Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS KOMUNITAS

TUMBUHAN
Analisis Komunitas Tumbuhan / Analisis
Vegetasi Bertujuan Untuk Mempelajari
o Bentuk atau Struktur Vegetasi
o Susunan atau Komposisi Jenis
Dalam kajian ini satuan vegetasi yang diamati
atau dipelajari adalah komunitas tumbuhan. ;
memiliki asosiasi dari berbagai spesies tumbuhan
yang menempati suatu habitat
ANALISIS KOMUNITAS TUMBUHAN
STRUKTUR VEGETASI
Struktur vegetasi ; Pola / bentuk susunan vegetasi
Struktur vegetasi dikelompokkan dari tiga unsur penting, :
Struktur vertical ; berupa pengaturan stratifikasi secara vertikal
suatu vegetasi., meliputi tingkat pertumbuhan jenis-jenis
tumbuhan mulai dari anakan sampai pohon ; diagram profil yang
melukiskan lapisan pohon, tiang, sapihan, semai dan herba
penyusun vegetasi.
Struktur horizontal berupa pengaturan secara horisontal yaitu
distribusi spasial ; menggambarkan letak dari suatu individu
terhadap individu lain.
Struktur kuantitatif yakni kelimpahan atau keanekaragaman jenis
dalam komunitas dengan distribusi dari masing-masing jenis
mencakup kerapatan, frekuensi dan dominasi. yang menunjukkan
penyebaran jenis dalam suatu areal.
Mueller (1974), Sundra (1992), Kershaw (1973)
KOMPOSISI TUMBUHAN
Komposisi vegetasi ;
Komposisi tumbuhan merupakan susunan dari jenis yang
terdapat dalam suatu komunitas. Polunin (1990) (jenis-jenis
penyusun, jumlah jenis penyusun, jumlah individu jenis)
Digunakan untuk melihat kestabilan suatu komunitas, terbentuk
bila ada keseimbangan antara jenis penyusun komunitas dengan
lingkungan.
Untuk menggambarkan komposisi suatu komunitas tumbuhan
dapat dikaji melalui beberapa parameter komunitas seperti
jumlah jenis dan nilai penting (untuk menentukan nilai penting
diperlukan indikator komunitas lain yaitu densitas (kerapatan),
frekuensi, dominansi dan nilai relatif dari paramater tersebut),
(Odum, 1993).
Struktur komunitas tumbuhan mempunyai sifat
kualitatif dan kuantitatif
Gambaran tentang struktur komunitas tumbuhan dapat
dilakukan dengan 2 pendekatan ;
Secara kualitatif dengan parameter kualitatif
Secara kuantitatif dengan parameter kuantittatif
ANALISIS KOMUNITAS TUMBUHAN
Fisiognami
Fenologi
Perioditas
Stratifikasi



Parameter Kualitatif Dalam Analisis Komunitas
Tumbuhan :
Kelimpahan
Penyebaran
Daya Hidup
Bentuk Pertumbuhan


Fisiognomi
Fisiognami adalah penampakan luar dari suatu
komunitas tumbuhan yang dapat dideskripsikan
berdasarkan pada penampakan spesies tumbuhan
dominan, penampakan tinggi tumbuhan, dan warna dan
tumbuhan yang tampak oleh mata
fisiognomi dapat dibangun dari arsitek dan life form
dari vergetasi penyusun. Arsitek vegetasi merupakan
bentuk tajuk/ kanopi dari suatu tumbuhan, suatu
vegetasi dapat terdiri dari empat atau lima
lapisan kanopi tergantung pada jenis vegetasi

Keterangan :

1. Eha
(Castanopsis buruana)
2. Dambu-dambu
3. Kuma 1
4. Pondo
5. Raha-raha getah
Kuning

2
30
3
40
20
10
0
2
40
20
3
4
5
2
1
1
Gambar Arsitek vegetasi
/ penampang melintang
Kelerengan 3
0
Warna Daun
Fenologi
Fenologi adalah perwujudan spesies pada setiap fase dalam siklus
hidupnya. Bentuk dari tumbuhan berubah-ubah sesuai dengan
umurnya, sehingga spesies yang sama dengan tingkat umur yang
berbeda akan membentuk struktur komunitas yang berbeda.
Demikian juga pada jenis yang berbeda memiliki perwujudan
yang berbeda
Fenologi adalah ilmu tentang periode fase-fase yang terjadi secara
alami pada tumbuhan. Berlangsungnya fase-fase tersebut sangat
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, seperti lama penyinaran,
suhu, kelembaban udara.
Ex. perkecambahan biji, pembungaan, perubahan warna daun,
gugur daun dan semi daun.


Perioditas
Periodisitas adalah kejadian musiman dari berbagai spesies dalam
kehidupan pertumbuhan. Kejadian musiman pada tumbuhan
dapat ditunjukan oleh perwujudan bentuk daun dan ukurannya,
masa pembuanhan, masa bertunas, dan peluruhan buah atau biji
Perioditas bisanya sangat berkaitan dengan proses reproduksi.
Reproduksi adalah salah satu bagian dari siklus kehidupan suatu
individu tumbuhan untuk beregenerasi guna menghasilkan
keturunan yang baru.
Ex. perkecambahan biji, pembungaan, perubahan warna daun,
gugur daun dan semi daun.
Perioditas ini berkaitan erat dengan Fenologi

Stratifikasi
Stratifikasi, adalah distribusi tetumbuhan dalam ruangan
vertikal.
Umumnya Stratifikasi terbentuk oleh dua faktor yaitu
Persaingan dan sifat toleransi
Persaingan
Adanya persaingan melahirkan spesies dominan atau lebih
berkuasa dibandingkan spesies lainnya.
Adanya persaingan tersebut membentuk stratifikasi ;
Pohon dominan (Dominant trees) : tajuk-tajuk pohon ini terdapat paling
atas dalam susunan tajuk dan mendapatkan cahaya matahari penuh dan
atas dan sehagian dan samping.
Pohon kodominan (Co-dominant trees) ; tidak setinggi pohon dominan
tetapi masih mendapat cahaya penuh, meskipun dari samping terganggu
oleh pohon-pohon dominan.
Pohon pertengahan (Intermediate trees) ; Tajuk-tajuknya berada
dibawah tajuk-tajuk pohon dominan dan kodominan masih
mendapatkan cahaya matahari dari atas tetapi sudah tidak mendapatkan
cahaya dari samping.
Pohon tertekan (Suppressed trees) ; Tajuknya sama sekali tertutup oleh
pohon-pohon yang termasuk kelas di atas.
Pohon mati (Dead trees) ; Termasuk pohon yang mati dan yang sedang
dalam proses kematian. Soetrisno (1998)
Akibat sifat toleransi spesies pohon terhadap intensitas radiasi
matahari membentuk pohon-pohon pohon intoleran, semi
toleran, toleran.
Dengan demikian, secara otomatis sifat toleransi itu akan
menciptakan stratifikasi tajuk dalam hutan.
Stratifikasi yang terdapat pada hutan hujan tropis dapat dibagi
menjadi lima stratum berurutan dan atas ke bawah, yaitu
stratum A, stratum B, stratum C, stratum D, dan stratum F
(Arief, 194; Ewusie, 1990; Soerianegara dan Indrawan, 1982).
Tidak semua tipe ekosistem hutan itu memiliki lima stratum
seperti tersebut di atas. Oleh karena itu, tentu ada hutan-hutan
yang hanya memiliki stratum A, B, D, dan E, atau A, C, D,
dan E, dan lain sebagainya, sangat tergantung pada kondisi
tempat tumbuhnya

Toleransi
1. Stratum A (A-storey), yaitu lapisan tajuk (kanopi) hutan paling atas ;
Pepohonan yang tingginya lebih dari 30 m.
Umumnya tajuk pohon pada stratum tersebut lebar, tidak bersentuhan
ke arah horizontal dengan tajuk pohon lainnya dalam stratum yang
sama, sehingga stratum tajuk itu berbentuk lapisan diskontinu.
Pohon pada stratum A umumnya berbatang lurus, batang bebas cabang
(clear bole tinggi, dan bersifat intoleran (tidak tahan naungan).
Pada waktu mudanya, tingkat semai (seedling) hingga sapihan (sapling),
perlu naungan sekedarnya, tetapi untuk pertumbuhan selanjutnya perlu
cahaya yang cukup banyak
2. Stratum B (B-storey), yaitu lapisan tajuk kedua dan atas yang dibentuk
oleh
pepohonan yang tingginya 2030 m.
Bentuk tajuk pohon pada stratum B membulat atau memanjang dan
tidak melehar seperti pada tajuk pohon di stratum A.
Jarak antarpohon lebih dekat, sehingga tajuk-tajuk pohonnya cenderung
membentuk lapisan tajuk yang kontinu.
Spesies pohon yang ada, bersifat toleran (tahan naungan) atau kurang
memerlukan cahaya.
Batang pohon banyak cabangnya dengan batang bebas cabang tidak
begitu tinggi.

3. Startum C (C-storey), yaitu lapisan tajuk ketiga dari atas yang dibentuk
oleh
pepohonan yang tingginya 420 m.
Pepohonan pada stratum C mempunyai bentuk tajuk yang berubah-
ubah tetapi membentuk suatu lapisan tajuk yang tebal.
Selain itu, pepohonannya memiliki banyak percabangan yang
tersusun dengan rapat, sehingga tajuk pohon menjadi padat.
Pada stratum C, pepohonan juga berasosiasi dengan berbagai
populasi epifit, tumbuhan memanjat, dan parasit (Vickery, 1984).
4. Stratum D (D-storey), yaitu lapisan tajuk keempat dan atas yang
dibentuk oleh
Spesies tumbuhan semak dan perdu yang tingginya 14 m.
Pada stratum itu juga terdapat dan dibentuk oleh spesies pohon yang
masih muda atau dalam fase anakan (seedling),
Perdapat palma-palma kecil, herba besar, dan paku-pakuan besar.



5. Stratum E (E-storey), yaitu tajuk paling bawah (lapisan kelima dan atas)
yang dibentuk oleh
Spesies-spesies tumbuhan penutup tanah (ground cover) yang
tingginya 01 m.
Keanekaragaman spesies pada stratum E lebih sedikit dibandingkan
dengan stratum lainnya.
Spesies-spesies tumbuhan bawah yang sering ada, yaitu anggota famili
Commelinaceae, Zingiberaceae, Acanthaceae, Araceae, dan
Marantaceae.
Pada stratum ini, tumbuhan paku dan Selaginella juga sangat
dominan, rerumputan hampir tidak ada tetapi beberapa spesies yang
berdaun lebar kadang-kadang ada, misalnya spesies Olyra latifolia,
Leptaspis cochleata, Mapania spp., dan Hypolytrum spp.


Kelimpahan, adalah parameter kualitatif yang mencerminkan
distribusi relatif spesies organisme dalam komunitas.
Kelimpahan pada umumnya berhubungan dengan densitas
berdasarkan penaksiran kualitatif. Kelimpahan dapat
dikelompokkan menjadi lima yaitu
Sangat jarang,
Jarang,
Sedang
Berlimpah
Sangat Berlimpah


Kelimpahan
Penyebaran
Penyebaran, adalah parameter kualitatif yang menggambarkan
keberadaan spesies organisme pada ruang secara horizontal.
Penyebaran tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga, antara
lain
Random,
Seragam,
Berkelompok
Daya Hidup
Daya hidup / vitalitas adalah tingkat keberhasilan tumbuhan untuk
hidup dan turnbuh normal serta kemampuan untuk bereproduksi.
Daya hidup akan menentukan setiap spesies organisme untuk
memelihara kedudukan dalam komunitas. Daya hidup juga sangat
membantu meningkatkan kemampuan setiap spesies tumbuhan
dalam beradaptasi terhadap kondisi tempat tumbuhnya.
Kategori daya hidup :
V1 ; Tumbuhan yang berkecambah tapi segera mati
V2 ; Tumbuhan yang tetap hidup setelah berkecambah, tetapi tidask
dapat bereproduksi
V3 ; tumbuhan sedang bereproduksi, tetapi hanya secara vegetatif saja
V4 ; tumbuhan sedang bereproduksi secara seksual, tetapi sangat
kurang
V5 ; tumbuhan yang bereproduksi sangat baik secara seksual


Vitalitas bertujuan untuk mengetahui derajat kesuburan dari
suatu jenis tanaman dalam perkembangannya, sebagai reaksi
dengan lingkungan. Hal ini dapat di lakukan dengan lengkap
tidaknya siklus hidup dari spesies tadi di dalam vegetasi. Salah
satu cara dalam menggambarkan vitalitas ini adalah
memperhatikan empat keadaan sehubungan dengan siklus
hidupnya, yaitu ;
adanya kecambah
adanya tumbuhan muda
adanya tumbuhan dewasa
adanya tumbuhan tua. (Rahardjanto, 2001)

Bentuk pertumbuhan
Bentuk Pertumbuhan, adalah penggolongan tetumbuhan menurut
bentuk pertumbuhannya, habitat atau menurut karakteristik lainnya.
Bentuk pertumbuhan yang umum dan mudah disebut misalnya pohon,
semak, perdu, herba dan liana, Indriyanto (2006).
Menurut Hardjosuwarno (1994) tegakan dikelompokkan sebagai
berikut :
Tingkat pohon (trees) yaitu individu dengan tinggi di atas 5 meter
yang mempunyai diameter batang lebih dari 20 cm
Tingkat tiang (poles) yaitu individu yang mempunyai diameter
batang lebih dari 10 cm tetapi lebih kecil dan atau sama dengan 20
cm
Tingkat sapihan (saplings) yaitu individu yang mempunyai
diameter batang lebih dari 1 cm tetapi lebih kecil dan atau sama
dengan 10 cm
Tingkat semai (sedling) yaitu individu yang mempunyai diameter
batang lebih kecil dari atau sama dengan 2 cm atau sejak
perkecambahan sampai tinggi 1,5 meter


Kerapatan/Densitas
Frekuensi
Dominansi
INP



Parameter Kuanitatif Dalam Analisis Komunitas
Tumbuhan :

Anda mungkin juga menyukai