – Banten
Telepon (0254) 208330. Fax (0254) 281254

Nomor : B/022/UN43/PUI-PT/TA.00/2020 Serang, 1 Desember 2020

Surat Keterangan Penelitian

Dengan Hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Prof. Dr. Meutia, SE., MP
Jabatan : Ketua PUI-PT Ketahanan Pangan (Inovasi Pangan Lokal)
UNTIRTA
Dengan ini menerangkan bahwa
Nama : Helen Atmisuri
Judul Penelitian : Dinamika Keanekaragaman Burung pada Tutupan Lahan Mangrove
di Pulau dengan Remote Sensing sebagai Ketahanan Pangan
Masyarakat Sekitar
Asal : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Bahwa nama yang disebutkan di atas dengan judul penelitian “Dinamika Keanekaragaman
Burung pada Tutupan Lahan Mangrove di Pulau dengan Remote Sensing sebagai Ketahanan
Pangan Masyarakat Sekitar” telah melakukan penelitian di bawah bimbingan dosen peneliti
PUI-PT Ketahanan Pangan (Inovasi Pangan lokal) UNTIRTA sejak tanggal 2 November
2020 sampai dengan 30 November 2020

Demikian, surat keterangan ini kami buat agar dipergunakan semestinya.

Ketua PUI – PT Ketua Jurusan Mahasiswa


Ketahanan Pangan (Inovasi Pendidikan Biologi
Pangan Lokal) UNTIRTA

Prof. Dr. Meutia, SE., MP Mila Ermila Hendriyani, M.Pd Helen Atmisuri
NIP. 197208282003122001 NIP. 197509192003122002 NIM. 2224170060

iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia – Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan
Laporan Magang ini.

Laporan Magang ini berjudul “Dinamika Keanekaragaman Burung pada


Tutupan Lahan Mangrove di Pulau dengan Remote Sensing sebagai Ketahanan
Pangan Masyarakat Sekitar”. Kegiatan magang ini telah penulis laksanakan dengan
baik di Cagar Alam Pulau Dua, yang berlokasi di Desa Sawah Luhur, Kecamatan
Kasemen, Kabupaten Daerah Tingkat II Serang.

Kegiatan magang ini merupakan salah satu syarat akademik bagi seluruh
mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Dalam penyusunan kegiatan magang ini penulis banyak mendapat bantuan


dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis
mengucapkan terimakasih sebesar – besarnya kepada :

1. Prof. Dr. H. Fatah Sulaiman, S.T., M.T. selaku Rektor Universitas


Sultan Ageng Tirtayasa.
2. Mila Ermila Hendriyani, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Biologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Dr. Enggar Utari, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, dan sarannya kepada penulis.
4. Prof. Dr. Meutia, SE., MP selaku Ketua PUI-PT Ketahanan Pangan
(Inovasi Pangan Lokal) UNTIRTA.
5. Segenap pihak kawasan Cagar Alam Pulau Dua yang telah banyak
membantu dan memberikan pengetahuan di lapangan.
6. Rekan – rekan seperjuangan mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dan dorongan baik moril maupun materil.

Peyusun menyadari bahwa laporan magang ini masih banyak


kekurangannya jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis dengan senang

iv
hati menerima kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun dan dapat
menjadi referensi untuk penyusunan laporan kegiatan yang sejenis.

Serang , 1 Desember 2020

Penyusun

Helen Atmisuri

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................... i

SURAT KETERANGAN MAGANG KERJA................................................. ii

SURAT KETERANGAN PENELITIAN ....................................................... iii

KATA PENGANTAR..................................................................................... iv

DAFTAR ISI................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vii

DAFTAR TABEL......................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2 Tujuan Magang Kerja .......................................................................... 2

1.3 Manfaat Magang Kerja ........................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 3

2.1 Mangrove ............................................................................................ 3

2.2 Cagar Alam Pulau Dua ........................................................................ 4

2.3 Kondisi Sosial Masyarakat ................................................................... 5

2.4 Ketahanan Pangan ............................................................................... 5

BAB III METODE PELAKSANAAN ............................................................. 7

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Magang Kerja ...................... 7

3.2 Metode Pelaksanaan ............................................................................ 7

BAB IV HASIL PELAKSANAAN MAGANG ................................................ 9

4.1 Hasil dan Pembahasan ......................................................................... 9

BAB V KESIMPULAN ................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 18

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 ..............................................................................................................10

Gambar 1 (a) ....................................................................................................10


Gambar 1 (b) ...................................................................................................10
Gambar 1 (c) ...................................................................................................10
Gambar 1 (d) ....................................................................................................10

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 ..................................................................................................................12

Tabel 2 ..................................................................................................................14

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Magang kerja merupakan bentuk perkuliahan melalui kegiatan bekerja


secara langsung di dunia kerja. Magang kerja ini merupakan suatu kegiatan
praktik bagi mahasiswa dengan tujuan mendapatkan pengalaman dari kegiatan
tersebut, yang nantinya dapat digunakan untuk pengembangan profesi.
Kegiatan magang kerja ini dilaksanakan di Cagar Alam Pulau Pulau. Cagar
Alam Pulau Dua merupakan salah satu wilayah kawasan konservasi Balai Besar
Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat. Dengan adanya ciri
khas dari ekosistem mangrove dan burung – burung air, menjadikan kawasan
konservasi ini sebagai peran yang sangat besar dalam aspek pengawetan
dibandingkan aspek pemanfaatan. Oleh sebab itu, ekosistem dan sumberdaya
alam kawasan Cagar Alam Pulau Dua ini perlu adanya pengelolaan, penjagaan,
pelestarian, pemanfataan secara optimal supaya menjadi sumber dan penunjang
kehidupan untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang.
(Takandjandji, 2011 : 95 – 96)

Pemilihan lokasi magang kerja di Cagar Alam Pulau Dua ini dengan
alasan karena Cagar Alam Pulau Dua merupakan salah satu kawasan konservasi
ekosistem mangrove yang memiliki prospek dalam bidang pariwisata di Serang,
Banten.

Pada pelaksanaan magang kerja ini dilakukan penulis memilih Cagar


Alam Pulau Dua karena penelitian tugas akhir skripsi dengan objek mangrove
yang sedang digarap oleh penulis berlokasi di Cagar Alam Pulau Dua, sehingga
dalam kegiatan magang kerja ini penulis dapat menggiring objek mangrove dan
mengaitkannya dengan ketahanan pangan. Dengan melakukan kegiatan magang
kerja di Cagar Alam Pulau Dua, diharapkan penulis mendapatkan pengetahuan
yang terkait dengan topik, yaitu inovasi pangan lokal di Provinsi Banten.

1
1.2 Tujuan Magang Kerja

Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan magang kerja diantaranya, yaitu :

1. Melakukan berbagai kegiatan magang kerja serta mempelajari


keanekaragaman mangrove sebagai ketahanan pangan masyarakat sekitar di
Cagar Alam Pulau Dua.
2. Menambah pengalaman dan wawasan mengenai dunia kerja di lapangan
yang bergerak di bidang ketahanan pangan.
3. Melatih mahasiswa di lapangan yang tidak tercakup di proses perkuliahan.

1.3 Manfaat Magang Kerja

Adapun manfaat pelaksanaan kegiatan magang kerja diantaranya, yaitu :

1. Bagi Mahasiswa :
a. Sebagai sarana latihan dan penerapan ilmu yang didapat di perkuliahan.
b. Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan, wawasan, dan
pengalaman di dunia kerja di bidang ketahanan pangan.

2. Bagi Instansi Magang dan Instansi Pendidikan :


a. Terciptanya hubungan yang baik dan adanya pertukaran informasi
antara pihak Cagar Alam Pulau Dua, PUI-PT Ketahanan Pangan
(Inovasi Pangan lokal) UNTIRTA, dan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mangrove

Mangrove merupakan komunitas pepohonan yang hidup diantara


daratan dan laut. Mangrove dipengaruhi oleh habitat lumpur berpasir dan
pasang surut air laut (Irwanto, 2007). Selain memiliki fungsi ekologis, yaitu
sebagai penyerap limbah, sebagai tempat asuhan berbagai macam biota,
sebagai penyedia nutrien bagi biota air, sebagai pencegah intrusi air laut,
sebagai penahan amukan angin taufan, tsunami, dan abras. Hutan mangrove
juga memiliki fungsi ekonomis, yaitu sebagai penyedia daun – daunan dan
kayu yang dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk obat-obatan (Dahuri, et
al, 1996).

Hutan mangrove yang dikenal sebagai hutan bakau, secara umum


diartikan sebagai tipe hutan yang tumbuh pada daerah pasang surut, yang
bebas genangan saat surut dan yang tergenang saat pasang, dan komunitas
tumbuhan yang bertoleransi dengan garam. Tumbuhan yang hidup adalah
gabungan ciri-ciri tumbuhan yang hidupnya di laut dan darat, hal ini
mengapa tumbuhan mangrove disebut tumbuhan yang bersifat unik.
Mangrove hanya tumbuh di pantai yang terlindungi oleh gerakan
gelombang, yang menyebar di semua laut subtropik dan tropik. Jika keadaan
pantai sebaliknya, maka pertumbuhan benih tidak dapat sempurna dan
menancapkan akarnya. (Riwayanti, 2014 : 17 – 18)

Melimpahnya hutan mangrove tidak diimbangi dengan kemampuan


masyarakat pesisir dalam pemanfaatannya. Buah mangrove jenis lindur
(Bruguiera gymnorrhiza Lamk.) dapat dieksplorasi sebagai sumber pangan
lokal baru terutama di daerah – daerah yang memiliki potensi hutan
mangrove yang luas, tetapi harus memperhatikan dan menjaga kelestarian
dari ekosistem hutan mangrove tersebut.

Mangrove jenis lain selain lindur yang juga memiliki potensi untuk
dijadikan tepung adalah mangrove jneis Brayo (Avicennia marina).

3
Avicennia marina (buah berbentuk seperti kacang), aegiceras (buah
silindris), dan nypa membentuk tipe buah yang dikenal sebagai
kriptovivipari, dimana biji telah berkecambah tetapi tidak terlindungi oleh
kulit buah (perikarp) sebelum lepas dari pohon induk. Masyarakat pesisir
pulau jawa memanfaatkan daun Avicennia marina yang masih muda sebagai
bahan sayur urap dan keripik mangrove. Avicennia marina memiliki biji
yang dapat dimakan sesudah dicuci dan direbus. Buah mangrove jenis
Avicennia marina mengandung kadar karbohidrat dan protein yang tinggi
sehingga bisa dimanfaatkan juga sebagai tepung pengganti terigu.
(Kusmana, 2003)

2.2 Cagar Alam Pulau Dua

Cagar Alam Pulau Dua merupakan salah satu wilayah kawasan


konservasi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa
Barat. Dengan adanya ciri khas dari ekosistem mangrove dan burung –
burung air, menjadikan kawasan konservasi ini sebagai peran yang sangat
besar dalam aspek pengawetan dibandingkan aspek pemanfaatan. Oleh
sebab itu, ekosistem dan sumberdaya alam kawasan Cagar Alam Pulau Dua
ini perlu adanya pengelolaan, penjagaan, pelestarian, pemanfataan secara
optimal supaya menjadi sumber dan penunjang kehidupan untuk generasi
sekarang dan generasi yang akan datang. (Takandjandji, 2011 : 95 – 96)

Kawasan Konservasi Pulau Dua merupakan teluk dan tanjung yang


memungkinkan adanya terpaan gelombang besar yang dapat mengancam
ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove di Pulau Dua dapat terkena
abrasi atau mengalami kejadian lainnya yang dapat menyebabkan kerusakan
pada ekosistem. Indikator yang paling mempengaruhi, yaitu seperti
keberadaan vegetasi mangrove, jika keberadaan mangrove tersebut semakin
berkurang dikarenakan terjadinya kerusakan atau tidak adanya
pembaharuan, maka hal ini dapat menyebabkan kerentanan ekosistem yang
akan meningkat.

4
2.3 Kondisi Sosial Masyarakat

Pulau Dua terletak pada Kecamatan Kasemen, dengan jumlah


penduduk sekitar 66.889 orang, yang terdiri dari 33.709 penduduk laki –
laki dan 33.180 penduduk perempuan. Penduduk di sekitar Pulau Dua
bermata pencaharian sebagian besar adalah sebagai petani padi dan palawija,
sebagian kecil bermata pencaharian sebagai pedagang, buruh atau tukang,
dan sisanya sebagai pensiunan pegawai negeri. Tata guna tanah di daerah
ini terdiri dari kebun atau tegal, sawah, ladang penggembalaan, hutan, dan
pekarangan. (Takandjandji, 2011 : 99)

2.4 Ketahanan Pangan

Dalam Worlds Food Summit di Roma, 1999, badan kesehatan dunia,


WHO, menyatakan bahwa status keamanan pangan dicapai adalah ketika
tersedia cukup bahan pangan, baik tingkat global, nasional, masyarakat
maupun tingkat rumah tangga, sepanjang waktu, dan terdapat akses fisik
maupun ekonomis untuk mendapatkan kebutuhan pangan sesuai yang
diinginkan untuk mendapatkan kehidupan yang sehat dan aktif. (Pramuji,
2004 : 22)

Dari konsep tersebut dapat dilihat bahwa ketahanan pangan


menyangkut aspek yang sangat luas. Ini menyangkut mulai ketersediaan
pangan yang cukup hingga kecukupan dilihat dari segi kebutuhan untuk
mendapatkan hidup yang sehat dan aktif. Secara umum terdapat empat
aspek utama dalam konsep ketahanan pangan yakni : ketersediaan pangan
(food availability), akses terhadap pangan (food accessibility), aspek
konsumsi (food utilization), serta kestabilan sistem pangan (food system
stability). (Pramuji, 2004 : 22)

Masalah yang dihadapi dalam rangka mecapai ketersediaan pangan


yang cukup sepanjang tahun adalah distribusi pangan yang itdak merata.
Dikatakan bahwa sesungguhnya jumlah produksi pangan dunia secara rata-

5
rata mampu menghidupi manusia penduduk dunia. Akan tetapi seandainya
pun tersedia pangan yang cukup, persoalannya tidak semua masyarakat
memiliki akses untuk mendapatkannya. Penduduk miskin oleh karena
ketiadaan atau kekurangan sumberdaya tidak mampu membeli pangan.
Masyarakat yang memiliki sumber daya untuk membeli atau memproduksi
sendiri, harus memastikan bahwa bahan pangan yang dikonsumsi haruslah
cukup baik secara gizi dan keamanan untuk mendapatkan hidup yang sehat
dan aktif. Selanjutnya ketersediaan dan kemampuan mendapatkan makanan
tersebut haruslah berlangsung sepanjang tahun/masa. (Pramuji, 2004 : 22)

6
BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Magang Kerja

Kegiatan magang kerja ini dilaksanakan dlaam waktu kurang lebih


satu bulan terhitung mulai tanggal 2 November 2020 sampai dengan 30
November 2020. Kegiatan magang kerja ini dilaksanakan di Cagar Alam
Pulau Dua. Penentuan lokasi tersebut mempertimbangkan bahwa Cagar
Alam Pulau Dua merupakan salah satu kawasan konservasi ekosistem
mangrove yang memiliki prospek dalam bidang pariwisata di Serang,
Banten. Cagar Alam Pulau Dua terletak di Desa Sawah Luhur, Kecamatan
Kasemen, Kabupaten Daerah Tingkat II Serang, Banten.

3.2 Metode Pelaksanaan

Kegiatan Magang Kerja Ketahanan Pangan di Cagar Alam Pulau


Dua dibimbing oleh dosen pembimbing yang berperan sebagai fasilitator
yang memberikan petunjuk serta informasi bagi peserta magang sesuai
dengan topik yang telah dibahas selama kegiatan magang kerja berlangsung
dan juga berperan sebagai fasilitator dalam bidang akademik untuk
memastikan peserta magang telah melakukan kegiatan magang sesuai
dengan prosedur atau peraturan yang telah ditetapkan. Metode pelaksanaan
pada kegiatan magang kerja ini meliputi sebagai berikut :

1. Praktik Kerja

Metode pelaksanaan praktik kerja dilakukan dengan harapan


peserta magang mampu menerapkan tridharma perguruan tinggi, yaitu
sesuai dengan bidang pendidikan, penelitian, serta pengabdian. Dalam
bidang pendidikan khususnya bertujuan untuk mempelajari
keanekaragaman mangrove di Cagar Alam Pulau Dua dalam ketahanan
pangan, sedangkan bidang penelitian dilakukan saat akan mencari
informasi atau data yang dibutuhkan selama kegiatan magang.

7
Pengabdian dalam kegiatan magang kerja diperoleh dari keaktifan
peserta magang untuk menyelesaikan kegiatan sesuai dengan prosedur
yang ditetapkan oleh pihak PUI-PT Ketahanan Pangan (Inovasi Pangan
lokal) UNTIRTA dan pihak Cagar Alam Pulau Dua.

2. Observasi
Metode observasi dalam kegiatan magang kerja ini dilakukan
dengan cara pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan
diteliti untuk mengumpulkan data primer yang dibutuhkan sesuai
dengan topik yang dibahas oleh peserta magang.
3. Pencatatan Data
Data yang dibutuhkan dalam kegiatan magang dengan topik
inovasi pangan lokal di Provinsi Banten ini merupakan data yang
dikumpulkan oleh peserta magang yang selanjutnya digunakan untuk
mendukung pembuatan laporan akhir kegiatan magang kerja.
4. Dokumentasi
Metode pelaksanaan dokumentasi dilakukan dengan tujuan
untuk melengkapi informasi – informasi yang diperoleh agar lebih
lengkap serta menunjang kebenaran dna keterangan yang diberikan
sesuai dengan topik inovasi pangan lokal di Provinsi Banten yang
dibahas.

8
BAB IV

HASIL PELAKSANAAN MAGANG

4.1 Hasil dan Pembahasan

Kegiatan magang PUI – PT Ketahanan Pangan UNTIRTA


dilaksanakan di 2 (dua) tempat, yaitu di Kampus Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa dan di Cagar Alam Pulau Dua, Serang, Banten. Kegiatan magang
yang dilakukan oleh penulis yaitu selama 1 (satu) bulan sejak tanggal 2
November 2020 sampai dengan 30 november 2020. Kegiatan magang di
kampus, yaitu pemberian materi mengenai mangrove yang dapat dijadikan
bahan pangan oleh masyarakat setempat seperti dodol, sirup, bahkan
menjadi kripik dari buah mangrove tersebut. Setelah itu, kegiatan magang
yang dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan di Cagar Alam Pulau
Dua adalah pengamatan mengenai keanekaragaman jenis mangrove yang
berpotensi sebagai ketahanan pangan masyarakat sekitar.

Vegetasi mangrove yang terdapat di kawasan Cagar Alam Pulau


Dua ini adalah api-api (Avicennia marina Vierh.) yang didominasi oleh
tanaman muda pada hutan wilayah berpasir. Tegakan yang lebih tua tediri
dari jenis Rhizohora spp., Lumnitzera racemosa Willd., Aegiceras
corniculatum L., Sonneratia alba Smith., Bruguiera cylindrica L. dan
Avicennia marina Vierh. Pertumbuhan sekunder pada areal bekas
pertanian didominasi oleh Hibiscus tiliaceus L., Sterculia foetida L.,
Allophylus cobbe (L) Blume, Ixora timorensis Decne., Tamarindus indica
L. dan Erythrina sp. Ekosistem asli kawasan CA Pulau Dua adalah hutan
mangrove yang memiliki berbagai tumbuhan pantai dan terdiri dari lima
komunitas seperti jenis api-api (Avicennia marina Vierh.), bakau
(Rhizopora apiculata BI.) dan Diospyros maritime pada bagian Timur dan
tumbuhan campuran antara laut dan darat seperti santigi.

Jenis mangrove yang berhasil diidentifikasi dari hasil temuan adalah


Rhizophora stylosa. Jenis mangrove ini sangat mendominasi di Cagar Alam

9
Pulau Dua dan pada jenis ini terdapat buah yang dapat diolah menjadi
pangan dan bunga mangrove. Bentuk morfologi Rhizophora stylosa
disajikan pada gambar berikut ini.

Gambar 1. Bentuk Morfologi Rhizophora stylosa

(a) Buah (b) Bunga dan Daun

(c) Akar (d) Batang

Menurut Nopianti et al (2018) Rhizophora stylosa tumbuh di daerah


berpasir, pasang surut, dan berlumpur memiliki tinggi mencapai 15 m,
warna batang abu – abu kehitaman, berakar tunjang dan akar udara
mencapai 3 m. Daun warna hijau, bentuk elips, dan meruncing. Gagang

10
kepala bunga seperti cagak, masing – masing menempel pada gagang
individu yang panjangnya 2 – 4 cm, terletak di ketiak daun, dan buah
memanjang 2 – 4 cm. Menurut Ellison et al (2010) taksonomi tumbuhan
mangrove Rhizophora stylosa sebagai berikut :

Regnum : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Classis : Magnoliopsida

Ordo : Malpighiales

Familia : Rhizophoraceae

Genus : Rhizophora

Spesies : Rhizophora stylosa Griff

Potensi nutrisi pada buah mangrove. Sekarang ini, pemanfaatan


buah mangrove sebagai bahan pangan mulai banyak dilirik dan dianjurkan.
Sudah tentu buah atau bagian lain tanaman mangrove yang dapat
dikonsumsi tidaklah ditujukan sebagai makanan utama, melainkan lebih
untuk tujuan penganekaragaman pangan. Selain untuk mengurangi
konsumsi makanan pokok (nasi, beras, jagung dan sagu), hasil olahan dari
buah mangrove yang berupa tepung dapat digunakan sebagai bahan baku
untuk menggantikan terigu sebagai sumber karbohidrat. Dari berbagai jenis
mangrove yang ada buah pedada atau Bruguerra sp., dengan kandungan
karbohidrat 19,66% (w/w) sangat potensial untuk diolah menjadi tepung
(Priyono, 2010). Tepung pedada selanjutnya digunakan untuk mensubtitusi
tepung terigu dalam pembuatan aneka macam penganan.

11
Tabel 1 : Kandungan nutrisi dari beberapa spesies tumbuhan mangrove.

Kandungan serat

Protein (% w/w)
Karbohidrat (%

Lemak kasar

Kadar abu (%
Air (% w/w)

(mg/100 g)
(% w/w)
Spesies

Kalsium
Tidak larut
w/w)

w/w)
Larut

Total
Mangrove

Sonnerattia
caseolaris (L) - 73,55 5,17 2,41 0,31 2,02 14,67 1,87 2,02 790
Buah
Sonneratia
ovata Back – 80,76 4,85 1,33 0,33 10,39 1,09 11,48 1,25 1100
Buah
Rhizophora
mucronata Poir 51,41 16,19 1,78 0,04 24,13 5,12 29,25 1,33 2980
– Polong muda
Rhizophora
mucronata Poir 46,63 22,29 1,96 0,41 26,93 0,53 27,46 1,25 3880
– Polong tua
Nypa fruticans 88,55 2,62 1,43 0,03 5,18 0,48 5,66 1,71 490
Bruguiera
parviflora
51,75 22,14 2,08 0,12 20,64 1,89 22,53 1,38 1490
(Roxb.) –
Polong
Acanthus
illicfolius L. – 80,21 6,29 3,08 1,56 7,13 0,64 7,77 1,09 1330
Buah
Condia
cochinchinensis 70,01 4,91 3,94 2,90 12,24 3,72 15,96 2,28 2060
Pierre – Buah
Rhizophora
apiculata Bl – 54,40 22,11 2,27 0,14 17,66 2,03 19,69 1,35 3200
Polong

12
Bruguiera
gymmorrrhiza 59,18 19,66 1,93 0,05 14,80 3,13 17,93 1,25 2050
(L) – Polong
Sumber : Bunyapraphatsara dkk. (2002)

Selain sebagai sumber karbohidrat buah mangrove umumnya


memiliki kandungan mineral kalsium yang cukup tinggi. Sehingga olahan
pangan dengan bahan baku mangrove dapat mendukung kecukupan mineral
kalsium pada konsumen. Kalsium diperlukan untuk pertumbuhan tulang.

Dari segi ketersediaan, buah mangrove sangat melimpah dan bagi


masyarakat pesisir mudah mendapatkan mangrove tanpa mengeluarkan
biaya yang banyak. Faktor ketidaktahuan manfaat dan ketrampilan
pengolahan harus lebih diintrodusir untuk menggalakkan pemanfaatan
mangrove.

Meskipun pemanfaatan buah mangrove sebagai sumber pangan


sudah digalakkan upaya ini masih terbatas pada program pemberdayaan
penduduk yang hidup di area hutan mangrove. Buah mangrove dapat diolah
menjadi tepung dan beragam bahan pangan olahan seperti sirup, keripik,
dodol, dan olahan makanan ringan lainnya (Priyono dkk., 2010). Produk
olahan dari buah mangrove memiliki prospek yang bagus jika dapat diolah
dengan standar mutu yang baik serta didukung oleh promosi yang baik.
Dengan usaha menghasilkan produk pangan yang komersil diharapkan
masyarakat dapat menambah kemampuan finansial untuk akses terhadap
sumber pangan lainnya.

Potensi anti mikroba dan anti oksidan buah mangrove. Ditinjau


dari segi kesehatan ternyata mangrove memiliki potensi menguntungkan.
Secara tradisional sudah banyak kelompok masyarakat pesisir
memanfaatkan daun mangrove menjadi teh seduhan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa mangrove ternyata mengandung senyawa biokimia
alami yang aktif antara lain flavonoids, antrokuinon, kelompok fenolik,
alkaloid dan triterpenoid (Ravikumar dkk., 2010). Kelompok senyawaan
aktif yang sangat tinggi ini membuat jenis buah mangrove memiliki aktifitas

13
sebagai anti mikroba maupun antioksidan. Dikutip dari sebuah hasil
peneletian di Thailand, ternyata ekstrak buah – buah mangrove memiliki
aktifitas sebagai antioksidan yang tinggi.

Tabel 2 : Aktifitas antioksidan dan penghambatan lipid peroksidase ekstrak


mangrove

Penghambatan lipid
Spesies Mangrove Antioksidan (EC50) µ/ml
peroksidase (IC50) µg/ml
Sonnerattia caseolaris
417 0,083
(L) – Buah
Rhizophora mucronata
3,83 0,3
Poir - Polong muda
Rhizophora mucronata
4,33 1,125
Poir - Polong tua
Nypa fruticans 53,33 0,950
Bruguiera parviflora
5,0 0,375
(Roxb.)- Polong
Acanthus illicfolius L. –
79,67 38,4
Buah
Cordia cochinchinensis
93,67 54,4
Pierre - Buah
Rhizophora apiculata Bl
36,80 3,850
- Polong
Bruguiera gymmorrrhiza
11.67 4,425
(L) - Polong
Sumber : Bunyapraphatsara dkk. (2002)

Dari hasil penelitian Dari hasil penelitian Bunyapraphatsara dkk.


(2002), ditemukan bahwa ekstrak buah Rhizophora dan Bruguiera
menunjukkan aktifitas antioksidan yang tinggi. Kedua jenis tumbuhan
mangrove ini jamak ditemukan di Indonesia. Antioksidan berhubungan
dengan kesehatan manusia khususnya dihubungkan dengan penyakit

14
penuaan dan degeneratif. Bahan-bahan aktif yang sebagai antioksidan
diketahui dapat menghambat proses penuaan dan penyakit degeneratif, serta
dapat mencegah kanker.

Pada penelitian lain menunjukkan bahwa ekstrak buah Rhizophora


mucronata yang sering disebut sebagai mangrove asia menunjukkan
aktifitas antimikroba yang sangat kuat terhadap Bacillus subtilis,
Staphylococcus aureus, Candida albicans, Aspergillus fumigatus dan
Aspergillus niger, dan cukup efektif dalam menghambat pertumbuhan
Pseudomonas aeruginosa dan Proteus vulgaris (Kusuma dkk., 2011). Hasil
yang sejalan ditemukan dalam penelitian terpisah oleh Ravikumar dkk.
(2010) yang menemukan bahwa ekstrak Rhizophora mucronata dan
Avicenna marina menunjukkan aktifitas yang tinggi terhadap isolasi bakteri
Escherichia coli, Paeruginosa, Klebsilia pneumonia, Enterobacter sp. dan
Streptococcus aureus. Dari bagian-bagian tanaman yang diekstrak
ditemukan bagian hipokotil memiliki aktifitas tertinggi dibandingkan
dengan ekstrak bunga maupun bagian ranting.

Penelitian Saad dkk, 2012, juga menunjukkan adanya aktifitas


antimikrobial dari bagian-bagian tanaman Sonneratian alba, khususnya
terhadap E. Coli, S. Aureua dan B. aureus. Lebih jauh ditemukan oleh
Mahadlek (2012) bahwa pada Sonneratia caseolaris terdapat komponen
fenolik yang bertanggung jawab terhadap aktifitas antimikroba tersebut
yakni asam gallat dan dua jenis flavonoid yakni luteonin dan luteolin 7-O-
β-glycoside. Ekstrak Sonneratia caseolaris aktif menghambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus and Candida albicans tetapi tidak dapat
menghambat pertumbuhan Escherichia coli. Demikian juga pada ekstrak
daun Avicennia marina yang lebih dikenal sebagai buah api – api, Alizadeh
– Behbahani dkk (2012) menemukan aktifitas sebagai antimikroba alami.

Kandungan logam berat pada mangrove. Mangrove termasuk


jenis tanaman air yang mampu mengabsorpsi garam mineral, termasuk
mineral logam berat. Logam berat diabsorbsi dari sedimen tanah dan atau
dari air melalui sistem perakaran dan ditransportasikan ke bagian tanaman

15
lainnya termasuk buah hingga ke daun (Prabhahar dkk., 2012). Logam berat
secara alami terdapat di kerak bumi dan biasanya berpindah dengan sangat
lambat. Masuknya logam berat ke badan air khususnya berasal dari buangan
aktifitas pertambangan, pembakaran pada industri dan buangan aktifitas
manusia lainnya yang masuk ke badan air seperti sungai, dan terakumulasi
ketika sampai di muara sungai menyebabkan pantai mengalami pencemaran.
Kondisi ini menyebabkan ikan di perairan pantai mengandung kadar logam
berat, yang tentu saja berpotensi menyebabkan penyakit atau masalah
kesehatan pada manusia sebagai konsumen. Dari sudut pandang ini,
mangrove dengan kemampuannya mengabsorbsi logam berat baik dari
sedimen maupun dari air perairan berperan menjadi suatu filter yang baik,
yang mengurangi pencemaran air laut. Akan tetapi di lain pihak, organisme
yang hidup di mangrove yang kandungan logam beratnya tinggi akan ikut
terkontaminasi dengan logam berat.

16
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan kegiatan magang PUI – PT Ketahanan Pangan UNTIRTA yang


dilakukan penulis di Cagar Alam Pulau Dua, penulis telah mencapai tujuan yang
telah dirumuskan yaitu penulis telah melakukan berbagai kegiatan sesuai yang
diinstruksikan oleh dosen pembimbing dan dapat menyelesaikannya. Selain itu,
dalam pelaksanaan kegiatannya juga penulis berhasil mengidentifikasi salah satu
jenis mangrove yang banyak tersebar di Cagar Alam Pulau yaitu Rhizophora stylosa
dan mengetahui pemanfaatan jenis mangrove tersebut dalam bidang ketahan
pangan misalnya dapat diolah menjadi seperti dodol, sirup, bahkan menjadi kripik.
Selain itu, penulis juga mendapatkan pengalaman bagaimana suasana dunia kerja,
wawasan, dan keterampilan baru yang nantinya dapat dimanfaatkan dalam dunia
kerja. Pengalaman tersebut sebagian besar tidak didapatkan di perkuliahan di mana
di dunia kerja lebih banyak praktiknya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Bunyapraphatsara, N., Srisukh, V., Jutiviboonsuk, A., Sornlek, P., Thongbainoi. W.,
Chuakul. W., Fong, H.H.S., Fezzuto, J.M. dam Kosmeder, J. (2002).
Vegetables from the Mangrove Areas. Thai Journal of Phytopharmacy. 9 (1) :
1 – 12.

Dahuri, R., Rais, J., Ginting, S.P., & Sitepu, M.J. (1996). Pengelolaan Sumber
Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu (cetaka n pertama).
Jakarta : PT. Pradnya Paramita.

Irwanto. (2007). Analisis Vegetasi untuk Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung


Pulau Marsegu, kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku.
Yogyakarta : Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada.

Kusmana, C., Onrizal dan Sudarmadji. (2003). Jenis-Jenis Pohon Mangrove di


Teluk Bintuni Papua. Bogor : Fakultas kehutanan IPB dan PT. Bintuni Utama
Murni Wood Industries.

Kusuma, S., Kumar, A.A., dan Boopalan, K. (2011). Potent antimicrobial activity
of Rhizophora mucronata. Journal of Ecobiotechnology. 3 (11) : 40 – 41.

Mahadlek, J., Phachamud, T., dan Wessapun, C. (2012). Antimicrobial Studies of


Sonneratia caseolaris Using Different Agar Diffusion. Research Journal of
Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences. 3 (1) : 404 – 410.

Prabhahar, C., Saleshrani, K., Tharmaraj, K. Dan Vellaiyan, M. (2012). Heavy


Metal pollution in mangrove Region : A review. Int. Journal of Pharm. &
Biological Archieves. 3 (3) : 513 – 518.

Pramuji. (2004). Penanganan Hutan Mangrove di Kawasan Pesisir Indonesia: Suatu


Program yang Sangat Mendesak. Oseana. 29 (1) : 19 – 26.

Priyono, A., Ilminingtyas, D., Mohson, Yuliani, L.S. dan Hakim, T.L. (2010).
Beragam Produk Olahan Berbahan Dasar Mangrove. Semarang : KeSEMaT.

Ravikumar, S., Gnanadesigan, M., Suganthi, P. dan Ramalakshmi, A. (2010).


Antimocrobial Potential of Chosen Mangrove Plants Against Isolated Urinary

18
Tract Infectious Bacterial Phatogens. International Journal of Medical
Sciences. 2 (3) : 94 – 99.

Riwayanti. (2014). Manfaat dan Fungsi Hutan Mangrove Bagi Kehidupan. Jurnal
Keluarga Sehat Sejahtera. 12 (24) : 17 – 23.

Saad, S., Taher, M., Susanti, D., Qralleh, H., dan Izyani, A.F. (2012). In vitro
Antimicrobial Activity of Mangrove Plant Sonneratia alba. Asian Pacific
Journal of Tropical Biomedicine. 11 (9) : 427 – 429.

Takandjandji, M. (2011). PENGELOLAAN CAGAR ALAM PULAU DUA DI


PROVINSI BANTEN SEBAGAI EKOSISTEM BERNILAI PENTING.
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 8 (1) : 95 – 108.

19

Anda mungkin juga menyukai