Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah
tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat
keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi.
Berdasarkan pandangan individualistik, komunitas tumbuhan terdiri dari kelompok tumbuhan
yang masing-masing mempertahankan individualitasnya. Namun adanya individualitas
tumbuhan bukan berarti menghambat adanya hubungan tertentu diantara tumbuhan dalam
komunitas. Hubungan ini menurut Walter digolongkan dalam tiga kelas yaitu :
 Pesaing Langsung (Direct Competitors), terjadi persaingan terhadap sumber daya
lingkungan yang sama karena menempati strata atas maupun bawah dalam suatu lahan
yang sama.
 Spesies Dependen (Dependent Species), spesies yang hanya dapat hidup pada niche
tertentu hanya dengan hadirnya tumbuhan lain. Sebagai contoh tumbuhan lumut yang
hanya dapat tumbuh pada kondisi mikroklimat tertentu yang dihasilkan oleh tegakan
pohon.
 Spesies Komplementer (Compementary Species), spesies yang tidak saling bersaing
dengan spesies lain karena persyaratan hidup cukup berhasil/ puas dengan menempati
strata yang berbeda atau dengan ritme musiman yang berbeda.

A. Rumusan Masalah
1. Apa itu masyarakat tumbuhan?
2. Apa itu hubungan antar vegetasi?
3. Apa itu dinamika masyarakat tumbuhan?

B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian komunitas tumbuhan
2. Mengetahui hubunganantar vegetasi
3. Mengetahui dinamika masyarakat tumbuhan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Masyarakat Tumbuhan

1
Kelompok tumbuhan secara bersama atau komunitas tumbuhan sering juga disebut sebagai
masyarakat tumbuhan atau vegetasi. Vegetasi atau komunitas tidak setara dengan flora suatu
daerah. Flora dalam bentuk sederhana mengacu kepada daftar spesies atau taksa tumbuhan yang
hidup didaerah tersebut. Flora biasanya tidak memberi informasi mengenai kelimpahan, nilai
penting dan keunikan yang terdapat pada suatu komunitas.

Vegetasi pada dasarnya terbentuk sebagai akibat dari adanya dua fenomena penting, yaitu :
1. Adanya perbedaan dalam toleransi terhadap lingkungan
2. Adanya heterogenitas dari lingkungan

Berdasarkan kedua fenomena itu, vegetasi sering juga didefenisikan sebagai lapisan hijau
penutup bumi, untuk membedakannya dengan tanah yang biasa disebut lapisan merah.
Vegetasi di alam ini terbentuk sebagai hasil interaksi secara total dari berbagai factor lingkungan.
Dengan demikian secara matematis vegetasi bisa dinyatakan sebagai fungsi dari tanah, iklim,
hewan dan flora.

B. Hubungan Antara Vegetasi (Interaksi, Strafikasi, Dependensi)


Suatu masyarakat tumbuhan adalah sekelompok tumbuh-tumbuhan yang dikuasai pohon
yang menempati suatu tempat tumbuh atau habitat, di mana terdapat hubungan timbal-balik
antara tumbuh-tumbuhan itu satu sama lain dan dengan lingkungannya. Satuan masyarakat
hutan disebut tegakan.
1) Interaksi
Di dalam suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan, seperti hutan, terjadi persaingan antara
individu-individu dari suatu jenis (spesies) atau dari berbagai jenis, jika mereka mempunyai
kebutuhan yang sama, misalnya kebutuhan akan hara mineral tanah, air, cahaya dan ruang.
Persaingan ini menyebabkan terbentuknya susunan masyarakat tumbuhan yang tertentu
bentuknya (Life form-nya), macam dan banyaknya jenis dan jumlah individunya, sesuai
dengan keadaan tempat tumbuhnya.

Jenis-jenis pohon tertentu mempunyai suatu zat yang dapat menghambat pertumbuhan
dari anakannya sendiri. Zat penghambat tersebut disebut “Allelopathy”
Allelopathy dapat berupa :
2
 Keluarnya zat dari akar untuk menghambat pertumbuhan dari tanaman sejenis atau
tanaman lain.
 Tanaman mengeluarkan zat pada daun yang kemudian tercuci air hujan, zat ini dapat
menghambat pertumbuhan tanaman lain.
 Tanaman mengandunng suatu zat yang pada waktu hidup tidak bereaksi apa-apa, tetapi
kalau tanaman mati, zat akan terlepas dan terurai di dalam tanah secara kimiawi atau oleh
mikroorganisme. Zat yang lepas dapat mempengaruhi kehidupan tanaman sejenis dan
tanaman lain.
Pada daerah tropis yang curah hujan hujannya tinggi, pengaruh zat-zat ini kemungkinan
tidak nyata karena pencucian oleh air hujan.
Contoh jenis yang mengeluarkan zat allelopathy ;
 Pinus merkussi, guguran-guguran daunnya dapat menghambat pertumbuhan jenis-jenis
lain, hanya jenis tertentu yang dapat bertahan, misalnya : kerinyuh (Eupatorium
odoratum)
 Alang-alang, kalau suatu daerah diinvasi alang-alang. Kecendrungan alang-alang untuk
berkuasa sangat besar, sehingga daerah tersebut kemungkinan ditumbuhi oleh alang-
alang seluruhnya.
Di padang alang-alang Pleihari, Kalimantan Selatan yang dapat tumbuh hanya jenis laban
(Vitex pubescens). Jenis Vitex ini selain tahan bersaing dengan alang-alang juga tahan
terhadap api.
 Pohon pisang (Musa spp.); rumpun pisang akan melebar kew tepi karena pangkal pisang
yang membusuk mengeluarkan zat yang meracun bagi jenisnya sendiri

2) Stratifikasi (lapisan tajuk/estase)

Di dalam masyarakat hutan, sebagai akibat persaingan, jenis-jenis tertentu lebih berkuasa
(dominan) dari pada yang lain. Pohon-pohon tinggi dari stratum (lapisan) teratas
mengalahkan atau menguasai pohon-pohon yang lebih rendah, dan merupakan jenis-jenis
pohon yang mencirikan masyarakat hutan yang bersangkutan. Misalnya, hutan hujan (rain
forest) di Way kambas (Lampung) didominasi oleh jenis-jenis Shorea leprosula dan S.

3
Ovalis. Kedua jenis ini bukan hanya terdapat pada stratum A (teratas) tetapi volume
kayunyapun terbesar (Soerianegara, 1967)

Stratifikasi tajuk dalam hutan adalah sebagai berikut :

 Stratum A: Lapisan teratas, terdiri dari pohon-pohon yang tinggi totalnya 30 meter up.
Biasanya tajuknya diskontinyu, batang pohon tinggi dan lurus, batang bebas cabang
(clear bole) tinggi. Jenis-jenis pohon dari stratum ini pada waktu mudanya, tingkat semai
(seedling) hingga sapihan (sapling), perlu naungan sekedarnya, tetapi untuk pertumbuhan
selanjutnya perlu cahaya yang cukup banyak.
 Stratum B: Terdiri dari pohon-pohon yang tingginya 20 – 30 m, tajuknya pada umumnya
kontinyu, batang pohon biasanya banyak bercabang, batang bebas cabang tidak begitu
tinggi. Jenis-jenis pohon dari stratum ini kurang memerlukan cahaya atau tahan naungan
(toleran).

 Stratum C: Terdiri dari pohon-pohon yang tingginya 4 – 20 m, tajuknya kontinyu. Pohon-


pohon dalam stratum ini rendah, kecil, banyak cabang.

Di hutan Way Kambas (Soerianegara, 1967) stratum A yang tingginya 30 m ke atas antara
lain terdiri dari jenis pohon Shorea ovalis, S. Leprosula, Dipterocarpus gracilis, Canarium
littorale, C.denticulatum, Horsfieldia glabra dan Albizia lebbeckioides. Stratum B (15 – 30 m)
diisi oleh jenis-jenis Glochidion borneense, Tricalysia sp., Eugenia spp., Gluta renghas, Toona
sureni, Irvingia malayana dan Terminalia citrina. Stratum C ( 5 -15 m) terdiri dari jenis-jenis
Mallotus subpeltattus, Eurycoma longifolia, Baccaurea racemosa dan Antidesma spp.

Batas-batas tinggi stratifikasi pohon itu akan berbeda pada keadaan tempat tumbuh dan
komposisi hutan yang berlainan. Richards (1952) yang telah menyelidiki hutan-hutan hujan di
Guyana, Nigeria dan Kalimantan Utara, menyatakan bahwa dalam hutan campuran (mixed rain
forest) tinggi rata-rata stratum A dapat bervariasi antara 30 – 42 m, stratum B antara 18 – 27 m,
dan stratum C antara 8 – 14 m.

4
Antara stratum A dan B perbedaannya jelas karena terdapat diskontinyu tajuk yang vertikal,
tetapi antara stratum B dan C biasanya kurang jelas, hanya dapat dibedakan berdasarkan tinggi
dan bentuk pohon.

Di samping ketiga strata pohon itu terdapat pula strata perdu-semak dan tumbuh-tumbuhan
penutup tanah, yaitu :

 Stratum D: Lapisan perdu dan semak, tingginya 1 – 4 meter


 Stratum E: Lapisan tumbuh-tumbuhan penutup tanah (ground cover), tinggi 0 – 1 meter.
Tidak semua hutan memiliki ketiga strata pohon tersebut di atas. Jadi ada hutan-hutan
yang memiliki strata A – B atau A – C saja. Yang penting pula ialah peranan liana
(tumbuhan memanjat) berkayu yang dapat merupakan bagian dari tajuik hutan.

Karena pohon-pohon dari lapisan A tumbuh menjulang tinggi dari tajuk hutan
seringkali disebut emergents. Sedangkan lapisan B yang merupakan tajuk yang paling
tebal seringkali disebut tajuk hutan utama (main canopy atau main storey)

3) Hubungan Ketergantungan (Dependence)

Beberapa jenis tumbu-tumbuhan hutan hidupnya tergantung pada yang lain dalam hal
naungan, air, hara mineral dan substratum hidup atau niehe.

a) Epifit

Dalam hutan hujan tropis tumbuhan epifit banyak terdapat, yaitu anggrek, paku-pakuan.
Umumnya lebih dari 19% dari pohon-pohon dalam hutan hujan tropis ditumbuhi epifit
(Richards, 1952).

b) Parasit

Ada dua golongan parasit, yaitu parasit akar dan semi parasit yang tumbuh seperti epifit
pada cabang-cabang pohon. Di Indonesia parasit akar yang terkenal ialah Rafflesia,
sedangkan parasit cabang ialah jenis-jenis Loranthaceae (benalu).

5
c) Mikoriza

Mikoriza (mycorrhiza) adalah hubungan symbiosa antara pohon dengan jamur pada akar
pohon. Karena tanah hutan di Indonesia pada umumnya relatif miskin akan hara mineral,
maka tidak mengherankan bahwa banyak pohon hutan yang akarnya mengandung mikoriza.
Di hutan pegunungan Cibodas 8 2 % dari jenis pohon yang terdapat mengandung mikoriza
pada akarnya (Janse, 1897).

d) Nodul Akar

Selain mikoriza, pada akar beberapa jenis-jenis pohon didapati nodul-nodul (bintil-
bintil) akar yang mengandung bakteria pengikat N (Nitrogen), misalnya pohon-pohon
Podocarpus, Casuarina dan terutama jenis-jenis Leguminosae.

e) Pencekik (strangler)

Strangler adalah jenis tumbuh-tumbuhan yang mulai hidup sebagai epifit pada suatu
pohon, kemudian sesudah akar-akarnya sendiri mencapai tanah dan dapat hidup sendiri,
tumbuhan ini mencekik dan membunuh pohon tempatnya bertumpu. Yang terkenal adalah
jenis-jenis Ficus, misalnya di hutan Way Kambas adalah Ficus rigida (bunuk).

f) Liana

Terdapat liana di hutan hujan tropis adalah salah salah satu ciri khas. Yang terpenting
adalah liana berkayu yang dapat merupakan bagian dari hutan dan dapat mendesak tajuk
hutan dan dapat mendesak tajuk pohon tempatnya bertumpu atau mengisi lubang-lubang
tajuk hutan di antara beberapa pohon. Karena itu dalam sistem silvikultur “Tropical
Shelterwood System”, pada tahun pertama dilakukan pemotongan liana sebagai salah satu
tindakan tindakan penting dalam rangka pembukaan tajuk hutan untuk menstimulir
pertumbuhan anakan pohon.

g) Hewan Hutan

6
Beberapa jenis pohon dalam hal pembuahan dan penyebaran biji atau benih tergantung
pada hewan-jewan tertentu, seperti serangga, burung, dan kelelewar.

C. Dinamika Masyarakat Tumbuhan (Subsesi sekunder, Subsesi primer, Vegetasi klimaks)

Masyarakat hutan adalah suatu sistem yang hidup dan tumbuh, suatu masyarakat yang
dinamis. Masyarakat hutan terbentuk secara berangsur-angsur melalui beberapa tahap : invasi
oleh tumbuh-tumbuhan, adaptasi, agregasi, persaingan, dan penguasaan, reaksi terhadap tempat
tumbuh dan stabilisasi. Proses ini disebut SUKSESI atau SERO.

Selama suksesi berlangsung hingga tercapai stabilisasi atau keseimbangan dinamis dengan
lingkungan, terjadi pergantian-pergantian masyarakat tumbuh-tumbuhan hingga terbentuk
masyarakat yang vegetasi klimaks.

Dalam masyarakat masyarakat yang sudah stabil pun selalu terjadi perubahan, misalnya
karena pohon-pohon yang tua tumbang dan mati, timbullah anakan pohon atau pohon-pohon
yang yang selama itu hidup tertekan. Demikian, setiap ada perubahan, akan ada mekanisme atau
proses yang mengembalikan keadaan kepada keseimbanngan

a. Suksesi Primer (prisere)

Suksesi primer adalah perkembangan vegetasi mulai dari habitat yang tak bervegetasi
hingga mencapai masyarakat yang stabil atau klimaks.

Tempat-tempat yang telanjang seperti air, perbatuan dan sebagainya, mula-mula diinvasi
oleh tumbuhan pionir (pelopor). Pada habitat air terjadi suksesi hydrarkh (habitat basah)
atau hidrosere yang dimulai oleh tumbuh-tumbuhan air (hidrofit). Pada habitat batu-batuan,
terjadi suksesi xerarkh (habitat kering) atau xerosere, yang pionor-pionirnya berupa lumut
kerak (lichnes), bakteri dan ganggang (algae).

Di daratan suksesi yang ideal berkembang mulai dengan masyarakat tumbuh-tumbuhan


Cryptogamae (tingkat rendah), tumbuh-tumbuhan herba (terna), semak, perdu dan pohon

7
hingga tercapai hutan klimaks. Tempat tumbuh permulaan yang tidak baik bagi kebanyakan
tumbuhan berangsur-angsur menjadi lebih baik selama suksesi berlangsung.

Habitat hydrarkh lambat-laun menjadi lebih kering, sedangkan habitat xerarkh menjadi
lebih lembab.

b. Suksesi Sekunder (subsere)

Suksesi sekunder terjadi apabila klimaks atau suksesi yanmg normal terganggu atau
dirusak, misalnya oleh kebakaran, perladangan, penebangan, penggembalaan dan kerusakan
lainnya. Jika gangguan atau kerusakan itu tidak hebat maka suksesi sekunder ini dapat
mencapai klimaks semula. Tetapi sering kali kerusakan yang terjadi adalah berat, keadaan
tanah dan air terganggu sekali, sehingga klimaks yang asal tak mungkin dapat dicapai lagi.
Maka tercapailah apa yang disebut Disklimaks.
Jika hutan hujan tropis mengalami kerusakan oleh alam atau manusia (perladangan atau
penebangan) maka suksesi sekunder yang terjadi biasanya dimulai dengan vegetasi rumput
dan semak. Kalau keadaan tanahnya tak banyak menderita kerusakan oleh erosi, maka
setelah 15 – 20 tahun akan terjadi hutan sekunder muda, dan sesudah 50 tahun terjadi hutan
sekunder tua yang secara berangsur-angsur akan mencapai klimaks.

c. Vegetasi Klimaks

HUTAN

Vegetasi
Perdu Pohon

8
Vegetasi
Semak – Belukar

Vegetasi
Rumput – Herba Semak kecil

Vegetasi Cryptogamae

Permukaan tanah telanjang Vegetasi Terganggu

Paham-paham Klimaks

i. Monoklimaks

Paham monoklimaks beranggapan bahwa pada suatu daerah iklim hanya ada satu macam
klimaks, yaitu suatu formasi klimaks yang paling mesophytik (terdapat pada tempat tumbuh
yang berkualita pertengahan dalam hal perimbangan keadaan air). Jadi dapat dikatakan
bahwa klimaks adalah suatu pencerminan keadaan iklim. Di samping iklim sebagai faktor
yang paling stabil dan berpengaruh, terdapat pula faktor-faktor lain atau profaktor-profaktor,
seperti faktor tanah , fisiografi dan biotik. Profaktor- profaktor ini menyebabkan
terbentuknya proklimaks-proklimaks sebagai berikut :

 Subklimaks

Terjadi apabila perkembangan vegetasi terhenti di bawah tingkat terakhir di


bawah klimaks, sebagai akibat faktor-faktor bukan iklim, misalnya karena keadaan
geografi seperti keadaan di Pulau Krakatau.

 Proklimaks dan Posklimaks

Apabila pembentukan klimaks menyimpang dari tipe yang sewajarnya, misalnya,


akibat dari keadaan fisiografi. Keadaan yang lebih lembab dan lebih baik menghasilkan

9
posklimaks, sedangkan keadaan yang lebih kering dan kurang baik menghasilkan
proklimaks.

 Disklimaks

Terjadi sebagai akibat beberapa gangguan sekunder tak dapat berkembang lagi ke
arah klimaks karena keadaan tempat tumbuh amat berubah menjadi buruk, misalnya
terhenti pada tingkat semak-belukar.

ii. Polyklimaks

Paham ini beranggapan bahwa tidak hanya iklmi yang dapat menumbuhkan kilmaks

. Menurut paham ini ada beberapa macam klimaks yaitu : Klimaks iklim, klimaks edafis,
klimaks fisiografi, klikmaks kebakaran dan sebagainya.

Jadi suatu subklimaks yang disebabkan oleh keadaan tanah mungkin merupakan klimaks
edafis menurut paham ini.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah
tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Makhluk hidup ataupun
organisme di alam ini tidak bisa hidup secara terpisah atua sendiri-sendiri, individu-individu ini

10
akan berhimpun kedalam suatu kelompok membentuk populasi yang kemudian populasi-
populasi ini akan membentuk suatu asosiasi yang dinamakan dengan komunitas. Jadi komunitas
tumbuhan adalah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah
tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.
Hubungan Antara Vegetasi (Interaksi, Strafikasi, Dependensi) Suatu masyarakat tumbuhan
adalah sekelompok tumbuh-tumbuhan yang dikuasai pohon yang menempati suatu tempat
tumbuh atau habitat, di mana terdapat hubungan timbal-balik antara tumbuh-tumbuhan itu satu
sama lain dan dengan lingkungannya. Satuan masyarakat hutan disebut tegakan.

Dinamika Masyarakat Tumbuhan (Subsesi sekunder, Subsesi primer, Vegetasi klimaks)


Masyarakat hutan adalah suatu sistem yang hidup dan tumbuh, suatu masyarakat yang dinamis.
Masyarakat hutan terbentuk secara berangsur-angsur melalui beberapa tahap : invasi oleh
tumbuh-tumbuhan, adaptasi, agregasi, persaingan, dan penguasaan, reaksi terhadap tempat
tumbuh dan stabilisasi. Proses ini disebut SUKSESI atau SERO.

B. Saran
Dengan membaca makalah ini, diharapkan pembaca agar bisa mengambil manfaat tentang
pentingnya mempelajari sejarah dan perkembangan ekologi tumbuhan. Sehingga, Para pendidik
dan peserta didik mampu mengetahui tentang hakekat ekologi tumbuhan secara diskriptif,
prospektif, dan berwawasan global.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A. 2004. Biologi. Jakarta : Erlangga


Eugene. P. Odum. 1996. Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Heddy, S, S.B Soemitro, dan S. Soekartomo. 1986. Pengantar Ekologi. Jakarta : Rajawali
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta : Bumi Aksara
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung : ITB
http://blogspot.com/2013/02/komunitas-tumbuhan-dan-sifat-sifatnya.html

11
12

Anda mungkin juga menyukai