BAB I
PENDAHULUAN
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan
daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas
memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan
populasi.
Nama komunitas harus dapat memberikan keterangan mengenai sifat-sifat komunitas
tersebut. Cara yang paling sederhana, memberi nama itu dengan menggunakan kata-kata
yang dapat menunjukkan bagaimana wujud komunitas seperti padang rumput, padang pasir,
hutan jati.
Cara yang paling baik untuk menamakan komunitas itu adalah dengan mengambil
beberapa sifat yang jelas dan mantap, baik hidup maupun tidak. Ringkasannya pemberian
nama komunitas dapat berdasarkan :
1. Bentuk atau struktur utama seperti jenis dominan, bentuk hidup atau indikator lainnya
seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan. Dipterocarphaceae, dapat juga
berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil.
2. Berdasarkan habitat fisik dari komunitas, seperti komunitas hamparan lumpur, komunitas
pantai pasir, komunitas lautan,dll.
BAB II
ISI
2.1. DEFINISI KOMUNITAS
Komunitas atau dalam kepustakaan Eropa biasa disebut biocoenase atau
biocenosis adalah kelompok populasi makhluk hidup dalam suatu daerah atau habitat
tertentu. Ukuran besarnya komunitas dapat bermacam-macam. Ada komunitas hewan
dan fungu yang hanya tinggal pada sebatang yang telah busuk, atau ada komunitas
tumbuhan di hutan yang luasnya sampai mencapai suatu benua.
1. Keragaman (diversity) spesies :
Dapat di bahas mengenai spesies hewan dan tumbuhan yang hidup dalam suatu
komunitas tertentu. Daftar spesies merupaka ukuran sederhana bagi kekayaan
spesies atau keragaman spesies atau dapat juga disebut diversitas spesies.
2. Bentuk dan struktur pertumbuhan :
Tipe komunitas dapat ditafsirkan dengan kategori utama bentuk pertumbuhan,
misalnya pohon, perdu, atau lumut. Kemudian dapat diperinci kedalam kategori
pertumbuhan yang lebih kecil, misalnya pohon berdaun lebar, pohon berdaun jarum.
Bentuk pertumbuhan tersebut dapat menentukan stratifikasi komunitas.
3. Dominansi :
Dapat diamati bahwa tidak semua spesies dalam komunitas sama pentingnya dalam
menentukan sifat komunitas. Dari beratus spesies yang mungkin ada dalam
komunitas, hanya beberapa saja yang berpengaruh dan dapat mengendalikan
komunitasbaik mengenai ukuran besarnya, cacah, atau dari aktivitasnya. Spesias
dominan adalah spesies yang secara ekologi sangat berhasil dan yang mampu
menentukan kondisi yang diperlukan untuk pertumbuhannya.
4. Kelimpahan nisbi :
Proporsi spesies yang berbeda dalam komunitas dapat ditentukan.
5. Struktur trofik:
Hubungan makan dalam komunitas akan menentukan arus energi dan bahan dari
tumbuhan dari herbivor ke karnivor
Ekologi Hewan | Komunitas
2.2. DOMINANSI
Sebuah komunitas paling sedikit terdiri dari komponen utama yaitu produsen,
makro dan mikro konsumen. Spesies dominan secara ekologi adalah species yang
berhasil dan mampu menentukan kondisi yang diperlukan untuk pertumbuhanya.
Dominansi adalah pengendalian nisbi yang diterapkan oleh makhluk atas komposisi
spesies dalam komuntas.
Tumbuhan lebih sering dominan dalam komunitas terestrial hewan. Dalam
komunitas akuatik hewan secara nisbi lebih penting, walaupun dominansinya tidak
berkembang. Kriteria lain untuk evaluasi spesies adalah dengan kerapatan atau cacah
individu yang ada persatuan luas.
Rumus indek dominansi menurut Simpson (1949) sebagai berikut:
C= (ni/N)2
Keterangan :
C = index diversitas
ni = nilai kepentingan tiap-tiap spesies (misal cacah individu,
biomassa, produksi, dsb)
N = jumlah nilai kepentingan
3. Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu
arah yang berlangsung lambat secara teratur pasti terarah dan dapat diramalkan.
Suksesi-suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam
komunitasnya dan memerlukan waktu. Proses ini berakhir dengan sebuah komunitas
atau ekosistem yang disebut klimas. Dalam tingkat ini komunitas sudah mengalami
homoestosis. Menurut konsep mutahir suksesi merupakan pergantian jenis-jenis
pioner oleh jenis-jenis yang lebih mantap yang sangat sesuai dengan lingkungannya.
komunitas sebagian bergantung pada struktur fisik komunitas. Kedua aspek struktur
komunitas berpengaruh kuat pada fungsi suatu komunitas. Yang dimaksud fungsi
komunitas adalah kerja suatu komunitas sebagai suatu pemproses energi dan zat hara.
Komunitas berfungsi dengan jaringan yang rumit interaksi spesies.
Di dalam kerangka ekologi harus diingat bahwa komunitas terpadu oleh
koevolusi kelompok spesies yang berinteraksi. Baik struktur maupun fungsi komunitas
telah dimodifikasi oleh seleksi alam yang bertindak pada individu penyusun komunitas.
Ada tiga komponen penyusun struktur fisik komunitas. Tumbuhan membentuk
matrik dasar bagi seua komunitas, dan bentuk pertumbuhan dari tumbuhan adalah
komponen penting untuk struktur komunitas. Sistem akuatik dan sistem daratan sangat
berbed pada strukturnya, tetapi banyak aspek pola ruang cacak menjadi milik bersama
kedua sistem tersebut. Termasuk dalam hal ini adalah migrasi vertikal zooplankton
didanau maupun dilautan.dengan kemampuan zooplankton tersebut berenang maka
again cacaknya tidak panggah. Musim mengubah struktur semua komunitas didaerah
tropik, dan peristiwa musiman berbahaya untuk berfungsinya komunitas alami.
Dasar untuk klasifikasi spesies adalah fidelitas mereka untuk komunitas, jadi
suatu spesies dapat dikatakan eksklusif bila spesies tersebut adanya di suatu daerah
tunggal, habitat tunggal atau komunitas tunggal. Suatu spesies disebut karakteristik jika
spesies tersebut melimpah dalam sutu daerah atau komunitas tapi juga ada dalam
jumlah kecil diseberang tempat lainya. Spesies disebut ubiquitous bila spesies tersebut
terdapat dengan agian yang kurang lebih sama dalam berbagai jenis komunitas.
Fidelitas sendiri merupakan derajat keterbatasan suatu spesies untuk situasi tertentu.
Spesies yang eksklusif sering bersifat langka, dan tidak penting dalam dinamika
komunitas. Tapi jika menyolok sering spesies tersebut merupakan spesies indikator
yang berguna untuk identifikasi dan mengenali satuan-satuan komunitas. Satuan spesies
dengan fidelisme tinggi adalah spesies dengan preferensi kuat untuk komunitas tertentu
atau terbatas pada komunitas tertentu tersebut.
Pengenalan spesies yang krakteristik merupakan suatu kesukaran khusus, karena
harus ditentukan seberapa melimpah suatu spesies seharusnya dalam suatu komunitas
sebagai suatu preferensi pasti terhadap yang lainnya. Suatu spesies dikatakan
karakteristik jika memiliki kepanggahan dalam komunitas, yaitu terdapat dalam 50%
dari semua cuplikan yang diambil. Induktor ekologik biasanya bukan spesies yang
Ekologi Hewan | Komunitas
dominat dan bukan yang melimpah. Namun umumnya ditekankan pda banyak spesies
yang langka dalam suatu komunitas.
Waktu yang dibutuhkan spesies berada dalam komunitas menentukan jumlah
pengaruh yang ditimbulkan oleh spesies tersebut. Pada umumnya makin lama periode
tahunan suatu spesies aktif makin menjadi penting peranan yang dimainkannya.
Berdasarkan waktunya, maka spesies dapat digolongkn menjadi :
Perennial, ialah yang aktif dalam suatu komunitas sepanjang tahun, dari tahun ke
tahun berikutnya
Musiman, yang ada atau aktif dalam bagian-bagian tahun
Mendaur, ialah spesies yang penting dalam beberapa tahun, kemudian dapat
diabaikan pada tahun berikutnya, dengan fluktuasi dalam cacah yang sangat luas.
Walaupun suatu spesies terdapat dalam suatu komunitas, tetapi akan dianggap
inaktif bila sedang dalam keadaan hibernasi atau sedang tidur (dormansi) atau bila
diwakili oleh sebuah telur, spora, atau kista dalam daur hidupnya.
Komunitas pada lingkungan yang berlainan akan mengandung cacah spesies yang
berbeda. Pada tahun-tahun terakhir ini telah dikembangkan petunjuk-petunjuk kuatitatif
untuk menerangkan hubungan antara struktur komunitas yang tidak hanya (1) dalam
cacah spesies, tetapi juga (2) dalam cacah individu secara nisbi pada tiap-tiap spesies.
Diantara sejumlah petunjuk yang berlainan mengenai keragaman spesies yang telah
disusun, yang sering digunakan adalah yang berdasarkan teori informasi dalam
communication engineers. Aplikasi teori informasi untuk analisis komunitas ekologik
pertama kali dilakukan oleh MARGALEF pada fitoplankton dalam tahun 1957 dan oleh
Mac ARTHUR untuk burung dalam tahun 1961. Index keragaman menurut Pielou
(1966) adalah sebagai berikut:
Hi = -
Keterangan :
Makin tinggi nilai Hi makin besar diversitas spesies dalam komunitas, mungkin
ada cacah spesies yang besar atau again individu yang merata dalam komunitas atau
Ekologi Hewan | Komunitas
keduanya. Misalnya jika digunakan loge atau ln dan diandaikan ada 100 individu dalam
suatu populasi, sehingga:
1. Jika hanya ada 1 spesies, maka Hi = 0.
2. Jika ada 5 spesies dengan 20 individu dalam masing-masing spesies, maka Hi =
1,61.
3. Jika ada 10 spesies dengan 10 individu dalam masing-masing spesies, maka Hi =
2,30.
4. Jika ada 100 spesies dengan 1 individu dalam masing-masing spesies, maka Hi = 4,
61. Sesungguhnya, jika terjadi akan sangat langka bahwa tiap-tiap spesies sama
cacah individunya, biasanya spesies dapat disusun menurut beberapa spesies dengan
cacah individu yang besar, diikuti oleh spesies yang cacah individunya makin kecil.
Misalnya :
5. Jika ada 5 spesies dengan masing-masing bercacah individu 50, 20, 15, 8, dan 2,
maka Hi = 1,26, yang ternyata memberi index keragaman lebih rendah dari pada no
2.
6. Jika ada 10 spesies yang masing-masing dengan individu 45, 25, 15, 8, dan 2, maka
Hi = 1,50. Dalam nomor 6 ternyata index keragaman tidak sebesar dalam nomor 3
karena again individu kurang beragam, tetapi masih lebih besar dari pada nomor 5
karena cacah spesies lebih besar dan susunan individu berbeda walaupun hanya
menyangkut 5 individu. Index diversitas telah dipergunakan sedemikian jauh,
terutama untuk membandingkan komposisi, dalam komunitas berbeda, kelompok
taxsonomik yang sama bentuk kehidupannya.
Spesies yang terdapat dalam suatu komunitas dengan komunitas lainnya berbeda.
Perbedaan tersebut dalam jumlah spesiesnya atau dapat pila taxonnya, atau keduanya.
Demikian setiap komunitas mempunyai nilai kerapatan spesies da keanekaragaman
spesies. Index keanekaragaman spesies adalah suatu ratio antara jumlah spesies dan
nilai kepentingan.
Keanekaragaman spesies cenderung menjadi rendah dalam suatu ekosistem yang
dikendalikan oleh faktor fisik dan cenderung tinggi dalam ekosistem yang terkendali
secara biologis. Keaekaragaman spesies dapat berbeda kerena beberapa hal:
1. Besarnya sumber daya hidup yang dapat dimanfaatkan
2. Luasnya relung ekologi yang dapat dimanfaatkan oleh spesies penyusunnya
Ekologi Hewan | Komunitas
Cacah spesies adalah konsep yang pertama dan tertua sebagai konsep keragaman
spesies dan disebut kekayaan spesies.
Konsep yang kedua tentang keragaman spesies adalah konsep heterogenitas.
Salah satu masalah dalam penghitungan cacah spesies sebagai suatu ukuran keragaman
adalah bahwa penghitungan tersebut memperlakukan spesies langka dan spesies biasa
sebagai sesuatu yang sama. Suatu komunitas dengan dua spesies dapat dibagi dalam
dua cara ekstrim :
Komunitas 1
Komunitas 2
Spesies A
99
50
Spesies B
50
Komunitas yang kedua tampak lebih beragam dari pada yang pertama PEEL
menyarankan penggabungan konsep cacah spesies dengan konsep kelimpahan nisbi
menjadi suatu konsep tunggal heterogenitas. Heterogenitas lebih tinggi dalam suatu
komunitas bilamana terdapat lebih banyak spesies dan bilamana spesies tersebut sama
melimpahnya.
Suatu masalah yang sulit, timbul dalam menentukan cacah spesies dalam suatu
komunitas biologik : hitungan tergantung pada ukuran besarnya cuplikan. Pencuplikan
yang cukup biasanya dapat mengatasi masalah tersebut, terutama dengan spesies
vertebrata, tetapi tidak demikian dengan insecta dan arthropoda, sebab pada keduanya
hitungan spesies tidak dapat lengkap.
Dua strategi berbeda telah dipergunakan dalam menangani masalah tersebut.
Yang pertama berbagai agian statistik dapat dicocokan pada kelimpahan nisbi spesies.
Suatu gambaran sangat karakteristik tentang komunitas adalah bahwa mereka berisi
secara komparatif sedikit spesies yang biasa dan secara komparatif sejumlah besar
cacah spesies untuk area tertentu yang manapun dan cacah individu dalam tiap-tiap
spesies. Dalam banyak cuplikan faunal, cacah spesies yang diwakili oleh suatu
spesimen tunggal adalah sangat banyak, spesies diwakili oleh dua spesimen kurang
banyak, dan demikian seterusnya sampai hanya beberapa spesies yang diwakili oleh
banyak spesimen.
Pendekatan kedua mengenai keragaman spesies meliputi ukuran heterogenitas
suatu komunitas. Ukuran heterogenitas yang paling populer adalah yang berdasarkan
teori informasi.
10
( Pi log pi )
11
S = 3,3 A0,30
Preston menunujukkan bahwa miringnya garis kurva cacah spesies luas wilayah
( z ) cenderung sebesar sekitar 0,30 untuk berbagai pulau, dari kutu vertebrata di Hindia
Barat, semut di Melanesia, dan vertebrata di pulau di Michigan, sampai tumbuhan
daratan di Galapagos.
Cacah spesies bertambah besar dengan bertambah besarnyalah luas wilayah di
benua seperti halnya pada pulau-pulau. Ada kisaran antara 10 acres sampai kira-kira
1000000 acres ( 1 hektar = 2,4 acres ) yang garis lurus kurva tersebut berbentuk
S = 40 A0,17
Untuk burung-burung di Amerika Utara.
Jumlah spesies di suatu tempat pada dasarnya bergantung pada tingkat imigrasi
dan tingkat kepunahan. Tingkat imigrasi spesies ke suatu pulau akan sama dengan nol
bila jumlah spesiesnya sudah sama dengan jumlah spesies di benua induknya.
Pada umumnya tingkat imigrasi dipengaruhi oleh jarak pulau dari benua. Makin
jauh makin rendah tingkat imigrasinya. Sedang tingkat kepunahan dipengaruhi
terutama oleh luas pulaunya. Makin luas pulau makin rendah tingkat kepunahannya.
Oleh karena itu jumlah spesies di suatu pulau juga dipengaruhi oleh jaraknya dari benua
dan luas atau sempitnya pulau. Teori keseimbangan spesies dan teori kuantitatifnya
banyak dibicarakan dalam biogeografi, terutama island biogeography.
3.5. SUKSESI
Perubahan komunitas yang terjadi disebut suksesi ekologi. Proses yang terjadi
berupa urutan-urutan yang lambat, pada umumnya perubahannya dapat diramalkan
yakni dalam hal jumlah dan jenis mahkluk organisme yang ada di suatu tempat .
Perbedaan intensitas sinar matahari, perlindungan dari angin, dan perubahan tanah
dapat merubah jenis-jenis organisme yang hidup di suatu wilayah.
Perubahan-perubahan ini dapat juga merubah populasi yang membentuk
komunitas. Selanjutnya karena jumlah dan jenis spesies berubah, maka karakteristik
fisik dan kimia dari wilayah mengalami perubahan lebih lanjut. Wilayah tersebut bisa
mencapai kondisi yang relatip stabil atau disebut komunitas klimaks, yang bisa berakhir
hingga ratusan bahkan ribuan tahun
Berubahnya komunitas karena adanya reaksi ataupun koaksi dari makhuk itu
sendiri, atau juga dapat disebabkan adanya perubahan lingkungan karena malapetaka
Ekologi Hewan | Komunitas
12
musim
kemarau panjang,evolusi
organik
,iklim
dan
ekosistem satu dengan lainnya disebut suksesi. Suksesi ini berlangsung terus menerus
secara kontinyu mencapai titik akhir (klimaks). Didalam proses suksesi terjadi deretan
komunitas yang menyusun urutan suksesional menuju klimaks, urutan tersebut
dinamakan sere. Terjadinya sere tersebut merupakan akibat kekuatan predominan
misalnya : kekuatan biotik, iklim, fisiogeografik biosere, klisere, eusere dan geosere.
Dua tipe perubahan temporal dapat terjadi pada komunitas , yaitu:
1. Suksesi yakni perubahan yang berarah (bertujuan) kearah klimaks pada saat-saat
tertentu .
2. Cyclic yaitu perubahan yang tak berarah kearah klimaks pada saat-saat tertentu,
sehingga perubahan tersebut berfluktuasi disekitar rata-rata.
Konsep suksesi oleh Krebs (1978) dikatakan bahwa suksesi dapat ditunjukan
pada tingkat perkembangan tumbuhan pada gundukan pasir dipantai perairan. Sedang
Miller (1982) menyebutkan bahwa ekosistem bersifat dinamis , oleh karena itu
memungkinkan terjadinya suksesi. Dalam ekositem, salah satu komponennya adalah
makhluk hidup yang dapat mengubah kondisi lokal (tempat hidupnya). Perubahan
lingkungan tersebut dapat diakibatkan karena malapetaka (banjir, kemarau panjang dan
sebagainya) maupun hasil ulah makluk hidup tersebut terutama manusia misalnya :
dampak industrialisasi, pencemaran dan lainnya.
Kondisi yang demikian akan memaksa komunitas yang berada diarea tersebut
mengubah untuk adaptasi atau justru mengalami kematian karena tidak dapat
menyesuuaikan dirinya dengan perubahan lingkungan . walaupun demikian, sebenarnya
ekosistem memiliki sifat atau naluri untuk mengembalikan keseimbangan ekosistem
yang stabil, setelah mendapatkan gangguan dari luar. Contohnya adanya organisme
perintis (lichenes) yang akan mengawali untuk mengembalikan ekosistem yang
seimbang. Kemudian digantian spesies lain untuk melanjutkan sampai terjadi
Ekologi Hewan | Komunitas
13
14
2.
Suksesi ekologik karena modifikai oleh lingkungan, jadi suksesi ekologik ini
terkendali oleh komunitas, walaupun sebenarnya lingkungan fisik dapat
menentukan batas-batas sberapa jauh perkembangan ekosistem dapat berlangsung.
3.
A. Definsi Suksesi
Suksesi adalah suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur
yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk
komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula. Dengan perkataan lain.
suksesi dapat diartikan sebagai perkembangan ekosistem tidak seimbang menuju
ekosistem seimbang. Suksesi terjadi sebagai akibat modifikasi lingkungan fisik
dalam komunitas atau ekosistem.
Pengertian suksesi adalah proses perubahan ekosistem dalam kurun waktu
tertentu menuju ke arah lingkungan yang lebih teratur dan stabil. Proses suksesi akan
berakhir apabila lingkungan tersebut telah mencapai keadaan yang stabil atau telah
mencapai klimaks. Ekosistem yang klimaks dapat dikatakan telah memiliki
homeostatis, sehingga mampu mempertahankan kestabilan internalnya.
B. Konsep Suksesi
Sere
Seluruh seri komunitas yang terbentuk pada keadaan/waktu tertentu
Suksesi
Suatu seri perubahan berurutan dan bertahap dari komunitas pada suatu wilayah
ekosistem tertentu
Klimaks
Suatu keadaan seimbang-dinamis dari populasi yang menentukan dalam
perjalanan suksesi ekologis yang optimum.
Pada prinsipnya semua bentuk ekosistem akan mngalami perubahan baik
struktur maupun fungsinya dalam perjalanan waktu.Beberapa perubahan mungkin
hanya merupakan fluktuasi local kecil sifatnya,sehingga tidak memberikan arti yang
Ekologi Hewan | Komunitas
15
16
17
Yang pertama kali masuk biasanya berupa tumbuhan pelopor atau pionir yaitu
tumbuhan yang berkemampuan tinggi untuk hidup pada keadaan lingkungan yang
serba ke atas atau mempunyai berbagai factor pembatas, seperti kesuburan tanah
yang rendah sekali.Kekurangan atau ketiadaan air dalam tanah intensitas cahaya
yang terlalu berlebihan / tinggi dan sebagainya.
Kehadiran kelompok pionir ini akan menciptakan kondisi lingkungan tertentu
yang memberikan kemungkinan untuk hidup tumbuhan lainnya. Koloni tumbuhan
pionir ini akan menghasilkan proses pembentukan lapisan tanah. memecah batuan
dengan akarnya dan membebaskan materi organik ketika terjadi pelapukan dari
tumbuhan yang mati.
Proses akan berkembang sesuai dengan perubahan waktu dan akan
menciptakan komunitas tumbuhan yang semakin lama semakin padat dan kompleks,
mengarah pada pematangan bentuk komunitas tumbuhannya.
proses pematangan bentuk komunitas atau ekosistem ini di sebut suksesi.
18
Contoh: suatu padang rumput mungkin pada musim tertentu (musim semi)
didominasi oleh jenis herba Dikotiledon (kelompok jenis tumbuhan dengan biji
berkeping dua), kemudian pada akhir musim kering mungkin jenis tumbuhan rumput
tinggi (kelompok tumbuhan Monokotil) menggantikan posisinya sebagai jenis yang
dominan.
Pengertian suksesi vegetasi dimulai dari pendapat Clements (1916, dikutip
oleh Park, 1980), yang menunjukkan perkembangan vegetasi sebagai suatu urutan
yang teratur dan dapat diprediksi/diduga yang terjadi sepanjang alur perkembangan
yang terbatas menuju pada situasi akhir yang dapat diduga.
Clements (1916) menuliskan pendapat-pendapatnya yang sangat persuasive,ia
menyatakan bahwa vegetasi dapat di sejalankan dengan organism super mampu
memperbaiki atau mengelola dirinya sendiri bila terjadi gangguan atau kerusakan,ia
juga mengenalkan adanya enam unsur yang akan terjadi sehubungan dengan proses
suksesi yaitu:
Penggundulan yang mengakibatkan terjadinya substrat baru
Migrasi kehadiran migrula atau organ pembiak tumbuhan.
Eksesis perkecambahan,pertumbuhan,reproduksi,dan penyebaran
Kompetisi ,persaingan sehingga pengusiran satu spesies oleh species lainnya
Reaksi,perubahan pada ciri dan sifat habitat oleh jenis tumbuhan
Stabilisasi,Yang menghasilkan komunitas tumbuhan pada tingkatan yang matang.
Perubahan komunitas tumbuhan atau vegetasi yang di kemukakan atas dasar
menggambarkan bertambah kayanya suatu daerah oleh berbagai jenis tumbuhan
yang hidup di atasnya, proses perubahan ini di sebut suksesi progresesif.
Perubahan vegetasi dapat pula mengarah pada penurunan jumlah jenis
tumbuhan, penurunan kompleksitas struktur komunitas tumbuhan. Hal ini terjadi
biasanya akibat penurunan kadar zat hara dari tanah, misalnya akibat degradasi
habitat.Perubahan komunitas tumbuhan mengarah ke yang lebih sederhana ini di
sebut suksesi retrogresif atau suksesi regresif.
Dalam hal suksesi retrogresif ini seluruh unsur perubahan yang di kemukakan
oleh Clements tetap berlaku,tetapi dengan arah yang berlawanan.
Gams (1918) mengemukakan bahwa suksesi bisa terjadi secara alami ,tetapi
bisa juga timbul karena perbuatan manusia.keduanya tidak berbeda secara mendasar.
Ekologi Hewan | Komunitas
19
Hutan yang yang hancur karena di tebang oleh manusia,atau di hancurkan akibat
longsor atau angin topan , proses suksesi yang terjadi akan relative sama.
Gams mengkategorikan suksesi ini dalam tiga keadaan yaitu
1. Suksesi dengan urutan normal,yang berasal dari adanya pengaruh terhadap
vegetasi yang terus menerus dan cepat.misalnya vegetasi rumput yang selalu
terinjak-injak ternak,dimamah biak,di jadikan tempat beristirahat ternak ,atau
tempat guling-gulingan ternak.kondisi vegetasi akan mengalami fasa perubahan
masa ternak tetap berada di tempat itu.
2. Suksesi dengan urutan berirama yang berasal dari gangguan berulang-ulang
,mugkin siklis tetapi mempunyai interval waktu satu gangguan dengan gangguan
berikutnya.misalnya terjadi perubahan vegetasi karena adanya proses rotasi
dalampemanfaatan lahan pertanian.
3. Suksesi denga urutan katastrofik,yang terjadi secara hebat dan tiba-tiba, tidak
berirama, seperti meletusnya gunung merapi, gempa bumi, kebakaran,
penebangan,
pengerinhan
habitat
akuatika,yang
kesemuanya
ini
bisa
20
21
kelembapan internal yang tinggi, kehilangan air dari organisme yang ada dihutan
mungkin akan berkurang. Temperature udara akan lebih rendah dalam tegakan
suksesi suksesi yang lebih tua.
E. Pembagian Suksesi
Pada Suksesi terdapat dua jenis yaitu yang dikenal dengan suksesi primer dan
suksesi sekunder, yang membedakan antara suksesi primter dan suksesi sekunder
terletak pada kondisi habitat pada awal proses suksesi terjadi, dibawah ini penjelasan
mengenai suksesi primer dan suksesi sekunder :
1. Suksesi Primer
Suksesi primer terjadi ketika komunitas awal terganggu dan mengakibatkan
hilangnya komunitas awal tersebut secara total sehingga di tempat komunitas asal
tersebut akan terbentuk substrat dan habitat baru.
a. Gangguan ini dapat terjadi secara alami, misalnya tanah longsor, letusan
gunung berapi, endapan Lumpur yang baru di muara sungai, dan endapan pasir
di pantai.
b. Gangguan dapat pula karena perbuatan manusia misalnya penambangan timah,
batubara, dan minyak bumi.
Contoh yang terdapat di Indonesia adalah terbentuknya suksesi di Gunung
Krakatau yang pernah meletus pada tahun 1883.Di daerah bekas letusan gunung
Krakatau mula-mula muncul pioner berupa lumut kerak (liken) serta tumbuhan
lumut yang tahan terhadap penyinaran matahari dan kekeringan.Tumbuhan
perintis itu mulai mengadakan pelapukan pada daerah permukaan lahan, sehingga
terbentuk tanah sederhana. Bila tumbuhan perintis mati maka akan mengundang
datangnya pengurai. Zat yang terbentuk karna aktivitas penguraian bercampur
dengan hasil pelapukan lahan membentuk tanah yang lebih kompleks
susunannya.Dengan adanya tanah ini, biji yang datang dari luar daerah dapat
tumbuh
dengan
subur.Kemudian
rumput
yang
tahan
kekeringan
22
23
2. Suksesi Sekunder
Apabila dalam suatu ekosistem alami mengalami gangguan, baik secara
alami ataupun buatan (karena manusia), dan gangguan tersebut tidak merusak
total tempat tumbuh organisme yang ada sehingga dalam ekosistem tersebut
substrat lama dan kehidupan lama masih ada. Contohnya, gangguan alami
misalnya banjir, gelombang taut, kebakaran, angin kencang, dan gangguan buatan
seperti penebangan hutan dan pembakaran padang rumput dengan sengaja.
Contoh komunitas yang menimbulkan suksesi di Indonesia antara lain tegalantegalan, padang alang-alang, belukar bekas ladang, dan kebun karet yang
ditinggalkan tak terurus.
24
25
dilakukan didapatkan data keragaman jenis di lahan terbakar, jenis yang dapat
tumbuh diantaranya beberapa jenis pohon, paku-pakuan, tumbuhan semak,
rumput-rumputan dan kantung semar.Kantung semar yang tumbuh dilahan
terbakar adalah jenis Nepenthes rafflesiana yang memiliki ciri bentuk kantong
bawah oval dengan warna merah marun dan memiliki dua sayap yang cukup
lebar.Jenis paku-pakuan yang mendominasi tumbuh pada lahan terbakar ialah
jenis Gleichenia linearis dan Lycopodium cernuum.Pada tingkat vegetasi semak
jenis yang dapat tumbuh adalah Melastoma malabathricum, Ochthocharis
bornensis,Achasma coccineum Val. Blumea balsamifera dan Sesaraian.Dari suku
rumput-rumputan dapat ditemukan dua koloni suku poaceae dan Cyperaceae.
Darisuku poaceae ditemukan tiga jenis yaitu Digitaria ischaemum, Sorghum
halepensedan Pennistrum purpureum, sedangkan dari suku Cyperaceae
ditemukan 4 jenis yaitu Eleocharis parvula, Cyperus kyllingia, Cyperus distans
dan Cyperus paniceus.
26
27
2.6. KLIMAKS
1.
Pengertian klimaks
Tingkat terakhir dari proses suksesi dicapai ketika komunitas tersebut stabil.
Komunitas terakhir ini biasanya relatif stabil, tahan lama, jenis makhluk hidupnya
lebih banyak dan lebih kompleks, dan di dalamnya berlangsung berbagai interaksi
antar anggota komunitas. Komunitas demikian disebut komunitas klimaks.
Komunitas klimaks merupakan akhir dari serangkaian proses suksesi. Artinya,
komunitas
demikian
dapat
dicapai
setelah
melalui
beberapa
tahap
suksesi. Komunitas klimaks adalah komunitas terakhir dan stabil (tidak berubah)
yang mencapai keseimbangan dengan lingkungannya. Komunitas klimaks ditandai
dengan
tercapainya
keseimbangan
yaitu
suatu
komunitas
yang
mampu
28
29
dan harus dimulai dari kerja organisme pionir dengan segala perlakuan dari faktor
pembatas fisik yang ada. Sedangkan ekosistem suksesi sekunder berkembang
setelah ekosistem alami rusak total tetapi dimulai dengan tidak terbentuk substrat
yang baru, atau dapat dianggap sebagai dimulainya kehidupan baru setelah adanya
gangguan pada ekosistem alami.
Contoh suksesi sekunder salah satunya yaitu kebakaran hutan tahun 1994 yang
terjadi di Bukit Pohon Cagar Alam Batukahu telah menyisakan kerusakan sebagian
areal kawasan konservasi. Restorasi ekologi dipertimbangkan sebagai salah satu
alternatif untuk mengatasi pemulihan kerusakan kawasan tersebut. Dalam upaya
menyusun model restorasi yang sesuai untuk kawasan Pohon, telah dilakukan
survey dilapangan mengenai kondisi vegetasinya. Hasil survey lapangan
menunjukkan bahwa sedang terjadi suksesi sekunder di kawasan ini dengan
kehadiran
beberapa
jenis
indikator
lokal
penting
seperti Dacrycarpus imbricatus juga ditemukan di bekas areal yang terbakar dan
mulai ber-regenerasi. Di dalam makalah ini juga didiskusikan usulan konsep
restorasi yang terintegrasi untuk membantu memulai perbaikan ekosistem di
kawasan ini. (Sutomo, 2009. Jurnal BiologiXIII (2) : 45)
Di dalam kondisi klimaks ini spesies-spesies itu dapat mengatur dirinya sendiri
dan dapat mengolah habitat sedemikian rupa sehingga cenderung untuk melawan
inovasi baru. Di dalam konsep klimaks ini Clements berpendapat :
1. Suksesi dimulai dari kondisi lingkungan yang berbeda, tetapi akhirnya punya
klimaks yang sama.
2. Klimaks hanya dapat dicapai dengan kondisi iklim tertentu, sehingga klimaks
dengan iklim itu saling berhubungan. Dan kemudian klimaks ini disebutklimaks
klimatik.
3. Setiap kelompok vegetasi masing-masing mempunyai klimaks.
Karena iklim sendiri menentukan pembentukan klimaks maka dapat dikatakan
bahwa klimaks klimatik dicapai pada saat kondisi fisik di sub stratum tidak begitu
ekstrem untuk mengadakan perubahan terhadap kebiasaan iklim di suatu wilayah.
Kadang-kadang klimaks dimodifikasi begitu besar oleh kondisi fisik tanah seperti
Ekologi Hewan | Komunitas
30
topografi dan kandungan air. Klimaks seperti ini disebut klimaks edafik. Secara
relatif vegetasi dapat mencapai kestabilan lain dari klimatik atau klimaks yang
sebenarnya di suatu wilayah. Hal ini disebabkan adanya tanah habitat yang
mempunyai karakteristik yang tersendiri. Jadi, di dalam wilayah tertentu dapat
dikenali adanya:
1. Klimaks tunggal yang klimatiks, yaitu yang bersifat berkeseimbangan dengan
iklim secara umum
2. Klimaks edafik yang cacahnya berbeda-beda, yang termodifikasi oleh kondisi
substrat lokal.
Klimaks klimatik ialah komunitas teoretik yang merupakan kecenderungan
tujuan semua perkembangan suksesional di wilayah manapun, komunitas klimatik
ini akan dapat terjadi jika kondisi fisik substrat tidak terlalu ekstrem. Suksesi akan
berakhir pada suatu klimaks yang edafik pada topografi, tanah, air, api, atau
gangguan lain sehingga klimaks klimatik tak dapat berkembang. Bila komuitas
stabil, tetapi bkan klimaks klimatik atau klimkas edafik, dipelihara oleh manusia
dan hewan ternaknya maka dapat dinamakan disklimaks (klimaks gangguan)
atau subklimaks anthropogenik. (Soetjipta, 1993 :192)
Adakalanya vegetasi terhalang untuk mencapai klimaks, oleh karena beberapa
faktor selain iklim. Misalnya adanya penebangan, dipakai untuk penggembalaan
hewan, tergenang dan lain-lain. Dengan demikian vegetasi dalam tahap
perkembangan yang tidak sempurna (tahap sebelum klimaks yang sebenarnya) baik
oleh faktor alam atau buatan. Keadaan ini disebut sub klimaks. Komunitas tanaman
sub klimaks akan cenderung untuk mencapai klimaks sebenarnya jika faktor-faktor
penghalang/penghambat dihilangkan.
Telah dijelaskan bahwa akhir suksesi adalah terbentuknya suatu komunitas
klimaks. Berdasarkan tempat terbentuknya, terdapat tiga jenis komunitas klimaks
sebagai berikut :
1. Hidroser yaitu sukses yang terbentuk di ekosistem air tawar.
2. Haloser yaitu suksesi yang terbentuk di ekosistem air payau
3. Xeroser yaitu sukses yang terbentuk di daerah gurun.
Pembentukkan komunitas klimaks sangat dipengaruhi oleh musim dan
biasanya komposisinya bercirikan spesies yang dominan.
Ekologi Hewan | Komunitas
31
Suksesi meliputi pengorganisasian sendiri dan perubahan dimana ekosistem ekosistem menjadi mantap dan kadang-kadang kembali ke awal (retrogress).
Suksesi dipertimbangkan berakhir apabila suatu pola ke suatu kondisi yang kurang
terorganisir memulai melakukan suksesi lagi. Klimaks adalah merupakan puncak
pertumbuhan.
Meskipun klimaks adalah relatif stabil dan bertahan lama sebagaimana kalau
dibandingkan dengan tahap permulaannya, hal ini tidak diketahui bila suatu
komunitas adalah komplit self pertuating dan permanen. Catastrophes seperti
kilat, kebakaran, dan periode yang panjang dari kekeringan dapat memperpendek
jangka hidup dari suatu komunitas. Sebagai contoh, bila suatu padang rumput
menunjukkan menunjukkan suatu seri dari tahun kekeringan, ia akan kembali ke
belakang pada tahap suksesi awalnya mengandung lebih dari tahunannya dan
perenial kehidupan yang pendek. Di sana beberapa kejadian yang menunjukkan
bahwa suatu proses umur kemungkinan mengambil tempat pada hutan yang telah
lama. Jadi, pohon-pohon muda mungkin tidak menggantikan pohon yang lebih
dewasa yang mati, daur mineral dan aliran energi rata-rata akan menjadi turun
secara lambat. Beberapa ahli ekologi menyatakan bahwa pada klimaks yang lama
dapat menjadi mati dan dapat digantikan oleh komunitas yang muda,
kemungkinannya berbeda dalam peningkatan spesiesnya. Karena itu, tidak banyak
diketahui tentang pada waktu sekarang dan lebih banyak studi perlu banyak
dilakukan.
Contoh vegetasi yang mengalami gangguan berupa kebakaran adalah pada
hutan Bukit Pohen yang merupakan salah satu situs dari Batukahu pada tahun
1994 mengalami kebakaran hutan dan mengakibatkan pengurangan luasan hutan
sebesar 30,4 Ha. Untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi vegetasinya
dilakukan survei pada titik pengamatan di lokasi yang terkena kebakaran. Seperti
terlihat pada gambar, pada lokasi ini terdapat rumpang atau gap yang cukup luas
akibat kehilangan penutupan tajuk hutan oleh api. Kondisi terbuka ini
menyebabkan perubahan iklim mikro dan komposisi serta struktur vegetasinya.
Hutan ini adalah hutan sekunder yang tengah berproses ke arah komunitas klimaks
setelah terjadinya kebakaran hebat pada tahun 1994.
32
2.
TEORI KLIMAKS
Gangguan dapat menyebabkan modifikasi klimaks yang sebenarnya dan ini
menyebabkan terbentuknya sub klimaks yang berubah (termodifikasi). Keadaan
seperti ini disebut disklimaks (Ashby, 1971). Sebagai contoh vegetasi terbakar
menyebabkan tumbuh dan berkembangnya vegetasi yang sesuai dengan tanah
bekas terbakar tersebut. Odum (1961) mengistilahkan klimaks tersebut
dengan pyrix klimaks. Tumbuh-tumbuhan yang dominan pada pyrix klimaks antara
lain: Melastoma
polyanthum,
Melaleuca
Contohnya di Bukit Pohen, suksesi sekunder pada tahap fallow stage tengah
berjalan, yang ditandai dari dominansikehadiran jenis-jenis seperti Eupatorium
odoratum,Melastoma malabathricum Lantana dan Rubus. Van Steenis, (1972) juga
melaporkan adanya dominasi jenisEupatorium pada hutan sekunder muda bekas
perkebunan teh di Cibodas. Demikan pula halnya di petak tujuh hutan
lindung Yogyakarta yang bekas terbakar dijumpai pula Eupatorium sebagai
dominansi
jenis
tumbuhan
bawahnya
(Sutomo,
2004).
Demikian
pula Melastoma yang memang kerap dijumpai hidup di lokasi-lokasi alami yang
terganggu karena pembukaan lahan pada ketinggian tempat hingga 3000 m d.p.l .
Selain terna, pada tingkat pohon juga banyak terdapat jenis pohonHomalanthus
giganteus di bekas lahan kebakaran hutan di Pohen.
Jika pergantian iklim secara temporer menghentikan perkembangan vegetasi
sebelum mencapai klimaks yang diharapkan disebut pra klimaks (pre klimaks).
Berhubungan dengan berbagai klimaks maka terdapat kekaburan arti klimaks. Oleh
karena terjadi ketidak sepakatan kemudian berkembang tiga teori klimaks dengan
argumentasi masing-masing, yaitu sebagai berikut:
1) Teori Monoklimaks
Dalam teorinya pada tahun 1916 Clements menyatakan bahwa komunitas
klimaks untuk suatu kawasan semata-mata merupakan fungsi dari iklim. Dia
memperkirakan bahwa pada waktu yang cukup dan bebas dari berbagai
pengaruh gangguan luar, suatu bentuk umum vegetasi klimaks yang sama akan
terbentuk untuk setiap daerah iklim yang sama. Dengan demikian iklim sangat
menentukan batas dari formasi klimaks. Pemikiran ini dipahami sebagai teori
monoklimaks dan diterima secara luas oleh pakar botani pada pertengahan awal
dari abad ini.
Ekologi Hewan | Komunitas
33
Clements dan para pendukungnya dari teori monoklimaks ini tidak melihat
kenyatan bahwa banyak sekali variasi lokal dalam suatu daerah iklim tertentu.
Variasi-variasi ini oleh Clements dianggap fasa seral meskipun berada dalam
keadaan yang stabil. Clements menganut teori klimaks ini didasarkan pada
keyakinan akan waktu yang panjang, dimana perbedaan-perbedaan local dari
suatu vegetasi akibat kondisi tanahnya akan tetap berubah menjadi bentuk
vegetasi regionalnya apabila diberi waktu yang cukup lama. Penamaanpenamaan khusus diberikan untuk menggambarkan perbedaan-perbedaan
vegetasi local ini. Istilah subklimaks dipergunakan untuk suatu fasa seral
akhir yang berkepanjangan yang akhirnya akan berkembang juga ke bentuk
klimaksnya.
Sedangkan
untuk komunitas
monoklimaks
menyebutkan bahwa
tiap-tiap wilayah
hanya
memiliki satu komunitas klimaks dan semua komunitas akan menuju ke arah
komunitas klimaks tersebut. Asumsi fundamental yang dicetuskan Clements,
jikalau diberi waktu dan keterbatasan dari gangguan, maka akan dihasilkan
suatu vegetasi klimaks yang tergolong ke dalam tipe umum yang sama dan
akan dimantapkan tanpa mengingat kondisi tenpat sebelumnya. Iklim, menurut
Clements adalah faktor penentu untuk vegetasi dan klimaks di area manapun
adalah suatu fungsi dari iklim di daerah itu.
Tetapi di area tertentu yang manapun akan didapati dan ada saja komunitas
yang bukan klimaks seperti yang dimaksudkan oleh Clements, komunitas yang
non-klimaks dan komunitas yang klimaks dalam keadaan ekuilibrium. Kedua
jenis komunitas tersebut ditentukan oleh faktor topografi, edafik, dan biotik.oleh
karena banyaknya pengecualian dan anyaknya peristilahan di dalam
teori Celemnts mengenai
monoklimaks
ditentang
oleh
kebanyakan
ekologiwan.
2) Teori Poliklimaks
Beberapa pakar ekologi berpendapat bahwa teori monoklimaks terlalu kaku.
Tidak memberikan kemungkinan untuk mengangkat variasi lokal dalam suatu
komunitas tumbuhan. Dalam tahun 1939 Tansley, seorang pakar botani dari
Inggris mengusulkan suatu alternatif yaitu teori poliklimaks, dengan teori ini
memungkinkan untuk mendapat mosaik dari bentuk klimaks dari setiap daerah
Ekologi Hewan | Komunitas
34
tadi.
Perhatikan konsep
faktor
holosinotik
atau
35
biotik. Pendekatan
ini
sedikit
lebih
abstrak
daripada
teori
36
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
1.
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu
dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.
Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan
dengan individu dan populasi. Komunitas berfungsi untuk memproses energi dan
zat hara.
2.
3.
4.
Penggantian komunitas satu dengan lainya atau ekosistem satu dengan lainnya
disebut suksesi.
5.
Komunitas klimaks adalah komunitas terakhir dan stabil (tidak berubah) yang
mencapai keseimbangan dengan lingkungannya. Komunitas klimaks ditandai
dengan
tercapainya
keseimbangan
yaitu
suatu
komunitas
yang
mampu
3.2. SARAN
Dari uraian yang telah dijelaskan diatas dapat diambil refleksi yang ditujukan
pada pembaca agar mengaplikasi konsep untuk diterapkan pada kehidupan kita seharihari agar dapat meminimalisir dampak kerusakan alam.