Populasi • Spesies, merupakan individu yang mempunyai persamaan secara morfologis, anatomis, fisiologis, dan mampu saling kawin dengan sesamanya yang menghasilkan keturunan yang fertil untuk melanjutkan generasinya. • Populasi, merupakan kumpulan dari spesies yang sama dalam waktu dan tempat yang sama. • Konservasi, merupakan pengelolah sumber daya alam yang menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan bagi sumber daya terbarui menjamin kesinambungan untuk persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman. 3 hal pokok dalam konservasi berdasarkan UU No. 5 tahun 1990, yaitu: 1. Perlindungan proses-proses ekologis yang penting atau pokok dalam sistem-sistem penyangga kehidupan. Proses ekologis adalah peristiwa saling mempengaruhi antara segenap unsur pembentuk lingkungan hidup. Proses ekologi diharapkan dapat berlangsung sinambung beserta sistem penyangga kehidupan lainnya, meskipun kawasan tersebut didayagunakan. 2. Pengawetan keanekaragaman hayati dan plasma nutfah. Plasma nutfah adalah bahan sumber yang mengatur kebakaan turun temurun yang diteruskan dari tetua kepada keturunannya melalui gamet yang merupakan substansi yang terdapat dalam setiap kelompok makhluk hidup dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapa dimanfaatkan dan dikembangkan atau dirakit atau untuk menciptakan jenis unggul atau kultivar baru. 3. Pemanfaatan sumberdaya alam hayati secara lestari beserta ekosistemnya. Untuk menciptakan sistem pengelolaan sumber daya hayati yang partisipatif dan berbasis masyarakat maka ada beberapa komponen yang seyogyanya dapat dijadikan target pelaksanaan, yaitu pola penguasaan sumber daya hayati, peningkatan kemampuan, pelestarian lingkungan, dan pengembangan udaha berkelanjutan (konservasi, pendaurulangan, penggunaan sumber daya yang dapat dibarukan, pengendalian populasi, dan restorasi). Metode Pengelolaan Keanekaragaman Hayati • Konservasi Insitu, pendekatan insitu meliputi penetapan dan pengelolaan kawasan lindung, seperti cagar alam, suaka margasatwa, taman nasional taman wisata alam, hutan lindung, sempadan sungai, kawasan plasma nutfah dan kawasan bergambut. • Konservasi Eksitu, kegiatan yang umum dilakukan antara lain penangkaran, penyimpanan, atau pengklonan karena alasan: (1) habitat mengalami kerusakan akibat konservasi; (2) materi tersebut dapat digunakan untuk penelitian, percobaan, pengembangan produk baru atau pendidikan lingkungan. • Restorasi dan Rehabilitasi, restorasi ekologis biasanya melibatkan upaya rekonstruksi ekosistem alami atau semi alami di daerah-daerah yang mengalami degradasi, termasuk reintroduksi spesies asli, sedangkan rehabilitasi melibatkan upaya untuk memperbaiki proses-proses ekosistem, misalnya Daerah Aliran Sungai (DAS), tetapi tidak diikuti dengan pemulihan ekosistem dan keberadaan spesies asli. • Pengelolaan Lansekap terpadu, meliputi alat dan strategi di bidang kehutanan, perikanan, pertanian, pengelolaan satwa liar dan pariwisata untuk menyatukan unsur perlindungan, pemanfaatan lestari serta kriteria pemerataan dalam tujuan dan praktek pengelolaan. Mengingat bahwa tataguna lahan tersebut mendominasi keseluruhan bentuk lansekap, baik di pedalaman maupun wilayah pesisir, reinvestasi untuk pengelolaan keanekaragaman hayati memiliki peluang besar untuk dapat diperoleh. • Formasi Kebijakan dan Kelembagaan, meliputi metode yang membatasi penggunaan sumberdaya lahan melalui zonasi, pemberian insentif dan pajak untuk menekan praktek penggunaan lahan yang secara potensial dapat merusak, pengaturan kepemilikan lahan yang mendukung pengurusannya secara lestari, serta menetapkan kebijakan pengaturan kepentingan swasta dan masyarakat yang menguntungkan bagi konservasi keanekaragaman hayati. Konsep Dasar pada Populasi yang Kecil Shaffer (1981) mendefinisikan istilah Minimum Viable Population (MVP) sebagai jumlah individu minimal yang diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup serta spesies. MVP merupakan ukuran kecil dari suatu populasi yang terisolisir dalam suatu habitat tertentu, yang berpeluang 99%, untuk bertahan hidup selama 1000 tahun. MVP dpaat didefinisikan pula sebagai ukuran populasi terkecil yang diperkirakan memiliki peluang yang sangat tinggi untuk bertahan hidup dimasa mendatang. Shaffer menekankan bahwa definisi MVP dalam konteks ini tidak mutlak, karena ditentukan berdasarkan tingkat peluang bertahan hidup serta kerangka waktu yang akan diperkirakan oleh peneliti. Langkah selanjutnya dalam penelitian konservasi spesies adalah memperkirakan Minimum Dinamic Area (MDA). MDA merupakan luasan atau jumlah habitat yang cocok dihuni agar MVP dapat dicapai atau dipertahankan. MDA dapat dihitung dengan mempelajari luasan daerah jelajah individu maupun kelompo atau koloni spesies terancam punah tersebut. Umumnya, luas kawasan antara 100-1000 km² dibutuhkan untuk melindungi berbagai populasi mamalia bertubuh kecil di Afrika, sedangkan untuk mempertahankan populasi karnivora besar seperti singa dibutuhkan kawasan seluas 10.000 km². Masalah pada Populasi yang Berukuran Kecil 1. Hilangnya keragaman genetik da timbulnya masalah dalam tekanan silang-dalam atau perkawinan sedarah (inbreeding depression) serta hanyutan genetik (genetic drift). 2. Perubahan demografik, ketika laju kelahiran dan laju kematian akan mengalami variasi acak dan mengakibatkan perubahan pada struktur dan komposisi populasi. 3. Perubahan lingkungan, yang dapat disebabkan oleh bermacam ragam peristiwa termasuk pemangsaan, kompetisi, penyakit, persediaan pangan, maupun bencana alam yang terjadi sewaktu-waktu.