Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PENGETAHUAN LINGKUNGAN

SUKSESI PRIMER DAN SUKSESI SEKUNDER YANG TERJADI DI


ALAM

OLEH :

GIOVANNI TAKENE

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2017
PENGERTIAN SUSKSESI

Suksesi adalah perubahan atau perkembangan suatu komunitas melalui tahap-tahap


tertentu. Terdapat dua tipe suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder. Individu
penyusun populasi dalam suatu ekosistem selalu tumbuh dan berkembang. Faktor lingkungan
dalam suatu ekosistem juga terus menerus mengalami perubahan. Adanya perubahan-
perubahan pada populasi mendorong perubahan pada komunitas. Perubahan-perubahan yang
terjadi menyebabkan ekosistem berubah. Perubahan ekosistem akan berakhir setelah terjadi
keseimbangan ekosistem. Keadaan ini merupakan klimaks dari ekosistem. Apabila pada
kondisi seimbang datang gangguan dari luar, kesimbangan ini dapat mengakibatkan
perubahan yang akan selalu mendorong terbentuknya keseimbangan baru. Jadi secara singkat
suksesi itu adalah perubahan.

Perkembangan ekosistem menuju kedewasaan dan keseimbangan dikenal sebagai


suksesi ekologis atau suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik
dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau
ekosistem klimaks atau telah tercapai keadaan seimbang (homeostatis). Di alam ini terdapat
dua macam suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder.

A. Suksesi Primer

Suksesi primer adalah munculnya suatu komunitas baru pada suatu daerah yang
sebelumnya tidak terdapat Komunitas Suksesi primer terjadi jika suatu komunitas
mendapat gangguan. Gangguan ini mengakibatkan hilangnya komunitas asal tersebut
secara total sehingga di tempat komunitas asal terbentuk habitat baru. Gangguan ini dapat
terjadi baik secara alami maupun karena campur tangan manusia.Gangguan secara alami
misalnya tanah longsor, letusan gunung berapi, endapan lumpur yang baru di muara
sungai, dan endapan pasir di pantai. Gangguan karena perbuatan manusia misalnya
penambangan timah, batu bara, dan minyak bumi.

Terjadinya suksesi primer dapat kita amati pada daerah yang baru saja mengalami letusan
gunung berapi. Mula-mula daerah tersebut gersang dan tandus. Setelah beberapa saat
tanah akan ditumbuhi oleh spesies pionir (perintis), misalnya lumut kerak. Spesies pionir
ini akan melapukkan batuan dan menggemburkan tanah sehingga tanah dapat ditumbuhi
rumput-rumputan yang tahan kekeringan. Setelah rumput-rumput ini tumbuh dengan
suburnya, tanah akan semakin gembur karena akar-akar rumput dapat menembus dan
melapukkan tanah, juga karena rumput yang mati akan mengundang datangnya
dekomposer (pengurai) untuk menguraikan sisa tumbuhan yang mati.

Dengan semakin subur dan gemburnya tanah maka biji-biji semak yang terbawa dari luar
daerah itu akan tumbuh sehingga proses pelapukan akan semakin banyak. Dengan makin
gemburnya tanah, pohonpohon akan mulai tumbuh. Kehadiran pohon-pohon akan
mendesak kehidupan rumput dan semak sehingga akhirnya tanah akan didominasi oleh
pepohonan. Sejalan dengan perubahan vegetasi, hewan-hewan yang menghuni daerah
tersebut juga mengalami perubahan tergantung pada perubahan jenis vegetasi yang ada.
Ada hewan yang datang dan ada hewan yang pergi. Akhirnya terbentuklah komunitas
klimaks atau ekosistem seimbang yang tahan terhadap perubahan.

Komunitas klimaks yang terbentuk dapat berupa komunitas yang homogen, tetapi dapat
juga berupa komunitas yang heterogen. Contoh komunitas klimaks homogen adalah hutan
pinus dan hutan jati. Contoh komunitas klimaks yang heterogen misalnya hutan hujan
tropis. Perhatikan mekanisme suksesi primer hingga terbentuk komunitas klimaks berikut!

Keterangan gambar:

1. Suksesi yang berlangsung pada danau yang telah mengalami kerusakan diawali
dengan tumbuhnya spesies pionir seperti fitoplankton, Algae, dan beberapa tumbuhan
yang hidup di dasar perairan, misal Hydrilla sp., Cabomba sp., dan Elodea sp.
Tumbuhan-tumbuhan ini mampu beradaptasi dengan baik karena akarnya yang
berserabut mampu menembus tanah dan menyerap nutrien.
2. Tumbuhnya berbagai tumbuhan yang hidup melayang di permukaan air, misal eceng
gondok (Eichornia sp.).
3. Semakin banyak tumbuhan yang hidup melayang di permukaan air, mengakibatkan
tumbuhan yang hidup di dasar air mati karena cahaya matahari tidak dapat menembus
masuk dalam air sehingga tumbuhan dasar air tersebut tidak dapat melakukan
fotosintesis.
4. Semakin banyak tumbuhan yang hidup melayang di permukaan air mengakibatkan
danau semakin dangkal.
5. Tumbuhan air banyak yang mati karena danau telah kering. Tumbuhan yang mati
diuraikan oleh dekomposer. Dalam waktu bersamaan berlangsung proses erosi dan
sedimentasi yang mengakibatkan danau dipenuhi oleh tanah.
6. Setelah itu, danau menjadi rata dengan tanah dan dipenuhi oleh tumbuhan darat yang
lama-kelamaan terbentuklah komunitas klimaks.

Gambar: suksesi Primer di alam

B. Suksesi Sekunder

Suksesi sekunder adalah pembentukan suatu ekosistem yang telah rusak ke keadaan
awalnya sebelum terganggu. Suksesi ini dapat terjadi karena kebakaran, perusakan oleh
manusia, dan gempa bumi. Proses suksesi sekunder ini lebih cepat dibandingkan dengan
suksesi primer. Hal ini dikarenakan pada suksesi sekunder tidak diperlukan lagi adanya
tahapan pembentukan komunitas pionir.Suksesi sekunder terjadi bila suatu komunitas
mengalami gangguan, baik secara alami maupun buatan. Gangguan tersebut tidak merusak
total tempat tumbuh organisme sehingga dalam komunitas tersebut substrat lama dan
kehidupan masih ada. Contoh suksesi sekunder adalah, gangguan alami seperti banjir,
kebakaran, angin kencang, dan gangguan buatan seperti penebangan hutan dan
pembakaran padang rumput dengan sengaja. Contoh komunitas yang menimbulkan
suksesi di Indonesia antara lain tegalan-tegalan, padang alang-alang, belukar bekas ladang,
dan kebun karet yang ditinggalkan tak terurus.

Proses terbentuknya suksesi sekunder :

Fase Permulaan :

Setelah penggundulan hutan, dengan sendirinya hampir tidak ada biomasa


yang tersisa yang mampu beregenerasi. Tetapi, tumbuhan herba dan semak-semak
muncul dengan cepat dan menempati tanah yang gundul.

Fase Awal/Muda :

Kurang dari satu tahun, tumbuhan herba dan semak-semak digantikan oleh
jenis-jenis pohon pionir awal yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : pertumbuhan
tinggi yang cepat, kerapatan kayu yang rendah, pertumbuhan cabang sedikit, daun-
daun berukuran besar yang sederhana, relatif muda/cepat mulai berbunga,
memproduksi banyak benih-benih dorman ukuran kecil yang disebarkan oleh burung-
burung, tikus atau angin, masa hidup yang pendek (7- 25 tahun), berkecambah pada
intensitas cahaya tinggi, dan daerah penyebaran yang luas. Kebutuhan cahaya yang
tinggi menyebabkan bahwa tingkat kematian pohon-pohon pionir awal pada fase ini
sangat tinggi, dan pohon-pohon tumbuh dengan umur yang kurang lebih sama.
Walaupun tegakan yang tumbuh didominasi oleh jenis-jenis pionir, namun pada
tegakan tersebut juga dijumpai beberapa jenis pohon dari fase yang berikutnya, yang
akan tetapi segera digantikan/ditutupi oleh pionir-pionir awal yang cepat tumbuh.

Siklus unsur hara berkembang dengan sangat cepat. Khususnya unsur-unsur hara
mineral diserap dengan cepat oleh tanaman-tanaman, sebaliknya nitrogen tanah,
fosfor dan belerang pada awalnya menumpuk di lapisan organik (Jordan 1985).
Pertumbuhan tanaman dan penyerapan unsur hara yang cepat mengakibatkan
terjadinya penumpukan biomasa yang sangat cepat. Dalam waktu kurang dari lima
tahun, indeks permukaan daun dan tingkat produksi primer bersih yang dimiliki
hutan-hutan primer sudah dapat dicapai. Biomasa daun, akar dan kayu terakumulasi
secara berturut-turut. Begitu biomasa daun dan akar berkembang penuh, maka
akumulasi biomasa kayu akan meningkat secara tajam. Hanya setelah 5-10 tahun
biomasa daun dan akar halus akan meningkat mencapai nilai seperti di hutan-hutan
primer. Selama 20 tahun pertama, produksi primer bersih mencapai 12-15 t
biomasa/ha/tahun, yang demikian melebihi yang yang dicapai oleh hutan primer yaitu
2-11 t/ha/tahun. Proses-proses biologi akan berjalan lebih lambat setelah sekitar 20
tahun.Ciri-ciri ini adalah permulaan dari fase ketiga (fase dewasa).

Fase Dewasa :

Setelah pohon-pohon pionir awal mencapai tinggi maksimumnya, mereka


akan mati satu per satu dan secara berangsur-angsur digantikan oleh pionir-pionir
akhir yang juga akan membentuk lapisan pohon yang homogen (Finegan 1992).
Secara garis besar, karakteristik-karakteristik pionir-pionir akhir yang relatif beragam
dapat dirangkum sebagai berikut: Walaupun sewaktu muda mereka sangat
menyerupai pionir-pionir awal, pionir-pionir akhir lebih tinggi, hidup lebih lama (50-
100 tahun), dan sering mempunyai kayu yang lebih padat.

Pionir-pionir akhir menggugurkan daun dan memiliki biji/benih yang disebarkan oleh
angin, yang seringkali dorman di tanah dalam periode waktu yang sangat lama.
Mereka bahkan dapat berkecambah pada tanah yang sangat miskin unsur hara bila
terdapat intensitas cahaya yang cukup tinggi. Jenis-jenis pionir akhir yang termasuk
kedalam genus yang sama biasanya dijumpai tersebar didalam sebuah daerah
geografis yang luas. Dalam akhir fase, akumulasi biomasa berangsur-angsur mengecil
secara kontinyu. Dalam hutan-hutan yang lebih tua, biimasa yang diproduksi hanya 1-
4.5 t/ha/tahun. Setelah 50-80 tahun, produksi primer bersih mendekati nol. Sejalan
dengan akumulasi biomasa yang semakin lambat, efisiensi penggunaan unsur-unsur
hara akan meningkat, karena sebagian besar dari unsur-unsur hara tersebut sekarang
diserap dan digunakan kembali. Sebagai hasil dari keadaan tersebut dan karena
adanya peningkatan unsur hara-unsur hara yang non-fungsional pada lapisan organik
dan horizon tanah bagian atas, maka konsentrasi unsur-unsur hara pada biomasa
menurun (Brown & Lugo 1990). Perputaran kembali unsur hara pada daun-daunan
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan fase sebelumnya.
Fase klimaks :

Pionir-pionir akhir mati satu per satu setelah sekitar 100 tahun (Liebermann &
Liebermann 1987) dan berangsur-angsur digantikan oleh jenis-jenis tahan naungan
yang telah tumbuh dibawah tajuk pionir-pionir akhir. Jenis-jenis ini adalah jenis-jenis
pohon klimaks dari hutan primer, yang dapat menunjukkan ciri-ciri yang berbeda.
Termasuk dalam jenis-jenis ini adalah jenis-jenis kayu tropik komersil yang bernilai
tinggi dan banyak jenis lainnya yang tidak (belum) memiliki nilai komersil.

Perlahan-lahan suatu kondisi keseimbangan yang stabil (steady-state) mulai terbentuk,


dimana tanaman-tanaman yang mati secara terus menerus digantikan oleh tanaman
(permudaan) yang baru. Areal basal dan biomasa hutan primer semula dicapai setelah
50-100 tahun (Riswan et al. 1985) atau 150-250 tahun (Saldarriaga et. al. 1988).
Setelah itu tidak ada biomasa tambahan yang terakumulasi lagi. Namun, permudaan
lubang/celah tajuk yang khas terjadi pada hutan-hutan tropik basah biasanya
memerlukan waktu selama 500 tahun (Riswan et al. 1985). Suksesi standar yang
dijelaskan di atas adalah suatu contoh gambaran yang sangat skematis dari proses-
proses suksesi yang sangat kompleks dan beragam. Walaupun kebanyakan suksesi
mengikuti pola seperti yang dijelaskan di atas, pada kenyataannya di alam beberapa
tahap suksesi sering terlampaui, atau berbagai proses suksesi muncul secara
bersamaan dalam susunan seperti mosaik. Suatu situasi khusus terjadi, bila permudaan
dari jenis pohon klimaks tetap hidup atau terdapat di seluruh areal setelah atau
walaupun terjadi gangguan yang menyebabkan penggundulan hutan tersebut. Dalam
hal ini, seluruh fase suksesi akan dilalui oleh komunitas tumbuhan tersebut, dan
sebagai akibatnya yang terjadi hanyalah perubahan struktur hutan.

Perhatikan contoh suksesi sekunder dibawah ini:


Keterangan gambar suksesi sekunder diatas:

1. Sebuah kolam kecil terbentuk di dekat pesisir pantai dan memiliki penghalang
(barrier) berupa pasir pantai.
2. Setelah dua tahun, tumbuh formasi suatu vegetasi tumbuhan.
3. Setelah 50 tahun kemudian, tumbuhan yang tumbuh adalah pohon-pohon yang
berukuran besar. Sedimen yang dihasilkan sangat besar sehingga kolam menjadi
dangkal.
4. Setelah 150-250 tahun kemudian, kolam tersebut menjadi komunitas baru, yaitu
padang rumput.

Anda mungkin juga menyukai